BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

Variabel Independen NPL, GCG, NIM, CAR

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB 5 PENUTUP. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Bank merupakan lembaga keuangan dengan kegiatan operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. modal yang menghasilkan laba tersebut. Sama seperti pernyataan Pandia. mengukur efektivitas perusahaan memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998


BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

AGUS KURNIAWAN( ) & SUSILOWATI DYAH KUSUMANINGTYAS SE. MM.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu Negara. Aspek Rentabilitas turut andil didalam

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut dunia usaha untuk terus selalu mengikuti perubahan-perubahan yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur 2.1.1 Nilai Perusahaan Menurut Weston and Copeland (1999) Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Dalam hal ini ini konsep dasar nilai perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut : V= B + S dimana V adalah nilai perusahaan, B adalah nilai pasar dari liability dan S adalah nilai pasar dari equity (Weston and Copeland, 1999). Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai pasar hutang dan nilai pasar ekuitas, sehingga jika tujuan manajemen ingin menaikan nilai perusahaan maka manajemen harus memilih komposisi liability terhadap equity yang menghasilkan nilai perusahaan yang maksimum. Menurut Fama (1978, dalam Samisi 2013: 454) nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga saham didasarkan penilaian eksternal terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar saham yang terbentuk disebut nilai pasar perusahaan karena mencerminkan nilai asset perusahaan sesungguhnya. Semakin tinggi harga suatu saham maka semakin tinggi nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan tersebut dikaitkan dengan harga saham. Dilihat dari segi resiko, resiko kredit (NPL) merupakan salah satu resiko yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap nilai perusahaan. 11

Dendrawijaya (2009, dalam putri 2013:4) mengemukakan dampak dari keberadaaan NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Nilai profitabilitas yang negatif dapat menurunkan nilai perusahaan. Karena pihak eksternal akan menilai perusahaan melalui kinerja keuangan perusahaan tersebut. Menurut Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013:13) Nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Earning yang positive berarti perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan keseluruhan asset yang dimiliki. Semakin tinggi earning yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan. Menurut Harnanto (1984: 174, dalam Gunawan 2011:32) bagi pemilik perusahaan, perusahaan yang tidak/kurang likuid berarti mengurangi kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar atau kehilangan kontrol terhadap sebagian atau keseluruhan modal yang diinvestasikan. Kehilangan kesempatan memperoleh laba perusahaan berarti menurunkan persepsi investor terhadap nilai perusahaan. Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan, yang paling popular di kalangan investor adalah dengan menggunakan Price to Book Value (PBV). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk memproksikan nilai perusahaan adalah Price to Book Value (PBV). 12

Menurut Sartono (2001:120) rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau Price to Book Value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Nilai Price to Book Value (PBV) menggambarkan berapa kali nilai pasar suatu saham di hargai pada nilai bukunya, atau untuk mengukur tingkat kemahalan dari suatu saham. Semakin tinggi nilai Price to Book Value (PBV) menunjukkan nilai perusahaan yang semakin meningkat. Begitu pula sebaliknya. Menurut Brigham (2010:151) Rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah. Keberadaan nilai Price to Book Value (PBV) sangat penting bagi investor untuk menilai saham-saham mana yang overvalued atau undervalued dalam perencanaan investasi saham perbankan. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, begitu juga sebaliknya semakin rendah rasio ini kepercayaan publik terhadap prospek perusahaan menurun yang berakibat pada menurunnya permintaan terhadap saham perusaaan yang berimbas pada penurunan harga saham. Price to Book Value (PBV) dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga Penutupan Per Lembar Saham PBV= Harga Ekuitas Per Lembar Saham 13

2.1.2 Rasio-Rasio Keuangan Yang Digunakan Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal bank terdiri atas dua macam, yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal dalam penelitian ini diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko terjadi karena bunga gagal ditagih (Kasmir, 2008:295). Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) diperoleh dengan membandingkan jumlah modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Menurut Abdullah (2005:60) melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) semakin baik suatu perusahaan karena modal yang cukup dapat digunakan perusahaan untuk penyaluran kredit yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Kecukupan modal bank terkait dengan peranan bank sebagai financial intermediary. Semakin baik kemampuan bank dalam mencapai kecukupan modal semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Sehingga bank dapat menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaannya. Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dirumuskan sebagai berikut: CAR = Modal ATMR X 100% 14

b. Non Performing Loan (NPL) Risk Profile dalam penelitian ini diproksikan oleh Non Performing Loan (NPL). Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu kunci untuk menilai kualitas kinerja bank. Menurut Kasmir (2008:292), Credit Risk Ratio / NPL merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan kredit yang disalurkan. Menurut Riyadi (2006:161) semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Jadi, Non Performing Loan (NPL) dapat mengindikasikan adanya masalah dalam bank. Meningkatnya Non Performing Loan (NPL) dapat berpengaruh negatif terhadap bank. Salah satu dampak tersebut adalah berkurangnya modal yang dimiliki oleh bank. Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet juga merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan bank mengkover resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Semakin kecil Non Performing Loan (NPL) semakin kecil pula resiko kredit macet yang ditanggung pihak bank. Pembayaran kredit oleh debitur merupakan suatu keharusan agar operasional perbankan dapat berjalan dengan baik. Jika terjadi penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka bank dapat mengalami masalah permodalan, yang dapat berpengaruh terhadap masalah kinerja perbankan dan dapat berdampak terhadap turunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank. 15

Didalam laporan keuangan bank, Non Performing Loan (NPL) ada 2 macam, yaitu Non Performing Loan (NPL) groos dan Non Performing Loan (NPL) net. Non Performing Loan (NPL) gross adalah Non Performing Loan (NPL) yang membandingkan jumlah kredit berstatus kurang lancar, diragukan, dan macet yang disatukan, dengan total kredit yang disalurkan. Sedangkan Non Performing Loan (NPL) net hanya membandingkan kredit berstatus macet dengan total kredit yang disalurkan (Hidayat, 2010). NPL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan (NPL) gross karena telah menghitung seluruh resiko kredit. Non Performing Loan (NPL) dirumuskan sebagai berikut: NPL = Kredit bermasalah Total Kredit 100% c. Return on Assets (ROA) Earning dalam penelitian ini diproksikan oleh Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) menurut Kasmir (2012:201) adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Menurut Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013:13) Nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas pengembalian perusahaan dari seluruh pendanaan (aktiva) yang diberikan kepada perusahaaan. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva. Rasio yang positif menggambarkan kemampuan perusahaan 16

menghasilkan laba dari total aktiva perusahaan. Sebaliknya Return on Assets (ROA) yang negative menggambarkan dari keselurahan aktiva perusahaan, perusahaan mengalami kerugian. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik perusahaan, begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai ini semakin menurun kinerja suatu perusahaan. Return on Assets (ROA) mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan di masa lampau untuk kemudian diproksikan di masa depan. Semakin besar Return on Assets (ROA) menunjukkan kinerja suatu perusahaan semakin baik, karena adanya tingkat pengembalian atas investasi yang semakin tinggi. Return on Assets (ROA) juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan assets turnover. Net income margin menggambarkan seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan yang di ciptakan, sedangkan assets turnover menggambarkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimiliki. Apabila salah satu dari rasio tersebut meningkat maka Return on Assets (ROA) juga akan meningkat. Return on Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba bersih Total Aset X 100% d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Liquidity dalam penelitian ini di proksikan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur 17

komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir 2008:290). Tujuan perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah untuk mengetahui seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Bank dikatakan likuid jika bank tersebut dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan dapat membayar kembali semua dana yang diterima dari pihak ketiga. Menurut Taswan (2006:114) semakin tinggi LDR mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, kondisi ini yang disebabkan karena jumlah yang di perlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Jadi, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat menggambarkan besarnya kredit yang disalurkan dengan tujuan memperoleh laba. Jika bank tersebut tidak mampu menyalurkan dana yang dihimpun (idle cash) bank tersebut dapat mengalami kerugian. Loan to Deposit Ratio (LDR) juga dapat digunakan untuk menilai strategi manajemen. Manajemen yang bersifat konservatif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang rendah, karena adanya pembatasan pemberian kredit. Begitu juga sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi. Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR = Kredit Dana Pihak Ketiga x 100% 18

2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian Srihayati dkk (2015) yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan perbankan terhadap nilai perusahaan dengan metode Tobin s Q. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang listing di kompas 100 selama periode 2009 sampai tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keuangan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hidayat (2014) meneliti pengaruh rasio kesehatan perbankan terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan menggunakan profil resiko, profil pendapatan dan profil permodalan sebagai variable independen dan nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan berjumlah 40 sampel perbankan yang listing dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Pengujian sampel menunjukkan bahwa semua variabel independen yang terdiri atas profil resiko, profil pendapatan dan profil permodalan secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pendapatan (earning profile) mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap nilai 19

perusahaan. Dimana investor lebih tertarik pada laba yang dicetak oleh perusahaan. Pemilik modal dan investor juga secara keseluruhan memperhatikan peranan profil lain dalam melihat nilai perusahaan. Kusuma dan Musaroh (2014) dalam penelitiannya menguji pengaruh rasio keuangan terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, NIM, LDR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, RAR berpengaruh negatif, APB dan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Fahrizal (2013) dalam penelitiannya menguji pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakan berjumlah 12 perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang listing di BEI periode 2002 sampai tahun 2011 dengan jumlah sampel 120 laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaa, ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Nugroho (2013) dalam penelitiannya menguji pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Return On Assets dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 58 sampel perusahaan yang listing di BEI periode 2008 sampai tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan tidak terdapat pengaruh 20

positif ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Variabel GCG, ROA dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Charningsih (2009) dalam penelitiannya menguji pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut berjumlah 23 sampel perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2007 sampai tahun 2008 dengan total 46 pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan ROA brpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan proporsi komisaris independen tidak mempunyai nilai signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komisaris independen tidak mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya komisaris independen dalam perusahaan hanyalah bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Sehingga keberadaan komisaris ini tidak untuk menjalankan fungsi monitoring yang baik dan tidak menggunakan independensinya untuk mengawasi kebijakan direksi. Pane (2004) dalam penelitiannya menguji pengaruh going concern terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2000 sampai tahun 2003 dengan jumlah 10 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel Quick Ratio (QR) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel 21

Banking Ratio(BR) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel ROA mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Interest Margin on Loan (IML) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 22

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian No 1 Srihayati, Tandika dan Azib (2015) 2 Hidayat (2014) Bersambung ke halaman berikutnya Pengaruh Kinerja Keuangan perbankan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Metode Tobin s Q Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing di Kompas 100 (Periode 2009-2013) Pengaruh Rasio Kesehatan Perbankan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Kinerja Keuangan Perbankan Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Rasio Kesehatan Bank Variabel Kinerja keuangan secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, BOPO berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, LDR berpengaruh negative signifikan terhadap nilai perusahaan dan NIM berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan esemua variabel Independen secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Profil risiko berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Profil pemodalan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan profil pendapatan berpengaruh berpengaruh positive signifikan terhadap nilai perusahaan. 23

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 3 Kusuma dan Musaroh (2014) 4 Fahrizal (2013) Bersambung pada halaman berikutnya Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Rasio Keuangan Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Return on Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) ROA, NIM dan LDR berpengaruh positive terhadap nilai perusahaan, RAR berpengaruh negatif, APB dan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 24

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 5 Nugroho Variabel Dependen: (2013) Nilai Perusahaan Pengaruh Good Corporate Governance, Return on Assets Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 208-2011 Variabel Independen: Good Corporate Governance, Return on Assets dan Ukuran Perusahaan Tidak terdapat pengaruh positif Good Corporate Governance (GCG) terhadap nilai perusahaan. Terdapat pengaruh positif Return On Assets (ROA terhadap nilai perusahaan.tidak terdapat pengaruh positif ukuran perusahaan (Size) terhadap nilai perusahaan. Variabel Good Corporate Governance (GCG), Return On Assets (ROA) dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 6 Carningsih (2009) Bersambung pada halaman berikutnya Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan antara Kinerja Keuangan Dan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Kinerja Keuangan Variabel Moderasi Good Corporate Governance (GCG) ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan proporsi komisaris independen tidak mempunyai nilai signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komisaris independen tidak mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan 25

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 7 Pane (2004) Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Pengaruh Going Concern Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta Variabel Independen: Going Concern Variabel Quick Ratio (QR) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Banking Ratio(BR) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel ROA mempunyai pengaruh negative tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Interest Margin on Loan (IML) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 26

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian Capital H2a Risk Profile H2b Nilai Perusahaan Earning H2c Liquidity H2d H1 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Penjelasan Kerangka konseptual Penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh capital, risk profile, earning dan liquidity terhadap nilai perusahaan, dengan objek penelitian bankbank umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Capital dalam penelitian ini diproksikan sebagai jumlah modal yang dikelola oleh sebuah bank dalam menjalankan fungsinya. Dalam memenuhi kecukupan modal, bank mengacu pada aturan yang dibuat oleh Bank Indonesia bersama dengan OJK. Dalam hubungannya dengan rentabilitas, bank yang ingin memperoleh laba lebih tinggi harus menyediakan modal yang lebih besar. Semakin besar kredit yang disalurkan dalam rangka memperoleh laba maka 27

resiko yang ditanggung oleh bank semakin tinggi pula. Selain itu, Ketersediaan modal yang besar meningkatkan likuiditas bank. Bank dengan kecukupan modal yang bagus akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Kepercayaan masyarakat yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan. Risk profile dalam penelitian ini diproksikan sebagai risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen resiko dalam operasional perbankan. Resiko kredit macet merupakan resiko yang besar pengaruhnya dalam operasional perbankan. Resiko kredit macet adalah resiko akibat gagal bayar debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank. Penilaian resiko inheren merupakann resiko yang melekat dalam kegiatan operasional perbankan, yang dapat berpengaruh terhadap posisi keuangan bank. Bank dengan nilai risiko kredit yang tinggi akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Kepercayaan masyarakat yang menurun akan menurunkan nilai perusahaan. Earning dalam penelitian ini diproksikan sebagai kinerja earning, sumbersumber earning, dan sustainability earning perbankan. Dalam hubungannya dengan penyaluran kredit dalam rangka memperoleh laba, Semakin tinggi kredit yang disalurkan dalm rangka memperoleh laba semakin kecil kecukupan modal perbankan dan semakin kecil juga tingkat likuiditas bank. Besarnya kredit yang disalurkan juga meningkatkan resiko kredit macet bagi bank. Bank dengan rentabilitas yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Kepercayaan masyarakat yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan. 28

Liquidity dalam penelitian ini diproksikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan alat-alat lukuid yang dimilikinya. Dalam hubungannya dengan memperoleh laba, semakin tinggi jumlah kredit yang disalurkan dalam rangka memperoleh laba, semakin kecil tingkat likuiditas bank, semakin rendah tingkat likuiditas bank semakin kecil juga tingkat kecukupan modal bank. Tingkat likuiditas yang rendah memunculkan resiko likuiditas. Bank dengan tingkat likuiditas yang bagus akan meningkatkan nilai perusahaan dari persepsi investor. Dalam penelitian ini variabel nilai perusahaan sebagai variabel dependen di proksikan oleh PBV (Price to Book Value). Sedangkan variabel independen yaitu capital, risk profile, earning dan liquidity masing-masing di proksikan oleh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Assets (ROA) Dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan indikator kesehatan bank. CAR adalah ukuran kecukupan modal bank yang mencerminkan modal minimum yang harus dimiliki bank untuk menjamin kepentingan pihak ketiga. Kecukupan modal sangat penting bagi bank untuk menutupi kerugian yang mungkin terjadi dari aktivitas operasionalnya. Nilai CAR bank yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kepercayaan masyarakat. Non Performing Loan (NPL) merupakan indikator terjadinya masalah dalam bank. NPL memberikan dampak negatif terhadap kinerja bank. Dampak negative tersebut salah satunya mengurangi permodalan. Penurunan jumlah 29

modal akan menyebabkan turunnya kinerja bank dan akan berdampak terhadap penurunan nilai perusahaan. Return On Assets (ROA) merupakan raasio yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio likuiditas bank. Rasio LDR yang tinggi menunjukkan bank relatif tidak liquid. Bank yang tidak liquid akan berdampak terhadap penurunan nilai perusahaan. Begitu juga sebaliknya. Semakin besar jumlah kredit yang diberikan bank akan kepada masyarakat semakin kecil tingkat likuiditas bank, semakin rendah tingkat kecukupan modal bank dan semakin besar resiko kredit macet yang dihadapi bank akan tetapi di sisi lain semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Tingkat laba yang semakin tinggi akan meningkatkan kinerja perusahaan di mata investor. Kinerja perbankan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian dan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Capital, Risk Profile, Earning dan Liquidity berpengaruh secara simultan terhadap Nilai perusahaaan 2. Capital, Risk Profile, Earning dan Liquidity berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan 30