BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, e)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

Disiplin dan Tanggung Jawab. Aat Agustini, MKM

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Meta Nurlaela, 2014 Meningkatkan kedisiplinan anak melalui pemberian teknik token

PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI NOMOR : II TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

KODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kedisiplinan terhadap Prestasi Belajar Siswa di MI se

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada dunia pendidikan dalam upaya mengembangkan pemahaman diri sesuai

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Anak Mansur (2007) menyatakan bahwa anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca di mana anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola pertumbuhannya yang matang. Sedangkan menurun John Locke dalam Diah Ayuningsih menyatakan bahwa anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka dari lingkungan. Berbeda dengan pendapat Agustinus dalam Dyah ayuningsih menyatakan bahwa anak tidak sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan keterlibatan yang di sebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang di terimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. Sementara itu Haditono dalam Dyah ayuningsih juga berpendapat bahwa anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Dari uraian berapa tokoh di atas peneliti menyimpulkan bahwa anak makhluk mungil suci titipan dari Allah SWT, yang membutuhkan kasih sayang dan pemeliharaan serta di bekali oleh Allah SWT dengan berbagai kemampuan sebagai bekal hidupnya. Kasih sayang dan pemeliharaan di berikan agar anak merasa nyaman dan terlindungi, tetapi sesuai dengan tahap, kebutuhan serta situasi yang terjadi. Sedangkan kemampuan yang dimiliki anak perlu di asah dan distimulus dengan belajar hal-hal yang konkrit atau simbol-simbol yang ada di lingkungan sekitarnya. Baik itu berupa prilaku ataupun pengetahuan lain supaya anak itu lebih mudah memahami dan mencerna tentang apa yang sedang dipelajarinya. Sehingga dengan tujuan 6

7 akhir anak akan menjadi orang yang berakhlak mulia, memiliki keterampilan serta berwawasan luas sebagai bekal kehidupannya kelak. 2. Definisi Disiplin Disiplin merupakan sesuatu sistem pengendalian yang diterapkan oleh pendidik terhadap anak didik agar mereka dapat berfungsi di masyarakat, dan disiplin merupakan proses yang diperlukan agar seseorang dapat menyesuaikan dirinya. Disiplin juga bisa diartikan sebagai suatu proses belajar mengajar yang mengarahkan kepada ketertiban dan pengendalian diri. (Indra Sufandi, 2009) Disiplin di sini dimaksudkan sebagai cara mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Dalam disiplin, ada 3 unsur yang penting, yaitu: hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan hadiah atau perilaku usaha yang baik. Untuk anak yang masih dalam usia prasekolah, yang harus ditekankan adalah aspek pendidikan dan pengertian dalam disiplin. Seorang anak yang masih usia prasekolah ini, diberi hukuman hanya kalau memang terbukti bahwa ia sebenarnya mengerti apa yang diharapkan dan terlebih bila ia memang sengaja melanggarnya. Sebaliknya bila saat ia berperilaku sosial yang baik, ia diberikan hadiah, biasanya ini akan meningkatkan keinginan untuk banyak belajar berperilaku yang baik. Karena anak prasekolah tidak mampu berpikir secara abstrak, mereka mendefinisikan perilaku baik dalam bentuk tindakan tertentu, seperti misalnya mematuhi ibu atau membantu orang lain dan perilaku buruk dalam arti tidak melakukan hal-hal tersebut. Pada waktu anak mencapai usia 8 atau 9 tahun, konsep-konsep mereka bersifat lebih umum. Orang tua dan guru selalu memikirkan cara tepat menerapkan disiplin bagi anak sejak mereka balita hingga masa kanak-kanak dan sampai usia

8 remaja. Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil dan penuh kasih sayang. Kapan dan bagaimana cara menerapkan disiplin sangat bervariasi tergantung pada tahap perkembangan dan temperamen masing-masing anak. Meski norma-norma yang berlaku dalam keluarga anda menentukan arah perkembangan anak, susunan genetik saat anak lahir sangat menentukan temperamen, besarnya energi serta kemampuan anak. Tentu saja lingkungan sekolah, teman dan saudara juga memberi pengaruh bagi disiplin anak dengan semakin bertambahnya usia mereka. Meskipun demikian, ada penerapan disiplin yang berlaku umum, yang berlaku bagi semua usia dan kepribadian. (Dr. Sylvia Rimm, 2003) Sebagai manusia kita tidak hidup sendiri, tetapi selalu berada di dalam kelompok masyarakat. Disiplin lahir bukan karena paksaan dari luar melainkan dalam diri. Dalam suatu proses pendidikan, anak diharapkan mampu memahami disiplin agar mereka dapat bekerja sama dengan orang lain. Dapat bekerja sama menunjukkan bahwa di antara mereka telah tercipta sikap saling menghargai. Karena itu, mungkin tanpa adanya perilaku saling menghargai, nilai-nilai yang telah disepakati tidak akan berjalan baik. 3. Makna Disiplin Mendisiplinkan anak pada dasarnya mengajari anak untuk bertindak secara sukarela berdasarkan suatu rangsangan peraturan dan tata tertib yang membatasi, terlepas apakah tindakannya itu diterima atau tidak. Sewaktu anak masih kecil, ia membutuhkan contoh teladan dan model perilaku karena ia belum tahu mengenai baik buruknya perilaku tersebut. Dalam pembinaan disiplin anak, diperlukan 3 elemen berikut:

9 a. Pendidikan Anak diajari mengenal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ini sangat perlu karena manusia tidak dilahirkan dengan berbekal pengetahuan. Orang tua dan guru bertanggung jawab memberikan pengetahuan mengenai apa yang diharapkan dan tidak diharapkan oleh suatu kelompok. b. Penghargaan Penghargaan ini berupa pujian, hadiah atau perlakuan khusus setelah anak melakukan sesuatu, paling tidak ia mencoba melakukan apa yang diharapkan orang tua dari seorang anak. c. Hukuman hukuman hanya boleh diberikan bila anak melakukan kesalahan dengan sengaja. Betapapun usia anak, ketiga elemen di atas harus disertakan dalam latihan kedisiplinan. 4. Tipe-Tipe Disiplin Tipe disiplin yang diterapkan asing-masing orang tua bisa terbagi ke dalam 3 bentuk, yaitu: a. Disiplin Otoritatif Diberlakukan berdasarkan aturan tanpa alasan, biasanya diterapkan orang tua zaman dahulu. Seorang anak harus menerapkan aturan tanpa bisa menolak alasannya. Tipe disiplin ini jarang memberikan penghargaan sebab dikhawatirkan akan memanjakan anak atau melemahkan motivasi, sedangkan hukuman akan ditekankan pada bentuk fisik, tanpa memeriksa terlebih dahulu apa kesalahan yang dilakukan. b. Disiplin Permisif Tipe ini kebalikan dari tipe otoritatif. Anak diizinkan melakukan apa saja yang disukai. Hanya sedikit aturan dan bimbingan yang diberikan

10 orang tua. Bila anak melakukan apa saja yang diharapkan orang tua, ia akan dianggap pantas menerima rasa puas sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya. c. Disiplin Demokratis Disiplin ini menekankan penjelasan dan arti yang mendasari peraturan. Penghargaan, terutama pujian, diberikan secara murah hati bila anak melakukan hal yang benar atau berusaha melakukan apa yang diharapkan. Hukuman diterapkan bila anak sengaja melakukan kesalahan, dan sebelumnya anak diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa ia sampai berbuat kesalahan. Tipe disiplin ini jarang memberikan hukuman fisik. (Indra Soefandi, 2009) 5. Tujuan Kedisiplinan Siswa Menurut Piet A (1994) k edisiplinan siswa dalam belajar sengatlah penting oleh karena itu adanya sikap disiplin yang tertanam pada diri siswa mempunyai tujuan agar dapat menjaga hal-hal yang menghambat dan mengganggu ketentraman proses belajar mengajar, juga membuat anak didik terlatih dan mempunyai kebiasaan mengontrol setiap tindakanya. Adapun tujaun kedisiplinan siswa leadership in elementory school administration yang di kutip oleh piet suhertian menyatakan he could accept the phylosophy that disipline any action have how purpose. Tujuan tersebut adalah : (1) menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan ke arah tidak ketergantungan. (2) mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian. Adapun menurut Charles (1980) tujuan kedisiplinan jangka panjang yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan ajaran yang pantas, serta ntuk mengembangkan dan pengendalian diri anak tanpa pengaruh pengendalian dari luar. Disiplin memang seharusnya perlu diterapkan di sekolah untuk kebutuhan belajar siswa, hal ini perlu ditanamkan untuk

11 mencegah perbuatan yang membuat siswa tidak mengalami kegagalan melainkan keberhasilan. Disiplin yang selalu terbayang adalah usaha untuk menyekat, mengontrol dan menahan, sebenarnya tidak hanya demikian, di sisi lain juga melatih, mendidik, mengatur hidup berhasil dan lebih baik dalam keteraturan segala kegiatan atau aktivitas akan dapat terselesaikan dengan mudah, rapi, dan dalam koridor tanggung jawab secara utuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk prilaku seseorang ke dalam pola yang disetujui oleh lingkungannya. 6. Macam- macam Kedisiplinan Siswa Menurut Amir (1973) seseorang siswa dikatakan disiplin apabila seorang siswa mengetahui macam-macam kedisiplinan yang ada terutama dalam dunia pendidikan. Adapun macam-macamnya adalah: a. Disiplin terhadap waktu Waktu adalah sesuatuu yang sangat berharga dalam hidup setiap insan. Dalam konteks kedisiplinan siswa, ada beberapa hal yang menjadi indikatornya bahwa siswa di katakan disiplin waktu di antaranya : (1) keaktifan siswa masuk kelas. (2) ketepatan wak tu masuk kelas. (3) ketepatan mengumpulkan tugas yang di berikan oleh guru. b. Disiplin terhadap tata tertib Tata tertib itu sendiri merupakan suatu peratuaran yang harus di tepati baik itu pada kalangan suatu organisasi di dalam masyarakat, maupun di ruang lingkup sekolah seperti halnya meliputi sebagai berikut : (1) memakai seragam sekolah dengan atribut yang lengkap sesuai dengan ketentuan dari sekolah. (2) memakai pakaian yang bersih dengan lengkap. (3) menjunjung tinggi norma dan kesopanan dengan guru, karyawan dan semua siswa. (4) tidak meninggalkan sekolah tanpa izin pada jam pelajaran. c. Didiplin terhadap prosedur kerja administrasi sekolah

12 Perihal mengenai kedisiplinan terhadap prosedur kerja administrasi ini meliputi : (1) ketepatan siswa dalam mengerj akan tugas. (2) ketepatan dalam memenuh kewajiban administrasi 7. Proses Pembentukan Disiplin pada Anak Disiplin memerlukan suatu proses belajar dan perlu adanya upaya dari guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: a. Melatih anak untuk berdisiplin b. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika c. Adanya kontrol guru dalam mengembangkan disiplin anak. 8. Bentuk-bentuk Kedisiplinan di Sekolah Kedisiplinan di sekolah merupakan aspek utama dan esensial kepada pendidikan dalam keluarga yang di emban oleh orang tua, karena mereka bertanggung jawab sevara kodrati dalam meletakakan dasar-dasarnya pada anak, berarti, nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya. Kedisiplinan siswa jelas mempengaruhi perilaku lainnya di lingkungan manapun baik di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, kedisiplinan anak (siswa) mencakup: (1) kedisiplinan di rumah dan lingkungan masyarakat, seperti ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melakukan kegiatan secara teratur, melakukan tugas-tugas pekerjaan rumah tangga (membantu orang tua), menyiapkan dan membenahi keperluan belajaranya, mematuhi tata tertib di rumah, dan mempunyai keperdulian terhadap lingkungan. (2) kedisiplinan di lingkungan sekolah dimana anak sedang melakukan kegiatan belajarnya. Di lingkungan sekolah kedisiplinan ini diwujudkan dalam pelaksanaan tata tertib sekolah. Menurut soemarmo (1998), bahwa sekolah adalah sumber disiplin dan tempat berdisiplin untuk mencapai dan tempat berdisiplin untuk mencapai ilmu pengetahuan yang dicita-citakan. Di dalam tata tertib tersebut

13 diatur mengenai hak dan kewajiban siswa, larangan, dan sanksi-sanksi. Dalam tat tertib sekolah di sebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban: (1) harus bersikap sopan dan santun, menghormati ibu dan bapak guru, pegawai dan petugas sekolah baik di sekolah maupun di luar sekolah. 9. Beberapa Kebutuhan Masa Kanak-Kanak yang Dapat Diisi Oleh Disiplin a. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. b. Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. c. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai terima kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan. d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya. e. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani sesuai dari dalam pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku. (Elizabeth, 1978)