BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB II KONSEP DASAR. mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

MAKALAH HALUSINASI. Rentang respon :

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

Koping individu tidak efektif

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II ASKEP HALUSINASI

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari dari kehidupan mental penderita yang terepsesi. Halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar organic fungsional, psikotik maupun histerik ( Iyus yosep, hal 79 ) Halusinasi merupakan penginderaan tanpa sumber rangsang eksternal. Hal ini dibedakan dari distorsi atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari rangsang yang nyata ada. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu (Kaplan, hal 267). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal / dunia luar (Farida, Yudi, hal 105). 6

C. Fase-fase Halusinasi Fase-fase halusinasi menurut Farida, Yudi, hal 106 meliputi : a. Fase Pertama Disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien : menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya. b. Fase Kedua Disebut juga fase condemming atau ansietas berat. Pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang diekspresikan. Fase ini bersifat psikotik ringan. Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah. 7

Rentang perhatin menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita. c. Fase Ketiga Adalah fase controlling. Klien mengalami ansietas berat dan pengalaman sensorik menjadi berkuasa. Klien berhenti menghentikan perlawanan kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Fase ini bersifat psikotik. Perilaku klien : kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. d. Fase Keempat Disebut juga fase Conquering. Klien mengalami panik dan umumnya menjadi melebur dalam halusinasi. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Karakteristik : halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, menarik diri. 8

D. Rentang Respon Neurobiologis Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang respon yang berhubungan dengan fungsi neurobiologi. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam tabel berikut : Respon adaptif Respon maladaptif Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguanpikiran/Waham Persepsi akurat Ilusi Halusinasi Emosi konsisten Reaksi emosional berlebihan Sulit memproses emosi dengan pengalaman atau kurang Perilaku sesuai Perilaku aneh atau tak lazim Ketidakteraturan perilaku Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial Sumber : Stuart edisi 5 : 241 9

A. Etiologi 1. Faktor predisposisi Menurut Erlinafsiah, hal 90 : a. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf-syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri. b. Psikologis Keluarga pengasuh yang tidak mendukung (broken home, overprotektif, diktator, dan lainnya ) serta lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempebgaruhi gangguan orientasi realitas adlah : Penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang kehidupan klien. c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita : dimana terjadi kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan terisolasi yang disertai stress. 10

d. Faktor Presipitasi Menurut Erlinafsiah, hal 91 : Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adnaya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa, dan tidak berdaya. Menurut Farida, Yudi, hal 105 : a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan. b. Mekanisme penghantaran listrik yang berlebihan. c. Adanya gejala pemicu B. Manifestasi Klinik Menurut Keliat (1998), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul yaitu : 11

a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul b. Menghindar dari orang lain (menyendiri) c. Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/ perawat d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk e. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap g. Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai. Tabel 1 : Karakteristik Halusinasi (Iyus Yosep, hal 79) Jenis Halusinasi Karakteristik 12

Pendengaran Suara dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan kadang-kadang mendesak/memerintah untuk berbuat sesuatu seperti membunuh dan merusak. Penglihatan Lebih sering terjadi pada keadaan delirium ( penyakit organic ). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan. Penciuman Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai 13

pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral. Pengecapan Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Peraba Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak di bawah kulit. Terutama pada keadaan skizofrenia Kinestetik Penderita merasa badannya bergerakgerak sendiri dalam suatu ruangan atau anggota badannya yang bergerak-gerak, misalnya phantom phenomenon atau tungkai yang diamputasi selalu bergerakgerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu. Viseral Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya. C. Masalah Keperawatan 1. Perilaku Kekerasan 14

2. Perubahan persepsi sensori halusinasi 3. Isolasi sosial : menarik diri 4. Harga diri rendah D. Pohon Masalah Risiko perilaku mencederai diri Gangguan sensori / persepsi : Halusinasi pendengaran Core problem Isolasi social : menarik diri Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah 15

Gambar 2. Pohon masalah gangguan sensori / persepsi : Halusinasi pendengaran (Keliat, 2006) E. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatn dari pohon masalah (Keliat, 2006) adalah : 1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar 2. Resiko Perilaku Kekerasan 3. Isolasi sosial : Menarik diri 4. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah 16