3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar belakang Rumusan Masalah... 6

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODE PENELITIAN

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KARANGASEM MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

III. METODOLOGI PENELITIAN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS AKHIR PW Penentuan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Probolinggo

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

ARAHAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KABUPATEN TRENGGALEK. Ratih Putri Andriansari. Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc. Sidang Umum, 08 Juli 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

S. Andy Cahyono dan Purwanto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan atau

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Alat 3.3 Metode Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB III METODOGI PENELITIAN

Transkripsi:

13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober 2012. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari dinas-dinas terkait di sektor dan BPS sedangkan data primer melalui wawancara dan kuesioner pada pengambil kebijakan di instansi lingkup Kabupaten dan petani. Matriks tujuan, metode, data yang digunakan, sumber data dan output yang diharapkan tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Matriks Hubungan Tujuan, Metode, Data yang Digunakan, Sumber Data dan Keluaran No Tujuan Metode Analisis Data yang digunakan 1 Mengidentifikasi sub sektor unggulan Kabupaten pada lingkup Provinsi Sulawsi Selatan 2 Menganalisis komoditas unggulan dalam Kabupaten 3 Menganalisis tingkat partisipasi petani dalam pengembangan komoditas unggulan 4 Menyusun arahan dan strategi pengembangan sektor dan komoditas unggul serta sektor turunannya Location Quotient Komponen Differential Shift Location Quotient, Komponen Differential Shift, Analytical Hierarcy Process Tabulasi silang Deskriptif PDRB sektor Prov.Sul-Sel dan PDRB sektor Kab. Data produksi/ populasi sub sektor tiap kecamatan Kab. dan pandangan aparat pemerintah Tingkat partisipasi petani Data gabungan, data dan laporan instansi terkait Sumber Data BPS Prov. Sul-Sel dan BPS Kab. BPS Kab. dan dinas dinas sub sektor Kuesioner Keluaran tujuan 1, 2 dan 3, instansi terkait Keluaran Teridentifikasinya sub sektor unggulan Kab. dalam lingkup Prov.Sul- Sel Teridentifikasinya komoditas unggulan di Kabupaten Tingkatan partisipasi petani dalam mengembangkan komoditas unggulan Arahan dan strategi pengembangan sektor dan komoditas unggul serta sektor turunannya

14 Gambar 2 sebagai diagram alir menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan secara bertahap. Diagram ini digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dari penelitian. PDRB Prov.Sul- Sel dan PDRB Kab. A H P Komoditas unggulan di Kab. Analisis LQ dan DS Tabulasi silang LQ>1 LQ<1 DS - DS + Unggulan Arahan dan strategi pengembangan dan agroindustri Sub sektor unggulan di Kab. Identifikasi komoditas per sub sektor unggulan di Kab. Data produksi/ populasi Gambar 2 Diagram Alur Penelitian 3.3 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan secara ringkas sebagai berikut: 3.4.1 Analisis Location Quotient Analisis lokasi yang digunakan yaitu Location Quotient (LQ). Teknik analisis LQ merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor tertentu. Pada dasarnya, teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ dapat digunakan menentukan sektor unggulan dengan data PDRB per sektor sedangkan untuk komoditas unggulan wilayah berupa data produksi (Rustiadi et al. 2011). Teknik LQ dapat juga digunakan untuk memetakan komoditas unggulan wilayah, data

yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan yaitu data produksi, sehingga dapat diasumsikan teknik LQ menunjukkan keunggulan komparatif dari suatu komoditi berdasarkan produksinya. Untuk komoditas unggulan menggunakan data produksi untuk komoditas berbasis lahan dan data populasi ternak untuk komoditas peternakan pada setiap kecamatan di tahun 2010. Rumus LQ adalah sebagai berikut: 15 dimana: LQ= p i /p t P i /P t Sub Sektor Unggulan: pi = PDRB sub sektor i di Kabupaten (rupiah) pt = total PDRB sektor di Kabupaten (rupiah) Pi = PDRB sub sektor i di Provinsi Sulawesi Selatan (rupiah) Pt = total PDRB sektor petanian di Provinsi Sulawsi Selatan (rupiah) Komoditi Unggulan: pi = produksi/populasi komoditas i di suatu kecamatan (ton atau ekor) pt = total produksi/populasi seluruh komoditas di suatu kecamatan (ton atau ekor) Pi = total produksi/populasi komoditas i di kabupaten (ton atau ekor) Pt = total produksi/populasi seluruh komoditas di kabupaten (ton atau ekor) Nilai LQ yang diperoleh kemudian diinterpretasikan untuk menentukan komoditas unggulan secara komparatif. Interpretasi nilai LQ didasarkan pada kriteria sebagai berikut: LQ > 1: sub sektor/komoditi i di suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif LQ = 1: sub sektor/komoditi i disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan, produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah LQ < 1: sub sektor/komoditi i di suatu wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif. 3.4.2 Komponen Differrential Shift dalam Shift Share Analysis Differential Shift merupakan salah satu komponen dari Shift-Share Analysis yang digunakan untuk melihat tingkat keunggulan kompetitif suatu wilayah agregat yang lebih luas berdasarkan kinerja sektoral (local sector) di wilayah tersebut (Rustiadi et al. 2011). Komponen pergeseran diferensial (komponen Differential Shift) menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi suatu komoditas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sub sektor atau komoditas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan atau ketakunggulan) suatu sub sektor atau komoditas tertentu di sub wilayah terhadap sub wilayah lain. Data yang digunakan untuk sub sektor adalah PDRB provinsi dan kabupaten sedangkan untuk komoditas unggulan yaitu produksi atau populasi komoditas se-kabupaten pada tahun 2006 dan 2010. Rumus Differential Shift adalah sebagai berikut:

16 dimana: DSij= X ij(t 1 ) - X i(t 1 ) X ij(t0 ) X i(t0 ) Sub Sektor Unggulan Xij = PDRB sub sektor i di Kabupaten Xi = PDRB sub sektor i di Provinsi Sulawsi Selatan t1 = titik tahun akhir t0 = titik tahun awal Komoditi Unggulan Xij = produksi komoditas i di suatu kecamatan (ton atau ekor) Xi = produksi komoditas i di Kabupaten (ton atau ekor) Nilai Differential Shift diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut: DS bernilai positif berarti sub sektor/komoditi tersebut memiliki keunggulan secara kompetitif. DS bernilai negatif berarti sub sektor/komoditi tersebut tidak memiliki keunggulan secara kompetitif. Penentuan komoditas unggulan dilakukan berdasarkan gabungan nilai LQ dan DS, mencakup 4 kuadran dengan mengacu pada Tipologi Klassen, yaitu: Kuadran II Komoditi unggul secara kompetitif Kuadran I Komoditi unggul secara komparatif dan kompetitif Kuadran IV Komoditi tidak unggul baik secara komparatif maupun kompetitif Kuadran III Komoditi unggul secara komparatif 3.4.3 Analytical Hierarcy Process (AHP) Menentukan komoditas unggulan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis AHP yang dikembangkan oleh Thomas K.Saaty. AHP ini diimplementasikan dengan berdasarkan kepada sejumlah kriteria. Penerapan prosedur AHP telah dilakukan pula oleh Bank Indonesia dalam menyusun komoditas/jenis usaha/produk unggulan di Kalimantan Selatan (Ikhsan 2011). AHP dimaksudkan untuk membantu memecahkan masalah kualitatif yang kompleks dengan memakai perhitungan kuantitatif melalui proses pengekspresian masalah dimaksud dalam kerangka berpikir yang terorganisir sehingga memungkinkan dilakukannya proses pengambilan keputusan secara efektif. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks dan tidak berstruktur serta bersifat strategik dan dinamis melalui upaya penataan rangkaian variabelnya dalam suatu hirarki (Eriyatno dan Sofyar 2007). Langkah atau tahapan penyelesaian AHP menurut Saaty dalam Ikhsan (2011) adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi sistem Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari beberapa referensi guna memperluas pengetahuan sehingga dapat diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan. 2. Penyusunan Hirarki Penyususnan hirarki atau struktur keputusan dilakukan dengan menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan ke dalam suatu abstraksi hierarki keputusan. Hirarki AHP dapat dilihat pada Gambar 3. Kriteria yang digunakan untuk komoditas unggulan yakni: a. Sumber daya alam (SDA) sebagai faktor yang menentukan produksi komoditas baik dilihat dari kualitas lahan (kesesuaian lahan) maupun kuantitas lahan (ketersediaan lahan). b. Preferensi petani (PP) sebagai indikator petani menerima komoditas tersebut untuk diusahakan. c. Kebijakan Pemerintah (KP) sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam pengembangan komoditas unggulan baik dalam bentuk anggaran maupun regulasi.. d. Kontribusi Ekonomi (KE), memberikan gambaran komoditas yang dikembangkan memberikan nilai tambah bagi petani dan daerah. e. Kelembagaan (Klmb), memberikan gambaran adanya kemitraan antara lembaga pemerintah, swasta maupun petani dari segi penyediaan modal, sarana produksi dan pemasaran. f. Pasar (Psr), dilihat dari sisi permintaan yang dicirikan oleh besarnya permintaan di pasar lokal, pasar domestik maupun pasar internasional. 17 Penentuan komoditas unggulan SDA PP KP KE Klmb Pasar Komoditas A Komoditas B Komoditas C Komoditas D Gambar 3 Struktur AHP untuk Penentuan Komoditas Unggulan 3. Komparasi/perbandingan berpasangan Matriks komparasi berpasangan ini dapat menggambarkan konstribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria/kepentingan yang setingkat di atasnya. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki atau pendapat dilakukan dengan teknik perbandingan berpasangan. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan judgement atau pendapat dari pengambil keputusan atau para pakar serta orang yang terlibat atau memahami

18 permasalahan. Mereka dipilih sebagai responden, lalu diwawancaarai secara langsung untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Penelitian dilakukan dengan pembobotan untuk masingmasing komponen dengan perbandingan berpasangan yang dimulai dari level tertinggi sampai terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan pendapat para pengambil keputusan/para pakar berdasarkan nilai skala komparasi 1 9. Skala perbandingan berpasangan tertera pada Tabel 3. Penentuan alternatif komoditas unggulan merupakan komoditas hasil dari penentuan analisis dengan menggunakan perhitungan LQ dan DS. Pemilihan narasumber dilakukan secara purposive sampling yang didasarkan pada keahlian dan keterkaitan narasumber terhadap topik yang akan di analisis. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan contoh berdasarkan pertimbangan seseorang atau peneliti. Narasumber dalam AHP berasal dari instansi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Bappeda dan Anggota DPRD Kabupaten. Tingkat kepentingan Tabel 3 Skala Perbandingan Berpasangan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan penilaian penting dari elemen yang lain sedikit mendukung satu elemen dibandingkan 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Sumber: Saaty dalam Ikhsan (2011) elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan elemen yang lain Satu elemen dengan kuat di dukung dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Penggabungan pendapat responden menggunakan rata-rata geometrik dengan rumus sebagai berikut (Marimin 2008): dimana: X G = rata-rata geometrik N = jumlah responden Xi = penilaian oleh responden ke-i n G = Π n x i 3.4.4 Analisis Tabulasi Silang Penyebaran kuesioner ke petani dimaksudkan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani dalam membudidayakan komoditas berdasarkan variabel kemauan, kemampuan dan kesempatan. Petani yang dijadikan sampel adalah petani yang mengusahakan komoditi berupa padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Pemilihan lokasi sampel berdasarkan kecamatan yang dijadikan sentra produksi komoditi tertentu (purposive sampling) dengan jumlah sampel tiap komoditi sebanyak 20 petani. Pemilihan pada kecamatan sentra produksi diasumsikan mampu mewakili kondisi pengembangan komoditi baik dari skala usaha tani yang dominan di kecamatan tersebut dan keterlibatan pemerintah dalam pengembangan komoditi. Dengan demikian jumlah sampel petani yang merupakan sumber informasi untuk mengukur tingkat partisipasi sebanyak 100 petani. Variabel kemauan, kemampuan dan kesempatan merupakan prasyarat partispasi dan ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Variabel dan Indikator dalam Analisis Tingkat Partisipasi Petani No Variabel Indikator 1 Kemauan Harapan Imbalan Motivasi Penguasaan informasi 2 Kemampuan Keterampilan Pengalaman usaha tani Permodalan usaha tani 3 Kesempatan Ketersediaan sarana prasarana Kelembagaan Kebijakan pemerintah Sumber: Slamet (2003) Definisi operasional dalam variabel diatas yaitu: a. Kemauan. Dorongan yang timbul dalam diri masyarakat tani untuk berperan serta dalam proses kegiatan pengembangan komoditas unggulan. b. Kemampuan. Kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam mengelola usaha taninya, mampu dalam hal modal maupun kemampuan untuk berperanserta dalam pengembangan komoditas unggulan. 19

20 c. Kesempatan. Peluang petani untuk berperanserta dalam mengembangkan komoditas unggulan. Skoring dilakukan untuk setiap pertanyaan kuesioner yang diajukan kepada responden (petani). Penjumlahan skor dihitung menurut variabel sehingga diperoleh total skor dari masing-masing responden. Dengan menggunakan skor maksimum dan skor minimum, penentuan interval kelas dapat dilakukan dengan menggunakan tiga kategori tingkat partisipasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Rumus Interval Kelas (IK) berdasarkan Slamet yang diacu oleh Herdiana (2009): dimana: IK= Smak-Smin n Smak = Skor maksimum Smin = Skor minimum n = Banyaknya kategori Dalam pengkategorian tingkat partisipasi menggunakan batas kelas sebagai berikut: Tinggi: X > Smin + (2IK) Sedang :Smin + IK < X Smin + (2IK) Rendah: Smin X Smin + IK Hasil dari pengkategorian untuk masing masing komoditi diinterpretasikan dengan tabulasi silang. Tabulasi silang merupakan metode tabulasi untuk merangkum data dengan dua atau lebih variabel secara bersamaan sehingga dapat dianalisis hubungan antara dua variabel atau lebih.