ASPEK FINANSIAL Skenario I

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII. RENCANA KEUANGAN

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

VII. ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODOLOGI PENELITIAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

ASPEK NONFINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Potensi Pasar

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V RENCANA AKSI. tantangan kebutuhan bahan bangunan dikawasan Tapanuli. Tahapan yang

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time. Terdapat tiga skenario yang akan dianalisis dari aspek finansialnya. Skenario tersebut adalah : 1. Skenario I adalah usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM, volume produksi yang ditetapkan antara kedua belah pihak adalah 2 ton per hari dengan frekuensi produksi dua kali dalam satu minggu. 2. Skenario II adalah usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan pendirian pabrik dengan volume produksi dan frekuensi pengolahan yang sama dengan volume produksi pada skenario I. 3. Skenario III adalah usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan pendirian pabrik dengan mengolah seluruh susu segar yang tidak dapat dipasok lagi kepada FFI yaitu sebanyak 16 ton perhari. 7.1. Skenario I 7.1.1 Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario I Analisis aliran kas (cash flow) merupakan analisis terhadap arus manfaat bersih sebagai pengurangan arus biaya terhadap arus manfaat, atau dengan kata lain dengan mengurangi total perkiraan penerimaan usaha dengan total perkiraan biaya usaha. Unsur-unsur dari aliran kas (cash flow) yang dianalisis pada penelitian ini adalah arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow) dan manfaat benefit (net benefit). Pada skenario I arus penerimaan (inflow) yang diterima oleh koperasi terdiri dari tiga yaitu penerimaan penjualan susu sterilisasi Fresh Time, penerimaan penjualan susu segar dari PT ISAM dan nilai sisa dari barang-barang investasi yang dinilai pada tahun kelima belas yaitu tahun terakhir umur usaha. Adapun uraian penerimaan tahunan pada skenario I dapat dilihat pada Lampiran 9. 70

Perhitungan volume produksi susu sterilisasi Fresh Time dilakukan dengan cara proyeksi. Asumsi yang digunakan adalah selama umur usaha (15 tahun) tidak terjadi perubahan volume produksi susu sterilisasi Fresh Time pada kesepakatan antara koperasi dan PT ISAM. Maka, volume produksi dari tahun ke-1 hingga 15 adalah sebanyak 2 ton perhari dengan frekuensi produksi dua kali seminggu. Sehingga berdasarkan perhitungan, volume produksi susu segar yang diolah menjadi susu sterilisasi adalah sebanyak 192.000 liter, kecuali pada tahun ke-1 yaitu 144.000 liter karena koperasi baru melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM pada bulan ke-4. Satu liter susu segar akan menghasilkan 5,5 botol susu sterilisasi Fresh Time, sehingga dalam satu tahun produksi susu sterilisasi Fresh Time mencapai 1.056.000 botol, kecuali pada tahun ke-1 yaitu 792.000 botol. Harga jual susu sterilisasi Fresh Time adalah Rp 2.000,00 perbotol untuk grosir, Rp 2.500,00 perbotol untuk eceran dan Rp 3.000,00 perbotol untuk dijual di supermarket. Persentase untuk masing-masing jenis penjualan adalah 50 persen dijual grosir, 30 persen dijual eceran dan 20 persen dijual ke supermarket. Untuk penjualan supermarket baru dimulai pada tahun keempat karena koperasi memerlukan persiapan akan kualitas, kuantitas dan perizinan sebelum memasukkan produk ke supermarket. Harga penjualan susu segar ke pabrik adalah Rp 3.750,00. Terdapat margin sebesar Rp 500,00 yang diperoleh koperasi karena adanya pemberian nilai tambah dari susu sapi segar menjadi susu dingin yang siap dijual ke pabrik. Nilai sisa pada tahun ke-15 diperoleh dari nilai sisa kendaraan operasional koperasi dalam melakukan usaha produksi susu sterilisasi yaitu tangki susu dan mobil boks. Nilai sisa pada tahun terakhir adalah Rp 202.500.000,00. Untuk lebih lengkapnya, nilai sisa pada skenario I dapat dilihat pada Tabel 12. 7.1.2 Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario I Unsur-unsur yang terdapat pada arus pengeluaran (outflow) pada skenario I adalah biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 1. Biaya Investasi Pada skenario I, investasi yang dibutuhkan adalah truk tangki susu yang memiliki daya tampung 10.000 liter susu yang berfungsi untuk mengirim susu 71

segar dalam keadaan dingin kepada pabrik pengolahan susu PT ISAM, mobil boks yang berfungsi untuk mengangkut susu sterilisasi Fresh Time yang telah diolah oleh PT ISAM ke kantor administrasi KPSBU Jawa Barat di Lembang serta untuk mendukung proses distribusi produk susu sterilisasi Fresh Time ke berbagai daerah pemasaran serta gudang penyimpan susu sterilisasi yang belum dipasarkan. Selain itu, terdapat biaya investasi berupa aktiva tidak berwujud yaitu biaya perijinan dalam hal pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Biaya investasi untuk keempat hal tersebut dapat uraikan pada Tabel 12. Tabel 12. Uraian Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan Skenario I No. Jenis Investasi Harga Beli (Rp 1.000) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan pertahun (Rp 1.000/tahun) Nilai Sisa pada Tahun ke-15 (Rp 1.000) 1 Perizinan 20.000 - - - 2 Mobil Tangki Susu 250.000 10 25.000 125.000 3 Mobil Boks 155.000 10 15.500 77.500 4 Gudang 50.000 15 3.333 0 Total 475.000-43.833 202.500 Biaya investasi di atas dikeluarkan pada tahun pertama usaha dan selanjutnya dilakukan pembelian ulang (reinvestasi) untuk truk tangki susu dan mobil boks pada tahun ke-11 karena umur ekonomisnya selama sepuluh tahun sudah habis dan harus diganti dengan barang yang baru. Tabel 13. Biaya Reinvestasi pada Skenario I Tahun Ke-11 No. Uraian Umur Ekonomis Jumlah Harga/Unit (Rp 1.000) Total (Rp 1.000) 1 Mobil Tangki 10 1 250.000 250.000 Susu 2 Mobil Boks 10 1 155.000 155.000 Total Biaya Reinvestasi 405.000 72

Sehingga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada tahun ke-11 untuk membeli truk tangki susu dan mobil boks yang diuraikan pada Tabel 13. 2. Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu satuan waktu. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap satu satuan waktu (Nurmalina et al 2009). Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario I adalah biaya perawatan kendaraan operasional, biaya perpanjangan pajak kendaraan bermotor, biaya asuransi kendaraan operasional, biaya gaji, biaya komunikasi, biaya promosi, biaya perawatan gudang dan biaya penyusutan. Berikut adalah uraian biaya tetap pada skenario I : 1. Biaya perawatan kendaraan operasional, yaitu truk tangki susu dan mobil boks. Biaya perawatan kendaraan operasional ini terdiri dari biaya service penggantian ban bila dibutuhkan, penggantian oli secara berkala dan penggantian suku cadang bila dibutuhkan. Biaya perawatan kendaraan operasional ini berjumlah Rp 30.000.000, 00 untuk dua jenis kendaraan operasional dalam jangka waktu satu tahun. 2. Biaya perpanjangan pajak kendaraan bermotor yang dikeluarkan setiap satu tahun sekali. Untuk 2 kendaraan, pajak kendaraan bermotor tahunan diestimasikan sejumlah Rp 7.000.000, 00 pertahun. Sedangkan setiap lima tahun sekali, koperasi mengeluarkan biaya pajak balik nama kendaraan bermotor untuk 2 kendaraan operasional sebesar Rp 11.000.000,00 perlima tahun. 3. Biaya asuransi kendaraan operasional. Asumsi penetapan biaya asuransi ini didasarkan pada suku premi pertahun untuk kendaraan bermotor pada perusahaan asuransi ACA yang dihitung menggunakan rumus : Besarnya Biaya Asuransi = Jumlah Uang Pertanggungan (Harga Pasar untuk Barang yang Diasuransikan) x Suku Premi pertahun 73

Dengan menggunakan rumus di atas (dengan suku premi pertahun adalah 5,5 persen), maka biaya asuransi untuk truk tangki susu adalah Rp 12.650.000,00 pertahun dan biaya asuransi untuk mobil boks adalah Rp 4.477.500,00 pertahun. Sehingga total biaya asuransi yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp 17.127.500,00 pertahun. 4. Biaya gaji untuk supir truk tangki, supir mobil boks, karyawan gudang dan karyawan bagian pemasaran. Biaya gaji yang dikeluarkan selama setahun untuk tenaga kerja tersebut adalah Rp 240.000.000,00 (kecuali pada tahun ke- 1 yaitu Rp 180.000.000,00) dengan rincian sebagai berikut : a. Gaji 4 (dua) orang supir dalam setahun adalah Rp72.000.000,00. b. Gaji 2 (dua) orang karyawan gudang dalam setahun adalah Rp 48.000.000,00. c. Gaji 4 (empat) orang karyawan bagian pemasaran dalam setahun adalah Rp 120.000.000,00. 5. Biaya komunikasi yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dengan pihak pabrik PT ISAM, penjual, antarpegawai, dan pihak lainnya dalam rangka memperlancar proses produksi dan pemasaran susu sterilisasi Fresh Time dalam setahun mencapai Rp 13.200.000,00. 6. Biaya promosi yang sangat dibutuhkan dalam usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time karena produk ini adalah produk yang baru beredar di masyarakat dan memerlukan promosi kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pemasaran yaitu Jawa Barat. Pada tahun ke-1 hingga tahun ke-3 koperasi melakukan promosi pembukaan yaitu promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan produk baru kepada masyarakat, biaya promosi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut : a. Sepuluh (10) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk sepuluh buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat sebesar mencapai Rp 265.200.000,00 dalam satu tahun. b. Pembagian brosur dan poster mengenai produk Fresh Time dan juga pentingnya mengkonsumsi susu kepada masyarakat-masyarakat di sekitar 74

koperasi dan wilayah pemasaran lainnya. Brosur dan poster yang disebar adalah sebanyak 10.000 lembar untuk jangka waktu satu tahun dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp 20.000.000,00 c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp 12.000.000,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak empat kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp 60.000.000,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp 24.000.000,00 dalam satu tahun. Total dari biaya promosi pada tahun ke-1 hingga ke-3 adalah Rp 381.200.000,00 pertahun. Dengan asumsi bahwa setelah tahun ke-3 masyarakat di wilayah pemasaran sudah mengetahui keberadaan susu sterilisasi Fresh Time, maka pada tahun ke-4 hingga tahun ke-15 koperasi tidak lagi melakukan promosi pembukaan melainkan promosi terus menerus yang bertujuan agar produk tetap berada di benak pasar sasaran. Biaya untuk promosi pada tahun ke-4 hingga ke-15 adalah sebagai berikut : a. Lima (5) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk lima buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat mencapai Rp 135.600.000,00 dalam satu tahun. 75

b. Penempelan poster-poster mengenai produk Fresh Time di lokasi-lokasi pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, terminal dan tempat umum lainnya. Poster yang disebar adalah sebanyak 5.000 lembar dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp 10.000.000,00 pertahun. c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp 6.000.000,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak dua kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp 30.000.000,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp 6.000.000,00 dalam satu tahun. Total biaya promosi untuk tahun ke-4 hingga tahun ke-15 adalah sebesar Rp 187.600.000,00 pertahun. 7. Biaya perawatan gudang untuk produk sterilisasi Fresh Time. Biaya pemeliharaan diasumsikan sebesar 2,5 persen dari biaya pembangunan gudang yaitu 2,5 persen dari Rp 50.000.000,00 yaitu Rp 1.250.000,00. 8. Biaya penyusutan barang investasi. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan = Nilai Beli Nilai Sisa Umur Pakai 76

Biaya penyusutan barang investasi pada skenario I, yaitu truk tangki susu, mobil boks dan gudang diuraikan pada Tabel 12. Total biaya penyusutan dalam satu tahun adalah Rp 43.833.333,00. Secara keseluruhan biaya tetap yang dikeluarkan koperasi pada skenario I diuraikan pada Lampiran 10. Biaya operasional yang kedua adalah biaya variabel. Besar kecilnya biaya variabel sangat bergantung dari berapa banyak susu sterilisasi yang akan diproduksi. Sehingga total biaya variabel pada setiap tahunnya akan berbeda-beda sesuai dengan peningkatan produksi yang dilakukan oleh koperasi. Adapun biaya variabel yang dikeluarkan pada skenario I adalah sebagai berikut : 1. Biaya bahan baku susu segar. Bahan baku utama dari susu sterilisasi Fresh Milk adalah susu segar yang berasal dari para peternak anggota KPSBU Jawa Barat. Untuk itu koperasi berkewajiban untuk membayarkan susu yang dikumpulkan para peternak tersebut. Dalam hal penentuan harga susu, KPSBU Jawa Barat menggunakan hasil uji laboratorium sebagai dasar penentuan harga. Harga rata-rata tertinggi di tingkat peternak adalah Rp 3.250,00 perliter sehingga hal tersebut menjadi asumsi biaya susu segar yang dipergunakan sebagai bahan baku susu sterilisasi Fresh Time. 2. Biaya bahan bakar truk tangki susu dan mobil boks. Untuk mengantar susu segar dingin menggunakan truk tangki susu dari Lembang ke daerah Ujung Berung Bandung (lokasi PT ISAM) ditempuh jarak sekitar 25 km. Dalam satu kali perjalanan, truk tangki susu dapat mengantar 10.000 liter atau 10 ton susu, sehingga untuk setiap 10 ton susu atau kurang. Mobil boks digunakan untuk mengambil susu sterilisasi yang telah diolah dan memperlancar proses distribusi ke berbagai wilayah pemasaran susu sterilisasi Fresh Time. 3. Biaya subkontrak produksi yang dibayarkan kepada PT ISAM untuk proses pengolahan susu, biaya bahan baku pendukung, pengemasan, biaya-biaya lain yang dikeluarkan pabrik seperti listrik, air, tenaga kerja, dan lain-lain. Biaya yang harus dikeluarkan KPSBU Jawa Barat untuk satu buah susu sterilisasi dalam kemasan botol 180 ml adalah Rp 1.350,00. Biaya variabel yang dikeluarkan koperasi pada setiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 11. 77

7.1.3 Analisis Finansial pada Skenario I Berdasarkan aliran kas (cash flow) yang telah disusun berdasarkan inflow dan outflow pada bagian sebelumnya, dapat dinilai kelayakan usaha pada usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time skenario I dengan menggunakan beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (PP). Berdasarkan hasil analisis switching value, Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih yang dihasilkan usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I adalah sebesar Rp 971.916.310,00 yang berarti lebih besar dari 0 (NPV > 0). Hal ini memiliki makna bahwa usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I menguntungkan atau memberikan manfaat. Berdasarkan kriteria investasi NPV, usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I yaitu dengan melakukan subkontrak produksi, layak untuk dilaksanakan. Tabel 14. Hasil Analisis Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time dengan Melakukan Subkontrak Produksi Kriteria Investasi Hasil NPV Rp 971.916.310,00 IRR 49% Net B/C 5,6192 Payback Periode 3 tahun 1 bulan 22 hari Kriteria investasi selanjutnya adalah Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Dari IRR dapat terlihat seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR dari usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I adalah sebesar 49 persen atau lebih besar dari discount rate yaitu 6,75 persen. Arti dari IRR sebesar 49 persen adalah jika investor menginvestasikan modal sebesar satu satuan pada usaha tersebut maka akan mendapatkan tingkat pengembalian sebesar 49 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C atau rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif dari skenario I adalah 5,61. Karena nilai Net 78

B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1 maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Payback periode untuk skenario ini adalah 3 tahun 1 bulan 22 hari. Payback period dari skenario ini lebih kecil daripada umur skenario I yaitu 15 tahun sehingga layak untuk dilaksanakan. 7.1.4 Proyeksi Laporan Laba Rugi pada Skenario I Dari proyeksi laporan laba rugi dapat diketahui berapa keuntungan yang diperoleh koperasi dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan subkontrak produksi. Pada proyeksi laporan laba rugi yang dapat dilihat pada Lampiran 12 dapat diketahui bahwa usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I mendapatkan keuntungan mulai dari tahun ke-1 yaitu Rp 29.429.000,00. Pada tahun ke-2 dan 3 besarnya keuntungan yang didapat adalah Rp 166.642.000,00. Tahun keempat hingga ke-15 keuntungan yang didapat adalah Rp 240.562.000, 00. Sedangkan pada tahun ke-6 dan 11 keuntungan yang didapat adalah 237.562.000,00. 7.1.5 Analisis Switching value pada Skenario I Pada analisis switching value skenario I, dilakukan beberapa perubahan untuk melihat sejauh mana usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan subkontrak produksi masih layak untuk dilaksanakan. Perubahan-perubahan tersebut adalah penurunan harga output, kenaikan harga susu segar sebagai bahan baku utama susu sterilisasi Fresh Time dan kenaikan biaya subkontrak produksi. Ketiga variabel ini dipilih karena berdasarkan pengamatan, variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh terbesar dalam laporan keuangan dan berpengaruh terhadap kelayakan usaha jika terjadi perubahan. Saat dilakukan analisis switching value untuk masing-masing perubahan, variabel-variabel lain di dalam laporan keuangan dianggap konstan. Seperti terlihat pada tabel, bahwa batas maksimal penurunan harga output yang masih dapat ditolerir sehingga usaha tersebut masih layak untuk dilaksanakan adalah 9 persen. Jika penurunan harga output lebih dari angka tersebut maka usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I tidak layak lagi untuk dilaksanakan. Perubahan lain yang dilakukan adalah kenaikan bahan baku utama susu sterilisasi Fresh Time yaitu susu segar. Berdasarkan hasil 79

analisis switching value, batas maksimal kenaikan harga susu segar di tingkat petani adalah sebesar 38,86 persen. Lebih dari batasan tersebut, koperasi akan mengalami kerugian sehingga usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time tidak layak lagi untuk dilaksanakan. Perubahan terakhir adalah kenaikan biaya subkontrak produksi. Usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I ini tetap layak untuk dilaksanakan sampai terjadinya kenaikan biaya subkontrak produksi sebesar 15,31 persen. Tabel 15. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario I Perubahan Penurunan output Kenaikan susu segar Kenaikan subkontrak produksi harga harga biaya Persentase (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%) 9 0 1,4030 7 38,86 0 1,3643 7 15,31 0 1,4145 7 Berdasarkan hasil analisis switching value tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan variabel yang sangat sensitif terhadap kelayakan usaha adalah penurunan harga output. Hal ini terlihat dari persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I. 7.2. Skenario II 7.2.1 Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario II Pada skenario II, arus penerimaan (inflow) dari usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan mendirikan pabrik pengolahan susu terdiri dari tiga yaitu penerimaan penjualan susu sterilisasi Fresh Time, pinjaman dari pihak bank pada tahun pertama dan nilai sisa barang-barang investasi pada tahun terakhir umur usaha. Pada skenario II, penjualan susu sterilisasi Fresh Time baru dimulai pada tahun kedua semester kedua atau pada bulan ketujuh tahun kedua. Hal ini disebabkan karena koperasi harus melakukan pembangunan pabrik pengolahan 80

susu pada tahun pertama yang menghabiskan waktu sekitar 18 bulan. Pada skenario II ini, volume dan frekuensi produksi disamakan dengan volume dan frekuensi produksi pada skenario I untuk mempermudah dalam membandingkan kelayakan usaha antara kedua skenario. Adapun penjabaran dari arus penerimaan (inflow) pada skenario II terdapat pada Lampiran 17. Pinjaman pada tahun I diperlukan koperasi untuk mempersiapkan kebutuhan dalam membangun sebuah pabrik pengolahan susu, di antaranya adalah membeli lahan, pembangunan pabrik, perijinan, pembelian serta instalasi mesinmesin dan peralatan. Sedangkan nilai sisa pada tahun terakhir diperoleh dari nilai sisa barang-barang investasi yang pada akhir umur usaha belum habis umur ekonomisnya. Harga jual susu sterilisasi Fresh Time adalah Rp 2.000 perbotol untuk grosir, Rp 2.500,00 perbotol untuk eceran dan Rp 3.000,00 perbotol untuk dijual di supermarket. Persentase untuk masing-masing jenis penjualan adalah 50 persen dijual grosir, 30 persen dijual eceran dan 20 persen dijual ke supermarket. Untuk penjualan supermarket baru dimulai pada tahun keempat karena koperasi memerlukan persiapan akan kualitas, kuantitas dan perizinan sebelum memasukkan produk ke supermarket. Nilai sisa pada tahun ke-15 diperoleh dari nilai sisa kendaraan operasional koperasi dalam melakukan usaha produksi susu sterilisasi yaitu tangki susu dan mobil boks serta peralatan laboratorium, mesin dan peralatan produksi susu. Nilai sisa pada tahun terakhir adalah Rp 3.348.251.000,00. Untuk lebih lengkapnya, nilai sisa pada skenario II dapat dilihat pada Lampiran 20. 7.2.2 Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario II Unsur-unsur yang terdapat pada arus pengeluaran (outflow) pada skenario II adalah biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 1. Biaya Investasi Investasi yang dibutuhkan pada skenario II adalah biaya perizinan untuk pendirian pabrik pengolahan susu dan pembuatan produk susu sterilisasi Fresh Time, mobil tangki susu untuk mengantarkan susu dingin dari cooling unit ke pabrik pengolahan susu, mobil boks untuk mempelancar proses pendistribusian 81

produk, biaya pembelian lahan yang akan digunakan sebagai tempat pendirian pabrik, biaya pembangunan pabrik pengolahan susu, biaya pembuatan jalan dari jalan utama menuju ke pabrik serta biaya pembelian dan instalasi mesin-mesin dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi susu sterilisasi Fresh Time. Total biaya investasi pada tahun ke-1 skenario II adalah Rp 49.141.502,00. Adapun biaya investasi pada skenario II diuraikan pada Lampiran 18. Biaya investasi di atas dikeluarkan pada tahun ke-1 usaha dan selanjutnya dilakukan pembelian ulang (reinvestasi) untuk truk tangki susu, mobil boks, perbaikan jalan, pembelian peralatan laboratorium dan mesin-mesin serta peralatan produksi susu sterilisasi Fresh Time pada tahun ke-11 karena umur ekonomisnya sudah habis dan harus diganti dengan barang yang baru. Sehingga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada tahun ke-11 yang berjumlah Rp 6.696.502,00 yang diuraikan pada Lampiran 19. 2. Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario II adalah : 1. Biaya perawatan kendaraan operasional, yaitu truk tangki susu dan mobil boks. Biaya perawatan kendaraan operasional ini terdiri dari biaya service penggantian ban bila dibutuhkan, penggantian oli secara berkala dan penggantian suku cadang bila dibutuhkan. Biaya perawatan kendaraan operasional ini berjumlah Rp 30.000.000, 00 untuk dua jenis kendaraan operasional dalam jangka waktu satu tahun. 2. Biaya perpanjangan pajak kendaraan bermotor yang dikeluarkan setiap satu tahun sekali. Untuk kedua kendaraan, pajak kendaraan bermotor tahunan diestimasikan sejumlah Rp 7.000.000, 00 pertahun. Sedangkan setiap lima tahun sekali, koperasi mengeluarkan biaya pajak balik nama kendaraan bermotor untuk kedua kendaraan operasional sebesar Rp 11.000.000,00 perlima tahun. 3. Biaya asuransi kendaraan operasional. Asumsi penetapan biaya asuransi ini didasarkan pada suku premi pertahun untuk kendaraan bermotor pada perusahaan asuransi ACA yang dihitung menggunakan rumus : Besarnya Biaya Asuransi = Jumlah Uang Pertanggungan (Harga Pasar untuk Barang yang Diasuransikan) x Suku Premi pertahun 82

Dengan menggunakan rumus di atas (dengan suku premi pertahun adalah 5,5 persen), maka biaya asuransi untuk truk tangki susu adalah Rp 12.650.000,00 pertahun dan biaya asuransi untuk mobil boks adalah Rp 4.477.500,00 pertahun. Sehingga total biaya asuransi yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp 17.127.500,00 pertahun. 4. Biaya asuransi bangunan pabrik, mesin dan peralatan untuk mengurangi risiko dari ketidakpastian. Asumsi penetapan biaya asuransi bangunan pabrik, mesin dan peralatan dilakukan berdasarkan rumus yang sama dengan asuransi kendaraan operasional pada bagian sebelumnya. Sehingga dalam satu tahun, biaya asuransi yang harus dikeluarkan adalah Rp 1.412.897.310,00. 5. Biaya pemeliharaan bangunan pabrik dalam satu tahunnya mencapai Rp 500.000.000,00 dan biaya pemeliharaan mesin serta peralatan sebesar Rp 142.226.050,00. Kedua biaya tersebut diasumsikan sebesar 2,5 persen dari harga pembelian barang yang diasuransikan tersebut. 6. Biaya komunikasi yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dengan pihak koperasi, penjual, antarpegawai, dan pihak lainnya dalam rangka memperlancar proses produksi dan pemasaran susu sterilisasi Fresh Time dalam setahun mencapai Rp 24.000.000,00. 7. Biaya promosi yang sangat dibutuhkan dalam usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time karena produk ini adalah produk yang baru beredar di masyarakat dan memerlukan promosi kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pemasaran yaitu Jawa Barat. Pada tahun ke-2 hingga tahun ke-4 koperasi melakukan promosi pembukaan yaitu promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan produk baru kepada masyarakat, biaya promosi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut : a. Sepuluh (10) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk sepuluh buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat sebesar mencapai Rp 265.200.000,00 dalam satu tahun. 83

b. Pembagian brosur dan poster mengenai produk Fresh Time dan juga pentingnya mengkonsumsi susu kepada masyarakat-masyarakat di sekitar koperasi dan wilayah pemasaran lainnya. Brosur dan poster yang disebar adalah sebanyak 10.000 lembar untuk jangka waktu satu tahun dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp 20.000.000,00 c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp 12.000.000,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak empat kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp 60.000.000,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp 24.000.000,00 dalam satu tahun. Total dari biaya promosi pada tahun ke-2 hingga ke-4 adalah Rp 381.200.000,00 pertahun. Dengan asumsi bahwa setelah tahun ke-4 masyarakat di wilayah pemasaran sudah mengetahui keberadaan susu sterilisasi Fresh Time, maka pada tahun ke-5 hingga tahun ke-15 koperasi tidak lagi melakukan promosi pembukaan melainkan promosi terus menerus yang bertujuan agar produk tetap berada di benak pasar sasaran. Biaya untuk promosi pada tahun ke-5 hingga ke-15 adalah sebagai berikut : a. Lima (5) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk lima buah spanduk dan 84

biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat mencapai Rp 135.600.000,00 dalam satu tahun. b. Penempelan poster-poster mengenai produk Fresh Time di lokasi-lokasi pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, terminal dan tempat umum lainnya. Poster yang disebar adalah sebanyak 5.000 lembar dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp 10.000.000,00 pertahun. c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp 6.000.000,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak dua kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp 30.000.000,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp 6.000.000,00 dalam satu tahun. Total biaya promosi untuk tahun ke-5 hingga tahun ke-15 adalah sebesar Rp 187.600.000,00 pertahun. 8. Biaya penyusutan barang investasi. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan = Nilai Beli Nilai Sisa Umur Pakai Biaya penyusutan barang investasi pada skenario II, yaitu truk tangki susu, mobil boks, peralatan laboratorium, mesin dan peralatan produksi susu 85

diuraikan pada Lampiran 20. Besar biaya penyusutan dalam satu tahun adalah Rp 1.987.497.000,00. 9. Biaya gaji. Penjabaran untuk biaya gaji dapat dilihat pada Lampiran 8. Selain biaya gaji, setiap tahunnya koperasi juga memberikan Tunjangan Hari Raya sebagai bentuk kepedulian terhadap karyawan dan biaya pelatihan untuk menambah kualitas sumber daya manusia yang dimiliki pabrik. Total biaya gaji dalam satu tahun adalah Rp 1.948.500.000,00. 10. Biaya administrasi pabrik. Biaya administrasi pabrik terdiri dari pembayaran pajak bumi dan bangunan setiap tahunnya dan keperluan administrasi pabrik. Besarnya biaya administrasi pabrik adalah Rp 100.000.000,00 pertahun. 11. Pembayaran pinjaman. Pinjaman dibayar secara diangsur setiap tahunnya sebesar Rp 3.906.339.168,00 Biaya operasional yang kedua adalah biaya variabel. Besar kecilnya biaya variabel sangat bergantung dari berapa banyak susu sterilisasi yang akan diproduksi. Sehingga total biaya variabel pada setiap tahunnya akan berbeda-beda sesuai dengan peningkatan produksi yang dilakukan oleh koperasi. Biaya variabel pada skenario II jauh berbeda dibandingkan dengan biaya variabel pada skenario I, karena pada skenario II, koperasi memproduksi sendiri susu sterilisasi melalui pabrik pengolahan susu yang didirikannya. Adapun biaya variabel yang dikeluarkan pada skenario II adalah sebagai berikut : 1. Biaya bahan baku susu segar. Bahan baku utama dari susu sterilisasi Fresh Time adalah susu segar yang berasal dari para peternak anggota KPSBU Jawa Barat. Untuk itu koperasi berkewajiban untuk membayarkan susu yang dikumpulkan para peternak tersebut. Dalam hal penentuan harga susu, KPSBU Jawa Barat menggunakan hasil uji laboratorium sebagai dasar penentuan harga. Harga rata-rata di tingkat peternak adalah Rp 3.250,00 perliter sehingga hal tersebut menjadi asumsi biaya susu segar yang dipergunakan sebagai bahan baku susu sterilisasi Fresh Time. 2. Biaya bahan baku pendukung yang terdiri dari gula, bubuk cokelat, perisa stroberi, dan karagen. Adapun formulasi dari bahan baku pendukung yang diperlukan untuk membuat satu buah susu sterilisasi dalam kemasan botol 180 ml adalah 93 persen susu segar, 6,3 persen gula, 0,65 persen bubuk cokelat 86

untuk susu sterilisasi rasa cokelat dan perisa stroberi untuk susu sterilisasi rasa stroberi, serta 0,05 persen karagen. Harga untuk masing-masing bahan adalah sebagai berikut : (1) Rp 8.000,00 perkilogram untuk gula; (2) Rp 137.000,00 perkilogram untuk bubuk cokelat; (3) Rp 637.500,00 perkilogram untuk perisa stroberi; dan (4) Rp 130.000,00 perkilogram untuk penyeimbang nabati. 3. Biaya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mengemas susu sterilisasi, yaitu botol HDPE 180 ml, sedotan, aluminium foil, label, kardus, dan lakban. Harga satuan untuk masing-masing bahan tersebut adalah Rp 600,00 perbotol, Rp 10,00 perbuah, Rp 10,00 persentimeter, Rp 200,00 perbuah, Rp 1.750,00 perbuah, dan Rp 5,00 persentimeter. 4. Biaya bahan bakar truk tangki susu dan mobil boks. Pada skenario II, diasumsikan bahwa lokasi pembangunan pabrik masih berada di sekitar Kecamatan Lembang atau Kabupaten Subang sehingga diperkirakan jarak antara cooling unit dengan pabrik pengolahan susu adalah sekitar 5 kilometer. Sehingga dalam satu tahun biaya untuk bahan bakar truk tangki susu adalah sekitar Rp 617.142,90. Mobil boks digunakan untuk mengambil susu sterilisasi yang telah diolah dan memperlancar proses distribusi ke berbagai wilayah pemasaran susu sterilisasi Fresh Time. 5. Biaya listrik, air dan bahan bakar pabrik. Untuk setiap satu buah botol susu sterilisasi Fresh Time 180 ml, biaya listrik, air dan bahan bakar pabrik yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 183,00. Angka ini didapat dari hasil penelitian di pabrik pengolahan susu yang telah ada sebelumnya. 6. Listing fee, yaitu biaya yang harus dibayarkan kepada supermarket dimana produk susu sterilisasi Fresh Time dipasarkan. Listing fee ini besarnya bervariasi sesuai dengan jumlah produk yang terjual, berdasarkan literatur listing fee yang harus dibayarkan adalah sekitar 40 persen dari total pendapatan penjualan produk yang terjual di supermarket tersebut. 7. Biaya tenaga kerja langsung, yaitu upah untuk pekerja pabrik yang bekerja dalam bidang produksi, dari penerimaan susu hingga pengemasan serta operator mesin. Upah dibayarkan perjam dan setiap beberapa tahun diasumsikan pabrik menambah lama produksinya untuk menghasilkan lebih 87

banyak produk susu. Upah dari tenaga kerja langsung ini adalah Rp 4.500,00 perjam. Biaya tetap dan variabel yang dikeluarkan koperasi pada skenario II dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. 7.2.3 Analisis Finansial pada Skenario II Berdasarkan aliran kas (cash flow) yang telah disusun berdasarkan inflow dan outflow pada bagian sebelumnya, dapat dinilai kelayakan usaha pada usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time skenario II dengan menggunakan beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (PP). Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih yang dihasilkan usaha produksi susu sterilisasi pada skenario II adalah sebesar minus Rp 59.082.268.000,00 yang berarti jauh lebih kecil dari 0 (NPV < 0). Hal ini memiliki makna bahwa usaha produksi susu sterilisasi pada skenario II tidak menguntungkan atau tidak memberikan manfaat bahkan merugikan karena menimbulkan kerugian yang sangat besar. Berdasarkan kriteria investasi NPV usaha produksi susu sterilisasi pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. Tabel 16. Hasil Analisis Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time Skenario II Kriteria Investasi Hasil NPV - Rp 59.082.268.000,00 IRR - Net B/C 0 Pay Back Periode - Kriteria investasi selanjutnya adalah Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Dari IRR dapat terlihat seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Berdasarkan perhitungan, IRR dari usaha produksi susu sterilisasi pada skenario II tidak dapat diketahui yang berarti usaha pada skenario II ini tidak 88

memiliki tingkat pengembalian sedikitpun. Berdasarkan kriteria IRR, usaha pada skenario II ini tidak layak untuk dilaksakan. Nilai Net B/C atau rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif dari skenario II adalah 0. Karena nilai Net B/C yang dihasilkan lebih kecil dari 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan kriteria-kriteria investasi di atas, usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. Penjelasan teknis untuk ketidaklayakan ini adalah karena pabrik tidak berproduksi setiap hari sehingga biaya operasional tetap dari pabrik pengolahan susu tidak dapat ditutupi oleh pendapatan dari penjualan susu steriliasi. Pada skenario II ini, pabrik hanya berproduksi setiap dua kali dalam seminggu dan belum menggunakan semua sumber daya yang terdapat pada pabrik, berupa kapasitas produksi yang dimiliki oleh mesin pengolahan susu. Karena ketidaklayakan usaha pada skenario II ini, analisis tidak dilanjutkan pada analisis switching value dan laporan laba rugi. 7.3. Skenario III 7.3.1 Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario III Pada skenario III, arus penerimaan (inflow) dari usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan mendirikan pabrik pengolahan susu terdiri dari lima yaitu penerimaan penjualan susu sterilisasi Fresh Time, penerimaan penjualan susu pasteurisasi, penerimaan penjualan yoghurt Fresh Time, pinjaman dari pihak bank pada tahun ke-1 dan nilai sisa barang-barang investasi pada tahun terakhir umur usaha. Pada skenario III, produksi susu baru dimulai pada tahun ke-2 semester ke-2 atau pada bulan ketujuh tahun ke-2. Hal ini disebabkan karena koperasi harus melakukan pembangunan pabrik pengolahan susu pada tahun ke-1 yang menghabiskan waktu sekitar 18 bulan. Selain susu sterilisasi Fresh Time, pada skenario III ini juga diproduksi jenis olahan susu segar yang lain. Hal ini dapat dilakukan karena pada skenario III, diasumsikan bahwa pabrik melakukan produksi dengan kapasitas mesin yang dimilikinya. Dalam satu hari, pabrik mengolah 16.000 liter susu segar yang tidak dapat dipasok kepada FFI. Jumlah 89

tersebut 63 persen diolah menjadi susu sterilisasi, 34 persen menjadi susu pasteurisasi dan 3 persen diolah menjadi yoghurt. Uraian lebih jelas mengenai volume produksi dari masing-masing jenis susu olahan dapat dilihat pada Lampiran 25. Harga jual susu sterilisasi Fresh Time adalah Rp 2.000,00 perbotol untuk grosir, Rp 2.500,00 perbotol untuk eceran dan Rp 3.000,00 perbotol untuk dijual di supermarket. Untuk harga jual susu pasteurisasi, harga untuk grosir adalah Rp 1.800,00 percup, Rp 2.000,00 untuk eceran dan Rp 2.500,00 untuk dijual ke supermarket. Sedangkan untuk yoghurt Fresh Time, harga jual grosir adalah Rp 2.500,00 percup, Rp 3.000,00 percup untuk eceran dan Rp 3.500,00 untuk dijual ke supermarket. Persentase untuk masing-masing jenis penjualan adalah 50 persen dijual grosir, 20 persen dijual eceran dan 30 persen dijual ke supermarket. Untuk penjualan supermarket baru dimulai pada tahun ke-5 karena koperasi memerlukan persiapan akan kualitas, kuantitas dan perizinan sebelum memasukkan produk ke supermarket. Adapun penjabaran dari arus penerimaan (inflow) pada skenario III dapat dilihat pada Lampiran 29. Pinjaman pada tahun I diperlukan koperasi untuk mempersiapkan kebutuhan dalam membangun sebuah pabrik pengolahan susu, di antaranya adalah membeli lahan, pembangunan pabrik, perijinan, pembelian serta instalasi mesinmesin dan peralatan. Besar pinjaman pada tahun ke-1 adalah Rp 39.437.201.600,00 atau sebesar 80 persen dari total biaya investasi yang dibutuhkan. Hal ini berdasarkan masih kecilnya kemampuan koperasi dalam penyediaan modal pribadi sehingga lebih baik jika meminjam dari pihak lain, dalam kasus ini adalah pihak Bank BNI 46. Sedangkan nilai sisa pada tahun terakhir diperoleh dari nilai sisa barang-barang investasi yang pada akhir umur usaha belum habis umur ekonomisnya. Nilai sisa pada tahun ke-15 adalah sebesar Rp 3.348.251.000,00. 7.3.2 Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario III Unsur-unsur yang terdapat pada arus pengeluaran (outflow) pada skenario III adalah biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 90

1. Biaya Investasi Investasi yang dibutuhkan pada skenario III adalah biaya perizinan untuk pendirian pabrik pengolahan susu dan pembuatan produk susu sterilisasi Fresh Time, mobil tangki susu untuk mengantarkan susu dingin dari cooling unit ke pabrik pengolahan susu, mobil boks untuk mempelancar proses pendistribusian produk, biaya pembelian lahan yang akan digunakan sebagai tempat pendirian pabrik, biaya pembangunan pabrik pengolahan susu, biaya pembuatan jalan dari jalan utama menuju ke pabrik serta biaya pembelian dan instalasi mesin-mesin dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun biaya investasi pada skenario III diuraikan pada Lampiran 30. Total biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-1 adalah Rp 49.296.502.000,00 Biaya investasi di atas dikeluarkan pada tahun ke-1 usaha dan selanjutnya dilakukan pembelian ulang (reinvestasi) untuk truk tangki susu, mobil boks, perbaikan jalan, pembelian peralatan laboratorium dan mesin-mesin serta peralatan produksi susu sterilisasi Fresh Time pada tahun ke-11 karena umur ekonomisnya sudah habis dan harus diganti dengan barang yang baru. Sehingga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada tahun ke-11 yang diuraikan pada Lampiran 31. Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-11 adalah Rp 6.696.502.000,00. 2. Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario III adalah : 1. Biaya perawatan kendaraan operasional, yaitu truk tangki susu dan mobil boks. Biaya perawatan kendaraan operasional ini terdiri dari biaya service penggantian ban bila dibutuhkan, penggantian oli secara berkala dan penggantian suku cadang bila dibutuhkan. Biaya perawatan kendaraan operasional ini berjumlah Rp 45.000.000, 00 untuk tiga buah kendaraan operasional dalam jangka waktu satu tahun. 2. Biaya perpanjangan pajak kendaraan bermotor yang dikeluarkan setiap satu tahun sekali. Untuk tiga kendaraan, pajak kendaraan bermotor tahunan diestimasikan sejumlah Rp 5.000.000, 00 pertahun. Sedangkan setiap lima tahun sekali, koperasi mengeluarkan biaya pajak balik nama kendaraan 91

bermotor untuk tiga kendaraan operasional sebesar Rp 10.000.000,00 perlima tahun. 3. Biaya asuransi kendaraan operasional. Asumsi penetapan biaya asuransi ini didasarkan pada suku premi pertahun untuk kendaraan bermotor pada perusahaan asuransi ACA yang dihitung menggunakan rumus : Besarnya Biaya Asuransi = Jumlah Uang Pertanggungan (Harga Pasar untuk Barang yang Diasuransikan) x Suku Premi pertahun Dengan menggunakan rumus di atas (dengan suku premi pertahun adalah 5,5 persen), maka biaya asuransi untuk truk tangki susu adalah Rp 12.650.000,00 pertahun dan biaya asuransi untuk mobil boks adalah Rp 4.477.500,00 pertahun. Sehingga total biaya asuransi yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp 21.605.000,00 pertahun. 4. Biaya asuransi bangunan pabrik, mesin dan peralatan untuk mengurangi risiko dari ketidakpastian. Asumsi penetapan biaya asuransi bangunan pabrik, mesin dan peralatan dilakukan berdasarkan rumus yang sama dengan asuransi kendaraan operasional pada bagian sebelumnya. Sehingga dalam satu tahun, biaya asuransi yang harus dikeluarkan adalah Rp 1.412.897.310,00. 5. Biaya pemeliharaan bangunan pabrik dalam satu tahunnya mencapai Rp 500.000.000,00 dan biaya pemeliharaan mesin serta peralatan sebesar Rp 142.226.050,00. Kedua biaya tersebut diasumsikan sebesar 2,5 persen dari harga pembelian barang yang diasuransikan tersebut. 6. Biaya komunikasi yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dengan pihak koperasi, penjual, antarpegawai, dan pihak lainnya dalam rangka memperlancar proses produksi dan pemasaran susu sterilisasi Fresh Time dalam setahun mencapai Rp 30.000.000,00. 7. Biaya promosi yang sangat dibutuhkan dalam usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time karena produk ini adalah produk yang baru beredar di masyarakat dan memerlukan promosi kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pemasaran yaitu Jawa Barat. Pada tahun ke-2 hingga tahun ke-4 koperasi melakukan promosi pembukaan yaitu promosi yang dilakukan untuk 92

memperkenalkan produk baru kepada masyarakat, biaya promosi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut : a. Sepuluh (10) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk sepuluh buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat sebesar mencapai Rp 265.200.000,00 dalam satu tahun. b. Pembagian brosur dan poster mengenai produk Fresh Time dan juga pentingnya mengkonsumsi susu kepada masyarakat-masyarakat di sekitar koperasi dan wilayah pemasaran lainnya. Brosur dan poster yang disebar adalah sebanyak 10.000 lembar untuk jangka waktu satu tahun dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp 20.000.000,00 c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp 12.000.000,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak empat kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp 60.000.000,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp 24.000.000,00 dalam satu tahun. Total dari biaya promosi pada tahun ke-2 hingga ke-4 adalah Rp 381.200.000,00 pertahun. Dengan asumsi bahwa setelah tahun ke-3 masyarakat di wilayah pemasaran sudah mengetahui keberadaan susu sterilisasi Fresh Time, maka pada tahun ke-5 hingga tahun ke-15 koperasi 93

tidak lagi melakukan promosi pembukaan melainkan promosi terus menerus yang bertujuan agar produk tetap berada di benak pasar sasaran. Biaya untuk promosi pada tahun ke-5 hingga ke-15 adalah sebagai berikut : a. Sepuluh (10) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk lima buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat mencapai Rp 135.600.000,00 dalam satu tahun. b. Penempelan poster-poster mengenai produk Fresh Time di lokasi-lokasi pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, terminal dan tempat umum lainnya. Poster yang disebar adalah sebanyak 5.000 lembar dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp 10.000.000,00 pertahun. c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp 6.000.000,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak dua kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp 30.000.000,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp 6.000.000,00 dalam satu tahun. Total biaya promosi untuk tahun ke-5 hingga tahun ke-15 adalah sebesar Rp 187.600.000,00 pertahun. 8. Biaya penyusutan barang investasi. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : 94