BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan melahirkan bayi yang sehat (Sarwono, 2009) dengan. harapan dapat menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita,

BAB I PENDAHULUAN. dimana proses ini akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi beberapa faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya serta

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan. menghasilkan kelahiran bayi yang sehat dan cukup bulan melalui jalan lahir,

Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. baik perut, fisik maupun fisiologi ibu (Varney, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Mortalitas dan morbilitas wanita hamil dan bersalin adalah masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. dan hcg mempunyai peranan penting dalam perubahan tersebut, yang salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui,

Oleh : Dra. Hj. Syarifah, M.Kes. ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DAN GRAVIDA DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9

Nur Izzah 1, Aida Rusmariana 2, Teti Retnawati 3 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum

BAB I PENDAHULUAN. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

: umur, paritas, kehamilan ganda, pekerjaan, hiperemesis gravidarum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2013 OLEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi wanita, dimana seorang wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu kelebihan yang diberikan oleh Sang. Pencipta, Maha Kuasa kepada kaum wanita yang membedakannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. paling menyebabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Dukungan Suami terhadap Kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB V PEMBAHASAN. titik pericardium 6 terhadap morning sickness pada ibu hamil trimester I di

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI BANGSAL DAHLIA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk. mendapatkan pelayanan ANC. Pada setiap kunjungan ANC, petugas

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

1

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. Target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kini pada

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh : HIDAYATUL MUNAWAROH J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. hamil, pencegahan, pengobatan penyakit dan rehabilitasi. Program ini

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan bukan merupakan suatu keadaan penyakit atau kondisi ibu yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi ibu hamil. Melalui senam hamil ibu hamil akan diajarkan cara

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

DAFTAR PUSTAKA. Arif Syamsul. (2001). Kesehatan reproduksi wanita, siapa peduli?. Majalah Suara Hidayatullah.

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bidan merupakan salah satu sumber daya yang mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum. lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

Hiperemesis Gravidarum. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. terakhir dan kelahiran ( 38 minggu dari pembuahan ). Istilah medis untuk. wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat (Sarwono, 2009) dengan harapan dapat menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kejadian-kejadian yang terjadi selama kehamilan antara lain adalah lemas, tidak mau makan, berat badan turun, rasa nyeri epigastrium, nadi 100x/menit, tekanan darah turun, lidah kering, mata cekung dan kejadian yang paling sering terjadi adalah mual muntah secara terus menerus (Nurarif & Kusuma, 2013) Mual (nause) dan muntah (emesis) pada kehamilan umumnya disebut morning sickness, dialami oleh sekitar 70-80% wanita hamil dan merupakan fenomena yang sering terjadi pada umur kehamilan 5-12 minggu (Quinland, 2005; Runiari, 2010). Mual dan muntah pada kehamilan biasanya bersifat ringan dan merupakan kondisi yang dapat dikontrol sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Meskipun kondisi ini biasanya berhenti pada trisemester pertama namun gejalanya dapat menimbulkan gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan, penurunan berat badan, serta ketidakseimbangan elektrolit, mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari (Stelee, et al., 2001; Runiari, 2010). 1

2 Bila keadaan ini semakin berat dan tidak tertanggulangi maka disebut hyperemesis gravidarum, dilaporkan terjadi sekitar 0,05-2% dari semua kehamilan atau 5-20 kasus per 1000 dari seluruh kehamilan (Asih, et al., 2009). Pada 0,3-2% kasus menyebabkan ibu harus ditatalaksana rawat inap (Gunawan, 2011). Bahkan, di Amerika Serikat dari 285.000 ibu yang mengalami hyperemesis gravidarum dirawat di rumah sakit setiap tahunnya (Mullin, et al., 2012). Sekitar 28% dari kasus yang dilaporkan ibu mereka memiliki mual dan muntah berlebihan atau hyperemesis gravidarum saat hamil (Fejzo, et al., 2003). Menurut Philip (2003), tercatat terdapat 8,6 juta orang menjadi kehilangan jam kerjanya karena masalah ini. Lane dan Arsenault (2002) mengatakan bahwa mual dan muntah ini berdampak terhadap kondisi fisik dan emosional ibu yang merasa cemas dan gelisah yang akan berpengaruh terhadap janin. Hyperemesis gravidarum merupakan muntah berlebihan pada wanita hamil yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan tidak normalnya kadar elektrolit (Paauwl, et al., 2005; Runiari 2010). Menurut Lowdermilk (2004) Hyperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan selama hamil sehingga menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan, bahkan sampai menganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi memburuk. Dampak hyperemesis gravidarum yaitu dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O 2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus, terjadi

3 perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum alat-alat dan menimbulkan kematian (Manuaba, 2007). Hyperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan wanita hamil, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahir (Verberg, et al., 2005). Kurang lebih 66% wanita hamil trisemester 1 mengalami mual-mual dan 44% mengalami muntah-muntah, tetapi 20% wanita memiliki gejala mual dan muntah yang continue selama kehamilan (Philip, 2003). Menurut data statistik yang dikeluarkan WHO sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang kesehatan, tercatat angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan didunia mencapai 515.000 jiwa setiap tahun. Hasil pengumpulan data tingkat pusat, keluarga dari 325 Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada tahun 2012 presentase ibu hamil resiko tinggi dengan hyperemesis gravidarum berat yang dirujuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi dengan presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Tengah (96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah adalah provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) (Depkes RI, 2011). Hasil pengumpulan data Tingkat propinsi menjelaskan bahwa jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 adalah sebanyak 125.841 ibu hamil atau sebesar 99,46% dari target ibu hamil risiko tinggi (20% ibu hamil). Cakupan komplikasi kebidanan yang

4 ditangani tahun 2012 adalah 57,78%. Pencapaian cakupan tahun ini masih dibawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2015 (80%), tetapi diharapkan target tersebut bisa tercapai sebelum tahun 2015. Dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Kabupaten/kota yang sudah mencapai target SPM sebanyak 17 Kabupaten/kota (48,57%). Kabupaten/Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Boyolali (100%) dan Kota Magelang (100%), sementara Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Karanganyar dengan cakupan masing-masing 45,53% dan 45,23%. Adapun Kabupaten Purbalingga memiliki cakupan terendah ketiga dari bawah dengan prosentasi 51,16% (Dinkes, 2012). Etiologi hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum jelas (Simpson, et al., 2001; Runiari, 2010) walaupun terdapat beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya, namun tidak ada satu pun yang dapat secara tepat menjelaskan prosesnya. Hyperemesis gravidarum disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen Human Chorionic Gonadrotropin (HCG) dalam serum. Pengaruh fisiologi kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat/pengosongan lambung yang kurang. Pada umumnya dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan kehamilan (Winkjosastro, 2009). Menurut Philip (2013) menjelaskan bahwa infeksi Helicobacter pylori dapat menyebabkan HG.

5 Faktor predisposisi hyperemesis gravidarum meliputi (1) faktor adaptasi dan hormonal, misalnya wanita hamil dengan anemia. Primigravida, mola hidatitosa, kehamilan ganda dan diabetes; (2) faktor alergi yaitu karena masuknya vili khorealis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik; (3) faktor psikologis (Mochtar, 2004). Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain penyebab hyperemesis gravidarum meliputi (1) faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda; (2) masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik (3) Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak yang merupakan salah satu faktor organik; (4) faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, misalnya rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab ibu (Winkjosastro, 2009). Faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak sukar makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Winkjosastro, 2009). Faktor Psikologi dapat menjadi alat berkembangnya hyperemesis gravidarum. Sikap ambivalensi terhadap kehamilan dan konflik perasaan sehubungan prosfektif peran ibu, seperti perubahan tubuh dan perubahan gaya hidup, dapat menyebabkan muntah episodik. Wanita dengan masalah psikologik yang mempunyai pola reaksi normal terhadap stress sering kali mengalami gangguan

6 gastrointestinal. Pada beberapa wanita masalah psikologi tidak dapat diidentifikasikan (Bobak, 2004). Menurut Ohara dan kawan-kawan yang dikutip dalam buku Ilmu Kebidanan menyatakan bahwa ibu hamil dengan latar belakang kelainan psikologik akan memerlukan perhatian khusus untuk meringankan bebas psikologik yang dideritanya (Sarwono, 2009). Reaksi emosional dan psikologik bagaimana pasien perempuan dan anggota keluarganya bereaksi terhadap keadaan gawat darurat bergantung pada status perkawinan dan hubungan pasien tersebut dengan pasangannya (Sarwono, 2009). Psikologis ibu hamil cenderung lebih labil daripada wanita yang tidak hamil sehingga memerlukan banyak dukungan dari keluarga terutama suami. Dukungan suami penting dalam kehamilan. Seorang suami sebaiknya mendampingi sang istri untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga suami juga dapat mengetahui dan mengikuti tahap demi tahap perkembangan si bayi. Selain itu, suami pun bisa lebih memahami keadaan emosi sang istri (Umami & Puspita, 2007), terkadang ibu dihadapkan pada situasi ketakutan dan kesendirian, sehingga suami diharapkan selalu memotivasi, membantu dan mendampingi ibu hamil dalam menghadapi keluhan kehamilannya agar ibu tidak merasa sendirian karena kecemasan ibu yang berlanjut akan menyebabkan nafsu makan ibu menurun, kelemahan fisik dan mual muntah berlebihan (Curtis, 2008).

7 Dukungan suami sangat diperlukan selama proses kehamilan. Seorang suami sebaiknya mendampingi sang istri untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga suami juga dapat mengetahui dan mengikuti tahap demi tahap perkembangan si bayi. Selain itu, suami pun bisa lebih memahami keadaan emosi sang istri. Kondisi menjelang persalinan merupakan saat yang paling menegangkan dan melelahkan bagi seorang ibu hamil. Pada situasi demikian, keberadaan suami disisi sang istri sangat membantu perasaan sang istri menjadi terkontrol (Fitriana, 2007) Menurut Huang et al (2012) yang meneliti tentang hubungan antara hyperemesis gravidarum and pembatasan pertumbuhan janin (FGR) menunjukkan bahwa perempuan dengan HG cenderung untuk mengalami lebih sedikit asupan produk susu dan lebih psikologis stres selama kehamilan, yang bisa mengurangi berat badan ibu, dan akhirnya mengakibatkan peningkatan risiko FGR. Hyperemesis gravidarum tidak bisa secara independen meningkatkan risiko FGR. Namun, HG secara signifikan berhubungan dengan beberapa faktor risiko, di mana HG tidak langsung meningkatkan risiko FGR. Stres psikologis dan asupan makanan selama kehamilan dimediasi efek negatif dari HG pada FGR. Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga selama bulan Maret-Oktober 2013 terdapat 1479 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dari data tersebut didapatkan 89 ibu hamil mengalami hyperemesis gravidarum. Penulis juga melakukan wawancara selama 3 hari kepada 10 ibu hamil yang mengalami

8 hyperemesis gravidarum, 8 diantaranya tidak ditemani suami saat memeriksakan kehamilan karena suami sibuk bekerja. Dari 10 responden mengatakan bahwa kejadian mual dan muntah selama kehamilan dalam satu hari mencapai 6 kali bahkan ada yang mengatakan lebih dari 6 kali, tidak nafsu makan, dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk memilih judul skripsi tentang Hubungan dukungan suami terhadap Kejadian Hyperemesis Gravidarum di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat disimpulkan bahwa dalam suatu kehamilan akan didapatkan suatu komplikasi. Adapun salah satu dari komplikasi selama kehamilan adalah hyperemesis gravidarum. Dampak dari hyperemesis gravidarum yaitu dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit menimbulkan konsumsi O 2 menurun, gangguan funsi liver dan terjadi ikterus, terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyababkan gangguan fungsi umum alat-alat dan menimbulkan kematian. Salah satu faktor yang mempengaruhi hyperemesis gravidarum adalah faktor psikologi, psikologis ibu hamil cenderung lebih labil daripada wanita yang tidak hamil sehingga memerlukan banyak dukungan dari keluarga terutama suami. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum di RSUD dr. R Goeteng Taronedibrata Purbalingga, bahwa 8

9 diantaranya tidak ditemani suami saat memeriksakan kehamilan karena suami sibuk bekerja. Dari 10 responden mengatakan bahwa kejadian mual dan muntah selama satu hari mencapai 6 kali bahkan ada yang mengatakan lebih dari 6 kali, tidak nafsu makan, dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah penelitian Bagaimana hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga?. C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan masalah tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan masing-masing karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas (gravida), dan trimester. b. Untuk mendeskripsikan dukungan suami terhadap ibu hamil berdasarkan dukungan positif dan dukungan negatif c. Untuk mendeskripsikan kejadian ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum berdasarkan ringan, sedang, berat.

10 d. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar khususnya tentang Hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum. 2. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan dan menambah informasi mahasiswa dalam melaksanakan skripsi untuk program studi ilmu keperawatan khususnya pada kehamilan. 3. Bagi tempat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pegawai/bidan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya ibu hamil dengan kejadian hyperemesis gravidarum. 4. Bagi Suami Memberikan masukan suami tentang pentingnya dukungan suami terhadap kehamilan dalam mencegah terjadinya hyperemesis gravidarum dan mewujudkan kehamilan yang sehat.

11 5. Ruang Lingkup Penelitian Hasil penelitian ini memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data tentang hyperemesis gravidarum yang akan dilaksanakan di RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Data yang diambil adalah semua data ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum di RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian Effi M Hafidz (2007), Hubungan peran suami dan orang tua dengan perilaku ibu hamil dalam pelayanan antenatal dan persalinan di wilayah puskesmas Kecamatan Sadan Kabupaten Rembang. Memperoleh hasil bahwa mayoritas perilaku ibu hamil adalah baik dalam melakukan pelayan antenatal yaitu sebanyak (71,30%), perilaku ibu hamil dengan kategori baik dalam pelayanan persalinan yaitu sebanyak (70, 1055), peran suami terhadap perilaku ibu hamil dengan kategori baik dalam pelayanan antenatal sebanyak (92, 205%), demikian pula peran orang tua terhadap perilaku ibu hamil dengan kategori baik dalam pelayanan antenatal adalah sebanyak (75,90%). Adapun peran serta suami terhadap perilaku ibu hamil denagn kategori baik dalam persalinan adalah sebanyak (70,10%) sedangtkan peran orang tua terhadap perilaku ibu hamil dengan kategori baik dalam persalinan adalah sebanyak (72,405%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara peran suami dan orang

12 tua dengan perilaku ibu hamil dalam pelayanan antenatal dan persalinan di wilayah puskesmas kecamatan sadan kabupaten rembang. a. Perbedaan Effi M Hafidz meneliti tentang hubungan peran suami dan orang tua dengan perilaku ibu hamil dalam pelayanan antenatal dan persalinan, adapun variabel bebasnya adalah peran suami dan orang tua, variabel terikatnya adalah perilaku ibu hamil dalam pelayanan antenatal dan persalinan. Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah tentang hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum, adapun variabel bebas dalam penelitian yang akan diteliti adalah dukungan suami terhadap kehamilan dan variabel terikatnya adalah kejadian hyperemesis gravidarum. Penelitian Effi M Hafidz dilakukan diwilayah puskesmas Kecamatan Sadan Kabupaten Rembang, sedangkan penelitian yang akan diteliti adalah di RSUD Dr. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. b. Persamaan Dalam penelitian ini peneliti sama-sama meneliti tentang hubungan dukungan suami terhadap kehamilan. Dalam penelitian juga ini sama-sama menggunakan uji chi square. 2. Penelitian Kemp dan Hatmaker (1989) tentang stres dan dukungan sosial pada kehamilan. Memperoleh hasil bahwa kehamilan yang beresiko tinggi menyebabkan stres secara fisiologis.

13 a. Perbedaan Kemp dan Hatmaker meneliti tentang stres dan dukungan sosial pada kehamilan, adapun variabel bebasnya adalah stres dan dukungan sosial dan variabel terikatnya adalah pada ibu hamil. dengan menggunakan metode Brown s support Behavioral Inventory dan State Anxiety Inventory dengan mengukur level catecholamine untuk menilai stres secara fisiologis. Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah tentang hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum, adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial (dukungan suami) terhadap kehamilan dan variabel terikatnya adalah kejadian hyperemesis gravidarum, data dikumpulkan dengan data primer (didapatkan langsung dari responden dengan menggunakan alat ukur kuesioner) dan data sekunder (didapatkan dari rekam medik di RSUD Dr. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga). b. Persamaan Dalam penelitian Kemp dan Hatmaker meneliti tentang stres dan dukungan sosial pada kehamilan, sama-sama meneliti dukungan sosial (dukungan suami) terhadap kehamilan. 3. Penelitian Poursharif, et al., (2008) tentang the psychosocial burden of hyperemesis gravidarum. Memperoleh hasil bahwa dari 808 peserta, mayoritas (82,8%) melaporkan hyperemesis gravidarum menyebabkan

14 perubahan psikososial negatif (rasio odds 1,86 dengan tingkat kepercayaan 95%, CI 1,06 sampai 3,29 P 1 4 0,032. Kesimpulan bahwa lebih dari 80% perempuan dengan hyperemesis gravidarum melaporkan bahwa hyperemesis gravidarum menyebabkan dampak psikososial negatif. a. Perbedaan Penelitian Poursharif, et al meneliti tentang the psychosocial burden of hyperemesis gravidarum, adapun variabel bebasnya adalah psychosocial burden, variabel terikat dalam penelitian tersebut adalah hyperemesis gravidarum dengan menggunakan studi analitik dengan rancangan kohort. Penelitian yang akan diteliti adalah tentang hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum, adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan suami terhadap kehamilan dan variabel terikatnya adalah kejadian hyperemesis gravidarum dengan menggunakan studi observasional analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. b. Persamaan Keduanya memiliki persamaan yaitu sama-sama mencari faktor yang dapat menyebabkan hyperemesis gravidarum. 4. Penelitian Rafidah ida dan Wibowo Arief (2012) tentang pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik. Memperoleh hasil dengan menggunakan analisis regresi dan hasil p=

15 0,011 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dukungan suami yang sangat signifikan terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik. a. Perbedaan Penelitian Rafidah ida dan Wibowo Arief tentang pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik, adapun variabel bebas dalam penelitian tersebut adalah dukungan suami, variabel terikatnya adalah kepatuhan akseptor melakukan KB suntik dengan menggunakan uji regresi rancangan cross sectional. Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah tentang hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum, adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan suami terhadap kehamilan dan variabel terikatnya adalah kejadian hyperemesis gravidarum dengan menggunakan uji chi square rancangan cross sectional. b. Persamaan Penelitian Rafidah ida dan Wibowo Arief menggunakan desain cross sectional. Dalam penelitian yang akan diteliti juga dengan menggunakan desain cross sectional, variabel bebas yang digunakan sama-sama dukungan suami. 5. Penelitian Carthy, et al., (2011) tentang A prospective cohort study investigating associations between hypemesis gravidarum and cognitive, behavioural and emotional well-being in pregnancy.

16 Memperoleh hasil bahwa dari 164 wanita menderita hyperemesis gtavidarum, wanita dengan hyperemesis gravidarum berat mengalami peningkatan risiko kognitif, disfungsi perilaku dan emosional pada kehamilan dengan OR 2,6 dengan tingkat kepercayaan 95% CI 1,2 sampai 5,7). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa wanita dengan HG dan HG yang sangat parah mengalami peningkatan risiko kognitif, disfungsi perilaku dan emosional pada kehamilan lebih tinggi dibandingkan wanita tanpa HG. a. Perbedaan Penelitian Carthy, et al menyelidiki hubungan antara hyperemesis gravidarum dan kognitif, perilaku dan kesejahteraan emosional pada kehamilan, adapun variabel bebas dalam penelitian tersebut adalah hyperemesis gravidarum dan variabel terikatnya adalah peningkatan risiko kognitif, disfungsi perilaku dan emosional pada kehamilan dengan menggunakan studi kohort. Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah tentang hubungan dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum, adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan suami terhadap kehamilan dan variabelnya adalah kejadian hyperemesis gravidarum. Dalam penelitian yang diteliti adalah hanya mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum saja dengan menggunakan studi cross sectional.

17 b. Persamaan Penelitian Carthy, et al mencari hubungan antar variabel, sedangkan dalam penelitian yang diteliti juga mencari hubungan antar variabel.