BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan di sektor ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan berbagai sektor lainnya. Prasarana jalan yang baik dapat mendukung kelancaran distribusi barang dan jasa. Prasaranan jalan yang baik adalah jalan yang yang mempunyai konektifitas, aksesibilitas dan kondisi perkerasan yang baik. Jalan yang baik dapat terwujud melalui kegiatan pemeliharaan jalan. Kegiatan pemeliharaan yang baik adalah kegiatan pemeliharaan yang tersusun dengan baik sesuai dengan rencana umum pemeliharaan jalan yang meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan, pemeliharaan data, manajemen asset dan rencana penanganan pemeliharaan jalan. Pemeliharaan jalan yang merupakan bagian dari pembangunan jalan menjadi tanggung jawab penyelenggara jalan sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Nomor.38 Tahun 2004 tentang Jalan. Ketentuan lain mengenai pemeliharaan jalan tercantum dalam pasal 24 Undang-Undang Nomor.22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan. Upaya pemerintah dalam kegiatan pengumpulan, pengolahan, pemeliharaan data untuk menghasilkan rekomendasi penanganan pemeliharaan jalan antara lain melalui survei kondisi fungsional maupun struktural. Metoda yang sering digunakan oleh Bina Marga untuk menentukan kondisi perkerasan jalan adalah dengan menggunakan data International Roughness Index (IRI) dan Surface Distress Index (SDI). Nilai IRI menunjukkan ketidakrataan permukaan jalan yang diperoleh dengan survei menggunakan alat ukur Roughness meter NASSRA. Data IRI yang tidak dikombinasikan dengan data SDI hanya merepresentasikan kondisi fungsional jalan. Kondisi struktural jalan dapat ditentukan menggunakan alat Benkelman Beam (BB) atau Falling Weight Deflectometer (FWD) namun jumlah alat FWD yang terbatas di Indonesia menyebabkan tidak semua ruas jalan di Indonesia diketahui kondisi strukturalnya 1
2 Penanganan pemeliharaan jalan di Indonesia masih sering ditentukan berdasarkan satu metode penilaian kondisi jalan saja. Nilai kondisi struktural maupun nilai kondisi fungsional jalan yang tidak diperhitungkan secara cermat dalam penentuan penanganan jalan mengakibatkan pola penanganan jalan yang ada cenderung sama, berulang dan tidak tepat. Penanganan kerusakan jalan dengan cara overlay sering dilaksanakan pada semua kategori kondisi tanpa memperhitungkan memperhitungkan tingkat keparahan kerusakan Pola penanganan tersebut menyebabkan biaya satuan pemeliharaan jalan nasional menjadi lebih tinggi. Kondisi tersebut melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian terkait perbandingan biaya dan jenis penanganan jalan berdasarkan metode AASHTO (1993) dan metode Bina Marga (2011). Metode AASHTO (1993) yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data lendutan dan analisis komponen. Data lendutan diperoleh dari hasil pengujian alat Falling Weight Deflectometer (FWD) sedangkan analisis komponen AASHTO (1993) dilakukan berdasarkan hasil survei kondisi lapis permukaan jalan. Metode Bina Marga (2011) yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data International Roughness Index (IRI) dan Surface Distess Index (SDI). Data IRI diperoleh dari hasil survei alat Roughness meter NASSRA, sedangkan nilai SDI diperoleh dari hasil survei kondisi jalan (SKJ). Ruas jalan yang menjadi bahan penelitian adalah ruas 0.15.11(K) jalan nasional lingkar Kaliwungu KM 17+418 sampai KM 23+618 Jawa Tengah yang merupakan bagian dari jalan Pantura. Ruas jalan tersebut termasuk dalam pengawasan dan tanggung jawab Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN V). Penelitaian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh Direktorat Jendral Bina Marga dalam penentuan program pemeliharaan jalan nasional. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat ditetapkan berdasarkan uraian latar belakang penanganan jalan nasional adalah sebagai berikut: (1) Sejauhmana ketepatan penentuan kondisi perkerasan jalan berdasarkan kerusakan jalan dan tingkat keparahannya?
3 (2) Sejauhmana ketepatan penanganan jalan berdasarkan jenis kerusakan dan tingkat keparahannya? (3) Bagaimana desain struktur perkerasan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi kondisi perkerasan jalan? (4) Seberapa besar biaya pemeliharaan jalan yang dibutuhkan berdasarkan hasil evaluasi kondisi perkerasan jalan? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian perbandingan metode evaluasi kondisi jalan dalam kaitannya dengan biaya pemeliharaan adalah: (1) Mengetahui penentuan kondisi perkerasan jalan berdasarkan kerusakan jalan dan tingkat keparahannya (2) Mengetahui jenis pemeliharaan jalan yang tepat berdasarkan kondisi perkerasan jalan.. (3) Mengetahui desain struktur perkerasan berdasarkan hasil evaluasi kondisi jalan. (4) Mengetahui biaya pemeliharaan jalan yang dibutuhkan berdasarkan hasil evaluasi kondisi perkerasan jalan. D. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian perbandingan metode evaluasi kondisi jalan dalam kaitannya dengan biaya pemeliharaan adalah: (1) Pemahaman metode evaluasi kondisi perkerasan jalan. (2) Pemahaman perencanaan pemeliharaan jalan yang tepat berdasarkan hasil evaluasi kondisi perkerasan jalan. (3) Pemahaman penentuan biaya pemeliharaan jalan yang tepat Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian perbandingan metode evaluasi kondisi jalan dalam kaitannya dengan biaya pemeliharaan adalah: (1) Pembelajaran bagi penyelenggara jalan khususnya pelaksana pembanguan dalam pelaksanaan evaluasi kondisi perkerasan jalan.
4 (2) Pembelajaran bagi penyelenggara jalan khususnya pelaksana pembanguan dalam penanganan pemeliharaan jalan sesuai hasil evaluasi kondisi perkerasan jalan. (3) Pembelajaran bagi penyelenggara jalan khususnya pelaksana pembanguan dalam penentuan biaya pemeliharaan jalan E. Batasan Penelitian Penelitian perbandingan metode evaluasi kondisi jalan dalam kaitannya dengan biaya pemeliharaan jalan dilakukan pada ruas 0.15.11(K) jalan nasional lingkar Kaliwungu KM 17+418 sampai dengan KM 23+618 Jawa Tengah. Penelitian tidak dapat dilaksanakan pada KM 23+618 sampai KM 25+610 ruas 0.15.11(K) jalan nasional lingkar Kaliwungu Jawa Tengah karena lapis permukaan perkerasan jalan pada lokasi tersebut sudah dikupas atau dikeruk sehingga tidak dapat disurvei secara visual. Batasan ruang lingkup penelitian dibutuhkan untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan. Batasan penelitian perbandingan metode evaluasi kondisi jalan dalam kaitannya dengan biaya pemeliharaan adalah sebagai berikut: (1) Faktor pertumbuhan lalu-lintas yang digunakan adalah faktor pertumbuhan lalu-lintas minimum berdasarkan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013 Direktorat Jenderal Bina Marga. Faktor pertumbuhan lalulintas yang seharusnya diperoleh dari perhitungan data lalu-lintas harian ratarata (LHR) pada beberapa tahun sebelumnya tidak dapat dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam memperoleh data. (2) Peneliti tidak melakukan pengukuran secara langsung nilai CBR tanah dasar pada lokasi penelitian sehingga nilai daya dukung tanah dasar yang digunakan dalam perhitungan angka struktural perkerasan rencana (SNf) diperoleh dari analisis data lendutan saja.
5 F. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu terkait pemeliharaan jalan dengan menggunakan data IRI, SDI dan nilai lendutan pernah dilakukan namun pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian terdahulu terkait dengan metode, aspek yang ditinjau dan lokasi penelitian. Penelitian terdahulu terkait pemeliharaan jalan yang pernah dilakukan antara lain: (1) Rosalina (2013) melakukan penelitian tentang sistem manajemen pemeliharaan perkerasan jalan dengan manual pemeliharaan rutin jalan (metode Bina Marga) dan metode PCI. Penelitian tersebut menggunakan data IRI, SDI dan PCI sebagai bahan evaluasi perkerasan jalan. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Bina Marga lebih tepat digunakan untuk ruas jalan yang relatif panjang dengan peralatan dan SDM yang cukup, sedangkan metode PCI lebih tepat digunakan untuk ruas jalan yang relatif pendek dengan peralatan dan SDM yang terbatas. Penelitian ini juga menyatakan bahwa metode PCI lebih mendekati atau mewakili kondisi yang nyata di lokasi penelitian. (2) Andika, dkk (2012) melakukan penelitian analisis tebal lapis tambah perkerasan lentur menggunakan metode AASHTO (1993) dan program Elmod versi 6. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tebal lapis perkerasan lentur tambahan pada ruas jalan Palimanan-Jatibarang menggunakan metode AASHTO (1993) dan program Elmod versi 6. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa tebal lapis perkerasan tambahan hasil analisis metode AASHTO (1993) dengan hasil analisis program Elmod versi 6 hampir sama. Penggunaan asumsi lapis yang semakin banyak pada program elmod versi 6 menunjukkan hasil perhitungan yang lebih baik (3) Putra, dkk (2013) melakukan penelitian evaluasi kondisi fungsional dan struktural jalan menggunakan metode Bina Marga (2011) dan metode AASHTO (1993). Evaluasi kondisi fungsional perkerasan berdasarkan metode Bina Marga yaitu mengkombinasikan nilai IRI dan SDI, sedangkan evaluasi kondisi struktural perkerasan dilakukan dengan analisis data lendutan hasil
6 pengukuran FWD. Objek penelitian adalah perkerasan lentur ruas jalan Medan- Lubuk Pakam. Hasil penelitaian ini menunjukkan bahwa dengan metode analisis data IRI dan SDI, ruas jalan Medan-Lubuk Pakam dalam kondisi sedang dan rusak ringan, namun berdasarkan hasil analisis metode AASHTO (1993) menunjukkan bahwa ruas tersebut membutuhkan overlay struktural dengan ketebalan 11 cm sampai 20 cm. kategori sedang dan rusak ringan yang dihasilkan dari analisis data IRI dan SDI hanya memerlukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala. Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa program penanganan jangka lima tahun dengan overlay langsung lebih ekonomis dibandingkan dengan program overlay bertahap. Perbedaan penelitian perbandingan biaya pemeliharaan jalan nasional berdasarkan metode AASHTO (1993) dan Bina Marga (2011) dengan penelitian sebelumnya adalah: (1) Metode yang digunakan dalam mengevaluasi kondisi perkerasan yaitu metode analisis data lendutan AASHTO (1993), metode analisis komponen AASHTO (1993), dan metode Bina Marga (2011) dengan analisis data IRI dan SDI (2) Penelitian ini menghitung biaya pemeliharaan jalan berdasarkan kondisi perkerasan jalan dan kebutuhan lapis tambahan perkerasan.