PRODUKSI PERIKANAN TUNA HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA YANG BERBASIS DI PELABUHAN BENOA, BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

DISTRIBUSI PANJANG DAN ESTIMASI TOTAL TANGKAPAN TUNA SIRIP BIRU SELATAN (Thunnus maccoyii) PADA MUSIM PEMIJAHAN DI SAMUDERA HINDIA

HASIL TANGKAPAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI SAMUDERA HINDIA BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, BALI

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Wilayah Spawing Ground dan Migrasi Tuna Sirip Biru (Anthony Cox, Matthew Stubbs and Luke Davies, 1999)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

ASPEK REPRODUKSI IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) REPRODUCTION ASPECTS OF THE YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacares)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD DAN NISBAH KELAMIN TUNA MADIDIHANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/KEPMEN-KP/2015 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA, CAKALANG DAN TONGKOL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb

Monitoring tren dan produktivitas hasil tangkapan kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

HUBUNGAN PANJANG DAN BOBOT, SEBARAN FREKUENSI PANJANG, DAN FAKTOR KONDISI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974

BAB V. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA SOUTHERN BLUEFIN TUNA DI SAMUDERA HINDIA

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

Komposisi tangkapan tuna hand line di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara

JENIS DAN DISTRIBUSI UKURAN IKAN HASIL TANGKAP SAMPINGAN (BY CATCH) RAWAI TUNA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA BALI

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna

BAB I PENDAHULUAN. dunia merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna (Prager et

STRUKTUR UKURAN, HUBUNGAN PANJANG-BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN TUNA DI PERAIRAN PRIGI, JAWA TIMUR

Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

PERFORMA HASIL TANGKAPAN TUNA DENGAN PANCING TONDA DI SEKITAR RUMPON. (Performance Catch of Tuna from Troll Line in Rumpon) Oleh:

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA

Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di Samudera Hindia

Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Muara Baru Jakarta 2)

KOMPOSISI UKURAN, PERBANDINGAN JENIS KELAMIN, DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TODAK BERPARUH PENDEK (Tetrapturus angustirostris) DI SAMUDERA HINDIA

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

SEBARAN UKURAN PANJANG DAN NISBAH KELAMIN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): , Desember 2014 ISSN

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

J. Sains & Teknologi, April 2014, Vol.14 No.1 : ISSN

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

UNIVERSITAS INDONESIA

Identifikasi Ikan Berparuh (Billfish) di Samudera Hindia Perikanan Pelagis. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan

STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN LAYAK TANGKAP IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE

OPTIMALISASI DAN STRATEGI PEMANFAATAN SOUTHERN BLUEFIN TUNA DI SAMUDERA HINDIA SELATAN INDONESIA MUHAMMAD RAMLI C

TESIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN INDONESIA MENANGANI ISU PERBURUAN HIU ( ) Disusun Oleh: TIKA DIAN PRATIWI, S. I. Kom

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

UNIVERSITAS INDONESIA. ANALISIS ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA TESIS

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Budi Nugraha 1) dan Hufiadi 2) 1) Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali 2)

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

Karakteristik Ikan Tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii) Hasil Tangkapan Kapal Rawai Tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES JOURNAL Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-8 Online di :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

Sebaran Panjang Dan Nisbah Kelamin Untuk Investigasi Kemampuan Pemijahan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus

PENGARUH LAMA SETTING DAN JUMLAH PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA DI LAUT BANDA

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO

PENDATAAN BYCATH HIU DAN PARI (MANTA) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 27 /MEN/2009 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Exploitation of Southern Bluefin Tuna(Thunnus maccoyii) on Hindia Ocean based on fish catch, landed in Benoa Port, Denpasar, Bali.

BIOLOGI REPRODUKSI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi

DINAMIKA POPULASI IKAN

DINAMIKA POPULASI IKAN PEDANG (Xiphias gladius L.) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kerjasama internasional tentunya bukan hal yang asing lagi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Gambar rancang bangun alat penangkap ikan tuna longline. Sumber: 30 Desember 2010

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

CAPAIAN PERKEMBANGAN PROGRAM PEMANTAU PADA PERIKANAN RAWAI TUNA DI INDONESIA

OPTIMALISASI DAN STRATEGI PEMANFAATAN SOUTHERN BLUEFIN TUNA DI SAMUDERA HINDIA SELATAN INDONESIA MUHAMMAD RAMLI C

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, DENPASAR, BALI

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

BAB V PENUTUP. kekayaan laut yang sangat melimpah. Dengan luas wilayah Indonesia adalah 7,9

MORFOMETRI DAN KOMPOSISI ISI LAMBUNG IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI PANTAI PRIGI JAWA TIMUR

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

STRUKTUR UKURAN DAN JUMLAH TANGKAPAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares MENURUT WAKTU PENANGKAPAN DAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR

Transkripsi:

Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Hasil..... di Pelabuhan Benoa, Bali (Jatmiko, I., et al) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi e-mail:jppi.puslitbangkan@gmail.com JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA Volume 22 Nomor 1 Maret 216 p-issn: 853-5884 e-issn: 252-6542 Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI-LIPI/7/215 PRODUKSI PERIKANAN TUNA HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA YANG BERBASIS DI PELABUHAN BENOA, BALI PRODUCTION OF TUNA CATCH FROM TUNA LONGLINE BASED ON BENOA PORT, BALI ABSTRAK Irwan Jatmiko* 1, Bram Setyadji 1 dan Dian Novianto 1 1 Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa Bali Teregistrasi I tanggal: 19 Agustus 215; Diterima setelah perbaikan tanggal: 6 Januari 216; Disetujui terbit tanggal: 11 Januari 216 Perikanan tuna merupakan salah satu primadona perikanan di Indonesia dengan total produksi mencapai 1.297 ton dari tahun 24 hingga 211. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan kisaran panjang hasil tangkapan tuna dari kapal rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sampling pada 16 unit perusahaan pengolahan ikan tuna di Pelabuhan Benoa pada periode 21-214. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi pada perikanan rawai tuna dan hasil tangkapannya. Total sebanyak 4.46 kapal tuna longline yang melakukan pendaratan hasil tangkapannya di Pelabuhan Benoa, Bali pada periode 21-214. Rata-rata persentase ekspor tertinggi adalah jenis ikan tuna mata besar sebesar 68% diikuti oleh madidihang (52%) dan tuna sirip biru selatan (31%). Ukuran panjang ikan madidihang berfluktuasi dengan rata-rata 13 cm dan kisaran panjang antara 121-135 cm. Panjang tuna mata besar cenderung stagnan dengan rata-rata 122 cm dan kisaran panjang antara 119-126 cm. Sedangkan panjang rata-rata tuna sirip biru selatan cenderung menurun dengan rata-rata 167 cm dan kisaran panjang 162-171 cm. Ketiga spesies ini rata-rata telah melakukan pemijahan sebelum ditangkap. Hal ini baik untuk menjaga stok tuna karena ikan yang tertangkap telah melakukan pemijahan sehingga dapat mendukung kelestarian sumberdaya tuna di Samudera Hindia. Kata Kunci: Produksi; komposisi jenis; struktur ukuran; rawai tuna; Samudera Hindia ABSTRACT Tuna fishery is one of the important fisheries in Indonesia with total production reached 1,297 tons from 24 to 211. This study aims to determine the production and length frequencies of tuna catches from tuna longline vessels based in Benoa Port, Bali. Data collection was conducted using enumeration method in the 16 units of tuna fish processing company in Benoa Port in the period 21-214. The method used in this research is descriptive method in which the research is intended to describe the phenomenon that occurs in longline tuna fishery and the catch. A total of 4,46 tuna longline vessels were landed their catch in Benoa Port, Bali in the period 21-214. The highest average percentage for catch export is big eye tuna with 68% followed by yellowfin tuna (52%) and southern bluefin tuna (31%). The length of yellowfin tuna were fluctuated with average 13 cm and range from 121-135 cm. The length of bigeye tuna tends to stagnant with average 122 cm and range from 119-126 cm. While the length of the southern bluefin tuna tends to decrease with an average length of 167 cm and the range of 162-171 cm. All three species were assumed to have spawned before being caught. It is assure to keep stock of fish on the save level because maintain the regeneration to support the sustainable of tuna resources in the Indian Ocean. Keywords: Production; species composition; size structure; tuna longline; Indian Ocean Korespondensi penulis: e-mail: irwan.jatmiko@gmail.com 25

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.1 Maret 216: 25-32 PENDAHULUAN Sejak dicanangkannya Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 November 25 maka upaya untuk mewujudkan keunggulan kompetitif yang dibangun atas keunggulan komparatif berupa kekayaan sumberdaya alam yang dikelola dan diusahakan dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta manajemen profesional telah dimulai. Pada sektor perikanan khususnya perikanan tangkap, komoditas yang dikedepankan salah satunya adalah perikanan tuna (Permen KP, 25). Perikanan tuna merupakan salah satu primadona perikanan di Indonesia dengan total produksi mencapai 1.297 ton dari tahun 24 hingga 211. Madidihang merupakan tangkapan tertinggi yaitu sebanyak 68,43% dari total produksi kelompok tuna besar diikuti tuna mata besar (25,3%), albakor (6,13%) dan tuna sirip biru selatan(,42%) (DJPT, 213). Selain pemanfaatan sumberdaya, sektor perikanan harus dikelola secara baik dan bertanggung jawab sesuai dengan panduan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO) tentang Kode Etik untuk Perikanan yang Bertanggungjawab (CCRF) (FAO, 1995). Beberapa data dan informasi perlu dikumpulkan sebagai basis data pengelolaan, antara lain: hasil tangkapan, upaya, ukuran panjang dan berat ikan. Beberapa data perikanan ini diperlukan untuk mengetahui tren hasil perikanan dan menjadi landasan untuk mengelola sumberdaya perikanan secara lebih baik pada tahuntahun selanjutnya (King, 27). Salah satu tujuan program pendataan adalah penyajian dan serta informasi statistik perikanan tuna. Upaya pendataan ikan tuna tersebut dalam rangka perbaikan stastistik perikanan tuna di Indonesia guna memenuhi kewajiban sebagai anggota organisasi pengelolaan perikanan regional (Regional Fisheries Management Organization) untuk melaporkan data hasil tangkapan/produksi perikanan tuna kepada organisasi tersebut, salah satunya adalah Komisi Perikanan Tuna di Samudera Hindia atau lebih dikenal Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) (IOTC, 212). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi produksi/hasil tangkapan, komposisi jenis dan ukuran panjang hasil tangkapan tuna dari kapal rawai tuna. Selain itu, penelitian ini juga mengetahui kategori kualitas (layak ekspor dan reject) ikan tuna hasil tangkapan kapal rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali. Diharapkan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan dan pengembangan usaha perikanan tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali khususnya dan di Samudera Hindia umumnya. BAHAN DAN METODE Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode sampling pada 16 unit perusahaan pengolahan ikan tuna di Pelabuhan Benoa (Gambar. 1) pada periode 21-214. Unit sampling yang digunakan adalah kapal-kapal rawai tuna yang melakukan pendaratan hasil tangkapan, baik itu jenis kapal penampung maupun kapal penangkap. Data yang dikumpulkan berupa nama perusahan, nama kapal rawai tuna, komposi jenis hasil tangkapan, ukuran berat dan panjang untuk semua jenis ikan tuna, dan kategori kualitas hasil tangkapan (ekspor/reject). Pengumpulan data ukuran berat ikan dilakukan oleh enumerator untuk setiap individu ikan yang didaratkan, sedangkan pengukuran panjang dilakukan secara sampling terutama bagi ikan non ekspor. Cakupan sampling ditetapkan paling sedikit 3% dari total kapal yang melakukan pendaratan hasil tangkapan per bulan (IOTC, 22). Data-data yang dikumpulkan kemudian disimpan menggunakan program WinTuna Database, untuk kemudian diekstrak ke dalam program Microsoft Excel. Pengukuran panjang ikan dilakukan dengan menggunakan kaliper yang memiliki ketelitian sampai 1 cm. Ukuran panjang diperlihatkan berdasarkan urutan prioritas sesuai standar pengukuran internasional. Beberapa tipe pengukuran panjang tuna dan non tuna (IOTC, 22). Gambar 1. Lokasi penelitian di Pelabuhan Benoa, Bali. Figure 1. Research location in Benoa Port, Bali. 26

Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Hasil..... di Pelabuhan Benoa, Bali (Jatmiko, I., et al) Sebanyak 2.264 kapal atau sekitar 52% dari total kapal yang sandar diam bil datanya ( dilakuk an sam pling). Persentase sam pling Jumlah 14 12 1 8 6 4 2 Kapal yang sandar Kapal yang disampling 44% 4% tertinggi terjadi pada tahun 214 sebesar 61%, sedangkan terendah pada tahun 211 sebesar 4% (Gambar 2). 58% 57% 61% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 21 211 212 213 214 Gambar 2. Jumlah kapal yang sandar dan kapal yang disampling di Pelabuhan Benoa pada periode 21-214. Persentase merupakan perbandingan jumlah kapal yang disampling dengan kapal yang sandar. Figure 2. Number of unloaded and sampled vessels in Benoa Port in the period 21-214. The percentage is proportion between number of sampled vessels and unloaded vessels. Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi pada perikanan rawai tuna dan hasil tangkapannya. Menurut Furchan (24), penelitian deskriptif cenderung menggambarkan fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat. Tiga jenis tuna yang dijadikan objek penelitian ini adalah madidihang/thunnus albacares (YFT), tuna mata besar/thunnus obesus (BET) dan tuna sirip biru selatan/thunnus maccoyii (SBF). Ikan yang mendarat diukur panjang cagak dengan ketelitian 1 cm dan ditimbang beratnya dengan ketelitian 1 kg. Penghitungan estimasi hasil tangkapan menggunakan rumus estimasi dari Komisi Tuna Samudra Hindia/Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) (22): (export) dengan yang rendah (reject). Penentuan ikan yang berkualitas tinggi dan rendah dilakukan oleh petugas (checker) di unit perusahaan pengolahan ikan tuna di Pelabuhan Benoa. HASIL DAN BAHASAN Hasil Total sebanyak 4.46 kapal tuna longline yang melakukan pendaratan hasil tangkapannya di Pelabuhan Benoa, Bali pada periode 21-214. Jumlah kapal yang mendaratkan terbanyak terjadi pada tahun 21 yaitu 1.99 buah kapal, sedangkan terendah pada tahun 213 sebanyak 753 buah kapal. Total hasil tangkapan tuna yang tercatat pada periode 21-214 adalah sebesar 14.939 ton dengan nilai estimasi sebesar 28.847 ton. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 214 sebesar 3.561 ton (estimasi 5.987 ton), sedangkan terendah pada tahun 211 sebesar 2.4 ton (estimasi 5.51 ton). Dimana: CM : Estimasi hasil tangkapan (ton) LM : Jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapan (unit) AVM : Hasil tangkapan yang dienumerasi (ton)/ jumlah kapal yang dienumerasi (unit) Kualitas tangkapan ikan tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa dikelompokan berdasarkan kualitasnya, kemudian dibandingkan dalam persen antara hasil tangkapan ikan yang berkualitas tinggi Secara umum, estimasi produksi madidihang menurun drastis sekitar 5% dari 5.3 ton di tahun 21 menjadi hanya sekitar 2.6 ton di tahun 214. Estimasi produksi tuna mata besar cenderung stagnan dari tahun ke tahun dengan estimasi produksi berkisar antara 2.-2.5 ton setiap tahunnya. Sedangkan estimasi produksi tuna sirip biru selatan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 18 ton di tahun 21 menjadi 95 ton di tahun 214, atau mengalami peningkatan sekitar 5 kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun. Meskipun mengalami penurunan produksi, madidihang masih mendominasi komposisi hasil tangkapan sebesar 5% diikuti oleh tuna mata besar(4%) dan tuna sirip biru selatan(1%)(gambar 3). 27

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.1 Maret 216: 25-32 Hasil tangkapan (Ton) 6, 5, 4, 3, 2, 1, YFT Enumerasi Estimasi 21 211 212 213 214 Hasil tangkapan (Ton) 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 BET Enumerasi Estimasi 21 211 212 213 214 Hasil tangkapan (Ton) 1,4 1,2 1, 8 6 4 2 21 211 212 213 214 Gambar 3. Hasil tangkapan tuna (ton) secara enumerasi dan estimasi menurut jenis yang didaratkan di Pelabuhan Benoa pada periode 21-214. Figure 3. Tuna catch (tonnes) by enumeration and estimation based on species landed in Benoa Port in the period 21-214. SBF Enumerasi Estimasi Rata-rata persentase tuna yang diekspor tercatat tertinggi adalah tuna mata besar sebesar 68% diikuti oleh madidihang (52%) dan tuna sirip biru selatan (31%). Persentase ekspor madidihang tertinggi terjadi pada tahun 214 sebesar 55%, persentase tertinggi untuk dua spesies lainnya terjadi pada tahun 211 sebesar 73% untuk tuna mata besar dan 5% untuk tuna sirip biru selatan (Gambar 4). Produksi madidihang turun drastis pada tahun 211 hanya sekitar 5 ton baik untuk export dan reject setelah mencapai puncak setahun sebelumnya, yaitu sebesar 1. Ton untuk export dan 1.3 Ton untuk reject. 28

Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Hasil..... di Pelabuhan Benoa, Bali (Jatmiko, I., et al) Setelahnya, produksi madidihang naik secara perlahan hingga mencapai 9 Ton untuk ekspor dan 72 Ton untuk reject pada tahun 214. Produksi tuna mata besar cenderung berfluktuasi di kisaran 6-1. Ton untuk ekspor dan 2-4 Ton untuk reject. Sedangkan produksi tuna sirip biru selatan cenderung naik baik untuk ekspor maupun reject, dari dibawah 1 ton pada tahun 21 hingga mencapai puncaknya pada tahun 214 sebesar 2 Ton untuk ekspor dan 38 Ton untuk reject (Gambar 5). Export Reject 21 YFT BET SBF Hasiltangkapan(Ton) 14 12 1 8 6 4 2 YFT Export Reject 1 2 3 4 5 211 212 Hasiltangkapan(Ton) 14 12 1 8 6 4 2 BET 1 2 3 4 5 5 SBF 213 214 Gambar 4. Perkembangan persentase export dan reject hasil tangkapan tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa pada periode 21-214. Figure 4. Percentage fluctuation of export and reject of tuna catch in Benoa Port in the period 21-214. Hasiltangkapan(Ton) 4 3 2 1 21 211 212 Gambar 5. Perbandinganhasiltangkapan(ton) exportdan reject tuna menurut jenis yang didaratkan di Pelabuhan Benoa pada periode 21-214. Figure 5. Catchcomparison(tonnes) ofexport andreject tuna by species in Benoa Port in the period 21-214. 213 214 Ukuran panjang madidihang berfluktuasi berkisar antara 121-135 cm dengan rata-rata 13 cm. Panjang tuna mata besar cenderung stagnan dengan rata-rata 122 cm dan kisaran panjang antara 119-126 cm. Sedangkan panjang rata-rata tuna sirip biru selatan cenderung menurun dengan rata-rata 167 cm dan kisaran panjang 162-171 cm (Gambar 6). 29

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.1 Maret 216: 25-32 Panjang cagak (cm) 18 17 16 15 14 13 12 11 1 21 211 212 213 214 YFT BET Gambar 6. Panjang cagak rata-rata (cm) hasil tangkapan tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa pada periode 21-214. Garis merah adalah panjang pertama kali matang gonad (L m ) madidihang L m =12 cm (Zudaire et al., 213) (garis titik-titik), tuna mata besar L m =17 cm (Zhu et al., 21) (garis lurus) dan tuna sirip biru selatan L m =135 cm (Chen et al., 213) (garis putus-putus). Figure 6. Average fork length (cm) tuna catch in Benoa Port in the period 21-214. Red line is length at first maturity (L m ) of yellowfin tuna L m =12 cm (Zudaire et al., 213) (dot line), bigeye tuna L m =17 cm (Zhu et al., 21) (straight line) and southern bluefin tuna L m =135 cm (Chen et al., 213) (dash line). Bahasan Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan umum yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia III. Pelabuhan Benoa dibagi menjadi beberapa zona, salah satunya sebagai zona pangkalan pendaratan ikan tuna di Indonesia. Perkembangan industri-industri perikanan tuna di Benoa berkembang pesat, mulai dari agen perusahaan penangkapan, perusahaan procesing, eksportir, pengolahan ikan tuna dan perusahaan jasa cold storage. Untuk menangkap tuna yang berukuran besar, kapal-kapal berskala industri menggunakan alat tangkap rawai tuna (Miazwir, 212). Berdasarkan laporan tahunan Unit Pengawasan Penangkapan Ikan Benoa, pada tahun 2 jumlah kapal tuna longline di Pelabuhan Benoa adalah 596 kapal. Jumlah ini meningkat menjadi 757 kapal di tahun 21. Total kapal tuna longline yang mendaratkan hasil tangkapan tuna dari tahun 26 (1.664 kapal) sampai 28 (1.965 kapal) mengalami peningkatan. 29 sedikit mengalami penurunan menjadi 1.85 kapal (Mahrus, 212). Perikanan tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa telah mengalami perubahan besar sejak tahun 1993 ketika madidihang mendominasi hasil tangkapan (62 %), diikuti tuna mata besar dan tuna jenis lainnya (Sadiyah & Prisantoso, 211). Berdasarkan estimasi landing tuna di Benoa pada tahun 29, madidihang SBF merupakan spesies utama yang tertangkap (57%), diikuti tuna mata besar (37 %) dan tuna sirip biru selatan (6%). Menurunnya hasil tangk apan madidihang ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh IOTC yang menyatakan bahwa stok madidihang di Samudra Hindia mengalami lebih tangkap (IOTC, 215). Selain itu, penelitian Wujdi et al. (215) juga menyatakan bahwa sedikitnya proporsi madidihang betina dibandingkan jantan dan menurunnya ikan madidihang betina dewasa disinyalir juga mengurangi populasi spesies ini. Kegiatan monitoring perikanan tuna di pelabuhan Benoa dimulai sejak 1993, kerjasama antara The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) Australia dengan Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL). Saat itu masih melakukan kegiatan penelitian khusus tuna sirip biru dengan menggunakan metode sampling pada perusahaan pengolah ikan yang melakukan aktifitas bongkar ikan. Kegiatan ini terus berjalan hingga saat ini dengan teknik pendataan yang lebih lengkap untuk semua spesies hasil tangkapan, pengukuran panjang dan berat ikan. Pada tahun 22 sampai 28 dibentuk program monitoring tuna maupun non tuna melalui proyek kerjasama multilateral. Data-data yang dikumpulkan meliputi data dari aspek produksi (komposisi hasil tangkapan) dan aspek biologi (komposisi ukuran berat 3

Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Hasil..... di Pelabuhan Benoa, Bali (Jatmiko, I., et al) dan panjang). Sampai saat ini kegiatan monitoring tuna di Pelabuhan Benoa terus berlanjut, karena kontribusinya sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan regional maupun internasional dalam rangka keikutsertaan Indonesia dalam Regional Fisheries Management Organisation (RFMO) yaitu Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) dan Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT). Selanjutnya data dan informasi dipakai sebagai bahan dalam penentuan kebijakan pengelolaan regional menuju perikanan pelagis, terutama tuna secara berkelanjutan (Nugraha & Setyadji, 213). Persentase rata-rata kapal yang diambil datanya cukup tinggi pada kurun waktu 21-214 sebesar 52% dari total kapal yang melakukan pendaratan hasil perikanan di Pelabuhan Benoa, Bali. Angka ini lebih besar daripada batas yang ditetapkan oleh IOTC (212) yaitu sebesar 3%. Dengan tingginya persentase kapal yang disampling diharapkan estimasi total hasil tangkapan mendekati dari total hasil tangkapan sebenarnya. Sebagian besar (9%) ekspor tuna dalam bentuk utuh (whole) dipasarkan ke Jepang dan lainnya dipasarkan ke Amerika dalam bentuk headless. Amerika (USA) adalah pengimpor utama tuna beku (8%) dalam bentuk olahan seperti steak, loin, saku maupun baku, diikuti Uni Eropa dan Jepang (Mahrus, 212). Secara umum, persentase ekspor tertinggi adalah tuna mata besar sekitar 7%, diikuti madidihang sekitar 5% dan terendah adalah tuna sirp biru selatan yang hanya sekitar 3%. Perbedaan persentase ekspor tersebut dikarenakan kualitas ikan tuna yang didaratkan di Pelabuhan. Setelah ikan didaratkan dan dikirim ke perusahaan, kualitas ikan akan diamati oleh petugas yang biasa disebut checker dengan cara mengambil sedikit sampel daging ikan tuna. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas daging ikan tuna adalah penanganan ikan setelah tertangkap di atas kapal. Pada umumnya penanganan hasil tangkapan tuna di atas kapal rawai tuna adalah dengan menyiangi atau membersihkan ikan. Jika ikan tuna yang tertangkap masih dalam keadaan hidup, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mematikan ikan dengan cara menusuk kepala bagian atas (otak) dengan menggunakan paku besar (spike). Apabila belum mati, nelayan akan memasukkan tali panjang (monofilament) ke dalam otak yang tembus ke dalam tulang sumsum ikan. Teknik ini biasa disebut dengan taniguchied (Beverly et al., 23). Selain menggunakan tali monofilament, teknik taniguchi juga bisa menggunakan kawat stainless steel, yang dapat digunakan kembali (reusable). Kemudian insang dan isi perut ikan dibuang dan dibersihkan sisa-sisa daging yang masih menempel. Selanjutnya bagian insang dan isi perut yang telah kosong diisi dengan es bubur (slurry ice). Bagian sirip ikan yang panjang dipotong, sedangkan sirip ekor dipotong setengahnya saja untuk mem udahkan pada saat mengangkat dan memindahkan ikan. Setelah selesai, ikan siap untuk disimpan di palka dengan suhu yang dingin o C. Proses penanganan ikan di atas kapal rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa ini mirip dengan penanganan ikan tuna oleh nelayan rawai tuna di Perairan Samudera Pasifik (Beverly et al., 23). Rata-rata kisaran panjang ketiga spesies ini lebih besar daripada panjang pertama kali matang gonad (L m ) 12 cm (Zudaire et al., 213) untuk madidihang, 17 cm (Zhu et al., 21) untuk tuna mata besar dan 135 cm (Chen et al., 213) untuk tuna sirip biru selatan. Dari hasil ini dapat diduga bahwa ketiga spesies ini umumnya telah melakukan pemijahan sebelum ditangkap. Hal ini berdampak baik untuk menjaga stok tuna karena ikan yang tertangkap telah melakukan regenerasi untuk mendukung kelestarian sumberdaya tuna di Samudera Hindia. KESIMPULAN Estimasi hasil tangkapan madidihang merupakan yang tertinggi sebanyak 14.8 ton diikuti oleh tuna mata besar sebanyak 11.3 ton dan terendah tuna sirip biru selatan sebanyak 2.7 ton. Meskipun demikian produksi madidihang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Persentase hasil tangkapan yang diekspor tertinggi adalah tuna mata besar (68%), diikuti madidihang (52%) dan terendah adalah tuna sirip biru selatan (31%). Diperlukan adanya penanganan (handling) yang lebih baik di atas kapal, terutama untuk spesies tuna sirip biru selatan agar nilai ekspornya lebih tinggi. Secara umum, penangkapan tuna menggunakan rawai tuna cukup baik karena rata-rata panjang tuna yang tertangkap lebih besar daripada panjang pada saat pertama kali matang gonad (L m ). Umumnya ikan tuna yang tertangkap oleh kapal rawai tuna yang berbasis di Benoa sudah pernah melakukan pemijahan. PERSANTUNAN Penelitian ini dibiayai dari DIPA kegiatan riset Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 21-211 dan DIPA kegiatan riset Loka Penelitian Perikanan Tuna (LPPT) pada tahun 212-214. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada para enumerator di Loka Penelitian PerikananTuna(LPPT)Benoayangtelahmembantudalam proses pengumpulan data penelitian ini. 31

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.1 Maret 216: 25-32 DAFTAR PUSTAKA Beverly, S., Chapman, L & Sokimi, W. (23). Horizontal longline fishing methods and techniques: a manual for fishermen. Secretariat of the Pacific Community (p.13), New Caledonia. Chen, M.H., Chen, K.S., Chen, T.C., Sun, C.L & Chen, C.Y. (213). Notes on the reproductive biology of southern bluefin tuna Thunnus maccoyii in the southwestern Indian Ocean. Indian Journal of Geo- Marine Sciences. 42(4), 419-424. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. (213). Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, 27-212. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 145 hal. Food and Agricultural Organization (FAO). (1995). Code of conduct for responsible fisheries. Rome, Italy. 41 pp. Furchan, A. 24. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (p. 54).Yogyakarta. Indian Ocean Tuna Commission. (22). Field manual for data collection on tuna landings from longliners (p. 21). IOTC Secretariat. Seychelles. Indian Ocean Tuna Commission. (212). Collection of Active Conservation and Management Measures for the Indian Ocean Tuna Commission (p.183). Indian Ocean Tuna Commission, Seychelles. Indian Ocean Tuna Commission. (215). Report of the 17 th Session of the IOTC Working Party on Tropical Tunas (p.12). Montpellier, France, 23 28 October 215. IOTC 215 WPTT17 R[E]. King, M. (27). Fisheries Biology, Assessment and Management, Second Edition (p.381). Blackwell Publising Ltd. Oxford, England. Mahrus. (212). Distribusi ukuran panjang dan berat tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii Castelnau, 1872) yang tertangkap dari perairan Samudera Hindia dan didaratkan di Pelabuhan Benoa Bali. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Program Magister UI. Depok. 75 hal. Miazwir. (212). Analisis aspek biologi reproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) yang tertangkap di Samudera Hindia. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Program Magister UI. Depok. 68 hal. Nugraha, B. & B. Setyadji. (213). Kebijakan pengelolaan hasil tangkapan sampingan tuna longline di Samudera Hindia. J. Kebijak. Perik. Ind., 5(2), 67-71. Permen KP. (25). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.17/MEN/25. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Sadiyah, L & Prisantoso, B.I. (211). Fishing strategy of the Indonesian tuna longliners in Indian Ocean. Ind. Fish. Res. J. 17(1), 29-35. Wujdi, A., Setyadji, B & Nugraha, B. (215). Sebaran ukuran panjang dan nisbah kelamin ikan madidihang (Thunnus albacares) di Samudera Hindia Bagian Timur. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 7(3), 175-182. Zhu, G.P., Dai, X.J., Xu, L.X & Zhou, Y.Q. (21). Reproductive biology of Bigeye Tuna,Thunnus obesus, (Scombridae) in the eastern and central tropical Pacific Ocean. Environ. Biol. Fish. 88, 253-26. Zudaire, I., H. Murua, M. Grande & N. Bodin. 213. Reproductive potential of Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) in the western Indian Ocean. Fish. Bull. 111: 252-264. 32