BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

BAB II GAMBARAN UMUM

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

Jepang Abad NIHON/NIPPON I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulan Agustus 1945 menandakan akhir dari Perang Dunia II saat Jepang

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. sarana bagi pendanaan usaha dan sebagai sarana bagi pendanaan perusahaan untuk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran atau lazim dikenal dengan istilah marketing telah lama

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Lautan Pasifik dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Cara bangsa Jepang dalam merespon semua unsur asing berpengaruh terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni

PENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

INDUSTRI.

I. PENDAHULUAN. Jumlah kehancuran fisik diperkirakan sama dengan kira-kira dua kali GNP untuk 1948 s/d

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Masa Resesi Ekonomi Dunia Tahun 1973 dan Tahun 1978 ini, menggunakan

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

BAB II. Perekonomian Negara Jepang. sumber daya alam yang dimiliki oleh Negara Jepang, namun negara ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. saing nasional. Selama dua dasawarsa sebelum krisis ekonomi, peran sektor

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberlangsungan sebuah perusahaan ditentukan oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shendy Ariftia, 2014

Fakultas Sastra Program Studi S-1 SASTRA JEPANG

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada prosesnya itu sendiri membutuhkan berbagai macam media pendukung agar

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa.

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang, yaitu Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Pulau Honshu merupakan yang paling besar dan di sanalah terletak kota-kota terkenal seperti Tokyo, Osaka, Yokohama, Nagoya, dan Kyoto. Hokkaido merupakan pulau yang terletak paling utara, selalu tertutup salju tebal apabila musim dingin. Sedangkan Kyushu yang paling selatan, sebagian tempatnya beriklim subtropik. Bila kita membicarakan Jepang, maka yang terbayang adalah negara modern, negara yang penduduknya memiliki kedisiplinan yang tinggi, maju, kaya dan sebutan-sebutan lainnya yang menggambarkan bahwa Jepang adalah negara yang dapat disejajarkan dengan negara-negara di Eropa atau Amerika Serikat. Apalagi Jepang saat ini merupakan salah satu Negara di Asia yang perekonomiannya paling maju. Karakter bangsa Jepang yang pekerja keras adalah salah satu faktor penting berkembangnya perekonomian negara mereka saat ini. Saat terpuruk pasca Perang Dunia II, pemerintah Jepang memilih perekonomian sebagai prioritas pembangunan mereka kala itu meskipun sumber daya alam mereka tidak memadai untuk perindustrian mereka, namun karena karakter bangsa merekalah Jepang dapat menguasai persaingan perdagangan dengan bangsa Barat.

2 Sebagaimana dikemukakan oleh Mangandaralam (1993: 70-71) bahwa: Berdasarkan situasi sumber daya alam yang sangat minim sedangkan keperluan energi sepenuhnya bergantung kepada luar negeri, maka perekonomian Jepang memusatkan diri pada sektor perdagangan luar negeri. Jepang memasarkan barang-barang hasil industrinya ke segenap negara di dunia. Barang-barang Jepang bahkan merajai pasaran Amerika dan Eropa Barat. Negara-negara tersebut terpaksa melakukan politik proteksi untuk melindungi industry nasional masing-masing negara, untuk membendung arus impor barang-barang Jepang yang selalu unggul dalam persaingan di negara-negara tersebut. Suatu negara, jika ingin berhasil dalam membangun aspek perekonomiannya maka negara tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan seperti, memiliki dasar kekuatan sendiri dengan bertumpu pada kekuatan dan kemampuan perekonomian yang dimiliki oleh negara tersebut. Selanjutnya dengan adanya perubahan struktural, yaitu suatu perubahan yang berasal dari masyarakat negara itu sendiri. Contoh yang paling banyak digunakan adalah perubahan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi masyarakat ekonomi industri modern. Perubahan ini juga mencakup berbagai aspek, mulai dari perubahan lembaga, sikap-sikap sosial dan budaya yang menunjang pembangunan. Sedangkan faktor yang memiliki pengaruh penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah modal, selain itu juga adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia dari negara itu sendiri. Modernisasi Negara Jepang sendiri dimulai sejak era Restorasi Meiji di tahun 1868. Pemerintah Jepang pada masa Meiji telah berani mengambil resiko untuk melakukan percepatan dalam bidang ekonomi dengan merombak sistem ekonomi tradisional menjadi sistem ekonomi modern. Percepatan ekonomi ini juga didukung oleh perubahan-perubahan besar dalam bidang pemerintahan, sosial serta pendidikan. Pendidikan adalah salah satu dari bidang yang paling banyak dipelajari oleh utusan-utusan Jepang ke Barat, baik itu sebelum Restorasi Meiji maupun sesudahnya. Perluasan pendidikan akan menciptakan tenaga-tenaga ahli di bidang-bidang yang diperlukan demi kemajuan ekonomi suatu negara. Karena dengan meluasnya pendidikan ini akan melahirkan ahli-ahli yang mengkhususkan

3 diri dalam suatu bidang yang dapat menciptakan teknologi baru, dan kemajuan teknologi ini merupakan sesuatu yang diperlukan untuk kemajuan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Suryahadiprojo (1982: 29) bahwa: Faktor pendidikan itu nantinya berpengaruh besar sekali kepada pertumbuhan Jepang dalam menjadi negara yang modern dan kuat dalam bidang ekonomi, karena bagaimanapun juga pendidikan yang tersebar luas itu akan menciptakan tenaga manusia yang cakap dalam proses produksi dalam jumlah yang besar. Melalui pendidikan di sekolah, rakyat Jepang tidak hanya memperoleh pelajaran yang diperlukan untuk modernisasi bangsa dalam bidang pertanian dan terutama untuk industrialisasi. Tetapi juga etika samurai pun diperluas ke seluruh rakyat melalui sekolah-sekolah. Suryahadiprojo (1982: 29) di dalam bukunya menjelaskan: Bersamaan dengan itu, sistem pendidikan ini dimanfaatkan juga untuk mendidik sifat-sifat yang terkandung dalam ajaran Bushido kepada seluruh rakyat. Patriotisme dan kesetiaan kepada Tenno Heika merupakan ajaran yang penting. Maka melalui penyebaran menyeluruh atau demokratisasi pendidikan, para pemimpin Jepang memperoleh tiga hal sekaligus. Pertama, meningkatkan mutu seluruh rakyat. Kedua, tumbuhnya kesetiaan kepada negara dan pemerintah (khususnya kepada Tenno Heika). Ketiga, digerakkannya semangat untuk orang yang mampu belajar. Jelaslah bahwa hal ini memperkuat partisipasi rakyat dalam melaksanakan modernisasi Jepang. Modernisasi pendidikan yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Meiji membuat rakyat Jepang memiliki tambahan ilmu dan kecakapan, sehingga lebih mahir dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi negara mereka. Perusahaanperusahaan zaibatsu seperti Mitsui, Mitsubishi, dan Sumitomo telah muncul di masa sebelum Restorasi Meiji, namun setelah sistem perekonomian Jepang mengalami modernisasi membuat usaha-usaha mereka semakin berkembang ke bidang-bidang lainnya, seperti tekstil, gula, kertas, dan permesinan. Dalam setiap zaibatsu biasanya ada perusahaan dagang dan bank yang mendukung perusahaan industrinya. Perusahaan dagang besar itulah yang kemudian dikenal dengan nama sogo shosha atau general trading company.

4 Sogo shosha telah berjasa besar dalam ekspansi ekonomi Jepang, terutama ke luar negeri. Sogo shosha memiliki manfaat yang besar sekali untuk perdagangan produk-produk Jepang di luar negeri. Karena mereka memiliki perwakilan di banyak negara dan hal ini membuat mereka dapat menyediakan informasi tentang pasaran kepada para produsen. Selain itu, mereka juga telah mempunyai hubungan di banyak negara, mereka lebih cekatan dalam menjual barang-barang daripada bila perusahaan industri itu sendiri yang mengurus ekspornya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Alexander Young, Dengan mengembangkan pertumbuhan ekonomi Jepang secara cepat, sogo shosha juga membantu untuk memperkuat persaingan barang-barang ekspor Jepang (terutama produk-produk berat dan kimia) dalam pasaran dunia... (1985: 168). Selain itu, sogo shosha juga menanggung resiko penjualan yang mereka lakukan, sehingga produsen dapat mengkonsentrasikan diri dalam memproduksi barang-barang mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Alexander K. Young (1985: 171) bahwa:...bahwa peranan sogo shosha dalam meningkatkan jumlah besar dengan harga murah atas bahan mentah industri dan pasaran luar negeri yang luas yang mereka kembangkan, memungkinkan pengusaha-pengusaha Jepang terus menerus memusatkan diri dalam memperbesar jumlah produksi melalui rekor penanaman modal yang tinggi... Hal ini penting sekali bagi perusahaan industri yang tidak terlalu besar yang biasanya sulit untuk mengetahui bagaimana keadaan pasar di luar negeri atau perusahaan industri yang tidak ingin menanggung resiko penjualan produk mereka di luar negeri. Oleh sebab itu, kemampuan penetrasi Jepang ke pasaran luar negeri tidak hanya berasal dari kemampuan perusahaan-perusahaan industrinya, tetapi juga merupakan hasil pekerjaan sogo shosha. Far Eastern Economic Review bahkan berani menyebut sogo shosha sebagai faktor penting dalam tumbuh kembangnya perekonomian Jepang yang signifikan di tahun 1960-an hingga awal tahun 1970-an, karena pendapatan kotor negara Jepang tidak pernah kurang dari 10%. Ini merupakan pertumbuhan

5 perekonomian yang sangat hebat. Majalah Far Eastern Economic Review (1980: 39) bahkan menulis: Kalau kita harus memilih satu faktor penyebab pertumbuhan perekonomian Jepang yang luar biasa sejak Perang Dunia II, tidak akan diragukan lagi bahwa faktornya adalah keahlian tanpa tanding dari bangsa itu dalam perdagangan luar negeri. Di pusat jaringan seluruh dunia dari operasi perdagangan, pemasaran, dan keuangan ini, berdirilah Sembilan sogo shosha (perusahaan perniagaan umum) raksasa, yang memainkan perdagangan internasional Jepang yang kompleks dan beragam. Yoshihara Kunio (1987: 10-11) di dalam bukunya mengemukakan definisi dari sogo shosha sebagai berikut: Di sekitar masa kini, tidak terdapat definisi yang pasti dengan apa yang dimaksudkan dengan sogo shosha, tetapi tampaknya orang mengerti secara kasar apa yang dimaksudkannya. Untuk menjadi suatu sogo shosha, sebuah perusahaan niaga harus menangani banyak produk (tidak hanya terpusat pada suatu pengelompokkan produk, seperti tekstil atau baja), bergerak baik dalam ekspor dan impor, mempunyai kantor di pelbagai kawasan dunia, dan mempunyai kekuasaan yang memadai di bidang pemasaran dan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bila menyebut sogo shosha maka erat kaitannya dengan keajaiban ekonomi Negara Jepang pasca Perang Dunia II. Mereka inilah yang memainkan peranan utama dalam pertumbuhan ekonomi Jepang sejak Perang Dunia kedua. Dan perkembangan ekonomi yang pesat itu dengan sendirinya menjadikan Jepang sebagai pengusaha internasional yang sukses kala itu. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai sepak terjang sogo shosha dalam perkembangan perekonomian Jepang, karena terdapat alasan-alasan yang menarik dalam tema penelitian ini. Pertama, ketika Jepang mengalami kekalahan di Perang Dunia II. Terlebih saat itu kota Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan oleh Sekutu, padahal kedua kota tersebut merupakan pusat industri yang berpengaruh penting bagi perekonomian negara Jepang kala itu. Namun hanya dalam kurun waktu 1 dekade ternyata Jepang dapat menata kembali negara mereka, termasuk aspek perekonomiannya. Kesenjangan inilah

6 yang kemudian memunculkan sogo shosha sebagai salah satu faktor penting dari kemajuan perekonomian Jepang saat itu. Kedua, ketika perusahaan-perusahaan sogo shosha memberikan dampak positif bagi pembangunan perekonomian negara Jepang pasca Perang Dunia II ternyata muncul juga tudingan-tudingan negatif dari pers, politisi, dan cendikiawan kiri di tahun 1970-an. Perusahaan-perusahaan sogo shosha dicacimaki dengan berbagai sebutan, mulai dari pengkhianat, pedagang licik, parasit, bahkan sampai sebutan Drakula peminum darah masyarakat pun disematkan kepada perusahaan-perusahaan sogo shosha. Sogo shosha mendapat serangan keras di Jepang pada tahun 1970-an. Pertanda pertama dari hal ini muncul pada tahun 1972 sewaktu diungkapkan bahwa beberapa sogo shosha terlibat dalam pembelian beras yang rekat (Kunio, 1897: 304). Kritik keras terhadap sogo shosha ini merupakan ironi di dalam sejarah perkembangan perekonomian Jepang. Karena disadari atau tidak, perusahaan-perusahaan sogo shosha telah berhasil dalam memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Jepang kala itu. Melihat permasalahan yang telah dipaparkan oleh penulis kemudian dijadikan dasar untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai sogo shosha yang telah berhasil memajukan perekonomian Jepang namun kemudian sempat mendapat kritik keras dari masyarakat berupa tudingan-tudingan negatif. Dengan demikian penulis memilih untuk mengangkat judul: Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952- Pemilihan judul dimulai dari tahun 1952, ketika ditandatanganinya Perjanjian San Fransisco yang menandai berakhirnya pendudukan Amerika Serikat di Jepang. Di tahun yang sama juga perusahaan-perusahaan sogo shosha mulai menggeliat setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia II membuat perusahaan-perusahaan tersebut mendapat tekanan selama pendudukan Sekutu. Penelitian dibatasi hingga tahun 1974, yaitu tahun ketika sogo shosha mendapat tudingan-tudingan negatif dari pers, politisi, dan cendekiawan kiri.

7 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan hal utama yang ditentukan pada saat pertama kali akan melakukan penelitian. Karena rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat tanya. Pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah inilah yang akan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini, sehingga dengan rumusan masalah yang jelas maka dapat dijadikan penuntun yang baik bagi langkah-langkah selanjutnya. Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang selanjutnya akan menjadi kajian di dalam penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi permasalahan pokoknya adalah Bagaimana Peranan Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-? Agar permasalahan dapat terarah dan mengacu pada permasalahan utama di atas, penulis merumuskan permasalahan tersebut dalam bentuk pertanyaan berikut: 1. Bagaimana keadaan perekonomian Jepang pada masa pra-perang Dunia II? 2. Bagaimana sejarah kemunculan sogo shosha dalam perekonomian Jepang sebelum Perang Dunia II? 3. Bagaimana kiprah sogo shosha dalam perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II? 4. Bagaimana dampak sogo shosha bagi Negara Jepang pasca Perang Dunia II?

8 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran tentang keadaan perekonomian Jepang pada masa pra-perang Dunia II 2. Memperoleh gambaran tentang sejarah kemunculan sogo shosha dalam perkembangan perekonomian Jepang 3. Memperoleh gambaran tentang kiprah sogo shosha bagi kemajuan perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II 4. Mengidentifikasi dampak kehadiran sogo shosha bagi perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II 1.4 Manfaat Penelitian Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi semua pihak, umumnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan sosial di bidang ekonomi dan khususnya di bidang sejarah, serta diharapkan mampu menambah khazanah pengetahuan mengenai perkembangan perekonomian Negara Jepang. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan pengetahuan penulis dan menuangkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah, terutama mengenai sejarah perekonomian Jepang khususnya peranan sogo shosha bagi perkembangan perekonomian Jepang. 2. Berguna sebagai bahan referensi ilmiah dan sumbangan pengetahuan bagi pembaca mengenai sejarah perekonomian Jepang khususnya peranan sogo shosha bagi perkembangan perekonomian Jepang. 3. Penulis berharap dapat mengambil hal-hal positif mengenai perekonomian di Jepang khususnya peranan sogo shosha bagi perkembangan perekonomian Jepang.

9 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Sistematika penulisan skripsi ini diawali dengan bab pertama. Dalam bab ini penulis mengungkapkan latar belakang penelitian yang menjadi alasan mengapa penulis mengkaji atau tertarik untuk melakukan penulisan mengenai tema ini. Bab ini juga memuat rumusan dan batasan masalah untuk membatasi permasalahan agar tidak melebar yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penulisan. Bab ini juga menguraikan tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi. Serta struktur organisasi yang kemudian akan menjadi kerangka dan pedoman dalam penyusunan skripsi ini. Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori. Dalam bab ini dipaparkan mengenai sumber-sumber buku yang digunakan penulis sebagai bahan referensi yang dianggap relevan. Bab ini juga menyajikan teori-teori yang dipakai untuk menunjang penulisan skripsi ini. Selain itu, dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian yang lebih dahulu dilakukan oleh para ahli mengenai sejarah perekonomian di Jepang. Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh penulis. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis yang memang lazim digunakan dalam penelitian sejarah dan teknik yang digunakan adalah studi literatur.

10 Bab IV Kiprah Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-. Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai kiprah sogo shosha dalam sejarah perekonomian Jepang, dimulai dari kondisi perekonomian Negara Jepang pada masa sebelum Perang Dunia II, lalu sejarah kemunculan sogo shosha pada masa sebelum Perang Dunia II, kemudian kiprah sogo shosha di Jepang pada masa setelah terjadinya Perang Dunia II, serta dampak sogo shosha bagi perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II. Bab V Simpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan di dalam rumusan masalah.