BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, itu adalah demi mencapai sebuah cita-cita yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB III UPAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara yang sedang giat-giatnya membangun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK NORMATIF KARYAWAN AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE DENPASAR

BAB III PENUTUP. Yogyakarta terdapat beberapa penyimpangan yang telah dilakukan owner

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

BAB II TINJAUAN UMUM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. 1. Pengertian hubungan industrial dan kaitannya dengan hubungan industrial

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

PENGUPAHAN BURUH KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan, antara lain :

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang ini disebut sebagai Blue Collar. Sedangkan yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. (pekerja dan pengusaha). Dalam Pasal 1 angka 30 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, upah

BAB I PENDAHULUAN. sebaik mungkin dengan cara menyediakan lapangan atau kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri

BAB III PENUTUP. Swalayan 24 Jam tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang. Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya. Sedangkan. ikatan yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB III PENUTUP. Upaya hukum yang dilakukan pekerja outsourcing dalam. negosiasi terhadap atasan atau pengusaha PT. Vidya Rejeki Tama.

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan buruh sebagai tenaga kerja yang menyokong terbentuknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

ASPEK PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) DALAM HUBUNGAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu-membantu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa tujuan pembentukan negara Indonesia adalah...melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB II TINJAUAN UMUM PENGATURAN TUNJANGAN HARI RAYA MENURUT PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bagi buruh/pekerja yang terpenting adalah upah riil (banyaknya barang

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemikiran selanjutnya adalah apakah besarnya upah yang diterima

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

Yani Pujiwati, Dewi Kania Sugiharti, dan Nia Kurniati Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503

BAB IV PENUTUP. atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Wahyu Septyan dan PT

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja memiliki peranan penting sebagai tulang punggung. perusahaan, karena tanpa adanya tenaga kerja, perusahaan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, hal tersebut tertuang dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yaitu

SKRIPSI PERJANJIAN KERJA DI PT SURAKARTA SENTOSA SEJAHTERA DITINJAU DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan bahwa Peran Dinas Tenaga Kerja Dan

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat penting dalam suatu kegiatan produksi.

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebutuhan pangan, sandang serta kesempatan kerja. Selain itu, jumlah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kekuatan yang besar sebagai modal dasar pembangunan. Hal ini tidak

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beragam seperti buruh, pekerja, karyawan, pegawai, tenaga kerja, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, maka permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

dan kemajuan di bidang ekonomi, karena bank merupakan lembaga keuangan ke taraf peningkatan hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

3988/XII/Tahun 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA. Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB I PENDAHULUAN. atas modal dan tanggung jawab sendiri. 1 Sedang bekerja pada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengupahan merupakan masalah yang sangat krusial dalam bidang ketenagakerjaan bahkan apabila tidak profesional dalam menangani tidak jarang akan menjadi potensi perselisihan serta mendorong timbulnya mogok kerja dan unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan aspek ekonomi saja, tetapi juga aspek hukum yang menjadi dasar bagaimana halhal yang berkaitan dengan pengupahan itu dilaksanakan dengan aman dan benar berdasarkan regulasi pemerintah. Oleh sebab itu untuk menangani pengupahan secara professional mutlak memerlukan pemahaman kinerja aspek tersebut secara komprehensif. 1 Aspek ekonomi dibidang pengupahan lebih melihat kepada kondisi ekonomi baik secara mekro maupun mikro, yang secara operasional kemudian mempertimbangkan bagaimana kemampuan pada saat nilai upah akan ditetapkan, juga bagaimana melihat kinerja karyawan di lapangan sehingga kenaikan upah minimum untuk pemenuhan kebutuhan hidup pegawai bisa disepakati kedua belah pihak. Persoalan upah buruh yang senantiasa tidak mencukupi kebutuhan, mendorong serikat buruh/pekerja melakukan serangkaian perjuangan untuk memperbaiki kondisi pengupahan yang berlaku saat ini. Perjuangan ini tidak 1 1 Abdul Khakim, Aspek Hukum Pengupahan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), h.

dilakukan baik dalam forum dewan pengupahan maupun melalui aksi unjuk rasa menuntut perbaikan upah dan kesejahteraan buruh. Dalam menetapkan upah tentu mempunyai dasar pertimbangan, dilihat dari keadaan ekonomi maupun sosial dan factor-faktor lain yang berpengaruh. Dasar pertimbangan nya dalam menetapkan upah agar tercapainya kelayakan hidup pekerja atau buruh yaitu : 1. Sebagai wujud pelaksanaan pancasila, undang-undang Dasar 1945 dan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) secara nyata. 2. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati sebagaian kecil masyarakat, tetapi perlu menjangkau sebahagian besar masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya. 3. Sebagai suatu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kelas menengah. 4. Kepastian hukum bagi perlindungan dan hak-hak dasar buruh beserta keluarganya. 5. Sebagai indokator perkembangan ekonomi perkapita. 2 Upah yang tertuang dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 secara umum menjelaskan bahwa upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang. Berbicara mengenai kelayakan upah tentu tidak bisa dipisahkan dengan system upah minimum yang pada substansinya adalah bertujuan agar pekerja mendapat jaminan kebutuhan hidup yang layak dan perlakuan yang adil dari para pengusaha, seperti yang tercantum 2 Muhamad Darwis, Upah Minimum Regional Perbandingan Hukum Positif Indonesia Dengan Islam, Hukum Islam, No. 1. Vol. XI (Juli 2011), h. 108.

dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (1), bahwa upah minimum adalah : upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan Gubernur sebagai jaringan pengamanan. Upah tersebut bertujuan untuk melindungi pekerja yang berpendidikan rendah, pekerja yang tidak mempunyai keterampilan atau pekerja lajang yang masa kerjanya kurang dari satu tahun. 3 Standar kelayakan upah bukan hanya dilihat dari besarnya jumlah upah yang diberikan tetapi juga melihat system yang berlaku, contohnya pembayaran tepat waktu, bentuk atau komponen upah. Pengertian upah layak dapat ditelusuri dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Menyatakan : setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan untuk memenuhi kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. 4 Kemudian dalam ayat lainnya menyatakan untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi kehidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh. 5 Sejalan dengan ketentuan tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan upah minimum, tertuang dalam Permenakertrans Nomor 7 Tahun 2003. Perihal isi ketentuan dalam batang tubuh yang ada relevansinya dengan masalah ketenagakerjaan, terutama ditentukan pada Undang-Undang Dasar 1945 3 Edytus Adisu, Hak Karyawan Atas Gaji Dan Pedoman Menghitung, (Jakarta: Forum Sahabat, 2008), h. 57 4 Pasal 88 Ayat (1) 5 Pasal 88 Ayat (2)

pasal 27 ayat (2), yang menentukan bahwa Tiap -tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemausiaaan. 6 Dalam berbagai tulisan tentang perburuhan seringkali dijumpai adagium yang berbunyi pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan. Adagium ini nampaknya biasa aja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan kebenarannya. Pekerja dikatakan sebagai tulang punggung, karena memang dia mempunyai peranan yang penting. 7 Tanpa adanya pekerja tidak akan mungkin perusahaan itu bisa jalan, dan berpartisipasi dalam pembangunan. Sebagaimana halnya dengan istilah buruh, istilah majikan juga sangat populer karena perundang-undangan sebelum Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menggunakan istilah majikan. Dalam Undang- Undang No. 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan disebutkan bahwa Majikan adalah orang atau badan hukum yang mempekerjakan buruh. Begitu juga dengan perusahaan, sehubung dengan hal tersebut, pengusaha, buruh dan perusahaan merupakan suatu sistem yang tidak pernah luput. Ini tentunya tidak terlepas dari hak dan kewajiban dari masing-masing instansi yang terkait, seperti halnya pengusaha memiliki hak dan kewajiban atas buruh yang dipekerjakan, begitu juga buruh memiliki hak dan kewajiban atas pekerjaan yang diperolehnya. 6 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta:Rajawali Pers, 2008), h. 1-2. h. 95. 7 H. Zainal Asikin dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),

Disayangkan pada saat ini juga tidak sedikit pengusaha yang melupakan kewajiban yang harus mereka lakukan, selebih lagi buruh yang tidak begitu mengetahui apa sebenarnya yang menjadi hak mereka. Ini hanya semakin memakmurkan pengusaha, bukan untuk mensejahterakan buruh seperti yang dicita-citakan pemerintah. Adapun kewajiban-kewajiban pokok pengusaha selain membayar upah adalah juga mengatur tempat kerja dan alat kerja, memberi hari istirahat dan hari libur resmi, memberi surat keterangan,serta bertindak sebagai pengusaha yang baik. 8 Dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa: 1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 89. 2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penagguhan. 3) Tata cara penagguhan sebagimana dimaksud Pasal 89 dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. 9 Sehubung dengan ketentuan Undang-Undang tersebut dan melihat perkembangan yang terjadi pada Provinsi Sumatera Utara, bahwa banyak berdirinya perusahaan dan bentuk-bentuk bisnis lainnya, yang sudah jelas mempekerjakan buruh serta memberi upah. Oleh karena itu berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perusahaan atau bentukbentuk bisnis lainnya yang mempekerjakan buruh harus membayar upah sesuai 8 F.X. Djumaialdji, Perjanjian Kerja, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 26. 9 UU No 13 tahun 2003 pasal 90.

dengan upah minimum yang teleh ditetapkan oleh pemerintah suatu daerah, dan tidak membayar upah kepeda buruh lebih renda dari upah minimum. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari uapah minimum. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antar pengusaha dan pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10 Peraturan perusahaan merupakan peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja serta tata tertib perusahaan. Setiap pengusaha wajib memiliki peraturan perusahaan, yang memuat hak dan kewajiban pengusaha, hak dan kewajiban pekerja, syarat kerja, tata tertib perusahaan,serta jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan yang bersangkutan. 11 Dalam Diktum KESATU dan KEDUA Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/811/KPTS/2013 disebutkan bahwa : KESATU : Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014. KEDUA : Upah Minimum sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU sebesar Rp. 1.505.850,- (Satu Juta Lima Ratus Lima Ribu Delapan Ratus Lima Puluh Rupiah). 12 Berdasarkan dengan Keputusan Gubernur yang mewajibkan setiap Perusahaan harus membayar upah terendah yakni sebesar Rp 1.505.850, di Kecamatan Air Putih tidak sedikit berdiri perusahaan-perusahaan atau bentuk bisnis lainnya, tentunya perusahaan-perusahaan tersebut mempekerjakan buruh 2000), h. 159. 10 Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 194. 11 Munir Fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008), h. 12 Keputusan Gubernur No 188.44/811/KPTS/2013 Diktum Kesatu-Kedua.

dan membayar upah bagi buruhnya. Oleh karena itu berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/811/KPTS/2013 tentang Upah Minimum Provinsi, perusahaan-perusahaan yang ada harus membayar upah buruh sesuai kebutuhan layak buruh, yakni sesuai dengan Upah Minimum yang ditetapkan, dan dilarang membayar upah lebih rendah dari Upah Minimum. Namun dalam kenyataannya di lapangan masih ada perusahaan atau bentuk usaha lainnya yang membayar upah buruh lebih rendah dari Upah Minimum. Barang tentu ini tidak sesuai dengan tujuan pemerintah yang ingin mensejahterakan buruh lewat peraturan-peraturan yang ditetapkan. Pada PT. Deco 100 itu sendiri, sesuai dengan laporan gaji karyawan/ti periode Januari 2014, hanya ada 8 karyawan/ti yang memperoleh upah sesuai dengan UMP. Kemudian terdapat 31 karyawan/ti yang memperoleh upah lebih rendah dari UMP. 13 Dari kenyataan ini penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Pembayaran Upah Minimum Provinsi Pada PT. Deco 100 di Kabupaten Batu Bara Kecamatan Air Putih. B. Batasan Masalah Sehubung dengan latar belakang di atas, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas dalam penelitian ini agar tidak memberikan pengertian yang meluas. Adapun yang dibahas dalam penelitian ini adalah meliputi tentang Bagaimana Pelaksanaan Pembayaran Upah Minimum Provinsi Pada PT. Deco 13 Laporan Gaji Karyawan/ti PT. Deco 100 Periode Januari 2014.

100 serta hambatan dan penanganan dalam pelaksanaan Pembayaran Upah Minimum Provinsi Pada PT. Deco 100. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang dan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembayaran Upah Minimum Provinsi di PT. Deco 100? 2. Apakah hambatan dan penanganan dalam pembayaran Upah Minimum Provinsi di PT. Deco 100? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sehubung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran Upah Minimum Provinsi di PT. Deco 100. b. Untuk mengetahui hambatan dan penanganan dalam pelaksanaan pembayaran Upah Minium Provinsi di PT. Deco 100. 2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi pada Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau.

b. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada penulis dan para pembaca akan arti pentingnya suatu upah yang mencukupi bagi para buruh, dan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para peneliti selanjutnya mengenai permasalahan yang sama. c. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para pengusaha dan pelaku bisnis yang ada di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara, kiranya memberikan upah kepada buruh tidak lebih rendah dari UMP, UMK dan UMR yang ditetapkan oleh Pemerintah setempat. E. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. 14 Menurut Soerjono Soekanto, defenisi penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan kontruktif yang dilakukan secara metodologi, sistematis dan konsisten. Metodologi berarti suatu dengan metode/cara-cara tertentu, sistematis artinya berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. 15 Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti melakukan langkah-langkah dengan menggunakan metode sebagai berikut : 14 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet, ke 5, h. 2. 15 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 13.

1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yuridis-empiris atau penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber data primer. 16 dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dan wawancara. Data yang dikumpulkan mengenai pelaksanaan pembayaran Upah Minimum Provinsi serta hambatan dan penanganan dalam pelaksanaan pembayaran Upah Minimum Provinsi. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan data yang akurat mengenai permasalahan yang diteliti. 2. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah : a. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung di lapangan melalui kuesioner dan wawancara, yang berhubungan dengan permasalahn yang diteliti, yakni mengenai pelaksanaan pembayaran Upah Minimum Provinsi serta hambatan yang dialami dan penanganan dalam pelaksanaan pembayaran Upah Minimum Provinsi. b. Data sekunder, yakni data yang diperoleh dari buku-buku literatur, pendapat para ahli dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti. 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Pihak Perusahaan dan seluruh Karyawan yang bekerja di PT. DECO 100, yang berjumlah 44 Orang. Oleh 2003), h. 56. 16 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,

karena populasinya sedikit maka penulis mengambil sampel sebanyak 100% yakni semua subjek atas ciri-siri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketehui sebelumnya 17, dengan julmlah responden sebanyak 39 Orang, yakni pihak Perusahaan dan seluruh Karyawan PT. Deco 100. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Populasi dan Sampel No Nama Jabatan Populasi Sampel 1 Pihak Perusahaan 5 1 2 Karyawan 39 39 Jumlah 44 40 Sumber: PT. Deco 100 Supermarket. 2014 4. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data yang dipergunkan dalam penelitian ini adalah : a. Wawancara Wawancara merupakan cara pengumpulan data melalui tanya jawab yang penulis kemukakan secara langsung kepada responden, dalam hal ini Pihak Perusahaan dan pekerja pada PT. Deco 100. b. Kuesioner Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam penelitian ini untuk di isi sesuai dengan pertanyaan yang penulis ajukan sesuai harapan data yang didapat. 5. Teknik Pengelolahan data 17 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,(Jakarata: Rajawali Pers, 2010), h. 106.

Teknik pengelolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengklasifikasikan data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner, kemudian diolah sesuai dengan pengelompokan permasalahan yang diteliti, agar pembahasan terhadap data yang diperoleh tersebut sesuai dengan rumusan permaalahan yang dibahas. 6. Metode Analisis Data Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif, yakni dengan cara menguraikan hasil penelitian dalam bentuk kalimat yang jelas, serta menggambarkan hasil penelitian secara jelas sesuai dengan rumusan permasalahan yang dibahas. Penjelasan data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner dihubungkan dengan teori dan pendapat para ahli, sehingga mendapatkan jawaban dari permasalahan yang diteliti secara jelas, yang kemudian dapat diambil kesimpulan dengan cara deduktif, yakni dari yang sifatnya umum kepada hal-hal yang bersifat khusus. F. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan melalui sistematika sebagai berikut: BAB I : P ENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Berisi sejarah lokasi penelitian, profil perusahaan, serta visi dan misi perusahaan. BAB III : KERANGKA TEORI Berisi tentang ketenagakerjaan, perjanjian kerja, pengawasan perburuhan, dan upah. BAB IV : PEMBAHASAN Berisi penyajian data dan hasil penelitian, terdiri dari pelaksanaan pembayaran upah minimum provinsi, serta hambatan dan penanganan dalam pelaksanaan pembayaran upah minimum provinsi di PT. Deco 100.. BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang ditemui di lapangan. DAFTAR PUSTAKA