Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

dokumen-dokumen yang mirip
KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

PANDANGAN HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN MAQÂSHID AL-SYARÎ AH DALAM UPAYA RECHTVINDING DI PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB II\ TEORI MAS}LAH}AH. Dilihat dari bentuk lafalnya, kata Mas}lah}ah adalah kata bahasa Arab yang

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan ini disebut sebagai muamalah. Muamalah ialah hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak sebagai hasil dari suatu perkawinan merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB IV ANALISIS DATA. A. Aplikasi Penarikan dan Penyaluran Uang Kembalian Untuk Program Donasi Pada Alfamart Prasanti II Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS DATA

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB IV TINJAUAN SADD AL-DHARA< I TERHADAP LARANGAN MEMBERI KEPADA PENGEMIS PADA PERDA KOTA MADIUN NOMOR 8 TAHUN 2010

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

Pendidikan Agama Islam

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

A. Analisis Sadd al-dhari> ah terhadap Jual Beli Produk Kecantikan yang Tidak Ada Informasi Penggunaan Barang dalam Bahasa Indonesia

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB V PENUTUP. Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

Kedudukan Akal Dalam Islam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI REPENAN DALAM WALIMAH NIKAH DI DESA PETIS SARI KEC. DUKUN KAB. GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

Sadd al-dhari< ah merupakan bentuk wasilah atau perantara. Al-Syaukani

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

" Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,...

SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang. mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban

place, product, process, physical evidence

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB IV ANALISIS TERHADAP KEDUDUKAN DAN TUGAS MEDIATOR DAN HAKAM DALAM TINJAUAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB II PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN (PENCURIAN) MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Pengertian Pelanggaran Hak Pemegang Paten (Pencurian)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI JANGKRIK DENGAN SISTEM PERKIRAAN DI DESA KACANGAN KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

KONSEP & KAEDAH DASAR FIQIH MUAMMALAH MAALIYAH SESI II : ACHMAD ZAKY

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan. dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah.

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Firdaus, Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2007), h.43

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

dari Ibnu Mas ud bahwa dia menafsirkan kalimat diatas dengan menyatakan, Nutfah yang memancar kedalam rahim bila Allah menghendaki untuk dijadikan

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Pada dasarnya setiap persoalan yang berkaitan dengan mu amalah hukumnya halal, sehingga ada dalil yang mengharamkannya. (Lihat: Muhammad bin

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 1992, h Said Agil al-munawar, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi

BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI

MAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kebutuhan jasmaniyah dengan cara yang sebaik-baiknya. 1. yang bersifat universal dan komprehensif. 2

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kaitan Logika Formal dalam metode kebahasaan Ushul Fiqh. hukum yang terinci dalam berbagai cabangnya. Sedangkan Ushul Fiqh

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

Transkripsi:

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin Dalam Islam, diantara peninggalan-peninggalan ilmu yang paling besar yang dapat diwarisi oleh semua generasi dan telah dibukukan adalah ilmu Fiqih, karena ilmu ini selain merupakan suatu pedoman yang dapat menjaga amalan-amalan manusia (orang mukallaf) dan memberikan arahan yang harus ditempuh dalam ibadah dan mumalat, ilmu Fiqih juga menunjukkan jalan yang akan membawa kebahagiaan bagi umat manusia. Para kibar mujtahidin telah berusaha keras dalam menggali hukum syara dari sumber aslinya dan dari nasnas syara itu mereka keluarkan hukum agama yang sangat tinggi nilainya yang menjamin kemashlahatan bagi umat manusia, memenuhi kebutuhan mereka serta dapat menjawab persoalan-persoalan yang ada bahkan lebih dari itu memuat hukum-hukum yang dapat memberikan jawaban atau pemecahan bagi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. Dalam rangka untuk menghindari kekeliruan 1

dalam mengistimbatskan hukum, para mujtahidin juga telah menyusun kaidah-kaidah tentang metode penggalian hukum dari sumbernya serta syarat-syarat bagi yang akan melakukan istimbats hukum yang hal ini disebut Ushul Fiqih. Hukum Fiqih lapangannya sangat luas meliputi beberapa peraturan dalam kehidupan yang menyangkut hubungan manusia dengan Kholiknya dan hubungan manusia dengan sesama makhluk yang dalam pelaksanaanya juga berkaitan dengan situasi/keadaan tertentu, maka mengetahui kaidah-kaidah yang juga berfungsi sebagai pedoman berfikir dalam menentukan hukum suatu masalah, dirasa perlu sekali, khususnya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dan yang belum pernah terjadi sebelummnya maka para mujtahidin telah berusaha menyusun cabang-cabang ilmu baru dibidang Fiqih-yang sekaligus untuk lebih memposisikan Fiqih Islam-dengan merumuskan hukum-hukum Islam dalam kaidah-kaidah yang disebut Al Qowaid al Fiqhiyah. Tiap kaidah mengandung banyak materi hukum yang sejenis. Dengan adanya kaidah ini maka seseorang 2

akan mudah mengetahui hukum suatu masalah dengan cara menerapkan kaidah tersebut. Para ulama ushul telah menetapkan sejumlah kaidah-kaidah tasyri yang wajib kita ketahui dan diperhatikan bagi mereka yang hendak menafsirkan nash-nash dari kaidah tersebut, dan juga memperhatikan hukum yang dihasilkan dari nash-nash, baik nash Al- Qur an maupun Hadits serta illat hukumnya dari suatu masalah yang ada. Para ulama fiqih dalam berijtihad senantiasa memperhatikan kaidah-kaidah kulliyah yang tidak kurang nilainya dari prinsip undangundang internasional, walupun dalam penggunaan nama dan istilahnya tidak sama. Tujuan dari adanya kaidah-kaidah adalah untuk memelihara jiwa Islam dalam menetapkan sebuah hukum dan juga mewujudkan hukum keadilan, kebenaran, persamaan, kemaslahatan dengan cara memelihara keadaan dharurat yang dibenarkan oleh syara. Oleh karenanya penting adanya kaidah fiqh dalam rangka pembuatan suatu hukum bagi seorang mujtahid serta para imam 3

madzab, maka penulis akan sedikit gambarkan mengenai macammacam bentuk kaidah yang pokok dalam pembuatan suatu hukum. Pengertian Kaidah Fiqhiyah Untuk memudahkan pemahaman tentang qowaidul fiqhiyah, berikut ini penulis kemukakan pengertiannya dalam segi bahasa maupun pengertian dari segi istilahnya. Qowaidul fiqhiyah menurut bahasa adalah dasar-dasar yang bertalian atau berhubungan dengan permasalahan atau jenis-jenis hukum (fiqih). Sedangkan menurut istilah, ahli ushul mengartikan sebagai Hukum yang biasa berlaku, yang bersesuaian dengan sebagian besar dari bagian-bagiannya. Imam Tajuddin As-Subky mengatakan bahwa qowaidul fiqhiyah adalah Suatu perkara yang kulli yang sesuai dengan juziyyah yang banyak dari padanya serta dapat diketahui hukum-hukum juz iyyah itu. Adapun secara umum Kaidah Fiqhiyah diartikan kaidah-kaidah hukum yang bersifat kulliyah yang diambil dari dalil-dalil yang kulli dan dari maksud syara dalam meletakkan mukallaf dibawah beban taklif dan hikmahhikmahnya. 4

Deskripsi Kaidah Alwajibu Layutraku illa Liwajibin Kaidah alwajibu layutraku illa liwajibin merupakan salah satu kaidah fiqhiyah yang penting untuk diketahui. Hal ini dikarenakan kaidah ini mengandung satu ketentuan dalam penentuan hukum fiqih. Arti dari kaidah tersebut adalah sesuatu yang wajib itu tidak dapat ditinggalkan kecuali untuk memenuhi kewajiban itu sendiri. Dari arti kaidah ini dapat diperoleh kejelasan bahwa sesuatu yang wajib dapat ditinggalkan asalkan untuk memenuhi kewajiban itu sendiri. Dalam beberapa kasus, kaidah ini dapat diterapkan dengan baik. Hal ini dikarenakan kaidah ini sesuai dengan kondisi yang terjadi. Misalkan beberapa kasus di bawah ini: Kasus pertama, ada seseorang yang mencuri uang 150 jt. Setelah tidak lama melakukan pencurian akhirnya pencurinya tertangkap. Sesuai dengan hukum Islam maka hukuman bagi orang yang mencuri adalah dipotong tangannya. Apabila disesuaikan dengan kaidah ini maka adanya potong tangan merupakan sebuah keharusan yang harus dilaksanakan karena jika ditinggalkan maka akan menyalahi 5

hukuman yang telah ditetapkan. Jadi, dilakukannya hukum potong tangan tidak boleh ditinggalkan karena untuk memenuhi kebutuhan hukuman yang sesuai dengan apa yang sudah diatur dalam teks atau nash al-qur an. Kasus kedua, ada seorang muslimah yang tersesat di tengah hutan dan tidak ada apapun yang bisa dimakan kecuali bangkai babi yang ada dihadapannya. Sesuai dengan hukum Islam yang tertera dalam teks atau nash maka babi tersebut tidak boleh dimakan karena diharamkan. Akan tetapi sesuatu yang diwajibkan itu tidak makan daging babi karena diharamkan sesuai teks al-qur an dapat ditinggalkan karena perlunya memenuhi kewajiban yang lain yaitu menjaga eksistensi hidup Khifdzun Nafs seperti yang sering dicantumkan dalam berbagai literatur yang disebut Maqasidus Syari ah al Khamsah. Hal ini disebabkan juga adanya sebab khusus dimana menyebabkan Suquthul Khukmi. Kasus ketiga, ada seseorang yang dikhitan. Misalkan Namanya Zain. Acara khitannya menggunakan cara-cara tradisional seperti yang 6

terjadi di desa-desa di mana auratnya dibuka. Sesuai dengan hukum Islam, menutup aurat adalah sebuah kewajiban. Akan tetapi hal itu dapat ditinggalkan atau dilanggar dengan alasan memenuhi kewajiban yang lain yaitu untuk melaksanakan khitan di mana hal tersebut dimaksudkan untuk mensucikan pusaka laki-laki dari segala bentuk najis yang ada. Selain itu, adanya keharusan untuk itba terhadap sunnahnya Nabi Ibrahim as. Ketiga contoh kasus di atas merupakan bentuk penjelasan dari kaidah alwajibu layutraku illa liwajibin secara sederhana dan singkat. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memahami kaidah ini hanya dengan memahami contoh-contoh kaidah yang sudah penulis paparkan sebelumnya. Manfaat Kaidah Ini Adapun manfaat kita memahami kaidah di atas Al wajibu La Yutraku Illa Liwajibin adalah sebagai berikut: Pertama, memperhatikan ketentuan-ketentuan dan kaidahkaidah tersebut akan menjaga gambaran seorang muslim dari hal-hal 7

yang tidak sesuai dengan syariat dan sekaligus memantapkan pikirannya tentang gambaran tersebut. Telah dimaklumi bahwa seorang muslim apabila menghadapi suatu masalah tanpa kaidah akan terombang-ambing di dalam perbuatannya. Baik terhadap diri, keluarganya, masyarakat maupun umatnya. Dari sinilah kita mengetahui pentingnya ketentuan-ketentuan dan kaidah-kaidah itu karena dia akan mengatur akal seorang muslim atas segala perbuatannya bagi diri, keluarga, ataupun masyarakatnya. Kedua, memperhatikan ketentuan-ketentuan dan kaidahkaidah tersebut akan menjaga seorang muslim dari kesalahan. karena kalau dia berjalan hanya dilandaskan atas pendapatnya saja dimungkinkan akan menemui kekeliruan dan kesalahan dalam bertindak. jika telah tampak dan mencari jalan keluar dengan mengandalkan akal pikirannya saja tanpa peduli dengan kaidah-kaidah maka dikhawatirkan akan terjerumus kedalam kesalahan, dan jika itu terjadi maka akan berakibat fatal karena kesalahan ini akan bercabang dan berkembang dan mungkin juga bertambah. 8

Dari paparan penulis di atas, sesuai dengan kaidah yang ada yaitu alwajibu layutraku illa liwajibin maka kesimpulan dari paper penulis adalah sesuatu yang wajib tidak dapat ditinggalkan kecuali untuk memenuhi kewajiban itu sendiri. Wallahu alam bisshawwab. 9

DAFTAR PUSTAKA Ash Shiddeqi, Hasbi. 1993. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang Bahri, Nadzar. 1993. Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Hakim, Abdul Hamid. 1991. As-Sulam. Jakarta: Sa adiyah Putra Hakim, Abdul Hamid. 1992. al-bayan. Jakarta: Sa adiyah Putra. Zuhdi, Masfuk. 1978. Pengantar Hukum Syari ah. Jakarta: CV. H. Mas Agung. 10