BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Darmiati Dahar, Fatmawati Universitas Ichsan Gorontalo ABSTRAK

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Way Krui Kabupaten Pesisir Barat

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

Laki-laki Perempuan Jumlah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

DAFTAR ISI Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet (hevea brasiliensis) di kabupaten bandung barat

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai berikut :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato Barat berjarak 120 Km dari pusat kota Kabupaten Pohuwato. Daerah ini bertopografi rendah dengan luas wilayah 3.497.88 Km 2. Kecamatan Popayato Barat terdiri dari tujuh Desa yaitu : Desa Dudewulo, Desa Butungale, Desa Tunas Jaya, Desa Padengo, Desa Persatuan, Desa Molosipat dan Desa Molosipat Utara, (Kantor Kecamatan Popayato Barat 2011) 4.1.1. Letak adminisrtasi dan luas wilayah Desa Butungale adalah salah satu desa yang ada diwilayah administrasi Kecamatan Popayato Barat berjarak ± 2 km dari ibu kota Kecamatan Popayato Barat 120 Km 2 dari ibu kota Kabupaten Pohuwato. Desa Butungale berada diantara Desa Dudewulo dan Desa Tunas Jaya Kecamatan Popayato Barat. Batas wilayah Desa Butungale meliputi: - Sebelah Utara : Hutan Toli-Toli Kabupaten Toli-Toli - Sebelah Selatan : Desa Dudewulo Kecamatan Popayato Barat - Sebelah Timur : Desa Telaga Biru Kecamatan Popayato - Sebelah Barat : Desa Padengo Kecamatan Popayato Barat Berdasarkan data monografi Desa Butungale tahun 2011, luas wilayah Desa Butungale 128,68 Km 2 terdiri hamparan wilayah yang heterogen yang terdiri dari lereng, bukit, dan dataran yang ditanami berbagai macam komoditas baik padi, kedelai, rica, dan geraka akan tetapi komoditas yang sering di unggulkan adalah komoditi jagung. 4.1.2. Keadaan Alam Keadaan topografi Desa Butungale merupakan daratan dan pegunungan (daratan kering, rawa, surut dan gambut), dengan tekstur tanah lampungan/pasiran dan debuan terdapat disekitar pekarangan, kebun dan lahan

kering (ladang), dan tanah gambut terdapat dipersawahan, sedangkan topografi wilayah Desa Butungale sebagian besar adalah berupa dataran sedikit lereng, tingkat kemiringan tanah 30 0 C dan rawa. Iklim diwilayah Desa Butungale beriklim sub tropis. 4.1.3. Keadaan Iklim Temperatur udara tertinggi berkisar antara 35 0 C 45 0 C dan suhu terendah antara 18 0 C 24 0 C dengan curah hujan rata-rata 250 mm perbulan dengan hujan perhari rata-rata 10 hari perbulan. Curah hujan tertinggi biasanya pada bulan November, Desember, Januari dan Februari. Sedangkan bulan-bulan yang lain curah hujannya tergolong rendah sampai sekitar antara 60% - 80%. 4.1.4. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di Desa Butungale pada tahun 2011, sebanyak 1005 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 511 orang dan perempuan sebanyak 494 orang, dengan jumlah 257 Kepala Keluarga (KK). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Butungale tahun 2011. No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (orang) Presentase (%) 1 Laki-laki 511 50,85 2 Perempuan 494 49,15 Total 1005 100 Sumber: Monografi Desa Butungale Tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 511 orang atau 50,85%, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan dengan jumlah 494 orang atau 49,15%, hal ini menunjukan bahwa tingkat kelahiran laki-laki di Desa Butungale lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kelahiran perempuan. 4.2 Karakteristik Responden Identitas merupakan latar belakang keadaan dari responden sebagai tanggapan dan langkah selanjutnya dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 40 petani di Desa Butungale Kecamatan

Popayato Barat Kabupaten Pohuwato dengan menilai partisipasi petani pada kelompok tani, dalam pengembangan usahatani jagung serta pengamatan langsung dilokasi penelitian, maka diperoleh gambaran karakteristik responden sebagai berikut: 4.2.1. Umur Responden Umur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam melaksanakan aktivitas kerja para petani dalam menjalankan usahataninya. Petani yang memiliki umur relatif mudah akan menunjukkan kerja yang lebih produktif, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan umur di Desa Butungale tahun (2011). No Umur Jumlah Presentase (%) 1 < 15 Tahun 0 0 2 15-50 Tahun 38 95 3 > 50 Tahun 2 5 Total 40 100 Sumber : Data Primer diolah tahun 2012. Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa dari 40 responden, pada usia 15-50 tahun sebanyak 38 jiwa atau 95% yang memiliki usia produktif, hal ini menunjukan bahwa usia yang produktif dapat meningkatkan produktifitas kerja sehingga akan menghasilkan produksi yang lebih banyak. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia usia produktif adalah ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Pada usia < 15 tahun sebanyak 0 orang atau 0% belum produktif artinya mereka belum melakukan kegiatan usahatani sedangkan untuk umur > 50 tahun sebanyak 2 orang atau 5% itu tidak produktif artinya tenaga yang dimiliki tidak semaksimal melakukan usahatani jagung sehingga dapat disimpulkan bahwa usia responden yang melakukan usaha tani jagung didominasi oleh usia 15 sampai 50 tahun artinya tingkat produktifitas petani akan lebih meningkat. 4.2.2 Pendidikan Responden Pendidikan mempunyai peranan penting bagi petani dalam melakukan kegiatan usahatani arti luas. Pendidikan merupakan pendidikan formal,

nonformal dan informal. Pendidkan dan pegetahuan petani yang tinggi, akan membangun cakrawala dan pola pikir dan sistem bertani yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Butungale tahun (2011). No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase (%) 1 SD / Sederajat 31 77,5 2 SLTP / Sederajat 6 15 3 SLTA / Sederajat 1 2,5 4 Tidak Sekolah 2 5 Total 40 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang ada di lokasi penelitian masih tergolong rendah, sebanyak 31 orang atau 77,5 % yang berpendidikan SD/sederajat, hal ini disebabkan oleh kemauan dan tingkat ekonomi yang rendah sehingga responden tersebut tidak melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. Selanjutnya yang berpendidikan SLTP/sederajat sebanyak 6 orang atau 15 %, adapun pendidikan SLTA/sederajat sebanyak 1 orang atau 2,5 % dan yang tidak sekolah sebanyak 2 orang atau 5 %. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden yang ada dilokasi penelitian masih didominasi oleh pendidikan SD karena kondisi saat itu tidak mendukung pada masyarakat yang ada untuk melanjutkan pendidikan ketingkat berikutnya disebabkan kurangnya fasilitas pendidikan, jarak tempuh ke tempat pendidikan, serta keadaan ekonomi masyarakat yang ada di Desa Butungale. 4.2.3 Tanggungan Keluarga Responden Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan kegiatan usahatani. Semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung, maka semakin besar pula tuntutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga secara tidak langsung akan menambah tenaga kerja keluarga. Tanggungan keluarga responden petani terdiri dari, istri, anak, dan sanak saudara. Disisi lain semakin banyak tanggungan keluarga (keluarga yang banyak), akan membantu meringankan kegiatan usahatani yang dilakukan, karena

sebagian besar petani masih menggunakan tenaga keluarga. Untuk lebih jelas mengenai tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 5 mengenai karakteristik responden tentang tanggungan keluarga di Desa Butungale. Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di Desa Butungale tahun (2011). No Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Presentase (%) 1 1-2 11 27,5 2 3-4 24 60 3 >5 5 12,5 Total 40 100 Sumber :Data Primer diolah 2012. Berdasarkan hasil pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1-2 sebanyak 11 orang atau 27,5 %, pada interval 3-4 yaitu sebanyak 24 orang atau 60 % dan > 5 sebanyak 5 orang atau 12,5 %. Hal ini menunjukan jumlah tanggungan keluarga responden pada umumnya ada satu sampai tiga jiwa yang berperan serta dalam mengelola usaha tani, yaitu istri dan anak. Jumlah tanggungan keluarga secara tidak langsung akan menjadikan petani lebih keras dalam melakukan usaha tani, disamping akan menambah tenaga kerja keluarga. Tanggungan keluarga responden petani terdiri dari istri dan anak. 4.2.4 Mata Pencaharian / Pekerjaan Sampingan Pekerjaan sampingan adalah kegiatan yang dilakukan responden Desa Butungale untuk menambah penghasilan untuk menghidupi keluarga keseharian, adapun pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh responden bervariasi yang terdiri dari buruh, wiraswasta dan penambang. Buruh dalam hal ini terdiri dari tukang kayu, operator sensor, tukang batu dan abang bentor. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6. Karakteristik jumlah responden berdasarkan mata pencaharian di Desa Butungale Kecamatan Popayato Barat tahun 2011. No Pekerjaan Sampingan Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Buruh 23 57,5 2 Wiraswasta 4 10 3 Penambang 13 32,5 Total 40 100 Sumber : Desa Butungale Kecamatan Popayato Barat tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 menunjukan bahwa jumlah responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 23 orang atau sebesar 57,5 %, buruh meliputi tukang kayu, tukang batu, dan abang bentor. Hal ini disebabkan karena faktor keadaan di lokasi penelitian yang menyebabkan banyak petani yang beralih pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selanjutnya karakteristik jumlah responden berdasarkan mata pencaharian di lokasi penelitian sebagai wiraswasta sebanyak 4 orang atau 10 % dan penambang sebanyak 13 orang atau sebesar 32,5 %. Hal ini disebabkan bahwa mata pencaharian di lokasi penelitian masih tergolong sedikit (kurangnya lapangan kerja) sehingga masyarakat sering keluar daerah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 4.2.5 Luas Lahan Luas lahan adalah salah satu hal yang menjadi objek penelitian di Desa Butungale, karena lahan merupakan unsur pokok usaha tani khususnya usaha tani jagung juga tingkat partisipasi petani pada kelompok tani jagung, karena semakin tinggi tingkat partisipasi dan luas lahan yang diolah maka produksi jagung semakin meningkat. Luas lahan usaha tani jagung yang ada di Desa Butungale baik yang masuk dalam kelompok maupun tidak berjumlah 514 Ha, sedangkan yang diolah oleh 40 responden masing-masing 1 Ha dengan komoditas yang di budidayakan oleh 40 responden tersebut yaitu tanaman jagung.

4.3 Kelembagaan Kelompok Tani Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok tani yang ada di Desa Butungale Kecamatan Popayato Barat sebanyak 8 (delapan) kelompok tani yang terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara dan anggota kelompok. Adapun fungsi ketua dalam hal ini sebagai representatif dari kelompok tersebut, dan fungsi dari sekertaris adalah bagaimana memenej dan mengelola kelompok tani yang ada dmi tercapainya tujuan bersama yaitu peningkatan kesejahteraan, pendapatan dan poduksi petani, sementara itu bendahara berfungsi sebagai pengelola anggaran agar mampu mengelola anggaran secara baik. Namun kenyataannya fungsi dari pada pengurus kelompok tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan tujuan mereka hanyalah untuk mendapatkan bantuan benih, setelah bantuan ada pengurus tersebut tidak melibatkan anggota untuk menerima bantuan yang ada justru hanya dijual ke tempat atau masyarakat lain yang membutuhkan, adapula diberikan kepada anggota kelompok dengan catatan menebus bantuan tersebut dengan jumlah uang yang telah ditentukan. Kelompok ini terbentuk pada tahun 2011. Jumlah anggota petani 120 orang dengan kelas kelompok tani pemula, keadaan kelembagaan kelompok tani yang ada di Desa Butungale yaitu sebagian besar kelompok tani yang ada masih dalam kategori kelompok pemula. Hal ini menunjukan bahwa kinerja kelompok belum terarahkan karena masih banyak hal-hal yang belum dimengerti ketua maupun pengurus kelompok tani, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, intervensi pemerintah dalam hal ini pengadaan sarana produksi pertanian yaitu pupuk dan obat-obatan, kurangnya penyuluh lapangan serta kemaun petani dalam berpartisipasi dalam program penyuluhan masih minim sehingga produktifitas petani relatif rendah. Untuk itu diperlukan pendampingan bagi petani agar mencapai keberhasilan kelompok tani yang diukur dari sikap positif anggota kelompok terhadap materi belajar dan penyuluh, pengetahuan dan keterampilan yang bertambah dan semakin mudahnya penerapan materi pembelajaran oleh petani anggota kelompok. Keberhasilan kelompok tani terukur dari seringnya kerja sama dalam kelompok dan dengan luar kelompok atau lembaga lain dilakukan,

keberhasilan kelompok tani juga terukur dari penilaian anggota kelompok tentang meningkatkan produksi dan pendapatan pertanian yang diusahakan. Sedangkan keberhasilan kelompok tani tentang peningkatan usaha atau bisnis melalui kelompok tani (misalnya usaha jasa, koperasi, warung kelompok, peternakan kelompok, bermitra dengan perusahan dan sebagainya), dan juga industri rumah tangga yang diperoleh dari kegiatan kelompok misalnya pembuatan kripik pisang, (Hariadi, 2011). 4.4 Tingkat Partisipasi Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dilakukan sebagai perwujudan dari tanggapan masyarakat atas masalah yang ada dalam masyarakat serta dilaksanakan dengan cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat tersebut. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam pembangunan berarti memberikan tanggung jawab kepada masyarakat untuk merumuskan masalahmasalah yang ada di masyarakat, memobilisir sumber daya setempat dan mengembangkan kelompok organisasi masyarakat setempat. Dampak positif dari proses partisipasi ini antara lain adalah bahwa masyarakat dapat mengerti permasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir yang diambil. Selanjutnya partisipasi masyarakat menurut Harahap (2001) adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana, keterlibatan dalam pelaksanaan program dan keputusan dalam kontribusi sumberdaya atau bekerja sama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program dan keterlibatan dalam evaluasi program. Berdasarkan definisi diatas, maka partisipasi yang diharapkan dalam pembangunan adalah partisipasi yang interaktif dan mobilisasi swakarsa atau partisipasi dalam bentuk kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan pengawasan oleh masyarakat. Peran serta atau partisipasi masyarakat dalam menunjang kegiatan kelompok tani dapat diwujudkan baik secara individu maupun kelompok. Secara individu, masyarakat dalam hal ini petani berpartisipasi dengan turut terlibat dalam setiap kegiatan yang terkait dengan program dan melaksanakan penerapan

teknologi tepat guna dan penggunaan bibit unggul dalam usaha tani sehingga terjadi peningkatan produktivitas. Secara kelembagaan, melalui kelompok tani dapat terjadinya pertukaran informasi antar sesama kelompok tani tentang usahatani dan informasi harga. Namun kondisi di wilayah penelitian menunjukan bahwa tujuan pembentukan kelembagaan dalam hal ini kelompok tani masih terbatas. Pada aspek produksi melalui penerapan teknologi produksi dan masih kurang memberikan perhatian pada aspek penanganan pasca panen dan pemasaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Saptana, et all (2004) yang mengemukakan bahwa kelembagaan dibentuk lebih untuk tujuan distribusi bantuan dan aspek pemberdayaan petani dan pelaku agribisnis lain. Kelembagaan ekonomi lokal yang ada dalam mayarakat seperti KUD belum banyak berperan karena masih sebatas sebagai penyedia sarana input produksi belum menangani masalah pasca panen dan pemasaran hasil. Adapun hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tiga aspek penilaian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Aspek komunikasi/informasi No Aspek Persentase (%) 1 Informasi 30 2 Pengambilan Keputusan dalam forum 32 3 Keikutsertaan 15 4 Intervensi aparat dalam memfasilitasi 23 Total Skor 100 Sumber : Data Primer Olahan 2012 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 7 yaitu aspek komunikasi meliputi informasi, pengambilan keputusan dalam forum, keikutsertaan dalam anggota dan intervensi aparat dalam memfasilitasi kelompok tani. - Informasi Adapun informasi yang diterima oleh petani sebesar 30 %, ini menunjukan informasi yang didapatkan oleh petani melalui pengurus yang ada hanya berdasarkan pada pengadaan proyek (bantuan dari pemerintah) yang kemudian setelah bantuan tersebut terealisasi maka bantuan tersebut dikelola pengurus

kelompok dengan cara mengumpulkan KTP para anggota kelompok dengan harapan untuk mendapatkan bantuan. - Pengambilan keputusan dalam forum Adapun keputusan yang diambil dalam forum sebesar 32 % artinya keputusan yang diambil dalam forum ketika pelaksaan pertemuan hanya didominasi oleh pengurus saja yaitu ketua, sekertaris dan bendahara yang memutuskan hasil dari pertemuan tersebut. - Keikutsertaan anggota kelompok Keikutsertaan anggota kelompok sebesar 15 %, ini disebabkan oleh pengurus kelompok itu sendiri yang hanya mementingkan dan memperkaya diri sendiri sehingga kemauan dan keikutsertaan anggota dalam mengembangkan kelompok tani relatif rendah. - Intervensi aparat dalam memfasilitasi Adapun intervensi aparat dalam memfasilitasi kelompok tani sebesar 32%. Intervensi aparat yang dimaksud adalah campur tangan Kepala Desa dalam memfasilitasi petani untuk melakukan pertemuan-pertemuan (rapat) dengan tujuan untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok. Akan tetapi, kemauan dari aparat untuk memfasilitasi pertemuan tersebut, hanya sekedar mengiakan (menyetujui pertemuan tersebut), ketika pertemuan dibuat maka Kepala Desa tidak menghadiri pertemuan dengan berbagai macam alasan. Tabel 8. Aspek pengetahuan masyarakat dalam forum pengambilan keputusan No Aspek Persentase (%) 1 Perencanaan pengembangan 26 2 Proses pengambilan keputusan 29 3 Pengembangan pembangunan kelompok tani 29 4 Pembuatan keputusan 16 Total skor 100 Sumber : Data Primer Olahan 2012 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 8 yaitu aspek pengetahuan masyarakat dalam forum pengambilan keputusan meliputi : perencanaan pengembangan, proses pengambilan keputusan dan pengembangan kelompok tani serta pembuatan keputusan.

- Perencanaan pengembangan Adapun perencanaan pengembangan kelompok tani sebesar 26 %, ini menunjukan bahwa perencanaan pengembangan kelompok tani jarang melibatkan anggota kelompok sehingga kelompok yang ada di lokasi penelitian tidak berkembang, penyebab tidak berkembangnya kelompok tani karena pengurus kelompok hanya membahas tentang bagaimana cara untuk mendapatkan bantuan benih. - Proses pengambilan keputusan Adapun proses pengambilan keputusan sebesar 29 % artinya keputusan yang diambil dalam pertemuan melalui diskusi hanya keputusan ketua kelompok bersama jajaran pengurus yang ada, keputusan tersebut berdasarkan atas kedekatan antara anggota dan pengurus. - Pengembangan pembangunan kelompok tani Adapun pengembangan pembangunan kelompok tani sesuai dengan hasil penelitian pada Tabel 8 sebesar 29 %, hal ini menunjukan bahwa pengembangan pembangunan kelompok tani tidak berkembang dikarenakan terlalu besar intervensi pengurus kelompok / Pemerintah Desa dalam mengelola bantuan dari instansi terkait dan jarang melibatkan anggota, ketika pertemuan (rapat) yang membicarakan persoalan bantuan yang sudah ada sehingga kemauan petani untuk berpartisipasi dalam pengembangan kelompok tani relatif rendah. - Pembuatan keputusan Adapun pembuatan keputusan sesuai dengan hasil penelitian pada Tabel 8 sebesar 16 %, artinya dalam keputusan pada pertemuan awal (membicarakn tentang rencana bagaimana untuk mendapatkan bantuan) keputusan yang ada hanya sedikit kesempatan yang diberikan kepada anggota kelompok dalam menentukan pengadaan bantuan.

Tabel 9. Aspek kontrol kebijakan perencanaan No Aspek Persentase (%) 1 Keterlibatan masyarakat dalam forum perencanaan 34 2 Masukan untuk merubah keputusan 22 3 Keterlibatan masyarakat dalam program kelompok tani 19 4 Keikutsertaan dalam rapat kelompok 26 Total skor 100 Sumber : Data Primer Olahan 2012 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9 yaitu aspek kontrol kebijakan perencanaan meliputi : keterlibatan masyarakat dalam forum perencanaan, masukan untuk merubah keputusan dan keterlibatan masyarakat dalam program kelompok tani serta keikutsertaan dalam rapat kelompok. - Keterlibatan masyarakat dalam forum perencanaan Adapun keterlibatan masyarakat dalam forum perencanaan sebesar 34% artinya keterlibatan masyarakat yang dimaksud adalah organisasi masyarakat lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok tani. Apakah mereka dilibatkan dalam perencanaan pengembangan kelompok tani?, dari 40 responden ada sebesar 34 % keterlibatan masyarakat lainnya dalam pengembangan kelompok tani, keikutsertaan untuk melaksanakan program kelompok tani artinya keterlibatan organisasi lainnya yang ada di lokasi penelitian hanya diberikan pada organisasi tertentu. - Masukan untuk merubah keputusan Adapun masukan untuk merubah keputusan dari progran kelompok tani yang telah diputuskan sebesar 22 %, artinya keputusan yang telah ditetapkan oleh pengurus kelompok tani sagat kecil kesempatan anggota kelompok untuk merubah keputusan yang ada. Sehinggga kemauan anggota kelompok untuk berpartisipasi dalam program kelompok tani relatif rendah, dan keinginan anggota kelompok untuk merubah keputusan yang telah ada karena diancam oleh pengurus dengan tidak akan mendapatkan bantuan.

- Keterlibatan masyarakat dalam program kelompok tani Adapun keterlibatan masyarakat dalam program kelompok tani sebesar 19%, artinya dari pertanyaan yang diajukan kepada 40 responden sebagian besar menjawab tidak baik dikarenakan pengurus kelompok tani tidak melibatkan masyarakat untuk mengintervensi program kelompok tani. - Keikutsertaan dalam rapat kelompok Adapun keikutsertaan anggota dalam rapat kelompok sebesar 26 %, artinya dalam satu tahun terakhir ini hanya sebagian kecil dari 40 responden yang mengikuti pertemuan. Karena sebagian lainnya tidak mau melibatkan diri lagi dengan alasan masih bayak pekerjaan yang belum terselesaikan, adapula sebagian masyarakat bekerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga ada yang keluar daerah, dan adapula yang pergi ke tambang. Dari hasil penelitian dilihat dari tiga aspek yaitu aspek komunikasi, aspek pengetahuan masyarakat tehadap forum pengambilan keputusan dan aspek kontrol kebijakan perencanaan, dari ketiga aspek tersebut menunjukan bahwa informasi yang didapat oleh masyarakat dalam proses pengembangan kelompok tani sangat minim, disebabkan intervensi pemerintah/aparat desa yang ada masih sangat dominan karena pada dasarnya kelompok tani dibuat hanya berdasarkan atas kepentingan pemerintah/aparat desa untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Oleh karena itu, dibutuhkan pendampingan terhadap masyarakat tani dalam rangka meningkatkan pendapatan dan produktivitas melalui kelompok tani yang ada.