KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN OPERATOR PRODUKSI DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (EP) KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan INDONESIA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

PERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. X LABUHAN BATU

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA SATUAN PENGAMANAN (SATPAM) DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011 SKRIPSI.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

BAB II LANDASAN TEORI

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill)

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.

Hubungan Pergantian Waktu Kerja dengan Pola Tidur Pekerja

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB II GAMBARAN UMUM PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM. A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Indonesia Asahan Aluminium

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGATURAN SISTEM SHIFT KERJA

KUALITAS TIDUR, STATUS GIZI DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA WANITA DENGAN PERAN GANDA

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH SHIFT

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan alur metodologi sebagai berikut pada Gambar 3.1: Identifikasi Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

SKRIPSI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM (INALUM), KUALA TANJUNG

Transkripsi:

HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006 Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM USU Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 20155 ABSTRACT This cross sectional study was almed to know the effect of shift work on fatique of the department of production casting operation sub section of PT. Inalum Kuala Tanjung 2006. The number of sample was 44 labours, working by shift system that consistend of morning, noon and night shifts, the data of fatique were collected by using questionare. The results showed that labour of night shift that felt very fatique were 22 persons (50%, and that felt fatique were person (1, %). From Anova test, it was found that there was a significant effect of shift work on working fatique. It was also found that there were significant difference of working fatique among shift work. It was suggested that labour used their break time effectively in orden to prevent fatique Keywords: Shift work, Fatique, Labour of casting operation PENDAHULUAN Manusia khususnya tenaga kerja adalah subyek dan obyek dari pembangunan, keberhasilan pembangunan sangat tergantung kepada manusia sebagai pelaksananya. Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan tenaga kerja, meningkatkan kemampuan tenaga kerja, hal ini juga dinyatakan di dalam Undang Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 170 pasal. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat, untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut agar tingkat efisiensi yang tinggi terhadap pengunaan sumber produksi, dan produktivitas tenaga kerja yang terlibat di dalamnya, oleh karena itu keberadaan tenaga kerja sangat perlu dilindungi agar tercapai tenaga kerja yang sehat dan produktif (Suma mur, 14). Dalam pelaksanaan kerja di perusahaan, untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan menambah jam kerja dengan memberlakukan kerja bergilir (shift work). Kerja bergilir sebagai suatu pola waktu kerja yaitu bekerja selama 24 jam terus menerus yang diterapkan perusahaan memberikan dampak yang besar terhadap tenaga kerja dan keluhan yang sifatnya subyektif di antaranya tidak dapat tidur siang, kelelahan, gangguan kesehatan. Tenaga kerja tidak sesuai untuk bekerja malam hari karena adanya perubahan irama circardian yang mempengaruhi fungsi fisiologis yang berhubungan dengan kapasitas kerja, dan bila keja malam hari tidak dapat dihindari maka perlu diterapkan kerja bergilir rotasi yang cepat. Tenaga kerja yang bekerja dengan kerja bergilir rotasi cepat, pada akhir kerja khususnya kerja bergilir malam diberikan paling sedikit libur 1 hari untuk memulihkan tenaga yang terpakai (Grandjean, 15). 156

Kuswadji (177) menyatakan pola kerja yang berubah pada kerja bergilir dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat akibat perubahan pada irama circardian khususnya kerja bergilir malam. Sedangkan Schultz (12) menyatakan bahwa kerja bergilir siang dan malam paling berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja kurang produktif pada kerja malam dibanding kerja bergilir siang dan cenderung membuat banyak kesalahan kerja, mudah mengalami kecelakaan dan absenteism. Kelelahan kerja merupakan komponen kelelahan fisiologis dan psikologis. Kerja fisik terus menerus dan memerlukan konsentrasi dapat diukur dengan perubahan fisiologis dalam tubuh yaitu penurunan waktu reaksi dan perubahan psikologis yaitu adanya perasaan lelah, khususnya bagi tenaga kerja Indonesia (Setyawati, 15). PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) merupakan pabrik peleburan aluminium yang produksinya menghasilkan aluminium batangan (ingot) yang diproduksi pada seksi penuangan subseksi casting operation, menerapkan kerja bergilir dengan rotasi cepat ( hari). Lamanya kerja bergilir adalah hari, pada akhir kerja diberikan libur 1 hari, sedangkan kerja bergilir pagi dan siang diberikaan libur 2 hari, walaupun perusahaan sudah menerapkan kerja bergilir dengan rotasi cepat masih dijumpai keluhan tenaga kerja khususnya kerja bergilir malam berupa gangguan tidur, pencernaan, dan kelelahan. Perumusan Masalah Kerja bergilir merupakan pembagian waktu kerja yang diterapkan di berbagai perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan kebutuhan bidang pelayanan dan produksi barang dan jasa. Untuk tujuan tersebut tenaga kerja diharuskan bekerja selama 24 jam. Efek dari kerja bergilir banyak tenaga kerja yang mengeluh terhadap gangguan fisiologis gangguan kesehatan, gangguan pencernaan, kelelahan, gangguan tidur, khususnya kerja malam. PT Inalum Kuala Tanjung juga menerapkan kerja bergilir dengan sistem kerja bergilir cepat, walaupun bergitu masih ada tenaga kerja yang mengeluh, mengantuk pada saat bekerja, kelelahan dari gangguan selera makan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh kerja bergilir terhadap kelelahan tenaga kerja di PT Inalum Kuala Tanjung. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat kelelahan tenaga kerja bagian produksi seksi penuangan subseksi casting operation di PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2006. 2. Untuk mengetahui pengaruh kerja bergilir terhadap terjadinya kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian produksi seksi penuangan subseksi casting operation di PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2006. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukkan bagi pihak perusahaan mengenai pengaruh kerja bergilir terhadap kelelahan tenaga kerja. 2. Menambah bahan informasi untuk referensi bagi pengembangan ilmu. METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif desain studi cross sectional. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja berjumlah 0 orang di bagian produksi seksi penuangan subseksi casting operation PT Inalum Kuala Tanjung, bekerja dengan sistem kerja bergilir, sedangkan yang menjadi sampel dengan menggunakan simple random sampling, jumlah sampel sebanyak 44 orang (Rumus Vincent Gasperz). Pengumpulan Data Data primer adalah kelelahan tenaga kerja dengan menggunakan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KUPK2). Data sekunder adalah profil perusahaan mengenai data tenaga kerja di seksi penuangan subseksi casting operation. Pengolahan Data Hasil penelitiaan dianalisis dengan menggunakan uji Oneway Anova untuk melihat pengaruh kerja bergilir terhadap kelelahan tenaga kerja. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT Inalum terdiri dari PLTA Sungai Asahan/IPP (Inalum Power Plant) di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir dan 157

pabrik peleburan aluminium/isp (Inalum Smeltng Plant) di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara. Pabrik peleburan aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum yang dibangun di atas areal seluas 200 ha. Distribusi Tenaga Kerja Bagian Penuangan Jumlah tenaga kerja yang bekerja di bagian penuangan sebanyak 1 orang terdiri dari: subseksi casting operation 0 orang, 4 orang foreman, Subseksi transportation and bundling 72 orang, 4 orang foreman, subseksi service 24 orang. Setiap subseksi masing masing dengan 1 orang manager staff. Dengan menerapkan kerja bergilir rotasi cepat dengan empat kelompok kerja pada seksi penuangan subseksi casting operation, sedangkan subseksi service menerapkan kerja bergilir tetap. Perputaran kerja bergilir rotasi cepat yang diterapkan meliputi: kerja bergilir malam, pagi dan siang dengan lama kerja masing masing selama hari dan pada akhir kerja bergilir diberikan libur 1 hari untuk kerja malam sedangkan kerja pagi dan siang diberikan libur 2 hari. Adapun waktu kerja bergilir pagi dimulai pukul 0.00 16.0 WIB, siang 16.0 24.00 WIB, dan malam 24.00 0.00 WIB. Tenaga kerja sebanyak 11 orang (25%) yang berumur 42 46 tahun sedangkan 1 orang (2,2%) yang berumur 52 56 tahun. Tingkat pendidikan SMU sebanyak 6 orang (1,2%) sedangkan pendidikan SMP orang (1,1%). Pada umumnya tenaga kerja dengan status sudah kawin sebanyak 6 orang (1,2%) dan yang belum kawin sebanyak orang (1,1%). Tenaga kerja dengan masa kerja 22 25 tahun sebanyak 1 orang (4,1%) dan hanya 1 orang (2,2%) dengan masa kerja tahun. Semua tenaga kerja mengalami kelelahan dengan tingkat kelelahan sangat lelah, lelah, dan kurang lelah. Tabel 1. Karakteristik tenaga kerja berdasarkan umur, pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja Umur (Tahun) Jumlah (Orang) % 22 26 27 1 2 6 7 41 42 46 47 51 52-56 Pendidikan SMP SMU Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Masa Kerja 2 5 6 10 1 1 21 22-25 2 11 1 6 6 1 4 1 20,4 20,45 6, 4,55 25,00 20,45 2,2 1,1 1,2 1,2 1,1 1,1 6,2 6,2 2,2,0 4,1 Tabel 2. Kelelahan kerja tenaga kerja pada kerja bergilir pagi Sangat 1 2,55 1,1,64 Total 44 100,00 Tenaga kerja yang bekerja pada shift pagi merasa sangat lelah sebanyak orang (,64%), lelah orang (1,1%) dan kurang lelah 1 orang (2,55%). Kelelahan kerja untuk setiap tingkat kelelahan terdistribusi secara merata. Tabel. Kelelahan kerja tenaga kerja pada kerja bergilir siang Sangat 16 20 1,1 6,6 45,46 Total 44 100,00 Tenaga kerja bekerja dengan sangat lelah sebanyak 20 orang (45,46%) sedangkan orang (1,1%) merasakan kurang lelah pada saat bekerja. Tabel 4. Kelelahan kerja tenaga kerja pada kerja bergilir malam Sangat 5 22 11,6,64 50,00 T o t a l 44 100,00 15

Tabel 5. Kelelahan kerja tenaga pada kerja bergilir pagi, siang, dan malam Kelelahan Kerja Kerja Bergilir Sangat Jumlah % Jumlah % Jumlah % Pagi Siang Malam 1 5 2,55 1,1 11,6 16,64 6,6 1,1 20 22,64 45,46 50,00 Total 44 100 44 100 44 100 Pada kerja bergilir malam, tenaga kerja sangat lelah sebanyak 22 orang (50%), lelah orang (,64%) dan kurang lelah 5 orang (11,6%). Terlihat bahwa tenaga kerja yang bekerja sebagian besar merasakan kelelahan. Tenaga kerja merasa sangat lelah paling banyak pada bergilir malam yaitu 22 orang (50%), pada siang 20 orang (45,46%) dan pagi orang (,64%), sedangkan tenaga kerja dengan tingkat kelelahan kurang lelah paling banyak pada kerja bergilir pagi 1 orang (2,55%), siang orang (1,1%) dan malam 5 orang (11,6%). Kelelahan kerja adalah merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik dengan menggunakan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus menerus mengakibatkan kelelahan fisiologis dan psikologis (Nasution, 1). Schult (12) menyatakan bahwa: bekerja dengan rotasi kerja bergilir menimbulkan kelelahan yang berbeda untuk tiap kerja bergilir siang dan malam paling berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja merasa sangat lelah bekerja pada kerja bergilir malam karena terganggunya circadian rhytm tubuh seperti denyut jantung oksigen yang dikonsumsi, suhu tubuh, tekanan darah, produksi adrenalin, dan sebagainya. Pada umumnya fungsi tubuh meningkat pada pagi hari, mulai melemah pada siang hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan (Mc Cormick dan Ilgen, 15). Secara alamiah manusia bekerja pada pagi hari dan tidur pada malam hari dengan perubahan pola kerja di malam hari dan tidur disiang hari menimbulkan perasaan lelah lebih cepat. Sedangkan bekerja pada kerja bergilir siang lebih lelah dari bekerja pada kerja bergilir pagi. Hal ini disebabkan karena kemungkinan tenaga kerja mengerjakan aktivitas lain sebelum bekerja pada siang dan malam harinya yang mengakibatkan sebelum bekerja perasaan lelah sudah dirasakan oleh tenaga kerja. Kuswadji (17) menyatakan bekerja pada kerja bergilir siang menimbulkan sedikit lebih lelah dibandingkan bekerja pada kerja bergilir pagi. Bekerja pada kerja bergilir malam dan kerja bergilir siang waktu istirahatnya lebih sedikit dari pada bekerja pada kerja bergilir pagi. Hasil Analisis Anova menunjukkan bahwa kerja bergilir malam berpengaruh nyata terhadap kelelahan kerja (p < 0,05) dan bekerja pada kerja bergilir malam menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kerja bergilir pagi dan siang (p < 0,05). Dalam hal ini menujukkan bahwa ada pengaruh kerja bergilir terhadap terjadinya kelelahan kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Suma mur, 14) bahwa bekerja pada kerja bergilir malam paling potensial menyebabkan terjadinya kelelahan, waktu istirahat yang diberikan setelah bekerja dengan rotasi kerja bergilir khususnya untuk kerja malam belum cukup untuk memulihkan tenaga, karena setelah bekerja pada kerja bergilir malam tenaga kerja masuk kerja pada kerja bergilir pagi. Monk dan Folkard (1) menyatakan bahwa konsekuensi kerja bergilir akan menimbulkan efek terhadap kesehatan, kesejahteraan, keselamatan dan efisiensi kerja. Efek kerja bergilir lebih nyata berpengaruh terhadap tenaga kerja adalah timbulnya kelelahan kerja dan kurang tidur. Tiga faktor penting yang pelu diperhatikan untuk mengatasi kerja bergilir yaitu waktu tidur, kehidupan keluarga dan sosial, serta circadian rhytm. Waktu tidur yang kurang menurunkan kesiapan mental bekerja penurunan kinerja, keterlambatan bekerja, dan penurunan kesiagaan dan perasaan lelah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kelelahan kerja pada tenaga kerja dengan tingkat kelelahan sangat lelah di bagian produksi seksi penuangan subseksi casting operation PT Inalum 15

Kuala Tanjung dijumpai pada kerja bergilir pagi, siang, malam 2. Kerja bergilir kerja berpengaruh nyata (significan) terhadap kelelahan kerja pada tenaga kerja seksi penuangan subseksi casting operation PT Inalum Kuala Tanjung.. Kerja bergilir malam berpengaruh secara nyata dengan kerja bergilir pagi dan siang. Saran 1. Tenaga kerja diseksi penuangan subseksi casting operation PT Inalum Kuala Tanjung mempergunakan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya untuk tetap memperhatikan kesehatan. 2. Perusahaan agar memperhatikan dan melaksanakan pengaturan seperti rotasi kerja bergilir khususnya kerja bergilir malam dengan memberikan waktu libur 2 hari pada akhir kerja bergilir malam dan memberikan makanan tambahan untuk menambah energi bagi tenaga kerja. DAFTAR PUSTAKA Barnes. R.M. 10. Motion and Time Study Design and Measurement of Work, Seventh Edition, Jhon Willey and Sons, New York. Grandjean, E. 15. Fitting The Task to The Man, Taylor & Francis Ltd. London. ILO, Encyclopedia of Occupational Health and Safety, International New York Labour Office, Geneva, 1, Vol II. Kuswadji S., Pengaturan Tidur Pekerja Shift, Cermin Dunia Kedokteran No. 116/17, 4 52. Mahyastuti M. Circardian Rhythm dan Pengaruhnya pada Pola Tidur Awak Pesawat. Majalah Kesehatan Masyarakat. IAKMI, Tahun XXI No. 5, Juni 1, 2 2. Mc. Cormick, E.J and D.R. Ilgen. 15. Fundamental Industrial and Organizational Psychology. Monk T and S Folkard. 1. Circadian Rhytim and Shift Work, in R. Hockey, Stress and Fatigue Human Performance, Jhon Willey and sons, New York. Nasution, H.R. 1. Kelelahan Tenaga Kerja Wanita dan Pemberian Musik Pengiring di Andiyanto Batik Yogyakarta. Tesis UGM, Yogyakarta. Schultz, D. P. 12. Psychology and Industry Today. An Introdduction to Industrial and Organizaationaal Pssychology, Third Edition, Mc. Milan Publishing co Inc. New York. Setyawaati, L. 15. Pengaruh Suhu Tinggi di Ruang Kerja Dapur terhadap Tingkat Kelelahan Kerja Karyawan Hotel Ambarukmo Palace Yokyakarta. Tesis Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta. Suma mur P.K. 14. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung, Jakarta. 160