BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. juga tidak terlepas dari penggunaan kata serapan. Tidak adanya padanan kata

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada bahasa secara universal. Linguistik memiliki dua cabang pembagian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

VARIASI KOMPOSISI DAN MAKNA KATA MAJEMUK (FUKUGOUGO) DALAM BUKU KUMPULAN ESAI HITORI ZUMOU KARYA SAKURA MOMOKO. Abstract

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dipisahkan dengan interaksi baik secara lisan maupun tulisan. Interaksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal usulnya, kosakata bahasa Jepang terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

KONSEP SOSIAL BUDAYA HUBUNGAN MANUSIA DALAM PEMBENTUKAN KATA MAJEMUK BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana dalam Abdul Chaer, 1994:32). Bahasa tidak hanya digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Jepang, salah satu aspek bahasa yang harus diperhatikan adalah goi (kosa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak dikenal adanya kata serapan (gairaigo). Banyaknya pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

Bab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Inggris, dan Minangkabau. Pada saat fenomena interferensi muncul dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN NOMINA SERAPAN ASING DALAM MEDIA MASSA. oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd FPBS UPI

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri,

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar.

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1` Kajian Pustaka Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses morfologis, semantik atau makna, dan gairaigo dibahas dalam penelitian sebagai berikut. Suhartini (2013) membuat penelitian yang berjudul Analisis penggunaan Gairaigo yang diikuti verba ~suru. Penelitian Suhartini dibahas mengenai asalusul, kategori, dan perbandingan gairaigo yang diikuti verba ~suru dengan padanan kata yang disebut sebagai wago atau kosakata asli dalam bahasa Jepang. Tujuan penelitian Suhartini untuk mengetahui kata gairaigo yang diikuti verba suru dan untuk memahami perbandingannya dengan padanan kata yang ada. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil pembahasan penelitian Suhartini adalah semua gairaigo yang diikuti verba ~suru merupakan kategori kata benda. Selain itu, gairaigo yang diikuti verba ~suru yang memiliki padanan kata dalam wago (kosakata asli bahasa Jepang) lebih sering digunakan, karena lebih populer dan mudah diucapkan. Sebaliknya, gairaigo yang diikuti verba ~suru tidak memiliki padanannya dalam bahasa Jepang disebabkan adanya pengaruh perkembangan teknologi, masuknya budaya asing, dan semakin tinggi tingkat pendidikan di Jepang. Selain itu, asal usul gairaigo yang diikuti verba ~suru sebagian besar berasal dari bahasa Inggris. 1

2 Penelitian Suhartini dan penelitian ini sama-sama dianalisis tentang gairaigo, sedangkan penelitian ini terfokus pada proses morfologis pada gairaigo, khususnya penggabungan gairaigo dan makna yang terdapat dalam Majalah Lips volume 29. Manfaat yang didapat dari penelitian Suhartini dapat dijadikan sebagai bahan dan acuan untuk meneliti mengenai gairaigo khususnya penggabungan gairaigo. Wahyuni (2014) menulis jurnal yang berjudul Konstruksi Morfem Wasei- Eigo: Kajian Morfologi dianalisis tentang wasei-eigo yang terdapat dalam Majalah Mini edisi Desember 2012 dan surat kabar Osaka Nichinichi Shinbun. Tujuan penelitian Wahyuni adalah untuk mendeskripsikan asal-usul wasei-eigo dalam bahasa sumbernya dan konstruksi morfem wasei-eigo. Metode yang digunakan, yaitu dengan menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian Wahyuni digunakan teori menurut Shibasaki, Tamaoka dan Takatori Yuki (2007) tentang klasifikasi wasei-eigo. Hasil penelitian Wahyuni ditemukan klasifikasi wasei-eigo diantaranya, wasei-eigo yang mengalami perubahan makna (imizurekata), penyingkatan wasei-eigo dalam bahasa Jepang (tanshukukata), dan wasei-eigo berupa gabungan beberapa morfem (eigo hyougen fuzaikata). Selain itu, beberapa wasei-eigo berupa gabungan beberapa klasifikasi, yaitu wasei-eigo yang mengalami penyingkatan dan perubahan makna (imizure to tanshuku kumiawasekata) juga ditemukan dalam penelitian Wahyuni. Penelitian Wahyuni dan penelitian ini sama-sama dianalisis tentang kajian morfologi dan kata pinjaman, sedangkan objek yang diteliti berbeda. Wasei-eigo dibahas dalam penelitian Wahyuni, sedangkan gairaigo dibahas dalam penelitian

3 ini. Selain itu, hanya arti dari kata asalnya secara singkat, yaitu bahasa Inggris dibahas dalam penelitian Wahyuni, sedangkan makna pada penggabungan gairaigo dengan menggunakan teori makna leksikal yang dikemukakan oleh Chaer (2009) juga dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan satu sumber data saja, yaitu majalah wanita, sehingga lebih terfokus. Selain itu, manfaat yang didapat dari penelitian Wahyuni, yaitu dapat dijadikan sebagai acuan untuk meneliti mengenai bidang ilmu morfologi atau pembentukan pada penggabungan gairaigo dengan lebih mendalam. Nishfullayli (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Proses Morfologis Pada Gairaigo dianalisis tentang pembentukan pada gairaigo dalam majalah wanita CREA edisi Agustus 2005, Jurnal Bahasa Jepang Nihon go Jaanaru edisi Februari-September 2002, dan Jurnal Pendidikan Kaigai Shijou Kyouiku No. 452 tahun 2010. Tujuan penelitian Nishfullayli adalah untuk dapat mendeskripsikan proses-proses morfologis pada gairaigo dalam rangka pembentukan kata sebagai penambah kekayaan kosakata bahasa Jepang. Teori yang digunakan dalam penelitian Nishfullayli, yaitu dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Shibatani (dalam Tsujimura 2000) mengenai pembentukan kata. Metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian Nishfullayli ditemukan tiga proses morfologis dari gairaigo tersebut, yaitu afiksasi, penggabungan (compounding), dan pemendekan (abbreviation). Pada penelitian Nishfullayli juga dibahas tentang perubahan kelas kata sebagai akibat dari proses morfologis tersebut.

4 Penelitian Nishfullayli dan penelitian ini sama-sama dianalisis mengenai proses morfologis pada gairaigo, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada pembahasan mengenai penggabungan gairaigo dan makna yang terkandung, sehingga lebih terfokus dan lebih mendalam pembahasannya. Selain itu, digunakan satu sumber data dalam penelitian ini, yaitu majalah wanita saja. Manfaat yang didapat dari penelitian Nishfullayli, yaitu dapat dijadikan sebagai acuan untuk meneliti di bidang ilmu morfologi atau pembentukan pada penggabungan gairaigo lebih mendalam. Jayanti (2014) membuat penelitian dengan judul Variasi Komposisi dan Makna Kata Majemuk (Fukugougo) Dalam Buku Kumpulan Esai Hitori Zumou Karya Sakura Momoko. Penelitian Jayanti dianalisis tentang variasi komposisi kata maupun kelas kata yang menghasilkan kata majemuk dan maknanya. Teori yang digunakan dalam penelitian Jayanti, yaitu teori Shibatani (1990) untuk membahas variasi kata majemuk dalam bahasa Jepang dan menggunakan teori yang dikemukakan Chaer (2009) untuk membahas makna leksikal kata majemuk. Tujuan penelitian Jayanti adalah untuk dapat memahami variasi komposisi kata majemuk dan memahami makna yang dihasilkan dari pemajemukan dalam buku kumpulan esai Hitori Zumou karya Sakura Momoko. Metode yang digunakan adalah metode formal dengan teknik informal. Berdasarkan hasil penelitian Jayanti, ditemukan 18 jenis variasi komposisi yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu Native Compounds, Sino-Japanese Compounds, dan Hybrid Compounds. Selain itu, ditemukan juga makna yang dihasilkan dari kata majemuk tersebut yaitu dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kata majemuk yang maknanya dihasilkan

5 dari kedua kata pembentuknya, kata majemuk yang maknanya dihasilkan dari satu kata pembentuknya, dan kata majemuk yang maknanya tidak dihasilkan dari kedua kata pembentuknya. Penelitian Jayanti dan penelitian ini sama-sama dianalisis mengenai kata majemuk atau penggabungan (compounding) dan makna dari proses pemajemukan, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada pembahasan mengenai penggabungan gairaigo. Selain itu, penelitian ini juga dibahas mengenai tipe-tipe penggabungan, yakni tipe endosentris dan tipe eksosentris dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh O Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996). Penelitian Jayanti memberikan kontribusi dalam penelitian ini, karena dapat dipahami bagaimana cara menganalisis makna penggabungan gairaigo, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini. 2.2 Konsep Konsep adalah semua istilah atau kata kunci yang digunakan dalam suatu karya ilmiah. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 2.2.1 Proses Morfologi Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata (Chaer, 2008:3).

6 Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi) (Chaer, 2008:25). Sejauh ini alat pembentuk dalam proses morfologi adalah afiks dalam proses afiksasi, pengulangan dalam proses reduplikasi, penggabungan dalam proses komposisi, pemendekan atau penyingkatan dalam proses akronimisasi, dan pengubahan status dalam proses konversi (Chaer, 2008:27). 2.2.2 Penggabungan (Compounding) Menurut Kridalaksana (1993:164), penggabungan atau compounding adalah penggabungan dua bentuk bahasa atau lebih, sehingga dapat mempunyai fungsi sendiri, misalnya penggabungan dua morfem, kata, frase, atau klausa, sehingga membentuk satu konstruksi. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tsujimura (1996:150), penggabungan atau compounding adalah proses penggabungan dua atau lebih kata. 2.2.3 Gairaigo Menurut Sudjianto (2009:104) gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing (gaikokugo) kemudian dipakai sebagai bahasa nasional (kokugo). Kata-kata yang termasuk gairaigo bahasa Jepang pada umumnya adalah kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa tidak termasuk kango yang terlebih dulu dipakai di dalam bahasa Jepang sejak zaman dulu kala. Kata-kata seperti haikingu, teema, sonata, konto, kaosu, ego, noruma, chaachan, dan sebagainya adalah gairaigo.

7 2.3 Kerangka Teori Dalam sebuah penelitian diperlukan teori untuk memecahkan masalah yang dibahas dan untuk menunjang penelitian. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 2.3.1 Penggabungan (Compounding) Teori compounding atau penggabungan pada penelitian ini, yaitu menggunakan teori dari O Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996:151-155). Ada beberapa cara untuk membentuk suatu kata salah satunya dengan compounding atau dengan menggabungkan kata dengan kata. Morfem yang berada paling kanan atau yang disebut dengan component rightmost ialah yang menentukan kategorinya. Dengan demikian, kata greenhouse berkategori kata benda. Kata spoonfeed merupakan kata kerja, karena kata feed juga bagian dari kategori kata kerja. Kata nationwide merupakan kata sifat, karena kata wide juga merupakan kata sifat. Morfem yang menentukan kategori seluruh kata disebut dengan head atau inti kata. Penggabungan yang dihasilkan biasanya berkategori kata benda, kata kerja, atau kata sifat, seperti pada diagram sebagai berikut. 2.3.1.1 Nominal Compound (Penggabungan berkategori kata benda) Dalam kategori ini dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu sebagai berikut: a) N b) N c) N d) N N N A N V N P N fire engine green house scrub nurse after thought Oil well blue bird jump suit in laws

8 Pada contoh a) merupakan gabungan dari kata benda dengan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata benda. Contoh b) merupakan gabungan dari kata sifat dengan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata benda. Morfem yang berada paling kanan ialah yang menentukan kategori, sehingga kata house dan kata bird dapat disebut sebagai head atau inti kata. Contoh c) merupakan gabungan dari kata kerja dengan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan yang berkategori kata benda. Morfem yang berada paling kanan atau yang disebut sebagai component rightmost ialah yang menentukan kategori. Dengan demikian, kata nurse dan kata suit dapat disebut sebagai head. Contoh d) pada diagram tersebut merupakan gabungan dari preposisi dan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan berkategori kata benda. Component rightmost pada penggabungan after thought adalah kata thought, sedangkan component rightmost pada penggabungan in laws adalah kata laws, sehingga dapat disebut sebagai head atau inti kata dalam penggabungan tersebut. 2.3.1.2 Verbal Compound (Penggabungan berkategori kata kerja) Dalam kategori ini dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu sebagai berikut: a) V b) V c) V d) V N V A V P V V V spoon feed white wash over look drop kick steam roll dry clean under estimate break dance

9 Contoh a) dalam diagram tersebut merupakan gabungan dari kata benda dengan kata kerja, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata kerja. Kata feed dan kata roll merupakan morfem yang berada paling kanan dalam penggabungan tersebut, sehingga menentukan kategori dan dapat disebut sebagai head atau inti kata. Contoh b) adalah gabungan dari kata sifat dengan kata kerja, sehingga menghasilkan kata kerja. Morfem yang berada paling kanan pada penggabungan-penggabungan tersebut adalah kata wash dan kata clean, sehingga menentukan kategori dan dapat dijadikan sebagai head. Contoh c) merupakan gabungan dari preposisi dengan kata kerja, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata kerja. Kata look dengan kata estimate merupakan morfem yang berada paling kanan dalam penggabungan-penggabungan tersebut, sehingga menentukan kategori dan dapat dijadikan sebagai head. Contoh d) adalah gabungan dari dari kata kerja dengan kata kerja. Dengan demikian, menghasilkan penggabungan kata kerja. 2.3.1.3 Adjectival Compound (Penggabungan berkategori kata sifat) Dalam kategori ini dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut: a) A b) A c) A N A A A P A nation wide red hot over ripe sky blue deep blue in grown Contoh a) merupakan gabungan dari kata benda dengan kata sifat. Kata wide dengan kata blue merupakan morfem yang berada paling kanan, sehingga

10 menentukan kategori dan dapat disebut sebagai head. Contoh b) merupakan gabungan dari kata sifat dengan kata sifat, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata sifat. Contoh c) merupakan gabungan dari preposisi dengan kata sifat, sehingga menghasilkan penggabungan berkategori kata sifat. Kata ripe dengan kata grown merupakan morfem yang berada paling kanan, sehingga menentukan kategori dan dapat disebut sebagai head dalam penggabungan-penggabungan tersebut. 2.3.2 Tipe-Tipe Penggabungan (Types of Compounds) Menurut O Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996:154-155) ada dua macam tipe penggabungan, yaitu tipe endosentris dan tipe eksosentris. Menurut Fabb (2001:67) tipe endosentris merupakan tipe penggabungan yang memiliki head, sedangkan tipe eksosentris merupakan tipe penggabungan yang tidak memiliki head. Dalam banyak kasus, morfem yang berada di sebelah kanan atau yang disebut the rightmost component yang mengidentifikasi kelas kata dan juga merupakan makna inti dari keseluruhan penggabungan. Oleh karena itu, kata dog food merupakan jenis dari food, cave man merupakan jenis dari man, dan lain sebagainya. Penggabungan-penggabungan tersebut dinamakan endosentris. Berikut contoh-contoh lain dari penggabungan endosentris. Contoh Steamboat Airplane air hose Arti sebuah perahu yang bertenaga uap sebuah kendaraan yang bergerak melalui udara sebuah selang yang dilalui udara

11 air field fire truck bath tub bath towel lapangan untuk tempat pesawat mendarat kendaraan yang digunakan untuk memadamkan api tempat untuk mandi handuk yang digunakan setelah mandi Ada sebagian kecil yang termasuk ke dalam tipe eksosentris, meskipun makna kata per kata dari penggabungan tersebut tidak sesuai. Dengan demikian, greenbottle bukan jenis dari sebuah bottle melainkan jenis dari seekor lalat. Sama halnya dengan kata redneck bukan jenis dari neck melainkan pekerja orang kulit putih yang bekerja secara politik di daerah pedesaan. Selain itu, kata sugar daddy juga yang dimaksud bukan ayah bergula melainkan seorang kekasih wanita yang dilimpahi hadiah dari seorang pria yang jauh lebih tua darinya. Penggabungan-penggabungan tersebut dinamakan eksosentris. 2.3.3 Makna Leksikal Menurut Chaer (2009:60) makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Karena itu dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguhsungguh nyata dalam kehidupan kita. Umpamanya kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, atau dalam kalimat Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi, dalam

12 kalimat Yang menjadi tikus di gudang kami ternyata hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus.