5 PEMBAHASAN UMUM. Gambar 9 Peta wilayah Kota Kupang. Skala Peta 1 : 350. Alak. Kelapa Lima. Kota Lama. Kota Raja. Maulafa. Oebobo

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL DAN PETA KEMISKINAN K O T A K U P A N G

SEKAPUR SIRIH. Kupang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Kupang. Ir. Adi H. Manafe, M.Si NIP

UU 5/1996, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KUPANG. Tentang: PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF KUPANG Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1978 Tanggal 1 Juli 1978 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KOTA RAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG

Kupang, Nopember 2012 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Kupang

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 5 TAHUN 1996 (5/1996) Tanggal: 11 APRIL 1996 (JAKARTA)

IDENTIFIKASI PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN (SAYURAN) : Produsen Oelon III, Kelurahan Sikumana Kec. Maulafa

Jurnal Kajian Veteriner, Desember 2014 Vol. 2 No. 2 :

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

3 SEROPREVALENSI TRICHINELLOSIS PADA BABI DI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN OEBA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

KARAKTERISTIK PETERNAK DAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN BABI LOKAL DI KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG

1 PENDAHULUAN Latar belakang

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

LAPORAN KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2016

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA KUPANG MENURUT KETERSEDIAAN SUMBER AIR BERSIH DAN ZONA PELAYANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

KECAMATAN ALAK DALAM ANGKA 2005/2006

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 05 TAHUN 2000 TENTANG ANGKUTAN KOTA DI KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN


BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pedesaan di Kabupaten Bima. Sebagian besar petani peternak

PUTUSAN Nomor 11-19/PHPU-DPD/XII/2014 (Provinsi Nusa Tenggara Timur) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Manajemen Perkandangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

Kata Kunci: Babi, Matani Helituan, Kandang, Pakan Fermentasi, Kartu Sehat

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan


Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEMTRANSPORTASI SAAT INI

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PARIWISATA KOTA KUPANG. Oleh

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

KECAMATAN KELAPA LIMA DALAM ANGKA 2005/2006

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo, yang secara geografis terletak pada 00⁰ ⁰ 35 56

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging

BAB III TINJAUAN RUMAH RETRET DI OEBELO, KUPANG

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

4.1. Letak dan Luas Wilayah

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

Transkripsi:

30 5 PEMBAHASAN UMUM Kota Kupang merupakan salah satu bagian dari Kota atau Kabupaten Provinsi NTT. Kondisi geografi wilayah Kota Kupang dengan luas wilayah 180.27 km² atau 18.027 ha, dimana secara geografis terletak pada bagian; Utara: 10 07 40 Lintang Selatan, Selatan: 10 17 39 Lintang Selatan, Timur 123 31 35 Bujur Timur, Barat: 123 41 00 Bujur Timur. Secara administrasi Kota Kupang berbatasan dengan Teluk Kupang di sebelah utara, Kecamatan Nekamese dan Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang di sebelah selatan, Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang di sebelah timur, serta Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang di sebelah barat. Secara topografi, daerah tertinggi (bagian selatan) Kota Kupang terletak 100-300 m dari permukaan laut, sedangkan daerah terendah (bagian utara) terletak 0-50 m dari permukaan laut dengan elevasi= 15%. Kota Kupang memiliki enam wilayah kecamatan dan 51 wilayah kelurahan sebagai berikut; Kecamatan Kelapa Lima: 5 Kelurahan, Kecamatan Oebobo: 7 Kelurahan, Kecamatan Maulafa: 9 Kelurahan, Kecamatan Alak: 12 Kelurahan, Kecamatan Kota Raja: 8 Kelurahan, Kecamatan Kota Lama: 10 Kelurahan. Kota Kupang memiliki iklim kering yang dipengaruhi oleh angin muson dengan musim hujan pendek, sekitar bulan November Maret dengan suhu rata-rata antara 22.72 C 31.95 C sedangkan musim kering sekitar bulan April Oktober dengan rata-rata suhu udara 29.1 C 33.4 C (PDE Kota Kupang 2012). Peta Kota Kupang dapat dilihat pada Gambar 7. Alak Kelapa Lima Kota Lama Kota Raja Maulafa Oebobo Gambar 9 Peta wilayah Kota Kupang Skala Peta 1 : 350 N Kelurahan per Kecamatan dalam Wilayah Kota Kupang 1. Kecamatan Alak 1.01. Kel. Naioni 1.02. Kel. Manulai II 1.03. Kel. Batuplat 1.04. Kel. Alak 1.05. Kel. manutapen 1.06. Kel. Mantasi 1.07. Kel. Fatufeto 1.08. Kel. Nunhila 1.09. Kel. Nunbaun Dehla 1.10. Kel. Nunbaun Sabu 1.11. Kel. Namosain 1.12. Kel. Pankase-Oeleta 2. Kecamatan Maulafa 2.01 Kel. Fatukoa 2.02 Kel. Sikumana 2.03 Kel. Belo 2.04 Kel. Kolhua 2.05 Kel. Penfui 2.06 Kel. Naimata 2.07 Kel. Maulafa 2.08 Kel. Oepura 2.09 Kel. Naikolan 3. Kecamatan Oebobo 3.01 Kel. Oetete 3.02 Kel. Oebobo 3.03 Kel. Fatululi 3.04 Kel. Oebufu 3.05 Kel. Tuak Daun Merah 3.06 Kel. Kayu Putih 3.05 Kel. Liliba 4. Kecamatan Kota Raja 4.0.1 Kel. Bakunase 4.0.2 Kel. Bakunase II 4.03 Kel. Air Nona 4.0.4 Kel. Naikoten I 4.0.5 Kel. Naikoten II 4.0.6 Kel. Kuanino 4.0.7 Kel. Nunleu 4.0.8 Kel. Fontein 5. Kecamatan Kelapa Lima 5.0.1 kel. Kelapa Lima 5.0.2 Kel. Oesapa 5.0.2 Kel. Oesapa Barat 5.0.3 Kel. Oesapa Selatan 5.0.4 Kel. Lasiana 6. Kecamatan Kota Lama 6.0.1 Kel. Air Mata 6.0.2 Kel. Lahilai Bissi Kopan 6.0.3 Kel. Bonipoi 6.0.4 Kel. Merdeka 6.0.5 Kel. Solor 6.0.6 Kel. Tode Kisar 6.0.7 Kel. Oeba 6.0.8 Kel. Fatubesi 6.0.9 Kel. Nefonaek 6.0.10 Kel Pasir Panjang

32 Jenis atau ras babi yang dipelihara di wilayah Kota Kupang sangat beragam. Bibit babi dapat diperoleh lewat pembelian di peternak pembibit komersial seperti di UPT pembibitan babi di Kelurahan Tarus atau beberapa lokasi pembibitan babi lainnya. Babi juga diperoleh dengan cara membeli dari para peternak dengan skala pemeliharaan babi dalam jumlah sedikit atau kecil namun untuk tujuan komersil, ataupun bibit babi yang diperoleh lewat pemberian kerabat atau saudara yang berkunjung dari luar Kota Kupang atau kabupaten lain. Ras babi yang ada diwilayah di Kota Kupang sebagian besar adalah ras babi campuran, selain ras lokal (babi kampung), babi ras seperti Duroc, Landrace, ataupun babi hasil persilangan antara ras yang berbeda seperti babi Triplecross, serta jenis ras eksotik. Gambaran ras babi yang dipelihara di wilayah Kota Kupang dapat dilihat pada Gambar 8. Babi Kampung Babi Kampung Eksotik Ras Duroc Landrace Triplecross Gambar 10 Ras babi di wilayah Kota Kupang Manajemen perkandangan untuk tipe kandang babi yang ada di wilayah Kota Kupang bervariasi sesuai dengan skala usaha yang dilakukan dimana tipe kandang akan terlihat sesuai dengan skala usaha yang dilakukan. Para peternak komersial memiliki tipe kandang yang lebih baik dibandingkan dengan para peternak yang memelihara babi sekedar untuk tabungan biaya kebutuhan tertentu seperti untuk biaya anak sekolah atau untuk kebutuhan saat akan dilakukan hajatan atau pesta (pesta syukuran) dikeluarga tersebut. Tipe Kandang juga berpengaruh terhadap penularan trichinellosis dimana dengan tipe kandang tradisional sangat memungkinkan untuk hewan reservoir seperti tikus atau binatang pengerat lainnya masuk kandang dan menularkan parasit Trichinella. Tipe kandang babi yang ada di wilayah Kota Kupang terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe kandang tradisional, tipe kandang semi modern dan tipe

33 kandang modern. Tipe kandang peliharaan untuk babi yang ada di wilayah Kota Kupang dapat dilihat pada Gambar 9. Tipe Kandang Tradisional (bangunan dari kayu gamal, berlantai tanah serta beratap seng) Tipe Kandang Tradisional (bangunan dari bambu, berlantai tanah serta beratap terpal) Tipe Kandang Tradisional (bangunan dari bambu, berlantai tanah serta beratap alang-alang gewang) Tipe kandang tradisional (bangunan dari ram-ram besi beton, berlantai tanah serta beratap alangalang gewang) Tipe kandang tradisional (bangunan dari kayu, berlantai semen serta beratap seng) Tipe kandang tradisional (bangunan dari kayu balok, setengah tembok, berlantai tanah serta beratap seng) Tipe kandang semi modern Tipe kandang semi modern Tipe kandang modern Gambar 11 Tipe kandang babi yang ada di Kota Kupang

34 Gambaran bentuk tipe kandang tradisional yaitu kandang dengan bangunan yang dibuat dari bambu atau kayu balok serta ram-ram besi. Tipe kandang tradisional beratap seng atau terpal ataupun dari alang-alang asal pohon gewang serta berlantai semen beton atau papan ataupun berlantai tanah. Beberapa kandang tipe tradisional yang ada di Kota Kupang bahkan dibuat menempel dengan bangunan induk sebagai rumah tinggal dari peternak. Tipe kandang semi permanen dengan bangunan tembok dan kontruksi yang lebih aman dan nyaman bagi babi. Untuk tipe kandang modern memiliki konstruksi dan bentuk yang lebih kuat dan kokoh. Tipe kandang modern juga dilengkapi beberapa fasilitas seperti terdapatnya beberapa bangunan yang dibuat sesuai dengan umur pemeliharaan babi, fasilitas air, bangunan sebagai tempat penyimpanan dan pengelolaan pakan, dan fasilitas pembuangan. Pola pemeliharaan babi di wilayah Kota Kupang saat ini diarahkan untuk pembibitan dan penggemukan dengan tujuan komersil (jual). Namun dapat terkendala jika terjadi kasus penyakit terutama yang terkait dengan zoonotik. Kejadian trichinellosis pada babi di wilayah NTT khususnya di Kota Kupang dari hasil penelitian yang dilakukan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain babi peliharaan biasanya diberi makan sisa-sisa makanan (termasuk daging babi sisa yang mungkin terinfeksi Trichinella spp. atau babi yang memakan tikus yang terinfeksi Trichinella. Kemungkinan jalur atau rute penularan Trichinella pada babi di Kota Kupang dapat dilihat pada Gambar 10. Kanibal Karnivora liar (anjing) Babi Sampah mentah, makanan sisa Pemakan bangkai Tikus yang ada di peternakan Babi terinfeksi Trichinella Gambar 12 Kemungkinan rute utama penularan Trichinella spp. pada babi di Kota Kupang Peran tikus dalam transmisi trichinellosis pada babi telah menjadi topik perdebatan selama bertahun-tahun dan kesimpulan yang pasti belum dicapai. Terlepas dari ketidakjelasan sekitar pentingnya tikus sebagai transmisi dalam

35 siklus T. spiralis, telah ditunjukkan bahwa transmisi trichinellosis dapat dihentikan dengan mengetahui hewan pengerat serta tindakan pengendalian satwa liar di kandang babi dan ruang penyimpan pakan (Davies et al. 1998; Kijlstra et al. 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Leiby et al. (1990) jelas menunjukkan transmisi spesies T. spiralis dari tikus ke babi melalui perilaku kanibalisme. Kegiatan pemotongan yang dilakukan di RPH Oeba dilakukan di ruang terbuka. Ternak babi yang akan dipotong dibawah langsung oleh peternak ataupun pedagang babi. Para tukang jagal atau pemotong babi di RPH Oeba merupakan tenaga lepas yang melakukan pemotongan secara keseluruhan dari menyembelih, pembersihan bulu serta pengeluaran jeroan dan pemisahan karkas hingga penimbangan karkas. Upah para pemotong tidak tentu tergantung kesepakan dengan pemilik babi atau pedagang babi. Pemotong biasanya mendapatkan jeroan dan organ dalam setelah selesai pemotongan. Dalam sehari pemotong dapat menyembelih tiga hingga empat ekor babi. Data jumlah pemotongan babi selama bulan Juli hingga bulan Oktober tahun 2013 adalah sebanyak 1784 ekor babi. Jumlah pemotongan di RPH Oeba dari bulan Juli hingga bulan Oktober 2013 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah pemotongan babi di RPH Oeba periode Juli s/d Oktober 2013 No Jenis Ternak Bulan Jumlah (ekor) 1 Babi Juli 481 Agustus 313 September 563 Oktober 427 Sumber : UPT RPH Oeba Kupang 2013. Dari keseluruhan total babi (> 2000 ekor ) yang dibawa serta dipotong di RPH Oeba antara bulan Juli hingga bulan Desember 2013 dilakukan pemeriksaan dengan pengambilan contoh acak sederhana sebanyak 330 sampel. Hasil pemeriksaan yang dilakukan dengan metode pooled sample digestion dan dilanjutkan dengan metode kompresi ditemukan kasus trichinellosis dengan prevalensi 0.9%. Pemeriksaan secara serologis terhadap 376 sampel didapatkan angka seroprevalensi 0.8%. Hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat dinyatakan telah terjadi kasus trichinellosis di Kota Kupang dan hal ini dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Kasus trichinellosis yang ditemukan di RPH Oeba perlu untuk dilakukan penelusuran lanjut mengenai asal dan sumber penyebab adanya kasus tersebut. Kondisi RPH yang jauh di bawah standar dengan sanitasi dan higienis yang buruk berdampak pada kemungkinan sisa-sisa potongan-potongan kecil daging yang berisi larva dapat menjadi sumber penting infeksi untuk babi lainnya. Kurangnya praktik kebersihan yang memadai dalam produksi ternak dan lemahnya implementasi pemeriksaan Trichinella pada rumah potong hewan penyebab munculnya kejadian trichinellosis (Liu dan Boireau 2002; Wang et al. 2007). Ras babi yang banyak dipelihara peternak di Kota Kupang merupakan ras campuran. Pakan yang diberikan pada babi bervariasi baik pakan komersial hasil olahan pabrik, hasil sisa rumahan atau restoran. Pemberian pakan pada babi dari sisa rumahan atau restoran yang tidak steril berpotensi terjadi penularan trichinellosis.

36 Sebagian besar peternak babi yang ada di Kota Kupang tidak melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara rutin terhadap babi yang dipelihara. Hal penting lainnya yang berpotensi terhadap penularan trichinellosis di Kota Kupang adalah semua responden peternak yang diwawancarai tidak ada yang mengetahui trichinellosis. Penerapan praktik manajemen dalam pemeliharaan babi tidak dilaksanakan secara baik, seperti kondisi kandang dengan bangunan seadanya serta tingginya kontaminasi dengan hewan lain terutama hewan pengerat seperti tikus, termasuk faktor-faktor yang berpotensi menularkan trichinellosis di peternakan babi di Kota Kupang.