BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi BAB VIII PENUTUP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumber: Automology.com. Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 10 JANUARI 2018

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN PENDUDUK PADA JALUR PERENCANAAN KERETA KOMUTER LAWANG-KEPANJEN DI MALANG RAYA

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Depok merupakan wilayah penyangga (buffer state) bagi Daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang wilayah dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

GREEN TRANSPORTATION

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

BAB III METODOLOGI A. POLA PIKIR STUDI.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Dari analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan angkutan lingkungan di 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan ini merupakan pergerakan yang umum terjadi pada suatu kota. memberikan suatu transportasi yang aman, cepat, dan mudah.

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN PEMILIHAN MODA ANGKUTAN BATUBARA ANTARA ANGKUTAN SUNGAI DAN TRUK DI PULAU KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah B A. Studi Pustaka MULAI. Permasalahan. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan

Konservasi Energi pada Sektor Rumah Tangga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ringkasan Eksekutif 1

BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat kota Padang dalam menjalankan aktifitas sehari-hari sangat tinggi.

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

I-1 BAB I PENDAHULUAN

Organisasi merupakan suatu wadah yang memiliki dimensi sistem sosial dan. kepentingan bersama, karena terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara detil metodologi analisis dampak lalulintas Kegiatan Pembangunan

Simulasi Dan Analisis Kebijakan

Transkripsi:

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI A. Pendekatan Kajian Pelaksanaan studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan dan Hemat Energi diharapkan menghasilkan suatu konsep pengembangan angkutan massal berbasis jalan yang ramah lingkungan dan hemat energi di kawasan perkotaan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran studi, maka perlu dirumuskan suatu formula metodologi yang ditekankan pada pengembangan pedoman angkutan massal berbasis jalan yang ramah lingkungan dan hemat energi pada jaringan transportasi perkotaan. Mengacu kepada arahan dalam kerangka acuan kerja, tahapan kerja yang dikembangkan pada kajian ini adalah sebagai berikut : 1) Tahap I : Inventarisasi studi, kajian, literatur dan peraturan perundangan yang terkait dengan penyelenggaraan angkutan massal/umum seperti antara lain: a) Identifikasi kebijakan pengembangan sistem transportasi massal berbasis jalan di perkotaan; b) Inventarisasi studi studi tentang kebijakan pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan yang ramah lingkungan dan hemat energi di perkotaan; 2) Tahap II : Kaji ulang terhadap bahan yang terinventarisasi 3) Tahap III : Benchmarking 4) Tahap IV : Pengumpulan data meliputi: a) Inventarisasi kondisi eksisting dan rencana prasarana jalan di masing-masing kota yang diteliti. b) Inventarisasi eksisting pelayanan sistem angkutan umum dari masing-masing kota yang diteliti. 5) Tahap V : Pemetaan sistem pelayanan dan operasional angkutan umum; 6) Tahap VI : Pemetaan kondisi dan masalah pelayanan operasional angkutan umum; III-1

7) Tahap VII : Proses analisis literatur terhadap konsep sistem Angkutan Massal Berbasis Jalan untuk kawasan Perkotaan; 8) Tahap VIII : Penyusunan konsep pengembangandan pedoman angkutan massal berbasis jalan yang ramah lingkungan dan hemat energi, meliputi: a) Evaluasi dan analisis yang dapat di rumuskan dalam upaya pengembangan angkutan massal berbasis jalan yang ramah lingkungan dan hemat energi untuk kawasan perkotaan; b) Rekomendasi konsep pedoman pengembangan angkutan massal berbasis jalan yang ramah lingkungan dan hemat energi untuk kawasan perkotaan. Tahapan-tahapan pendekatan kajian yang dijelaskan sebelumnya ditransformasikan kedalam suatu bentuk alur yang lebih terstruktur yang menempatkan tahapan-tahapan tersebut kepada posisi dan level yang jelas dalam proses pelaksanaan studi. III-2

ANGKUTAN MASSAL BERBASIS JALAN YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN HEMAT ENERGI SASARAN INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME - Melakukan analisa dan evaluasi pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan yang ramah lingkungan dan hemat energi di wilayah perkotaan - Tersusunya konsep pengembangan angkutan massal berbasis jalan yang ramah lingkungan dan hemat energi Kebutuhan Angkutan Massal Berbasis Jalan Raya Perundangan perencanaan angkutan umum Peraturan daerah, PERDA, PERGUB, PERWALI RTRW, RTRK, Tata Guna Lahan Sumber Pustaka Berbasis SAUM Kajian, Studi, Rencana Terkait yang terdahulu Teknologi Moda Kendaraan Data Transportasi Terkait masing - masing kota Penkajianulang kebijakan pengembangan daerah perkotaan dan sistem angkutan perkotaan PenkajianulangKajian, Studi, Rencana yang Terkait Perbandingan acuan referensi & Penetapan kriteria angkutan umum perkotaan berbasis jalan Evaluasi ketersediaan data - data & informasi masing - masing kota Penetapan LokasiUji Pengembangan SAUM Identifikasi dan Evaluasi masalah angkutan umum eksisting Identifikasi dan Analisa pola dan besaran perjalanan Analisa pemutakhiran model (supply & demand) Identifikasi Pengembangan Teknologi Moda Kendaraan Analisa konsep jaringan angkutan massal dan arahan pola operasional - KONSEP POLA JARINGAN & OPERASIONAL KOTA PERCONTOHAN - KONSEP TITIK PELAYANAN & KAPASITAS PELAYANAN KOTA PERCONTOHAN KONSEP PEDOMAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN MASSAL BERBASIS JALAN NASKAH AKADEMIS KONSEP PEDOMAN PENGEMBANGAN SAUM BERBASIS JALAN Proses analisis literatur terhadap konsep sistem Angkutan Massal Berbasis Jalan untuk kawasan Perkotaan Proses evaluasi konsep sistem Angkutan Massal Berbasis Jalan untuk kawasan Perkotaan Gambar 3. 1. Alur Pendekatan Kajian III-3

Proses analisis literatur terhadap konsep sistem angkutan massal berbasis jalan untuk kawasan perkotaan meliputi kegiatan: 1) Penjabaran terminologi dalam perencanaan angkutan umum, dan angkutan massal perkotaan berbasis jalan 2) Penjabaran konsep dasar teknik dan perencananaan angkutan umum 3) Pendefinisian rentang cakupan perencanaan angkutan umum perkotaan 4) Penguraian keterkaitan aspek-aspek dalam lingkup sistem angkutan umum perkotaan 5) Penyusunan kriteria tujuan, sasaran lingkup perencanaan angkutan massal perkotaan berbasis jalan yang hemat energi dan ramah lingkungan 6) Penyusunan kriteria kebutuhan jumlah dan jenis data 7) Penyusunan parameter-parameter dasar untuk analisis 8) Penyusunan tata cara perencanaan dari masing-masing komponen angkutan umum perkotaan Proses evaluasi konsep sistem angkutan massal berbasis jalan untuk kawasan perkotaan meliputi: 1) Evaluasi dan analisis yang dapat di rumuskan dalam upaya pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan dan Hemat Energi untuk kawasan perkotaan 2) Rekomendasi konsep pedoman pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan dan Hemat Energi untuk kawasan perkotaan B. Pola Pikir Kajian Alur pendekatan kajian yang ditunjukan dalam Gambar 3. 1, kemudian dikonversikan ke bentuk pola pikir seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3. 2 yang lebih jelas menggambarkan keterkaitan dan posisi dari tahapan-tahapan pelaksanaan studi yang diturunkan dari Kerangka Acuan Kerja. III-4

Inventarisasi kajian, studi, rencana dll Inventarisasi peraturan perundangan LAP. PENDAHULUAN BENCHMARKING REFERENSI & PENGALAMAN DOMESTIK & INTERNASIONAL MENGENAI SAUM JALAN KAJIAN PUSTAKA Studi2 terkait Penelusuran sumberpustaka terkait dengan SAUM Berbasis Jalan PENETAPAN KRITERIA DATA/INFORMASI PERENCANAAN ANGKUTAN MASSAL JALAN RAYA PROSES KAJI ULANG KAJIAN ASPEK LEGAL & INSTITUSIONAL Review perundangan yang berhubungan dengan perencanaan angkutan umum INVENTARISASI DATA DI MASING-MASING KOTA PENETAPAN LOKASI UJI KASUS LAP. ANTARA ANALISIS & EVALUASI PENGEMBANGAN PEDOMAN & REVIEW KONSEP PEDOMAN Strategi & Kebijakan Angkutan Umum Identifikasi Masalah Eksisting Kondisi Eksisting Jaringan, Lalu lintas, Guna Lahan PENGEMBANGAN KONSEP S.A.U.M JALAN Pola Jaringan Titik Pelayanan Kapasitas Layanan Teknologi Moda KONSEP. LAP. AKHIR REKOMENDASI LAP. AKHIR Konsep Pedoman Pengembangan SAUM Berbasis Jalan Konsep SAUM Kota Percontohan: Pola Jaringan Pols Operasional Kapasitas Layanan Teknologi Moda Gambar 3. 2. Pola Pikir Kajian 1. Inventarisasi Studi, Kajian, Literatur Aspek Legal dan Institusional Tahapan ini mencakup proses inventarisasi studi, literatur, dan rencana pengembangan yang terkait penyelenggaraan angkutan massal berbasis jalan. Secara paralel dilakukan juga proses inventarisasi terhadap peraturan perundangan dan bentuk kelembagaan yang terkait dengan pelayanan angkutan massal berbasis jalandi wilayah perkotaan. III-5

2. Proses Kaji Ulang (Review) a) Studi Pustaka Tahapan ini mencakup proses telaahan studi-studi yang terkait dengan perencanaan angkutan massal perkotaan berbasis jalan, literatur-literatur yang membahas filosofi, konsep dan lingkup dari perencanaan dan pengoperasian angkutan massal berbasis jalan, serta perencanaan dan pengoperasian angkutan massal berbasis jalan perkotaan. Dari hasil telaahan terhadap dokumen-dokumen yang ada akan diperoleh gambaran terhadap definisi, lingkup, karakteristik, aplikasi dan praktek dari perencanaan dan pengoperasian angkutan massal berbasis jalan. Salah satu keluaran dari tahapan ini adalah identifikasi terhadap ketersediaan pedoman atau manual pelaksanaan perencanaan dan pengoperasian angkutan massal berbasis jalan yang berlaku di negara-negara lain yang akan berfungsi sebagai referensi dalam proses penyusunan pedoman pengembangan angkutan massal perkotaan yang ramah lingkungan dan hemat energi.secara bersamaan dilakukan juga telahaan terhadap dokumentasi yang terkumpul untuk dapat memperoleh gambaran terhadap kondisi dan permasalahan eksisting, rencana masa datang serta potensi permasalahan yang akan muncul untuk masing-masing wilayah kajian. Hal ini sangat diperlukan karena akan mempengaruhi tahapan-tahapan selanjutnya seperti lingkup wilayah pengumpulan data, lingkup wilayah analisis dan lainnya. b) Kajian Aspek Legal dan Institusional Salah satu tahapan penting dalam kajian ini adalah melakukan kajian terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan pelayanan angkutan umum berbasiskan jalan, penyelenggaraan jalan dan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang berlaku. Dari telaahan akan diperoleh tentang gambaran atau indikasi terhadap kendala dan peluang untuk penerapan konsep sistem angkutan massal perkotaan yang ramah lingkungan dan hemat energi dipandang dari aspek legal dan kelembagaan. Kebutuhan adanya kebijakan yang biasanya berupa peraturan perundangan dan kelembagaan juga dapat teridentifikasi agar konsep sistem konsep sistem angkutan massal perkotaan yang ramah lingkungan dan hemat energi dapat direalisasikan. III-6

Dari tahapan studi pustaka akan diperoleh tentang gambaran atau indikasi terhadap kebutuhan adanya kebijakan yang biasanya berupa peraturan perundangan dan kelembagaan agar konsep sistem konsep sistem angkutan massal perkotaan yang ramah lingkungan dan hemat energi dapat diimplementasikan. Dengan melakukan inventarisasi dan telaah terhadap peraturan perundangan yang berlaku saat ini akan diperoleh gambaran apakah konsep sistem konsep sistem angkutan massal perkotaan yang ramah lingkungan dan hemat energi yang sesuai dengan teori atau kelaziman ditempat-tempat lain dapat diimplementasikan, atau mungkin dibutuhkan aturan dan kelembagaan baru atau modifikasi dari yang sudah ada. 3. Benchmarking. Mengacu kepada hasil inventarisasi berbagai dokumen yang berlaku di dalam negeri untuk proses pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis jalan, dilakukan proses kaji ulang terhadap pedoman yang berlaku terutama terhadap kebutuhan akan format dan isi pedoman pengembangan. Juga dilakukan proses benchmarking terhadap prosedur pengembangan yang berlaku di negara-negara lainnya, sehingga hasil proses benchmarking bisa dijadikan rujukan penting dalam proses pengembangan dan perumusan pedoman pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis jalan. Langkah ini diperlukan untuk mengenali aspek-aspek yang belum disinggung terutama yang terkait dengan prosedur implementasi dan juga sebagai upaya penyempurnaan atau pelengkap dari pedoman yang telah ditetapkan. 4. Penetapan Kriteria Data/Informasi untuk Perencanaan Angkutan Massal Perkotaan berbasis Jalan Dari hasil kaji ulang terhadap berbagai literatur, dokumen perencanaan dan pedoman atau panduan terkait dengan pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis jalan akan ditetapkan kriteria data dan informasi yang mutlak perlu ada untuk melaksanakan proses perencanaan angkutan massal perkotaan berbasis jalan raya terutama yang terkait dengan pengembangan jaringan, rencana pelayanan dan penetapan kapasitas serta teknologi moda. 5. Pengumpulan Data Mengacu kepada hasil telaahan dokumentasi yang ada, kriteria data dan informasi yang disyaratkan untuk proses perencanaan, dilakukan kunjungan ke berbagai kota sebagaimana yang ditetapkan didalam kerangka acuan kerja untuk mengumpulkan III-7

data dan informasi yangdibutuhkan serta melakukan diskusi dengan pejabat dari instansi terkait. 6. Penetapan Lokasi (Kota) Percontohan Dari hasil pengumpulan data ke berbagai kota sebagaimana ditentukan didalam kerangka acuan, dilakukan proses analisis kesesuaian data dan informasi yang diperoleh terhadap kriteria yang disyaratkan untuk keperluan penetapan lokasi atau kota yang dapat dilakukan proses perencanaan pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis jalan. 7. Penyusunan Konsep Pedoman Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan Berbasis Jalan yang hemat energi & ramah lingkungan Dari hasil kajian terhadap pedoman tentang perencanaan angkutan massal berbasis jalan raya yang berlaku saat ini (bila ada) dan kajian literatur yang berfokus kepada pedomanpedoman yang berlaku di negara-negara lain, disusun bentuk awal dari konsep pedoman perencanaan angkutan massal perkotaan berbasis jalan raya. Secara umum konsep pedoman ini akan terdiri dari pedoman perencanaan jaringan, prosedur pemilihan dan analisis teknologi moda serta perancangan operasional. Secara umum langkah-langkah penyusunan pedoman antar lain : a) Menjabarkan berbagai terminologi dalam perencanaan angkutan umum, dan angkutan massal perkotaan berbasis jalan khususnya; b) Menjabarkan konsep dasar teknik dan perencananaan angkutan umum; c) Mendefinisikan rentang cakupan perencanaan angkutan umum perkotaan; d) Menguraikan keterkaitan aspek-aspek dalam lingkup sistem angkutan umum perkotaan; e) Menyusun kriteria kebutuhan jumlah dan jenis data; f) Menyusun parameter-parameter dasar untuk analisis; g) Menyusun tata cara perencanaan dari masing-masing komponen angkutan umum perkotaan. 8. Analisis dan Evaluasi Sistem Angkutan Massal Perkotaan Berbasis Jalan Mengacu kepada hasil dari tahapan-tahapan sebelumnya, proses analisis pengembangan atau evaluasi angkutan massal perkotaan berbasis jalan dilakukan sebagai berikut; III-8

a) Strategi dan Kebijakan Pengembangan Sistem angkutan umum Dari hasil kaji ulang terhadap studi terdahulu, diidentifikasikan strategi dan kebijakan mengenai pengembangan sistem angkutan umum, terutama angkutan massal perkotaan berbasis jalan pada kota terpilih. Kajian akan berfokus kepada arahan pola jaringan utama dan jaringan pengumpan bila tersedia. Selain itu juga arahan terhadap bentuk dan tekonologi moda yang diinginkan yang terkait kepada aspek peningkatan kualitas lingkungan dan penghematan konsumsi energi. b) Analisis Kondisi Eksisting dan Identifikasi Masalah Pada tahap ini akan dilakukan pemetaan dan analisis terhadap kondisi eksisting sistem pelayanan angkutan umum berikut permasalahannya dengan mengacu kepada hasil analisis terhadap data yang diperoleh dari lapangan. Selain karakteristik angkutan umum, juga dilakukan analisis terhadap kondisi eksisting dari jaringan jalan (jaringan lalu lintas) serta guna lahan yang ada. Proses analisis ini dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif (bila datanya tersedia) untuk menggambarkan potret kinerja sistem angkutan umum jalan raya, kinerja lalu lintas dan struktur permasalahan yang ada. Potret kinerja sistem angkutan umum jalan raya ini dapat dideskripsikan berdasarkan data trayek, frekuensi pelayanan dan okupansi kendaraan, serta pola asal tujuan perjalanan. Dalam konteks kinerja jaringan profil kecepatan tempuh rata-rata pada jarringan juga merupakan faktor dominan dari kinerja sistem. Potret eksisting berikut permasalahannya ini dapat digunakan sebagai masukkan utama untuk mengembangkan konsep jaringan angkutan massal perkotaan berbasis jalan, bila penggunaan model perencanaan tidak dimungkinkan. c) Pengembangan Konsep Sistem Angkutan Massal Jalan Raya Dalam proses pengembangan sistrem angkutan umum massal perkotaan berbasis jalan ini dapat dibagi kedalam proses analisis pengembangan jaringan baik jaringan utama maupun pengumpan dan pengembangan konsep teknologi moda yang akan digunakan. III-9

d) Analisis Teknologi Moda Referensi utama dalam menentapkan bentuk teknologi moda adalah dari dokumen arahan kebijakan angkutan massal perkotaan berbasis jalan raya. Dari berbagai literatur, dilakukan analisis lebih lanjut terhadap berbagai teknologi yang tersedia terutama yang menyangkut kepada tingkat konsumsi energi, emisi dan kebisingan dari sistem propulsi/penggerak masing-masing teknologi. Selain itu pertimbangan terhadap ketersediaan sumber energi pada tingkat lokal juga merupakan bagian yang akan dianalisis. Pilihan teknologi moda ini akan berdampak pada aspek operasional dan legal serta institusional dari konsep yang dikembangkan. e) Evaluasi Trayek Eksisting Karena hampir di semua kota telah tersedia pelayanan angkutan umum perkotaan, maka langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum pada proses perencanaan konsep jaringan angkutan massal, adalah melakukan evaluasi terhadap trayek-trayek angkutan umum yang beroperasi saat ini. Aspek yang akan dianalisis adalah cakupan wilayah pelayanan, efesiensi dan efektifitas trayek dan jejaring, tingkat okupansi dan frekuensi, serta aksesibilitas terhadap jalur pelayanan. f) Analisis Besaran dan Pola Perjalanan Karena kajian ini berfokus kepada sistem angkutan umum berbasiskan jalan raya, maka salah satu parameter utama guna menentukan sistem angkutan umum yang sesuai adalah gambaran karakteristik pola perjalanan pengguna angkutan umum. Deskripsi tentang pola perjalanan ini pada dasarnya dapat tergambarkan dari data asal-tujuan perjalanan. Namun karena data asal tujuan yang lazim tersedia bersifat sampel, maka untuk menggambarkan populasinya diperlukan pemanfaatan model. Sehingga data tersebut digunakan sebagai parameter untuk memutakhirkan model yang selanjutnya akan digunakan untuk menggambarkan pola perjalanan baik pada kondisi eksisting maupun dimasa datang. Deskripsi dari pola perjalanan ini akan menjadi dasar dalam merancang sistem dan struktur jaringan angkutan umum khususnya yang berbasiskan jalan raya. III-10

g) Pemutakhiran Model Untuk mempertajam proses analisis secara kuantitatif dan memperoleh gambaran kondisi masa depan serta konsep perencanaan yang lebih handal, diperlukan suatu model transportasi makro. Bila pada kota terpilih tersedia model perencanaan transportasi yang sudah dikembangkan dari kajian-kajian sebelumnya, data asal tujuan, komposisi penggunaan moda, kinerja jaringan, maka dapat dilakukan proses pemutakhiran model dengan memanfaatkan data tersebut diatas, sehingga akan diperoleh model yang relatif lebih handal untuk menggambarkan kondisi pada saat kajian dilakukan dan kondisi masa datang. Model yang telah dimutakhirkan ini digunakan untuk melakukan simulasi terhadap berbagai skenario pengembangan sistem yang telah ditetapkan dalam arahan rencana pengembangan. Model yang dimutakhirkan terdiri dari dua komponen yaitu model permintaan dan model penyediaan. Model permintaan merefleksikan besaran dan karakteristik perjalanan diwilayah perkotaan, sedangkan model penyediaan merefleksikan sistem jaringan transportasi berikut atribut yang tercakup didalamnya. Namun bila tidak tersedia model perencanaan, data asal tujuan, maka analisis besaran dan pola perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan data okupansi, frekuensi, kecepatan tempuh rata-rata dan bila ada besaran naik-turun penumpang serta jumlah armada beroperasi. Dari data tersebut diatas akan tergambarkan profil permintaan penumpang pada jejaring angkutan umum khususnya pada jam sibuk. h) Pengembangan Konsep Jaringan Utama Tahapan selanjutnya adalah merencanakan dan melakukan analisis terhadap konsep jaringan angkutan umum berbasiskan jalan raya pada skala wilayah perkotaan. Pada tahap awal konsep jaringan ini akan disusun berdasarkan sistem jaringan yang sudah ada dan rencana dimasa datang yang diadopsi dari dokumen perencanaan yang ada. Selain itu faktor permasalahan yang ada juga menjadi pertimbangan penting dalam menyusun konsep jaringan. Konsep jaringan akan difokuskan pada jaringan utama (trunk line) khususnya yang bersifat lintas wilayah. Secara fisik konsep jaringan ini akan memperhatikan karakteristik infrastruktur jalan yang ada. Karena kajian ini merupakan tahap awal, maka asumsi dasar yang digunakan untuk mengembangkan jaringan utama angkutan umum mengacu III-11

kepada sistem jaringan jalan utama eksisting. Sedangkan untuk konsep rencana jaringan jalan utama tidak dilakukan berdasarkan analisis yang lazim digunakan, namun diadopsi dari hasil kajian-kajian terdahulu. Bila dari gambaran profil permintaan suatu trayek eksisting tidak memadai untuk dioperasikan sebagai koridor/trayek utama, maka trayek tersebut dapat dioperasikan sebagai jalur pengumpan Selanjutnya konsep jaringan ini akan dikonfirmasi ulang terhadap rencana tata guna lahan dan pola perjalanan yang dihasilkan pada tahapan sebelumnya. i) Arahan Penyediaan Jalur Pengumpan Untuk mengisi dan mendukung sistem jaringan utama dari segi cakupan pelayanan, permintaan, kendala infrastruktur serta aksesibilitas, perlu disiapkan sistem jalur pengumpan. Sebagai konsekuensi dari penetapan sistem jaringan utama pada jaringan jalan eksisting maka tidak terhindarkan timbulnya koridor-koridor pelayanan yang tumpang tindih. Dalam konsep perencanaan jaringan angkutan umum kondisi ini tidak diperkenankan sehingga untuk tahap selanjutnya perlu dilakukan penataan ulang jaringan yang ada. Basis dari penyiapan jalur pengumpan ini adalah trayek-trayek yang teridentifikasi harus direstrukturisasi akibat adanya jaringan utama. j) Implikasi Teknis Operasional dan Legal Sebagai konsekuensi dari hasil evaluasi dan penetapan sistem jaringan angkutan massal pada jaringan jalan eksisting maka tidak terhindarkan timbulnya implikasi atau konsekuensi secara teknis, operasional dan legal serta sosial. Untuk itu perlu dilakukan telaahan lebih lanjut terhadap implikasi ini terutama dengan adanya potensi akan kebutuhan penanganan yang diperlukan untuk mengantisipasi implikasi yang mungkin terjadi. Telaahan dalam tahapan ini didasarkan dari hasil reiview terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan hal-hal teknis operasional dari proses analisisi kelayakan. Bentuk antisipasi dapat berupa langkah-langkah sosialisasi, peraturan pendukung, dan pedoman operasional. k) Arahan Pola Operasional Untuk mengoptimalkan pelayanan angkutan massal jalan raya, maka akan dilakukan analisis terhadap beberapa pola pelayanan yang dapat dioperasionalkan untuk sistem pengumpan terkait dengan sistem jaringan utamanya. Pola III-12

operasional ini perlu ditetapkan mengingat sistem jaringan utama dioperasikan dengan aturan yang telah baku baik dari aspek teknis operasional maupun manajemen pengelolaan. l) Penentuan Titik Layanan dan Kapasitas Penyediaan Dari konsep jaringan utama akan dipilih koridor yang pada tahap identifikasi masalah dan rekomendasi dari forum diskusi dianggap prioritas untuk diterapkan sistem pelayanan angkutan umum yang baik. Pada koridor tersebut dilakukan analisis lebih lanjut berupa penetapan titik-titik layanan penumpang, besarnya arus penumpang, dan kapasitas pelayanan yang dibutuhkan. Analisis didasarkan pada data yang kemudian disempurnakan dengan menggunakan model (bila tersedia). Fungsi dari model dalam hal ini adalah untuk memilih rute yang paling optimal bila pada koridor tersebut terdapat beberapa pilihan rute. Pada dasarnya pemilihan rute ini mempertimbangkan faktor, potensi permintaan, jarak tempuh, cakupan pelayanan dan konektifitas dengan rute dari koridor lainnya. 9. Review Konsep Pedoman Pengembangan Mengacu kepada tahapan perencanaan pada kota terpilih, dilakukan kaji ulang dan evaluasi terhadap konsep awal dari pedoman yang telah dikembangkan agar tingkat operasionalisasi dari konsep pedoman tersebut lebih baik. Proses ini diperlukan untuk menjamin kemudahan pemahaman, penggunaan dan operasionalisasi serta validitas dari parameter dan mekanisme dari rancangan pedoman yang disusun, sehingga akan terjadi proses umpan balik yang memungkinkan untuk proses penyempurnaan. 10. Penyiapan Rekomendasi Dari proses kajian yang panjang seperti telah dibahas sebelumnya, tahap akhir adalah merumuskan rekomendasi pengembangan dan konsep pedoman sistem angkutan massal berbasis jalan yang hemat energi dan ramah lingkungan. III-13