PEMBAHASAN UMUM Teknologi DNA rekombinan sebagai alternatif pemuliaan pohon kehutanan untuk modifikasi lignin.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KUANTITATIF DAN UJI HISTOKIMIA LIGNIN SENGON (Paraserianthes falcataria)

MODIFIKASI KANDUNGAN LIGNIN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) MELALUI REKAYASA GEN 4-COUMARATE COA LIGASE (4CL) N.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

BAB I. PENDAHULUAN. daerah tropis sebagai hutan tanaman. Di Indonesia saat ini spesies ini

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

DAFTAR TABEL. 7. Tabel Rendemen etanol dari uulp pada berbagai kandungan lignin

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman

SfFAT PULP SULF BBEBERAPA TAWAF UM BERDASWRKAN A DBMENSI SERAT F Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

BIO306. Prinsip Bioteknologi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam Surat Asy-Syu araa (26):7 sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

Proliferasi Kalus Awal, Induksi Mutasi dan Regenerasi

I PENDAHULUAN Latar Belakang

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

PROSPEK PENGGUNAAN KAYU RENDAH LIGNIN HASIL TEKNOLOGI DNA UNTUK PROSES PULPING YANG EFISIEN DAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Proses pef1(embangan dan djferenslasi pada tanaman dlatur secara

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT

RASIO SIRINGIL-GUAIASIL PENYUSUN LIGNIN KAYU DAUN LEBAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES DELIGNIFIKASI DHIAH NURHAYATI

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tidak untung oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi amensalisme ini diberi lambang

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sengon atau Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen [Syn. Albizia falcataria

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT

Kasus Penderita Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat potensial. Lahan pertanian yang subur merupakan media berbagai tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

VIII. PEMBAHASAN UMUM. Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN

PEMANFAATAN JERAMI PADI DARI KABUPATEN BOYOLALI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID )

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat

SIFAT PULP CAMPURAN KAYU RANDU DAN TUSAM PADA KONSENTRASI ALKALI AKTIF YANG BERBEDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kertas seni atau biasa disebut kertas daur ulang merupakan kertas yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

BAB I PENDAHULUAN. Myrtaceae yang memiliki pertumbuhan cepat (fast growing species). Spesies ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI

VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Erwin Maulana Farda Arifta Nanizza Lidwina Roumauli A.S Ramlah Hardiani

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

Transkripsi:

PEMBAHASAN UMUM Teknologi DNA rekombinan sebagai alternatif pemuliaan pohon kehutanan untuk modifikasi lignin. Teknologi DNA rekombinan dapat menjadi alternatif sebagai metoda mutasi genetik terarah untuk menghasilkan bibit unggul sengon yang memiliki komposisi lignin yang lebih menguntungkan untuk bahan baku pulp yaitu yang kadarnya rendah ataupun rasio siringil/guaiasilnya lebih tinggi. Teknologi yang dapat diterapkan dapat berupa up regulasi maupun down regulasi enzim-enzim yang berkaitan dengan biosintesis lignin. Salah satu enzim kunci dalam biosintesis lignin yaitu 4-Coumarate CoA ligase telah diterapkan pada beberapa tanaman untuk menekan biosintesis lignin melalui down regulasi ekspresi enzim tersebut baik dengan teknik antisense maupun konstruk RNA interferens (RNAi). Sengon sebagai komoditi tanaman kehutanan yang tumbuh cepat dan banyak dibudidayakan pada hutan tanaman industri, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pulp karena dimensi serat dan karakteristik yang cocok untuk industri kertas dari kayu sengon yang unggul. Walaupun penelitian mengenai rekayasa metabolik untuk modifikasi kadar lignin telah dilakukan pada beberapa tanaman berkayu seperti poplar, pinus, dan akasia, akan tetapi hingga kini di Indonesia belum ditemukan laporan mengenai penelitian serupa untuk tanaman kehutanan. Tahapan penelitian yang terdiri dari: (1) analisis kuantitatif dan uji histokimia lignin, (2) induksi embriogenesis dan induksi tunas dari nodal kotiledon, (3) isolasi dan pengklonan cdna fragmen gen penyandi 4-coumarate: Coenzyme A ligase dari sengon, dan (4) transformasi genetik sengon dengan fragmen gen 4CL antisense merupakan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan untuk menghasilkan tanaman sengon transgenik yang memiliki karakteristik rasio siringil/guaiasil lignin yang tinggi ataupun rendah kadar ligninnya. Peningkatan rasio siringil lignin sangat penting untuk proses pembuatan pulp yang lebih efisien karena siringil lebih reaktif terhadap proses delignifikasi. Ketersediaan bibit unggul pohon bahan baku pulp dengan karakteristik kadar lignin rendah tetapi pertumbuhan dan produktivitas kayunya tinggi ataupun 74

kayu dengan komposisi lignin yang lebih reaktif adalah sangat penting untuk memperoleh rendemen pulp yang tinggi tetapi input bahan kimia dan energi yang ekonomis. Pengaruh modifikasi kadar lignin terhadap proses pulping telah diteliti pada tanaman poplar transgenik antisense COMT dan CAD yang menunjukkan bahwa tanaman transgenik rendah lignin memerlukan bahan kimia yang lebih sedikit dan menghasilkan pulp dengan bilangan Kappa yang lebih kecil dibanding kontrol (Lapierre et al. 1999). Demikian juga dengan tanaman transgenik overekspresi gen F5H memiliki rasio siringil lebih tinggi dan menghasilkan pulp dengan bilangan Kappa lebih rendah dan lebih cerah (Baucher et al. 2003). Proses lignifikasi pada kayu sengon Kadar dan komposisi lignin pada setiap tanaman bervariasi tergantung umur tanaman, jenis sel dan jaringan serta lokasi tumbuh. Lignin kayu sengon dewasa yang diuji dari beberapa daerah (berbeda lokasi tumbuh) tetapi umurnya hampir sama, kadarnya bervariasi 16.58-34.44% dan rata-rata 27.29%. Kadar lignin tersebut merupakan kategori lignin sedang-tinggi. Rata-rata kadar lignin yang diperoleh hampir sama dengan hasil peneliti lain yaitu 26.8% (Pari et al. 1996). Kadar lignin tergantung pada umur yaitu semakin tua kadarnya semakin tinggi yang mencapai 30.19% pada kayu sengon umur 15 tahun (Pari et al.1997) juga bervariasi pada ketinggian pohon yang berbeda. Hasil penelitian mengenai kadar lignin sengon dewasa menunjukkan bahwa pada titik pengambilan sampel (ketinggian pohon) berbeda yaitu pada 2 m kadar ligninnya berbeda dari yang 4 m. Penelitian kadar lignin pada bagian pohon yang lebih tinggi (mendekati ujung pohon) perlu dilakukan untuk mengetahui distribusi lignin yang lebih lengkap. Informasi distribusi atau variasi kadar lignin dari berbagai lokasi tumbuh merupakan informasi yang sangat penting untuk menentukan target besarnya penurunan kadar lignin melalui modifikasi genetik. Informasi mengenai kisaran kadar lignin kayu sengon yang dikoleksi dari berbagai daerah sangat berguna untuk penentuan keberhasilan percobaan penghambatan ekspresi gen 4CL untuk menurunkan kadar lignin. Dengan demikian penurunan kadar lignin yang harus dicapai untuk menentukan keberhasilan ekspresi gen 4CL antisense haruslah mencapai kadar yang lebih rendah dari 16.58%. 75

Selain pengamatan secara spasial, pengamatan deposisi lignin secara temporal juga penting dilakukan untuk mengetahui mulainya proses lignifikasi sengon seiring dengan perkembangan tanaman. Penelitian mengenai perkembangan dinding sel tanaman terkait dengan lignifikasi pada tanaman tingkat tinggi khususnya tanaman berkayu belum banyak dilaporkan. Pada tanaman jenis legum yaitu kedelai, diketahui bahwa lignifikasi telah terjadi pada tahap awal perkecambahan yaitu ketika umur 5 hari (De Micco 2008). Jika dibandingkan dengan sengon yang juga merupakan kelompok legum, pembentukan lignin yang diamati dengan pewarnaan phloroglucinol mulai terjadi pada umur 2 minggu dan deposisinya meningkat hingga 3 kali pada umur 2 bulan. Informasi mengenai deposisi lignin sangat penting untuk menentukan umur tanaman yang akan digunakan untuk isolasi gen penyandi lignin. Selain itu, uji histokimia juga berguna sebagai deteksi dini untuk mengetahui kadar lignin secara kualitatif pada bibit sengon transgenik. Walaupun masih memerlukan penelitian lebih lanjut, dapat diduga bahwa pada tanaman berkayu proses awal pembentukan deposisi lignin lebih lambat dibanding tumbuhan tingkat rendah yang perkembangannya lebih cepat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa proses lignifikasi pada awal perkembangan tanaman terjadi sangat cepat. Hal ini tampak dari kadar lignin sengon pada umur 2 bulan yang mencapai 13.94% jika dibandingkan dengan kadar lignin pohon sengon umur 10 tahun dengan rata-rata 26.8%. Peranan proses lignifikasi yang sangat cepat pada awal perkembangan bibit sengon sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut terutama keterkaitannya dengan pembentukan mikrofibril selulosa. Peranan gen 4CL dalam biosintesis lignin kayu sengon. Ekspresi antisense 4CL tidak saja dapat digunakan untuk memperoleh bibit sengon transgenik tinggi rasio siringil/guaiasil ataupun rendah kadar lignin, tetapi dapat juga digunakan untuk mengkaji peranan gen 4CL pada biosintesis lignin dan lebih jauh lagi pada pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan konstruk antisen 4CL yang diintroduksikan pada pohon sengon mempengaruhi kadar dan komposisi lignin serta pertumbuhan. Penurunan kadar lignin diduga terjadi karena ekspresi gen 4CL terhambat karena adanya inteferensi transkrip 76

mrna endogen sengon oleh transkrip mrna dari konstruk antisense. Walaupun mekanismenya belum jelas, represi ekspresi gen 4CL juga berpengaruh terhadap rasio S/G lignin sengon. Pertumbuhan bibit sengon transgenik ada yang terhambat atau kerdil, hal ini mungkin terjadi karena berkurangnya massa yang ditunjukkan oleh kadar lignin yang sangat rendah yang mengganggu pertumbuhan. Kemungkinan lainnya adalah lokasi integrasi gen yang tersisip pada gen-gen fungsional yang berkaitan dengan pertumbuhan. Fenomena serupa terjadi pula pada tanaman lainnya hasil transformasi konstruk antisense ataupun RNAi gen-gen penyandi enzim yang berkaitan dengan biosintesis lignin yaitu penurunan lignin yang sangat tinggi akibat aktivitas enzim biosintesis lignin yang sangat rendah menyebabkan abnormalitas morfologi dan pertumbuhan tanaman. Penurunan kadar lignin pada tanaman transgenik poplar antisense CCoAOMT (Caffeoyl Coenzyme A O- methyltransferase) dengan tingkat penurunan sedang yaitu sebanyak 27% memperlihatkan pertumbuhan yang normal (Zhong & Morrison 2000). Hasil serupa juga ditunjukkan pada sengon transgenik antisense 4CL, penurunan lignin antar 8.31 45.57% dibanding kontrol masih menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan normal. Penurunan lignin yang terlalu tinggi hingga 8% saja dapat mengganggu pertumbuhan pohon yaitu menjadi kerdil seperti yang terjadi pada P. radiata (Wagner 2009). Penurunan kadar lignin dengan persentase penurunan hingga sekitar 50% tampaknya tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Pengaturan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis lignin, tidak saja berpengaruh pada kadar maupun komposisi lignin, tetapi juga berpengaruh pada deposisi selulosa. Transformasi konstruk antisense 4CL pada Populus tremuloides menyebabkan penurunan lignin sebesar 52% dan menyebabkan peningkatan S/G rasio dan selulosa hingga 65% dan 30% (Li et al. 2003). Analisis FTIR terhadap kayu sengon transgenik menunjukkan adanya peningkatan S/G sebesar 50% terhadap kontrol. S/G rasio rata-rata kayu sengon transgenik sebesar 0.77 pada umur 4 bulan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol yaitu sebesar 0.4. S/G rasio alami kayu bervariasi tergantung jenis tanaman, jenis jaringan dan umur tanaman (Watanabe 2004, Nurhayati et al. 2009). Pada kayu daun lebar pada umumnya rasio siringil lebih 77

tinggi dibanding guaiasil seperti pada Eucalyptus camaldulensis (2.99), E. grandis (2.93), E. urophylla (2.57), Acacia hybrid (1.27), A. auriculiformis (1.08), A. mangium (0.98) (Nurhayati 2009). Diharapkan S/G rasio kayu sengon transgenik akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman, seperti yang terjadi pada tanaman poplar transgenik antisense caffeic acid o-methyl transferase (CAD) yang rasio siringilnya meningkat sebesar 44% pada tanaman umur tiga bulan dibandingkan dengan tanaman umur 2 tahun (Lapierre et al. 1999). Upaya lebih lanjut pengembangan pohon sengon transgenik rendah lignin Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah diperolehnya dua tanaman transgenik yang unggul rendah lignin (15.53%) yaitu 4CLAS-4 dan yang memiliki rasio S/G tinggi dibanding control yaitu 4CLAS-1 dan menunjukkan pertumbuhan yang paling baik serta morfologi yang normal. Selanjutnya tanaman tersebut perlu diperbanyak melalui propagasi in vitro untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang besar untuk pengujian lebih lanjut di lapangan terbatas dengan melengkapi persyaratan keamanan hayati untuk uji lapangan terbatas tanaman trasngenik. Untuk keperluan tersebut perlu dilengkapi data-data lainnya seperti jumlah kopi gen dengan analisis Southern Blot dan uji pendahuluan keamanan hayati di rumah kaca fasilitas uji terbatas. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dimasa yang akan datang akan tersedia kayu dari tanaman transgenik rendah lignin dan rasio S/G tinggi yang dapat digunakan untuk mendukung kajian efisiensi proses dalam industri pulp. 78