KEMAMPUAN PEMBENTUKAN BUAH DAN BIJI PADA PERSILANGAN UBIJALAR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI INKOMPATIBILITAS PADA BEBERAPA KOMBINASI PERSILANGAN UBIJALAR (Ipomoea batatas L.)

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

INKOMPATIBILITAS DAN VIABILITAS BEBERAPA KLON UBIJALAR BERPOTENSI HASIL TINGGI DAN MENGANDUNG KALIUM TINGGI

Pengaruh macam persilangan terhadap hasil dan kemampuan silang buah naga jenis merah (hylocereus polyrhizus)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PELUANG PENINGKATAN KEBERHASILAN PERAKITAN VARIETAS UBIJALAR UNGGUL MELALUI PENANGGULANGAN SIFAT INKOMPATIBILITAS

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

DAYA SILANG UBI JALAR BERDAGING UMBI JINGGA DENGAN Ipomoea trifida DIPLOID DAN HUBUNGAN GENETIKNYA BERDASARKAN RAPD ABSTRACT


BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi

a. Judul Penelitian : Persilangan Genotipe Padi yang Tahan Gambut dengan Varietas Padi Unggul

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI SITOKININ TERHADAP PEMBENTUKAN BUAH PARTENOKARPI PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) Oleh :

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Studi Pewarisan Antosianin Ubi Jalar pada Populasi F1 dari Tiga Kombinasi Persilangan Ayamurasaki

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 2009 sampai bulan Januari

PENDAHULUAN. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

MANGGA HIBRIDA HASIL PERSILANGAN ARUMANIS- 143 DENGAN KLON MANGGA MERAH

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH

Teknologi Produksi Ubi Jalar

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka)

ULAS BALIK. Sterilitas Jantan pada Tanaman. (Male Sterility in Plants)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Sistem Reproduksi Tanaman HUBUNGANNYA DENGAN PEMULIAAN TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

Jl. Raya Kendalpayak Km.8 Malang Jl. Merdeka 147, Bogor

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

BAB III METODE PENELITIAN

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Teknik Pemuliaan Tanaman Cabai

EFFECT OF POLLINATION TIME AND PROPORTION FEMALES FLOWERS WITH MALES FLOWERS TO YIELD AND SEED QUALITY OF CUCUMBER (Cucumis sativus L) HYBRID

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu pengamatan tingkat keberhasilan reproduksi dan sistem perkawinan.

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O,

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

Persilangan Genotipe-Genotipe Kedelai (Glycine max L. Merrill.) Hasil Seleksi pada Tanah Salin dengan Tetua Betina Varietas Anjasmoro

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

BAB III METODE PENELITIAN. Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang pada bulan Agustus

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

III. BAHAN DAN METODE

BEBERAPA SIFAT PENTING UNTUK PERBAIKAN VARIETAS UNGGUL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF

PROSEDUR PEMULIAAN KACANG PANJANG

BAB 1. PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat. Paradigma ini makin menyadarkan para. pemangku kepentingan bahwa produk hasil hutan bukan kayu (HHBK)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

III. BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Lampung mulai bulan September 2012 sampai Juni 2013.

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE

SELEKSI KLON-KLON UBIJALAR BERKADAR BETA KAROTIN DAN BAHAN KERING TINGGI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

Self-Compatibility Crosses of Several Cocoa Clones

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

PROSEDUR PEMULIAAN KACANG PANJANG

PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Penyebab Kehampaan Gabah pada Persilangan Padi antar Subspesies. Effecting Factors of Unfilled Grain in Intersubspecific Hybridization

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Salak Tanaman salak dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

Transkripsi:

KEMAMPUAN PEMBENTUKAN BUAH DAN BIJI PADA PERSILANGAN UBIJALAR Wiwit Rahajeng dan ST. A. Rahayuningsih Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jln. Raya Kendalpayak Km 8, Kotak Pos 66. Malang, Indonesia E-mail: wiwit_rahajeng@yahoo.com ABSTRAK Permasalahan pada persilangan ubijalar adalah adanya self incompatibility dan cross incompatibility. Percobaan ini bertujuan mengetahui kemampuan pembentukan buah dan biji, termasuk kecocokan persilangan (compatible mating) pada tiga varietas/klon ubijalar (Sari, Beta-1 dan MIS 0614-02 sebagai tetua betina) pada persilangan terkendali (self dan cross pollination) serta pada persilangan terbuka (open pollination). Percobaan dilakukan di rumah kaca Balitkabi Malang, pada bulan Februari 2012 Agustus 2012. Bahan yang digunakan adalah varietas/klon Sari, Beta-1 dan MIS 0614-02 (betina) dan varietas/klon Sari, Beta-1, MIS 0614-02, Ayamurazaki, Korea, dan JP-23 (jantan). Persilangan dilakukan dengan tiga cara, yaitu selfing, persilangan terbuka, dan persilangan terkendali (cross pollination). Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bunga yang disilangkan, persentase bunga jadi kapsul dan jumlah biji yang dihasilkan setiap kapsul. Varietas Sari, Beta-1, dan klon MIS 0614-02 diduga memiliki sifat self steril atau self incompatible. Pada cross pollination, varietas Sari menunjukkan persentase pembentukan buah dan rata-rata jumlah biji/buah tertinggi, sedangkan varietas Beta-1 menunjukkan persentase pembentukan buah dan rata-rata jumlah biji/buah terendah. Pada open pollination, pembentukan buah tidak bisa dihitung karena jumlah bunga yang diserbuki tidak diketahui. Klon JP-23 cocok (compatible) jika digunakan sebagai tetua jantan untuk varietas/klon Sari dan MIS 0614-02, sedangkan varietas Ayamurazaki kurang cocok digunakan sebagai tetua jantan untuk klon MIS 0614-02 dan varietas Beta-1. Kombinasi persilangan antara varietas Sari dan klon MIS 0614-02 menunjukkan adanya sifat cross incompatible. Varietas Beta-1 diduga memilki sifat self incompatible, cross incompatible, dan female sterility yang tinggi. Kata kunci: pembentukan buah (kapsul), biji, ubijalar, kecocokan persilangan ABSTRACT Fruit and seed setting in sweetpotato hybridization. The problems sweetpotato hybridization is self-incompatibility and cross-incompatibility. This experiment aims to know fruits and seeds setting ability, including compatible mating on three varieties/clones of sweetpotato (Sari, Beta-1 and MIS 0614-02 as an female parent) at controlled hybridization (self and cross pollination) and open pollination. The experiments were conducted in the Balitkabi Malang greenhouse in February 2012 until August 2012. The material used were Sari, Beta-1 and MIS 0614-02 (female) and Sari, Beta-1, MIS 0614-02, Ayamurazaki, Korea, and JP-23 (male). Hybridization was conducted in three ways: selfing, open pollination, and cross pollination. Observations was concentrated on the amount of flowers which were crossed, the percentage of flowers becoming capsules and the number of seeds produced by capsules. Sari, Beta-1, and MIS 0614-02 were assumed possessing self sterility or self incompatibility. In crosspollination, Sari showed highest fruit set and the average number of seeds/fruit, while Beta-1 showed lowest fruit set and average number of seeds/fruit. In open pollination, fruit set could not be calculated because the amount of flowers is not known. JP-23 was most compatible if it was used as male to Sari and MIS 0614-02, while Ayamurazaki was less compatible if it was Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 629

used as male for MIS 0614-02 and Beta-1. The combination between Sari and MIS 0614-02 showed cross incompatibility. Beta-1 was assumed possessing self-incompatibility, crossincompatibility, and high female Sterility. Keywords: fruit set, seed set, sweetpotato, compatible mating. PENDAHULUAN Ubijalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu alternatif sumber karbohidrat dalam penganekaragaman pangan, sehingga upaya perbaikan mutu ubijalar secara kuantitas dan kualitas terus dilakukan. Bunga pada ubijalar bersifat self incompatible (ketidaksesuaian sendiri) dan dijumpai pula yang cross incompatible (ketidaksesuaian silang). Sifat self incompatible dapat membantu peningkatan ragam genetik secara alami. Namun sifat cross incompatible merupakan salah satu kendala dalam program pemuliaan ubijalar (persilangan terkendali). Menurut Wang (1982), ubijalar adalah tanaman yang berbunga steril jika diselfing (self incompatible) dan hanya beberapa klon yang bersifat fertil apabila diselfing. Tujuan persilangan adalah untuk mendapatkan rekombinan dengan menggabungkan sifat-sifat yang dimiliki oleh kedua induk yang disilangkan. Persilangan buatan (terkendali) pada ubijalar umumnya sulit menghasilkan kapsul (buah) dan biji, yang disebabkan oleh ketidakcocokan dan sterilitas bunga. Kecocokan ditentukkan oleh dua kriteria yaitu: berhasil tidaknya polen berkecambah pada stigma dan berhasil tidaknya pembentukan bakal kapsul setelah polinasi. Sedangkan sterilitas diduga dipengaruhi oleh dua hal yaitu: polen mampu berkecambah tetapi gagal melakukan pembuahan dan lemahnya/matinya embrio yang terjadi setelah pembuahan (Martin 1982). Adanya self incompatible, cross incompatible disertai dengan rendahnya jumlah biji yang dihasilkan dari persilangan yang sesuai mengakibatkan sulitnya studi genetik pada ubijalar. Percobaan ini bertujuan untuk meneliti kemampuan pembentukan buah dan biji, termasuk kecocokan persilangan (compatible mating) pada tiga varietas/klon ubijalar (Sari, Beta-1 dan MIS 0614-02 sebagai tetua betina) pada persilangan terkendali (self dan cross pollination) dan persilangan terbuka (open pollination). BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Malang, pada bulan Februari 2012 hingga Agustus 2012. Kegiatan persilangan dimulai pada bulan April sampai Juli 2012. Bahan yang digunakan adalah varietas/klon Sari, Beta-1 dan MIS 0614-02 (tetua betina) dan varietas/klon Sari, Beta-1, MIS 0614-02, Ayamurazaki, Korea, dan JP-23 (tetua jantan). Masing-masing klon/varietas ditanam dalam 10 pot ukuran 5 kg dan satu pot berisi dua tanaman. Bahan yang digunakan adalah 200 kg Urea, 100 kg SP36, 150 kg KCl/ha, furadan, zat pengatur tumbuh untuk merangsang pembungaan (Gandasil B), Herbisida, Insektisida dan Fungisida, kantong kertas, pinset, pisau/cutter, benang, paper klip, kertas label, sedotan plastik, dan plastik. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma serta penyiraman. Pertanaman dipupuk dengan dosis pupuk 100 kg Urea + 100 kg SP36 + 75 kg KCl. Di samping itu digunakan zat pengatur tumbuh untuk merangsang pembungaan (Gandasil B). Penyiangan dilakukan sekali sebulan. Penyiraman dilakukan sekali sehari sampai penelitian selesai. Penyemprotan fungisida dan insektisida dilakukan seminggu sekali. Dilakukan pengikatan sulur pada setiap ajir. 630 Rahajeng dan Rahayuningsih: Kemampuan pembentukan buah dan biji persilangan ubijalar

Persilangan dilakukan dengan tiga cara, yaitu: penyerbukan sendiri (selfing), penyerbukan terbuka (open pollination) dan penyerbukan terkendali (cross pollination). 1. Pada penyerbukan sendiri, stigma tetua betina diserbuki polen dari bunga itu sendiri (tetua betina dan tetua jantan berasal dari bunga yang sama). 2. Pada penyerbukan terbuka, bunga dibiarkan tanpa perlakuan (bunga dibiarkan mekar), sehingga diharapkan akan terjadi penyerbukan dengan vektor serangga. 3. Pada cross pollination, tiga tetua betina (Sari, Beta-1 dan MIS 0614-02) disilangkan dengan kombinasi lima tetua jantan yang berbeda (Sari, Beta-1, MIS 0614-02, Ayamurazaki, Korea, dan JP-23), kastrasi dilakukan pada tetua betina sehari sebelum penyerbukan pada sore hari, sekitar pukul 15.00 16.00. Kemudian dilakukan persiapan bunga tetua jantan bersamaan dengan kastrasi, kuncup bunga disungkup menggunakan sedotan. Persilangan dapat dimulai pada pukul 07.00 10.00, dengan cara menempelkan serbuk sari pada ujung kepala putik. Bunga ditandai dengan benang berwarna, kemudian dicatat di buku tanggal persilangan, jumlah bunga yang disilangkan dan warna benang (menunjukkan tetua jantan). Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bunga yang disilangkan, persentase bunga jadi kapsul dan jumlah biji yang dihasilkan setiap kapsul. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada persilangan terkendali (self dan cross pollination), terlihat kemampuan membentuk buah (fruit set) dan biji (seed set) tiga varietas/klon (Sari, Beta-1, dan MIS 0614-02) ketika diselfingkan dan disilangkan dengan lima varietas/klon (Sari, MIS 0614-02, Ayamurazaki, Korea, dan JP-23) menunjukkan hasil yang bervariasi (Tabel 1). Sedangkan pada persilangan terbuka (open pollination), persentase pembentukan buah (kapsul) tidak bisa dihitung karena tidak diketahui jumlah bunga yang diserbuki. Dari Tabel 1 tersebut terlihat bahwa ketiga varietas/klon (Sari, Beta-1, dan MIS 0614-02) tersebut adalah self-steril/selfincompatible karena hasil selfing menunjukkan persentase pembentukan buah (kapsul) 0%. Sedangkan pada penyerbukan terkendali (cross pollination) menunjukkan hasil yang bervariasi pada ketiga varietas/klon tersebut. Pada varietas Sari dan klon MIS 0614-02 terlihat rata-rata persentase pembentukan buah (kapsul) yang cukup tinggi yaitu 52% dan 43% dengan rata-rata jumlah biji/buah 1,31 dan 1,19. sedangkan varietas Beta-1 menunjukkan persentase pembentukan buah (kapsul) yang rendah yaitu 0,56% dengan rata-rata jumlah biji/buah 0,25. Andriani (2005) menyatakan bahwa self incompatible yang terjadi pada ubijalar karena adanya interaksi polen dan stigma, yaitu stigma menolak polen untuk berkecambah ini menandakan bahwa sistem incompatibility yang mengendalikan self incompatible pada klon-klon tersebut adalah sporophitic incompatible. Sedangkan gagalnya polen membuahi ovum merupakan indikasi adanya sistem gametophitic incompatible. Dengan demikian incompatibility pada ubijalar sangat kompleks, karena selain sporophitic incompatible juga terjadi gametophitic incompatible. Ketiga klon memberikan respon yang berbeda-beda pada masing-masing tetua jantan. JP-23 lebih kompatibel jika digunakan sebagai tetua jantan untuk varietas Sari dan klon MIS 0614-02 dibandingkan dengan keempat varietas/klon yang lain karena persentase pembentukan buah mencapai 80% untuk varietas Sari dan 88% untuk klon MIS 0614-02. Klon JP-23 tidak kompatibel jika digunakan sebagai tetua jantan terhadap varietas Beta-1, karena pada kombinasi persilangan tersebut sama sekali tidak menghasilkan buah. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 631

Ayamurazaki kurang kompatibel jika digunakan sebagai tetua jantan terhadap klon MIS 0614-02 dan varietas Beta-1, tetapi cukup inkompatibel jika digunakan sebagai tetua jantan terhadap Sari. Tabel 1. Persentase pembentukan buah/kapsul (fruit set) dan jumlah biji/buah pada persilangan terkendali Persilangan bunga yang disilangkan buah biji % Fruit set Rata-rata jumlah biji/buah Sari x Self 10 0 0 0 0 Beta-1 x Self 10 0 0 0 0 MIS 0614-02 x Self 10 0 0 0 0 0 0 Sari x MIS 0614-02 5 0 0 0 0 Sari x Ayamurazaki 156 109 206 70 1,89 Sari x Korea 37 21 35 57 1,67 Sari x JP-23 15 12 20 80 1,67 Rata-rata 52 1,31 Beta-1 x Sari 5 0 0 0 0 Beta-1 x Ayamurazaki 45 1 1 2 1 Beta-1 x Korea 11 0 0 0 0 Beta-1 x JP-23 8 0 0 0 0 Rata-rata 0,56 0,25 MIS 0614-02 x Sari 15 0 0 0 0 MIS 0614-02 x Ayamurazaki 47 9 11 19 1,22 MIS 0614-02 x Korea 23 15 29 65 1,93 MIS 0614-02 x JP-23 24 21 34 88 1,62 Rata-rata 43 1,19 Klon-klon yang tidak menghasilkan biji diduga karena klon-klon tersebut mempunyai sifat tidak cocok silang (cross incompatible) dengan klon yang disilangkan. ketidakcocokan silang dapat terjadi karena polen gagal berkecambah atau polen gagal melakukan penetrasi stigma (Mulyanah 2001). Reaksi ketidakcocokan ini bisa berupa sistem gametophitic atau sistem sporophitic. Sistem gametophitic dikontrol oleh gen tunggal yang ditandai dengan tabung sari tumbuhnya sangat lambat. Sedangkan sistem sporophitic, reaksi ketidakcocokan ditekankan pada serbuk sari oleh tanaman asal serbuk sari. Pada sistem ini induk betina dalam hal serbuk sari menunjukkan dominasi, kerja individu, atau persilangan (Allard 1992). Kombinasi persilangan antara Sari dengan MIS 0614-02, baik sebagai tetua jantan maupun sebagai tetua betina menunjukkan keberhasilan persilangan 0%, hal ini mengindikasikan bahwa kedua varietas/klon tersebut selain mempunyai sifat self incompatible juga menunjukkan adanya sifat cross incompatible pada kedua varietas/klon tersebut. Sedang pada varietas Beta-1, selain adanya self incompatible juga mengindikasikan adanya cross incompatible juga female sterility yang sangat tinggi, karena dari kombinasi persilangan dengan empat tetua jantan yang berbeda, hanya dengan tetua jantan Ayamurasaki yang menunjukkan adanya keberhasilan persilangan walaupun rendah (2%), 632 Rahajeng dan Rahayuningsih: Kemampuan pembentukan buah dan biji persilangan ubijalar

sedang dengan ketiga tetua jantan yang lain persilangan tidak berhasil. Kegagalan pembentukan kapsul biji kemungkinan karena pada tahap perkembangan polen gagal membuahi bakal biji dan bakal biji yang dibuahi gagal berkembang menjadi biji (Mugnisjah dan Setiawan 1990). Varietas Sari pada persilangan terkendali yang mempunyai rata-rata persentase pembentukan buah (kapsul) lebih besar dari kedua varietas/klon yang lain juga mempunyai rata-rata jumlah biji/buah yang lebih tinggi yaitu 1,31 biji/buah dibandingkan dengan klon MIS 0614-02 dengan jumlah biji rata-rata 1,19 biji/buah dan varietas Beta-1 yang mempunyai jumlah biji 1 biji/buah. Sebagai tetua betina, Sari menunjukkan hampir tidak ada perbedaan dalam rata-rata jumlah biji/buah diantara persilangan sesuai yang berbeda, sedangkan dalam tetua betina MIS 0614-02 menunjukkan adanya variasi rata-rata jumlah biji/buah (Tabel 1). Sedangkan pada persilangan terbuka (Tabel 2), varietas Sari menghasilkan jumlah buah tertinggi (124 buah), diikuti klon MIS 0614-02 (88 buah), dan pada varietas Beta-1 tidak menghasilkan buah. Varietas Sari dan klon MIS 0614-02 memiliki rata-rata jumlah biji per buah hampir sama yaitu 1,41 dan 1,32 biji/buah. Tabel 2. biji/buah pada persilangan terbuka Persilangan buah biji Rata-rata jumlah biji/buah Sari x Open pollination 124 175 1,41 Beta-1 x Open pollination 0 0 0 MIS 0614-02 x Open pollination 88 116 1,32 Menurut Yukania (2003), variasi jumlah biji dalam setiap buah bergantung pada berbagai faktor diantaranya; rata tidaknya butiran serbuk sari yang dioleskan pada stigma, jumlah bakal biji pada setiap bakal buah, kondisi lingkungan pada waktu penyerbukan dilaksanakan dan kesesuaian persilangan. Bunga ubi jalar yang fertil mengandung empat ovari per ovul, dan akan memungkinkan membentuk empat biji per kapsul. Ketidakserasian silang menyebabkan gagalnya fertilisasi, aborsi pada embrio, atau endosperm yang tidak berkembang dengan baik sehingga mengakibatkan terhambatnya perkembangan biji dan rendahnya mutu biji yang dihasilkan. Faktor-faktor ini diduga berpengaruh terhadap rendahnya jumlah biji per kapsul yang diperoleh (Wahibah 2002). KESIMPULAN 1. Varietas Sari, Beta-1, dan klon MIS 0614-02 diduga memiliki sifat self steril atau self incompatible. 2. Pada persilangan terkendali, varietas Sari menunjukkan persentase pembentukan buah (kapsul) dan rata-rata jumlah biji/buah tertinggi, sedangkan varietas Beta-1 menunjukkan persentase pembentukan buah (kapsul) dan rata-rata jumlah biji/buah terendah. 3. Pada open pollination persentase pembentukan buah tidak bisa dihitung karena jumlah bunga yang diserbuki tidak diketahui. 4. Klon JP-23 paling cocok (compatible) jika digunakan sebagai tetua untuk varietas/klon Sari dan MIS 0614-02, sedangkan varietas Ayamurazaki kurang cocok jika digunakan sebagai tetua untuk varietas/klon MIS 0614-02 dan Beta-1. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 633

5. Kombinasi persilangan antara varietas Sari dan klon MIS 0614-02 (keduanya sebagai tetua jantan atau betina) menunjukkan adanya sifat cross incompatible. 6. Varietas Beta-1 diduga memilki sifat self incompatible, cross incompatible, dan female sterility yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Allard. 1992. Pemuliaan tanaman Jilid 1. Mulyani M (editor). Bina Aksara. Jakarta. Andriani, A. 2005. Studi interaksi polen-stigma dan teknik persilangan untuk menanggulangi mekanisme inkompatibel sendiri pada ubijalar (Ipomoea batatas(l.) Lamk). Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang. Martin, F.W. 1982. Analysis of compatibility and sterility of sweetpotato. P. 82 172 In: R L Villareal and T D Griggs (Eds), Sweetpotato. Proceeding of the first International syimposium.avrdc Publication. Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 1990. Pengantar produksi benih. Penerbit Rajawali. Jakarta. Mulyanah. 2001. Kemampuan silang antara Ipomoea batatas berdaging umbi ungu dengan kerabat liarnya (Ipomoea trifida) Diploid. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Wahibah, N.N. 2002. Daya Silang Ubi Jalar Berdaging Umbi Jingga dengan Ipomoea trifida Diploid dan Hubungan Genetiknya Berdasarkan RAPD. Jurnal Natur Indonesia 5(1): 1 8 Wang, H. 1982. The breeding of sweetpotatoes for human consumption. P. 82 172 In. Sweetpotato. Proceeding of the first International syimposium. R L Villareal and T D Griggs (Eds). AVRDC Publication. Yukania, N.2003. Biologi bunga, daya simpan serbuk sari dan keserasian persilangan talas (Colocasia esculanta (L.) Schott). Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. 634 Rahajeng dan Rahayuningsih: Kemampuan pembentukan buah dan biji persilangan ubijalar