BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Pendidik dituntut mampu menguasai berbagai metode

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, bukan hanya sekadar mengajar (teaching) tetapi lebih ditekankan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Pemahaman yang diperoleh dapat diimplementasikan ke

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

I. PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan yang memadai, maka seorang peserta didik dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad 21 ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Bukan menjadi hal baru jika tingkat pendidikan penduduk sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan,

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar aspek hubungan antara guru sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. menyiapkan tenaga ahli tingkat pemula dan terampil, harus tanggap terhadap

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional dalam era globalisasi ini, menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak pernah dipisahkan dari aspek kehidupan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know); (2) belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do); (3) belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together); dan (4) belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be), kecakapan hidup tersebut dapat terwujud melalui generasi yang memiliki kemampuan berpikir yang baik (UNESCO, 2013). Kemampuan berpikir terutama kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut Archer (dalam Listyani, 2011) merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan dan mempengaruhi keberhasilan hidup karena menyangkut apa yang dikerjakan dan apa yang dihasilkan individu, sehingga kemampuan berpikir memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan sikap dan perse psi yang mendukung terciptanya kondisi kelas yang positif, memperoleh, dan meng integrasikan pengetahuan, memperluas wawasan pengetahuan, mengaktualisasikan kebermaknaan pengetahuan, dan mengembangkan perilaku berpikir yang mengun tungkan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diberdayakan, salah satunya melalui pengembangan aspek kemampuan analisisnya. Kemampuan berpikir analisis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memperinci, dan menganalisis informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan belaka (Montaku, 2011). Kemampuan berpikir analisis merupakan keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen - komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur. Kemampuan berpikir analisis yang dikemukakan oleh Elder & Paul (2007) terdiri dari delapan komponen yaitu; 1) mengemukakan pertanyaan berkaitan dengan permasalahan; 2) merumuskan tujuan; 3) menggunakan informasi berupa data, fakta observasi, percobaan; 4) membu 1

2 at asumsi; 5) menggunakan konsep; 6) mengimplikasikan; 7) menggunakan informasi / wacana lain; 8) membuat kesimpulan. Kemampuan berpikir analisis memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu mengambil keputusan, menyelesaikan masalah, menganalisis, dan menilai situasi dengan cara menundukkan satu situasi, masalah subjek atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang logis, menguji pernyataan atau bukti atau proposal di depan standar objektif, menukik ke bawah permukaan hingga kepada akar permasalahan, serta menimbang dan memutuskan atas dasar logika (Rose & Nicholl, 2002). Kemampuan berpikir analisis merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi lebih terampil dalam menguraikan struktur ke dalam komponen - komponen, lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah, serta memiliki keingintahuan yang besar terhadap fenomena yang dipelajari (Mahmudah, 2014). Kemampuan berpikir analisis sangat mempengaruhi pembentukan sistem konseptual siswa. Pembelajaran dengan mengutamakan kemampuan berpikir analisis mampu mendukung siswa memperoleh pemahaman, ingatan yang bertahan lama, dan mampu mengerjakan soal soal yang berbasis pemecahan masalah (Jonassen & Hung, 2008). Oleh karena itu, kemampuan berpikir analisis penting untuk diberdayakan. Kemampuan berpikir analisis dapat dilatihkan melalui proses belajar siswa, namun kenykonseptual siswa. Pembelajaran dengan mengutamakan kemampuan berpikir analisis mampataan yang sering dijumpai di sekolah sekolah keterampilan berpikir analisis kurang terlatihkan (Silberman, 2001). Hasil observasi dan wawancara terkait dengan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 8 Surakarta menunjukkan data skor kumulatif implementasi 85,19% dengan skor kesenjangan sebesar 14,81%. Skor kesenjangan terbesar diperoleh dari standar proses yaitu sebesar 4,2%, yang mengindikasikan bahwa kurang terpenuhinya standar proses yang berdampak pada hasil belajar siswa, hasil analisis kebutuhan yang juga dilakukan di SMA tersebut menunjukkan kemampuan berpikir analisis siswa masih rendah yaitu sebesar 38,35%. Pembelajaran masih bersifat teacher centered, 45,83%

3 siswa terbiasa belajar dengan menggunakan model pembelajaran ceramah bervariasi oleh guru, 58,33 % siswa masih menganggap bahwa biologi adalah mata pelajaran hafalan, 62,50% siswa menganggap model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik, dan 58,33% siswa tidak terbiasa dilatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi pelajaran. Proses pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan mengembangkan kemampuan berpikir melalui metode dan sikap ilmiah sangatlah kurang diberdayakan, sehingga siswa menganggap mata pelajaran biologi sebagai pelajaran yang sulit, banyak hafalan, kurang menarik, dan membosankan. Data hasil ujian nasioanal tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan persentase penguasaan materi berkaitan dengan kompetensi dasar sistem reproduksi pada manusia masih rendah yaitu sebesar 31,00% pada tingkat sekolah, 56,47% pada tingkat kabupaten, 39,01% pada tingkat provinsi dan 43,18% pada tingkat nasional (BSNP, 2013). Rendahnya persentase penguasaan materi menunjukkan bahwa masih kurang terpenuhinya indikator - indikator yang menjadi tujuan dalam pembelajaran. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan kurang terpenuhinya indikator indikator yang menjadi tujuan pembelajaran pembelajaran termasuk indikator kemampuan berpikir analisis siswa adalah dengan memilih model pembelajaran yang student centered, mampu mengkonstruk pengetahuan, dan memberdayakan kemampuan berpikir analisis siswa, salah satunya adalah model pembelajaran discovery. Model pembelajaran discovery merupakan suatu model pembelajaran yang memberi peluang siswa untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan dan menyelidiki sendiri pengetahuannya, sehingga siswa mampu menggali kemampuan berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi melalui metode dan sikap ilmiah (Husain, 2013). Model pembelajaran discovery memiliki lima sintaks pembelajaran yaitu: stimulation, problem statement, data collecting, data processing, verification, dan generalization (Ilahi, 2012). Model

4 pembelajaran discovery memiliki kelemahan yaitu kurang efektif dalam pelaksanaannya, karena tidak semua siswa mampu melakukan penemuan, seperti yang dituliskan oleh Kemendikbud (2013) bahwa model discovery dikembangkan berdasarkan asumsi siswa sudah memiliki kesiapan pikiran dalam belajar. Akibatnya, siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan untuk berpikir dan mengungkapkan hubungan antar konsep, baik tertulis atau lisan sehingga dapat menimbulkan frustasi. Kelemahan dari proses pembelajaran discovery tersebut dapat diatasi dengan memadukannya dengan unsur pembelajaran lain yang sesuai. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif. Team Assisted Individualization (TAI) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual, mengingat kemampuan siswa di dalam kelas berbeda beda (Jannah, 2009). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru menyampaikan sebuah materi pembelajaran pada masing masing kelompok, besar kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk mempelajarinya akan gagal (Slavin, 2009). Salah satu ciri dari model TAI adalah pentingnya saling belajar dan membelajarkan melalui kegiatan diskusi. Pemberian skor dan penghargaan pada kelompok membuat siswa sadar diri atas tanggungjawab pribadinya, karena siswa sadar bahwa teman sekelompoknya menginginkan keberhasilan meraih prestasi sebagai pembuktian status sosial mereka di dalam kelas. Model pembelajaran TAI juga mampu mengatasi pemasalahan alokasi waktu (Slavin, 2004). Alokasi waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, karena guru tidak membimbing satu per satu siswa melainkan melalui kegiatan tutor sebaya. Siswa yang kurang pandai akan belajar dengan bantuan teman satu kelompoknya yang mempunyai kemampuan akademik lebih tinggi, demikian juga sebaliknya anggota kelompok dengan kemampuan akademik tinggi melalui kegiatan tutorial

5 pada siswa berkemampuan rendah, akan membuat pemahaman mereka terhadap konsep semakin baik, sehingga prestasi belajar mereka menjadi meningkat, tetapi model pembelajaran TAI memiliki kelemahan yaitu kurang memberdayakan karakteristik biologi sebagai sains. Dalam konteks ini, perlu mengintegrasikan model pembelajaran discovery dengan TAI yang dapat saling melengkapi satu sama lain menjadi model pembelajaran discovery with team assisted individualization (D-TAI). Integrasi antara model pembelajaran discovery dengan TAI menjadi model pembelajaran D-TAI bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang memunculkan konflik kognitif, siswa tidak hanya bekerja dalam ranah berpikir rendah namun sudah mengacu pada berpikir analisis. Siswa mampu memberdayakan karakteristik sains yang menghasilkan produk melalui proses dan metode ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah sehingga siswa mampu mengkonstruk pengetahuan sendiri serta mampu belajar dan membelajarkan melalui kegiatan kooperatif yang harapannya mampu mengubah paradigma dari teacher centered menjadi student centered. B. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik produk model pembelajaran D-TAI untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMA Negeri 8 Surakarta? 2. Bagaimanakah kelayakan produk model pembelajaran D-TAI untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMA Negeri 8 Surakarta? 3. Bagaimanakah keefektifan produk model D-TAI untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMA Negeri 8 Surakarta? C. Tujuan Pengembangan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik model pembelajaran D-TAI untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMA Negeri 8 Surakarta.

6 2. Mengetahui kelayakan dari produk model pembelajaran D-TAI untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMA Negeri 8 Surakarta. 3. Menguji keefektifan produk model pembelajaran D-TAI untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMA Negeri 8 Surakarta. D. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan berupa model pembelajaran D-TAI (Discovery with Team Assisted Individualization) untuk memberdayakan kemampuan berpikir analisis pada materi sistem reproduksi manusia. Model pembelajaran ini merupakan perpaduan antara dua model pembelajaran yaitu discovery dan model pembelajaran kooperatif TAI. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan kegiatan model pembelajaran TAI ke dalam tahapan model pembelajaran discovery sehingga menjadi satu keterpaduan yang utuh. Produk model yang dikembangkan mengacu pada enam komponen model pengembangan meliputi: 1) landasan teoritis; 2) sintaks model; 3) sistem sosial; 4) peran dan tugas guru; 5) sistem pendukung; 6) dampak instruksional dan pengiring (Joyce, 2008). Kemampuan berpikir analisis yang digunakan mengacu pada indikator Elder & Paul (2007) yaitu 1) mengemukakan pertanyaan berkaitan dengan permasalahan; 2) merumuskan tujuan; 3) menggunakan informasi berupa data, fakta, observasi, percobaan; 4) membuat asumsi; 5) menggunakan konsep; 6) mengimplikasikan; 7) menggunakan informasi/wacana lain; dan 8) membuat kesimpulan. Produk model pembelajaran D-TAI dilengkapi dengan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan format kurikulum 2013 meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Kerja Siswa, Buku Panduan Guru, dan Perangkat Penilaian pada materi sistem reproduksi manusia yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik dari model D-TAI yang sebelumnya dilakukan uji validasi ahli materi, uji validasi ahli pengembangan, dan uji validasi ahli pendidikan (guru dan siswa). Silabus yang digunakan merupakan silabus yang sudah disediakan berdasarkan kurikulum 2013

7 pada kompetensi dasar (KD) sistem reproduksi manusia. Silabus yang ada kemudian dijabarkan menjadi RPP yang digunakan dalam proses pembelajaran. RPP ini terdiri dari beberapa komponen yaitu: 1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; 2) materi pokok; 3) alokasi waktu; 4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; 5) materi dan metode pembelajaran; 6) media, alat, dan sumber belajar; 7) langkah pembelajaran; dan 8) penilaian. Pelaksanaan pembelajaran dalam RPP dibantu dengan penggunaan Buku Kerja Siswa. Buku ini digunakan siswa untuk mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan sesuai dengan sintaks D-TAI untuk mencapai tujuan pembelajaran. Buku Panduan Guru digunakan sebagai referensi oleh guru yang berisi penjelasan model, materi, sintaks pembelajaran, dan jawaban Buku Kerja Siswa. Komponen terakhir untuk mengevauasi proses pembelajaran adalah instrumen penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir analisis sesuai dengan indikator Elder & Paul (2007). Produk lain yang dihasilkan untuk melengkapi model dan perangkat pembelajaran adalah video proses pembelajaran yang mencerminkan sintaks model. Video ini disusun dari awal hingga akhir pembelajaran yang menggambarkan kondisi siswa saat mengikuti pelajaran. Pentingnya video untuk melengkapi produk model adalah tayangan video dapat menjadi acuan bagi orang lain yang ingin mengetahui dengan rinci pelaksanaan model D-TAI. E. Manfaat Pengembangan Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain: 1. Bagi Siswa Model pembelajaran D-TAI bagi siswa dapat digunakan untuk: 1) meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran; 2) mengembangkan kemampuan berpikir dengan pengalaman yang dialami dalam mempelajari biologi; 3) mengembagkan kemampuan berinteraksi dan komunikasi antar siswa; dan 4) meningkatkan hasil belajar biologi.

8 2. Bagi Guru Model pembelajaran D-TAI bagi guru dapat digunakan untuk: 1) menambah khazanah pengetahuan guru mengenai model pembelajaran baru; 2) menerapkan lang sung model baru hasil pengembangan yaitu D-TAI pada materi sistem reproduksi manusia; dan 4) salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa. 3. Bagi Peneliti Model pembelajaran D-TAI bagi peneliti dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai pengembangan model D-TAI. 3. Bagi Sekolah Model pembelajaran D-TAI untuk memberdayakan kemampuan berpikir analisis, perangkat pembelajaran, dan video pembelajaran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai referensi disekolah. F. Asumsi dan Keterbatasan Produk Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian pengembangan model D-TAI dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa guru memiliki pemahaman tentang model pembelajaran discovery dan model TAI. 2. Penelitian pengembangan model D-TAI dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa guru memiliki strategi penglolaan kelas yang baik. Keterbatasan pengembangan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan model pembelajaran D-TAI dilakukan hanya untuk memberdaya kan kemampuan berpikir analisis. 2. Pengembangan model pembelajaran D-TAI dilakukan hanya pada materi sistem reproduksi manusia kelas XI di SMA Negeri 8 Surakarta.

9 G. Definisi Istilah Definisi istilah dalam penelitian pengembangan ini adalah: 1. Pengembangan merupakan kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah aktual. Kegiatan pengembangan meliputi proses memperdalam atau memperluas pengetahuan yang tidak ada. 2. Model pembelajaran merupakan pola yang menggambarkan urutan alur tahap tahap kegiatan (sintaks) keseluruhan yang pada umumnya disertai rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa 3. Pembelajaran discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk dapat menyelidiki, secara sistematis, kritis, logis, dan analisis. 4. TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. 5. D-TAI merupakan model pembelajaran yang merupakan integrasi dari model pembelajaran discovery dan model pembelajaran TAI. 6. Kemampuan berpikir analisis merupakan kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memperinci, dan menganalisis informasi informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan belaka. 7. Sistem reproduksi manusia merupakan suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat yang ada pada manusia dan dipergunakan untuk berkembang biak.