Eddy Surjanto, Yusup S Sutanto, Reviono, Yudi Prasetyo, Suradi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

RESPIRATORY FAILURE. PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC)

ABSTRAK. Yusup Subagio Sutanto Eddy Surjanto, Suradi, A Farih Raharjo SMF Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi RSUD Dr Moewardi/ FK UNS Surakarta

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

Indikasi Perawatan Pasien dengan Masalah Respirasi di Instalasi Perawatan Intensif

CURRICULUM VITAE. Nama : DR. Dr. Nur Ahmad Tabri, SpPD, K-P, SpP(K) Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 12 April 1959 Agama: Islam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016 di bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR.

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASEIN POST-STROKE ISKEMIK AKUT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

Artikel Karya Tulis Ilmiah

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

DEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ)

ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN. HCU RSUP dr. KARIADI

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mortalitas Pasien Acute Respiratory Distress Syndrome di ICU

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG. KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN FRAKTUR TERBUKA GRADE III DALAM FASE GOLDEN PERIOD DENGAN OVER GOLDEN PERIOD SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE

ANGKA KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan

Denpasar, Desember Penulis

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

POLA KLINIS PNEUMONIA KOMUNITAS DEWASA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

ABSTRAK GAMBARAN TUBERKULOSIS EKSTRA PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir

GAMBARAN PENYEBAB KEMATIAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT AN OVERVIEW OF MORTALITY CAUSES AT THE EMERGENCY UNIT DEPARTEMENT

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh : JULIANTI AISYAH NIM

HIPERTENSI SKRIPSI. Persyaratan. Diajukan Oleh J

BAB III METODE PENELITIAN

TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA DURASI PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL NON HUMIDIFIER DENGAN INSIDEN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN DI ICU

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

Transkripsi:

THE RELATIONSHIP BETWEEN UNDERLYING DISEASE OF RESPIRATORY FAILURE WITH THE TREATMENT S OUTCOME ON HOSPITALIZED PATIENTS IN Dr. MOEWARDI HOSPITAL SURAKARTA 2009 Eddy Surjanto, Yusup S Sutanto, Reviono, Yudi Prasetyo, Suradi Department of Pulmonology and Respirology Faculty of Medicine Sebelas Maret University Surakarta ABSTRACT Background: Respiratory failure is disturbance of respiratory system in O 2 and CO 2 gas exchange and remains a problem in medical treatment. Further description of relationship between underlying disease of respiratory failure with the treatment s outcome is required. Objective: To describe whether there is a relationship between underlying disease of respiratory failure with the treatment s outcome on hopitalized patient in Dr. Moewardi general hospital Surakarta. Method: This is a cross sectional study on 77 patients with respiratory failure in 2009, using their medical records. Result: Data from 77 patients with respiratory failure treated in pulmonology department consists of: 52 male (67,53%), 25 female (32,47%). Most of their age goups ranged from 61-80 years old in 34 patients (44,15%) with their main chief complaint is shortness of breath in 68 patients (88,31%). The most common underlying disease is COPD in 37 patients (35,58%). Patients with respiratory failure without concomitant diseases (comorbidity) are 36 patients (46,76%). The result of blood gas analysis revealed respiratory acidosis not compensated in most of the patient, as much as 29 patients (37,66%) and type II of respiratory failure in 64 patients (83,12%). 59 (76,62%) patients were treated in the ward and 18 (23,38%) patients were treated in intensive care unit. Non invasive treatment was applied on 60 patients (77,92%) and invasive treatment was applied on 17 patients (22,08%). By the time the patients were discharged from the hospital, 52 patients (67,53%) recovered and 25 (32,47%) patients didn t recover (home forcibly and died). There is a significant correlation between underlying disease of respiratory failure with the treatment s outcome, where the value of p = 0,002 (<0,05). Conclusion: There is a relationship between underlying disease of respiratory failure with treatment s outcome. Key words: Respiratory failure - underlying disease - treatment - outcome. 1

PENDAHULUAN Gagal napas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam pertukaran gas O 2 dan CO 2 serta masih menjadi masalah dalam penatalaksanaan medis. 1,2 Secara praktis, gagal napas didefinisikan sebagai PaO 2 < 60 mmhg atau PaCO 2 > 50 mmhg. Walaupun kemajuan teknik diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang pesat, tetapi gagal napas masih merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di instalasi perawatan intensif. 3 Gagal napas akut dapat digolongkan menjadi dua yaitu gagal napas akut hipoksemia (gagal napas tipe I) dan gagal napas akut hiperkapnia (gagal napas tipe II). Gagal napas tipe I dihubungkan dengan defek primer pada oksigenasi sedangkan gagal napas tipe II dihubungkan dengan defek primer pada ventilasi. 2,3 Insidensi dan akibat dari gagal napas akut juga tergantung dari disfungsi organ lain. 4 Hasil studi di Jerman dan Swedia melaporkan bahwa insidensi gagal napas akut pada dewasa 77,6-88,6 kasus / 100.000 penduduk / tahun. The American-European Consensus on ARDS menemukan insidensi acute respiratory distress syndrome (ARDS) antara 12,6-28,0 kasus / 100000 penduduk / tahun serta kematian akibat gagal napas dilaporkan sekitar 40%. 5 Berdasarkan kondisi tersebut maka penatalaksanaan pasien gagal napas secara optimal sangat penting dan kami memperkirakan terdapat hubungan antara penyakit dasar dengan hasil penatalaksanaannya. BAHAN DAN CARA Penelitian ini dilakukan secara cross sectional terhadap 77 pasien gagal napas selama periode januari - desember tahun 2009 yang dirawat oleh ataupun bersama bagian paru (selain dari ruang perawatan VIP) dari catatan medis RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan darah pasien untuk pemeriksaan analisis gas darah dilakukan di instalasi gawat darurat pada saat pasien datang ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta maupun pada pasien bangsal yang telah dirawat sebelumnya apabila terjadi kecurigaan adanya gagal napas. Darah diambil dari arteri radialis / arteri brachialis / arteri femoralis. Darah kemudian dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan analisis gas darah dan hasilnya kemudian dilakukan penilaian. Penegakkan diagnosis pasien gagal napas dilakukan berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang. Diagnosis gagal napas akut ditegakkan apabila terdapat dua dari kriteria ini: sesak napas akut, PaO 2 < 60 mmhg pada udara kamar, PaCO 2 > 50 mmhg, ph darah sesuai dengan asidosis respiratorik dan perubahan status mental pasien. Penilaian hubungan antara penyakit dasar dengan hasil penatalaksanaan pada pasien gagal napas dianalisis secara statistik memakai evaluasi SPSS 17. Data yang dimasukkan memakai variabel penyakit dasar paru serta paru dengan penyakit penyerta dan hasil penatalaksanaan memakai variabel sembuh serta tidak sembuh. 2

HASIL Dari 77 pasien yang mengalami gagal napas terdiri laki laki - laki 52 orang (67,53%) perempuan 25 (32,47%). Pasien gagal napas terbanyak pada kelompok umur 61-80 tahun 34 orang (44,15%). Kelompok umur 20 tahun hanya terdapat 1 orang (1,30%) seperti terlihat pada tabel 1 di bawah. Tabel 1. Distribusi umur dan jenis kelamin pasien gagal napas. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 20 Tahun 1 0 1 21-40 Tahun 6 9 15 41-60 Tahun 13 8 21 61-80 Tahun 28 6 34 > 80 Tahun 4 2 6 Jumlah 52 25 77 Rerata umur (tahun) 60,79 54,44 58,73 Prosentase 67,53 % 32,47 % 100 % Keluhan utama terbanyak yang mendasari pasien datang berobat ke rumah sakit adalah sesak napas 68 orang (88,31%). Sedangkan batuk 6 orang (7,79%), batuk darah, nyeri dada dan penurunan kesadaran masing-masing 1 orang (1,30 %) seperti terlihat pada tabel 2 dibawah. Tabel 2. Keluhan utama yang mendasari pasien datang berobat ke RSDM Keluhan utama Jumlah Prosentase Sesak napas 68 88,31 % Batuk 6 7,79 % Batuk darah 1 1,30 % Nyeri dada 1 1,30 % Penurunan kesadaran 1 1,30 % Penyakit paru yang mendasari timbulnya gagal napas terbanyak adalah penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) 37 orang (35,58%) dan paling sedikit adalah pneumotoraks 1 orang (0,96 %) seperti terlihat pada tabel 3 di bawah. 3

Tabel 3. Penyakit paru yang mendasari timbulnya gagal napas Jenis penyakit Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase PPOK 30 7 37 35,58 % Pneumonia 12 7 19 18,27 % Asma 4 7 11 10,57 % TB paru 4 3 7 6,73 % Bronkiektasis terinfeksi 6 1 7 6,73 % Lain-lain 2 5 7 6,73 % Bekas TB 5 1 6 5,77 % Edema paru 1 3 4 3,85 % Efusi pleura 1 3 4 3,85 % Kanker paru 0 1 1 0,96 % Pneumotoraks 0 1 1 0,96 % Total 65 39 104 100 % Catatan : Terdapat 27 pasien dengan penyakit paru lebih dari 1 jenis penyakit. Pasien gagal napas tanpa disertai penyakit penyerta (komorbid) berjumlah 36 orang (46,76%), sedangkan penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi 8 orang (10,39%) dan paling sedikit adalah penyakit jantung iskemik 2 orang (2,60%) seperti terlihat pada tabel 4 di bawah. Tabel 4. Tanpa / dengan penyakit penyerta ( komorbid ) pada pasien gagal napas Jenis penyakit Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase Tanpa penyakit penyerta 25 11 36 46,76 % Penyakit penyerta lain-lain 6 9 15 19,48 % Hipertensi 6 2 8 10,39 % Diabetes mellitus 5 0 5 6,49 % Chronic heart failure 3 1 4 5,19 % Gagal ginjal 3 1 4 5,19 % Preeklampsia berat 0 3 3 3,90 % Penyakit jantung iskemik 2 0 2 2,60 % Total 50 27 77 100 % Hasil analisis gas darah pada 77 pasien gagal napas terbanyak adalah asidosis respiratorik belum / tidak terkompensasi 29 orang (37,66 %) dan paling sedikit adalah mix asidosis respiratorik metabolik 9 orang (11,69%) seperti terlihat pada tabel 5 di bawah. 4

Tabel 5. Hasil pembacaan analisis gas darah pasien gagal napas Hasil analisis gas darah Jumlah Prosentase Asidosis respiratorik belum / tidak terkompensasi 29 37,66 % Asidosis respiratorik terkompensasi tidak sempurna 25 32,47 % Asidosis respiratorik terkompensasi sempurna 14 18,18 % Mix asidosis respiratorik metabolik 9 11,69 % Tipe gagal napas yang terjadi pada 77 pasien dalam penelitian ini adalah gagal napas tipe II 64 orang (83,12%) dan gagal napas tipe I 13 orang (16,88 %) seperti terlihat pada tabel 6 di bawah. Tabel 6. Tipe gagal napas pada pasien rawat inap Tipe gagal napas Jumlah Prosentase Gagal napas tipe II 64 83,12 % Gagal napas tipe I 13 16,88 % Tempat perawatan 77 pasien gagal napas adalah bangsal biasa 59 orang (76,62%) dan ruang intensif 18 orang (23,38%) baik di Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU) maupun Ruang Gawat Bedah (RGB) seperti pada tabel di bawah. Tabel 7. Tempat perawatan pasien gagal napas Tempat perawatan Jumlah Prosentase Bangsal biasa 59 76,62 % Intensif ( ICU/HCU/RGB ) 18 23,38 % Lama perawatan pasien gagal napas pada berbagai penyakit paru yang terlama adalah pneumotoraks rerata 25 hari (hanya 1 pasien) dan tersingkat adalah efusi pleura rerata 5,75 hari dengan rerata total 10,51 hari seperti pada tabel 8 di bawah. 5

Tabel 8. Rerata lama perawatan pasien gagal napas pada berbagai penyakit paru Penyakit paru yang mendasari Rerata lama perawatan ( hari ) Pneumotoraks 25 Bekas TB 13,71 Lain-lain 12 Bronkiektasis terinfeksi 10,57 TB paru 10 PPOK 8,70 Kanker paru 8 Pneumonia 7,50 Edema paru 7,50 Asma 6,90 Efusi pleura 5,75 Rerata total 10,51 Penatalaksanaan 77 pasien gagal napas yang dilakukan secara non invasif adalah 60 orang (77,92%) dan invasif 17 orang (22,08%) seperti pada tabel 9 di bawah. Tabel 9. Terapi / penatalaksanaan pasien gagal napas Terapi Jumlah Prosentase Non invasif 60 77,92 % Invasif 17 22,08 % Keadaan pasien pada saat keluar dari rumah sakit adalah sembuh 52 orang (67,53%), tidak sembuh 25 orang ( 32,47%) yaitu 14 orang pulang paksa serta 11 orang meninggal seperti pada tabel 10 di bawah. Tabel 10. Keadaan pasien gagal napas pada saat keluar RS Keadaan keluar Jumlah Prosentase Sembuh 52 67,53 % Tidak sembuh (pulang paksa + meninggal) 25 32,47 % Penyakit paru dasar pada 11 pasien yang meninggal adalah edema paru 3 orang (27,28%), PPOK 2 orang (18,18%), pneumonia dengan efusi pleura 2 orang (18,18%), metastasis ca di paru 2 orang (18,18%) dan pneumonia dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS) maupun sepsis 2 orang 18,18%) seperti pada tabel 11 di bawah. 6

Tabel 11. Penyakit paru dasar pada saat pasien meninggal Keadaan keluar Jumlah Prosentase Edema paru 3 27,28 % PPOK 2 18,18 % Pneumonia + efusi pleura 2 18,18 % Metastasis Ca di paru 2 18,18 % Pneumonia + ARDS (sepsis) 2 18,18 % Total 11 100 % Hubungan antara penyakit dasar dengan hasil penatalaksanaan pada pasien gagal napas didapatkan 36 orang penyakit paru dengan hasil 26 sembuh dan 10 orang tidak sembuh. Sedangkan 41 orang mempunyai penyakit paru dan penyakit penyerta dengan hasil 26 orang sembuh dan 15 orang tidak sembuh dengan hasil evaluasi statistik didapatkan nilai p= 0,002 (< 0,05) seperti pada tabel 12 di bawah. Tabel 12. Hubungan antara penyakit dasar dengan hasil penatalaksanaan pada pasien gagal napas Penyakit dasar Sembuh Tidak sembuh Jumlah Paru 26 10 36 Paru dan penyakit penyerta 26 15 41 Jumlah 52 25 77 DISKUSI Data rekam medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode 1 januari 2009 sampai 31 desember 2009 dapat menggambarkan karakteristik dan hubungan penyakit dasar dengan hasil penatalaksanaannya pada pasien gagal napas. Prosentase terbesar pasien gagal napas adalah laki - laki dengan rerata usia 60,79 tahun dan penyebab terbanyak adalah PPOK. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika dan Perancis bahwa gagal napas banyak terjadi pada kelompok umur 65-84 tahun dan insidensi tersering gagal napas berkaitan dengan PPOK. 6,7 Hasil analisis gas darah yang menunjukkan prosentase terbesar adalah asidosis respiratorik belum / tidak terkompensasi 29 orang (37,66%) dengan gagal napas tipe II 64 orang (83,12%). Penyebab gagal napas tipe I secara umum dapat disebabkan oleh PPOK, pneumonia, edema paru, fibrosis paru, asma, pneumotoraks bronkiektasis, ARDS dan emboli paru. Penyebab gagal napas tipe II diantaranya adalah PPOK, asma berat, edema paru dan ARDS. 1,2 Pasien gagal napas yang dirawat di ruang intensif 18 orang (23,38%) dengan penatalaksanaan secara invasif 17 orang (22,08%). Penatalaksanaan invasif dilakukan dengan pemasangan ventilasi mekanik di ruang intensive care unit ( ICU ) bersama bagian anestesi. Indikasi secara umum pemakaian ventilasi mekanik digunakan untuk pasien dengan gagal napas 7

akut, koma, gagal napas akut on kronik dan kelainan neuromuskuler. Ventilasi mekanik diindikasikan sebagai terapi definitif untuk hipoksemia berat, hipoventilasi alveolar dan hiperkapnia. Indikasi yang sering untuk pemasangan ventilasi mekanik pada penyakit paru adalah edema paru akut, pneumonia, ARDS, serangan asma berat dan PPOK eksaserbasi akut yang berat. 8,9 Dari 25 orang pasien yang hasil penatalaksanaannya dinyatakan tidak sembuh terdapat 11 orang (14,29%) yang meninggal dan 10 orang (90,90%) diantaranya meninggal di ruang perawatan intensif dengan penyakit paru dasar pada saat meninggal adalah edema paru 3 orang (27,28%), PPOK 2 orang (18,18%), pneumonia dengan efusi pleura 2 orang (18,18%), metastasis ca di paru 2 orang (18,18%) dan pneumonia dengan ARDS maupun sepsis 2 orang (18,18%). Angka kematian pada kasus PPOK dengan gagal napas dilaporkan dalam penelitian sebelumnya antara 10-30% dan kematian akibat ARDS antara 40%-50%. Sedangkan penyebab kematian karena proses lain belum dapat digambarkan secara baik. 1,10 Hubungan antara penyakit dasar dengan hasil penatalaksanaan pada pasien gagal napas didapatkan 36 orang penyakit paru dengan hasil 26 sembuh dan 10 orang tidak sembuh. Sedangkan 41 orang mempunyai penyakit paru dan penyakit penyerta dengan hasil 26 orang sembuh dan 15 orang tidak sembuh. Secara statistik hubungan antara penyakit dasar dengan hasil penatalaksanaan pada pasien gagal napas menunjukkan signifikan dimana nilai p=0,002 (< 0,05). Nilai p merupakan nilai yang menunjukkan besarnya faktor peluang untuk memperoleh hasil yang diobservasi jika hipotesis nol benar. 11 KESIMPULAN Kasus gagal napas di RSUD Dr.Moewardi Surakarta penyebab terbanyak adalah PPOK. Hasil analisis gas darah terbanyak adalah asidosis respiratorik belum / tidak terkompensasi dan gagal napas tipe II. Pasien meninggal adalah 11 orang dan 10 diantaranya meninggal di ruang perawatan intensif. Penyakit paru dasar saat pasien meninggal adalah edema paru 3 orang (27,28%), PPOK 2 orang (18,18%), pneumonia dengan efusi pleura 2 orang (18,18%), metastasis ca di paru 2 orang (18,18%) dan pneumonia dengan ARDS maupun sepsis 2 orang (18,18%). Secara statistik hubungan antara penyakit dasar dengan hasil penatalaksanaan pada pasien gagal napas menunjukkan signifikan dimana nilai p=0,002 ( < 0,05 ). UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, keluarga tercinta dan kepada yang terhormat Prof.DR.Dr.H.Suradi,SpP(K),MARS, Dr. Ana Rima Setijadi, SpP, Dr. Harsini, SpP dan Dr. Jatu Apridasari, SpP. Juga kepada mbak Yamti, mas Waluyo, mas Arif dan rekan residen 8

pulmonologi dan kedokteran respirasi FK UNS serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya yang ikut membantu terselesaikannya penelitian ini. 9

KEPUSTAKAAN 1. Sharma S. Respiratory failure. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/167981- overview. Accesed on March 21 th 2010. 2. Blieux PD. Resiratory failure. In: Ali J, Summer WR, Levitzky MG, editors. Pulmonary pathophysiology. 2 th ed. New Orleans: The McGraw Hill companies; 2005. p. 232-48. 3. Rusmiati A. Gagal napas. In: Kosasih A, Susanto AD, Pakki TR, Martini T, editor. Diagnosis dan tatalaksana kegawatdaruratan paru dalam praktek sehari-hari. Banten: cv sagung seto; 2008. p. 29-35. 4. Flaatten H, Gjerde S, Guttormsen AB, Haugen O, et al. Outcome after acute respiratory failure is more dependent on dysfunction in other vital organs than on the severity of the respiratory failure. Critical care 2003; 7: 72-7. 5. Lewandowski K. Contributions to the epidemiology of acute respiratory failure. Critical care 2003; 7: 288-90. 6. Fagon JY. Acute respiratory failure in the elderly. Critical care 2006; 10: 151-3. 7. Carverley PMA. Respiratory failure in chronic obstructive pulmonary disease. Eur Respir J 2003; 22: 26-30. 8. Rodriguez P, Dojat M, Brochard L. Mechanical ventilation: changing concepts. Indian J crit care med 2005; 9: 235-43. 9. Ryland BP,Jr. Ventilation mechanical. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/304068-overview. eemedicine critical care. Accesed on April 18 th 2010. 10. Wojciechowski B. Respiratory failure. Focus journal 2008; 28-9. 11. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar - dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa aksara; 1995. 10