I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Gambaran Umum Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat.

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

Nutrisi dan Pakan Kambing dalam Sistem Integrasi dengan Tanaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

Ciri-Ciri Makhluk Hidup 1. Dun putri malu mengatup ketika disentuh. Peristiwa ini menunjukkan makhluk hidup... (Ujian Nasional 2007/2008) A.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km 2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang cukup luas. Pada dasarnya pembangunan di Lampung akan bisa berkembang pesat bila menitikberatkan pada sektor pertanian, karena pertanian adalah unsur terpenting sebagai suplai bahan kebutuhan pangan yang merupakan sumber energi bagi manusia. Provinsi Lampung merupakan bumi agribisnis sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Spesifikasi bidang usaha yang telah disesuaikan dengan potensi lahan dan potensi penduduk sangat diperlukan agar dapat dikembangkan secara ekonomis, sustainable, dan berjangka panjang. Provinsi Lampung dalam pembangunan subsektor peternakan memiliki peranan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional yang sejalan dengan visi pembangunan peternakan Terwujudnya Lampung sebagai Lumbung Ternak, melalui pembangunan peternakan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kemakmuran dan ketahanan masyarakat Lampung. Salah

2 satu upaya untuk mewujudkan visi tersebut dengan cara memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal secara optimum dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki nilai strategis dalam upaya pembangunan bangsa, meningkatan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat dan kecerdasan bangsa menjadikan peternakan bagian kecil yang mampu membawa bangsa tersaing dengan negara lain. Mengingat pentingnya dunia peternakan bagi elemen terkait usaha untuk saling bekerjasama dalam pembangunan bangsa. Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas serta tersedia secara kontinyu. Jenis dan kualitas hijauan makanan ternak dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim disuatu wilayah, selain itu pula ketersediaan sumber hijauan makanan ternak akhir-akhir ini semakin terbatas yang disebabkan oleh berkurangnya lahan atau padang pengembalaan bagi produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk keperluan pangan dan tempat pemukiman. Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki areal hutan yang cukup luas terutama pada daerah Kecamatan Air Hitam, Kabupaten lampung Barat, yang ditumbuhi beberapa jenis tumbuhan seperti pepohonan besar, kopi serta hijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Pada kawasan areal hutan terdapat dua zona, yaitu zona lindung dan zona pemanfaatan.

3 Pada zona pemanfaatan itu difungsikan sebagai pemanfaatan yang ditanami tanaman pertanian yang di dominasi oleh tanaman kopi dan juga ditanami dengan pohon peneduh seperti pohon dadap dan diareal yang dijadikan zona pemanfaatan ini mempunyai beberapa pohon yaitu diantaranya pohon Cempaka, Suren, Pulai, Medang, Durian, Nangka, Tangkil, Petai, Alpukat, Mangga, Kemiri, Jambu, Randu, Bayur, Sonokeling, Kayu Afrika, Pulai, Lamtoro. Diameter di zona pemanfaatan sekitar 10--20 cm sebagian yg masih fase pancang tiang sedangkan di zona lindung rata-rata sudah pohon dewasa. Pohon yang digunakan di zona pemanfaatan ini merupakan pohon yang dianggap menguntungkan dan tidak menjadi penghambat bagi produksi dari tanaman kopi. Zona lindung difungsikan sebagai perlindungan, tata air, pencegah longsor, dan konservasi tanah. Pohon-pohon yang ada di zona tersebut adalah antara lain Semetong, Mentru, Kayu aren, Semantung, Delung, Lempaung, Serdang, Salak, Aren, Bambu, Tenam, Cemara, Pelas, Medang. Pohon pohon tersebut merupakan pohon yang masih khas. Zona lindung merupakan hutan alam yang masih asli dan masih banyak satwa-satwa atau binatang seperti beruang madu, kijang, rusa, monyet ekor panjang, burung elang, terenggiling, ular, dan burung-burung pemakan biji. Hijauan dan dedaunan dari tanaman yang tumbuh pada dua zona tersebut memberikan nilai ekonomis karena dapat dipergunakan sebagai pengganti konsentrat.

4 B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) memberi gambaran potensi pakan ternak yang ada di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam. 2) mengetahui sumber daya pakan ternak yang tersedia di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam. 3) mengetahui produksi pakan ternak di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam. 4) mengetahui kapasitas tampung ternak berdasarkan potensi limbah tanaman kopi di areal kawasan hutan register 45B Kabupaten Lampung Barat Kecamatan Air Hitam. C. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak dan pihak-pihak yang terkait khususnya Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang tumbuhan yang memiliki potensi sebagai pakan ternak yang berada di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. D. Kerangka Pemikiran Lampung merupakan Provinsi yang memiliki areal hutan yang cukup luas di beberapa kabupaten. Banyak dari tanam tumbuh yang berada di lokasi areal hutan dapat dimanfaatkan potensinya untuk digunakan sebagai makanan ternak yang

5 terdiri dari karet, kelapa sawit, kakao, kelapa, tebu dan beberapa hijauan yang tumbuh di sana. Di kawasan areal hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam banyak sekali warga yang bekerja sebagai peternak. Jenis ternak yang mendominasi di daerah tersebut adalah jenis ternak ruminansia seperti sapi, kambing, domba dan kerbau, dimana mereka menggunakan rerumputan sebagai bahan makanan ternak. Pakan merupakan bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor ternak yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Oleh sebab itu, kualitas dan kuantitas pakan sangat diperlukan demi kelangsungan hidup ternak yang lebih baik. Hijauan makanan ternak (HMT) memegang peranan penting yang mendukung tercapainya program swasembada sapi potong. Hal ini karena perkembangan ternak ruminansia perlu didukung oleh produksi hijauan makanan ternak dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Hijauan makanan ternak merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia yang berfungsi tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga sebagai sumber zat-zat makanan seperti protein, energi, lemak, vitamin dan mineral yang sangat diperlukan bagi tubuh ternak. Dengan demikian, ketersediaan hijauan makanan ternak akan memengaruhi kelangsungan hidup dalam memenuhi kebutuhan pokok dan produksi ternak. Oleh karena itu, penyediaan hijauan makanan ternak sebaiknya mendapat perhatian yang besar bagi pengelola usaha ternak ruminansia.

6 Pemenuhan kebutuhan hijauan bagi ternak yang dipelihara secara digembalakan sangat tergantung pada kemampuan padang pengembalaan ataupun suatu lahan dan sumber daya hijauan lainnya dalam memproduksi hijauan. Menurut Widodo (1997) padang pengembalaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain iklim, temperatur, curah hujan, kesuburan tanah, spesies tanaman yang tumbuh, tata laksana, adaptasi terhadap lingkungan. Selain itu, kapasitas tampung suatu padang pengembalaan atau suatu lahan dipengaruhi oleh produktivitas tanah. Produktivitas tanah dipengaruhi oleh curah hujan dan penyebarannya, serta topografi. Masalah yang dihadapi pada peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia yaitu ketersediaan pakan berupa hijauan yang harus dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan dan peningkatan produktivitas ternak. Oleh sebab itu, kualitas dan ketersediaannya yang terus-menerus harus terjaga sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kecukupan pakan bagi ternak yang dipelihara merupakan tantangan yang cukup serius dalam pengembangan peternakan di Indonesia. Indikasi kecurangan pasukan pakan dan nutrisi ialah masih rendahnya tingkat produksi ternak yang dihasilkan. Ketersediaan sumber pakan hijauan makanan ternak akhir-akhir ini semakin terbatas. Warga areal kawasan Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat, harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan hijauan sebagai pakan ternak ruminansia, sedangkan limbah kulit buah kopi, dan limbah daun gamal tersedia cukup banyak, dan tidak termanfaatkan. Berdasarkan uraian

7 diatas, penulis mencoba melakukan penelitian tentang pakan yang berada di areal kawasan hutan register 45B Lampung barat Kecamatan Air Hitam, yang memiliki potensi yang berkualitas dan memiliki kuantitas yang banyak serta kontinyu yang dapat dijadikan makanan ternak.