BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

SOP PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SINE PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

TUJUAN. a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian. b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

Komponen Tujuan Aktivitas Learning Outcomes

WORK PLAN PKP PUSKESMAS Kateg ori 7 LO Aspek Managerial Pengadaan Perbekalan Kefarmasian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

HEALTH & BEAUTY. Oleh Aftiyani. Guardian, The One You Trust

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Apotek RSU

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai memberikan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN,

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS CADASARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATUMALANG NOMOR :.../.../.../2013 TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta untuk menghindari kesalahn intepretasi. Instrumen diuji kepada 26

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Elemen Regulasi Ket Regulasi D O S W

2 Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lemb

SILABUS MATA KULIAH. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Februari Kompetensi dasar Indikator Materi Pokok Strategi Pembelajaran

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, peneliti mengambil data dengan menggunakan check list dan kuisioner. Dalam hal pengambilan data menggunakan check list, peneliti menggunakan lembaran kertas sebagai panduan dan dilakukan oleh peneliti sendiri. Sedangkan kuisioner, peneliti mengambil data dengan bertanya kepada Apoteker Pengelola dan Pasien RSUD Toto. RSUD Toto merupakan salah satu Rumah Sakit yang terletak di Kabupaten Bone Bolango dan berada dekat dengan Kota Gorontalo, dan memiliki Program Kesehatan yang mengacu pada Program Kesehatan Nasional, dengan mempertimbangkan paradigma masyarakat, dimana masyarakat semakin sadar akan tuntutan Pelayanan Kefarmasian yang lebih optimal. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah Pelayanan Kefarmasian di Apotek RSUD Toto, Pelayanan Kefarmasian ini mengacu pada pedoman pelayanan kefarmasian di Apotek yang telah diterbitkan oleh direktorat jenderal pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan 2006. Pelayanan kefarmasian yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu Sarana dan Prasarana, Pengelolaan Sumber Daya, Administrasi, dan Pelayanan kefarmasian. Untuk mengetahui Pelayanan Kefarmasian yang ada di RSUD Toto tersebut menggunakan parameter berupa Pedoman Pelayanan Kefarmasian di RSUD Toto yaitu check list dan kuisioner. Setelah melakukan penelitian dan pengambilan data, maka diperoleh hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

4.1.1 Sarana dan Prasarana Dalam pengambilan data berdasarkan sarana dan prasarana menggunakan check list, dan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: No. Table 1. Check list hasil penelitian berdasarkan sarana dan prasarana Indikator Ya / Tidak / Tidak Ada Tidak Ada 1) Papan petunjuk atau sejenis 2) Ruang tunggu 3) Ruang racikan 4) Tempat penyerahan resep 5) Tempat pencucian alat 6) Ruang administrasi dan kerja apoteker 7) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan 8) Perlengkapan dan alat penyimpanan sediaan farmasi 9) Tempat penyimpanan obat narkotik 10) Tempat penyimpanan resep 11) Perlengkapan untuk pengujian sederhana 12) Alat-alat kesehatan lainnya 13) Keberasihan/kerapian apotek 14) Brosur/materi informasi kesehatan Ket. Berdasarkan hasil kuisioner untuk pasien, diperoleh hasil sebanyak 109 orang pasien RSUD Toto yang diambil berdasarkan pasien Askes, Jamkesmas, dan umum, sudah puas dengan sarana dan prasarana yang ada di apotek.

4.1.2. Pengelolaan Sumber Daya Berdasarkan pengelolaan sumber daya manusia peneliti melakukan pengambilan data dengan menggunakan check list, dan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Table 2. Check list hasil penelitian berdasarkan pengelolaan sumber daya No. Indikator Ya / Ada Tidak / Tidak Ada Tidak Ket. 1) Melakukan perencanaan pembelian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan 2) Pengadaan obat jalur resmi 3) Penyimpanan obat dalam wadah asli 4) Tenaga kefarmasian (Apoteker) 3 org a) Mempunyai kemempuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik b) Mengambil keputusan yang baik dan tepat c) Kemampuan berkomunikasi d) Disiplin e) Menyediakan SDM secara efektif 5) Tenaga Teknis kefarmasian a) S1 Farmasi 6 org b) Ahli Madya Farmasi 7 org c) Sekolah Menengah Farmasi 2 org 6) Tenaga Administrasi 1 org

Berdasarkan kuisioner yang diisi langsung oleh apoteker pengelola, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: 1) perencanaan dan pengadaan obat/bhp Diawali dengan Nota Permintaan dari Komite Farmasi & terapi, dan Komite Medik, yang diusulkan ke gudang farmasi. Gudang farmasi merekap permintaan obat termasuk dari kedua komite dan dari gudang farmasi itu sendiri, dan membuat laporan permintaan ke kepala instalasi farmasi. Kemudian kepala instalasi farmasi mengajukan laporan permintaan kepada PPTK dan membuat SP (surat permintaan). PPTK menerbitkan SPK (surat perintah kerja) kepada pejabat pengadaan. SP dan SPK diberukan kepada PBF (pedagang besar farmasi). Obat yang masuk diterima oleh panitia peneima barang di instalasi farmasi. Pihak instalasi farmasi menyerahkan obat/bhp kepada gudang farmasi untuk dikelola dan didistribusikan ke masing-masing ruangan termasuk apotek sesuai dengan permintaan yang ada. 2) Cara penyimpanan obat/resep obat dan sistem pengeluaran obat Untuk penyimpanan obat di Apotek disesuaikan dengan jenis menurut abjad dan kondisi obat. Untuk penyimpanan resep disimpan berdasarkan pasien Askes, Jamkesmas, dan Umum. Dibundel dalam 1 hari sesuai data diri pasien agar lebih mudah dalam penggunaan selanjutnya. Proses pemusnahan resep setelah masa penyimpanan resep ( setelah 3 tahun ) dan dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP), kemudian dimusnahkan. Sistem pengeluaran obat menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) FIFO (First In First Out). 3) Cara pengelolaan resep obat Pengelolaan resep di Apotek RSUD Toto disimpan berdasarkan pasien Askes, Jamkesmas, dan Umum. Dibundel dalam 1 hari sesuai data diri pasien agar lebih mudah dalam penggunaan selanjutnya. Kemudian resep yang tidak dipakai selama masa penyimpanan 3 (tiga) tahun dimusnahkan dan dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP).

4.1.3 Administrasi Berdasarkan administrasi peneliti melakukan pengambilan data dengan menggunakan check list, dan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 3. Check list hasil penelitian berdasarkan administrasi No. Indikator Ya / Ada Tidak / Tidak Ada Tidak Ket. 1) Melakukan pencatatan dan pengarsipan keluar masuk sediaan 2) Melakukan pencatatan dan pelaporan narkotika 3) Melakukan pengarsipan resep 4) Melakukan pencatatan pengobatan pasien 5) Mendokumentasikan hasil monitoring penggunaan obat 6) Mendokumentasikan hasil pelayanan informasi obat dan konseling 4.1.4 Pelayanan Kefarmasian Berdasarkan administrasi peneliti melakukan pengambilan data dengan menggunakan check list, dan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 4. Check list hasil penelitian berdasarkan pelayanan No. Indikator Ya / Ada Tidak / Tidak Ada Tidak Ket. 1) Skrining/pengkajian resep: a. Persyaratan administarif

a) Nama, SIP, dan alamat dokter b) Tanggal penulisan resep c) Tdd/paraf dokter penulis resep d) Nama obat, potensi,dosis jlh yg diminta e) Identitas pasien f) Cara pemakaian b. Kesesuaian farmasetik a) Bentuk sediaan b) Dosis c) Potensi d) Stabilitas e) Inkompatibilitas f) Cara pemberian g) Lama pemberian c. Pertimbangan klinis a) Adanya alergi b) Efek sampimg c) Interaksi obat d) Kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat) 2) Penyampaian obat a. Peracikan, menimbang, mencampur, dan member etiket pada wadah dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat b. Tulisan etiket lengkap, jelas dan mudah dibaca c. Obat dikemas dengan rapi

dalam kemaasan yang sesuai sehingga terjaga kualitasnya d. Pemeriksaan obat di dahului dengan pemeriksaan ulang 3) Protap / SOP (Standar Operating Procedure) 4) Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker 5) Pemberian informasi obat 6) Konseling 7) Monitoring penggunaan obat Untuk pengambilan data menggunakan kuisioner yang diisi oleh apoteker, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1) Proses pelayanan resep Diawali dari penerimaan resep kemudian pembacaan resep yg meliputi kelengkapan resep, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Menyediaan bahan (obat) dan alat yang akan digunakan serta melakukan peracikan. Menyediakan wadah untuk obat dan memberikan etiket obat yang disertai dengan pemeriksaan ulang. Selanjutnya penyerahan resep yang disertai dengan informasi kepada pasien (dosis, aturan pakai, manfaat/khasiat, efek samping, dll. Jika ada pasien yg bertanya kadang kami melakukan konseling dengan pasien. 2) SOP (Standar Operating Procedure) Untuk pasien rawat jalan, pasien membawa surat rujukan dari puskesmas ke rumah sakit dan mendaftar pada loket pendaftaran. Kemudian ke Askes Center untuk membuat SJP (surat jaminan pelayanan). Selanjutnya langsung pada pelayanan dokter setelah itu ke apotek. Untuk pasien rawat inap sama halnya dengan rawat jalan tetapi masuk ke IRD kemudian ke ruang rawat inap. Untuk menebus resep dari dokter pasien harus ke Askes untuk pelayanan

Askes dan selanjutnya ke apotek. Standar waktu pelayanan resep, untuk resep racikan 15 menit s/d 30 menit, dan untuk resep non racikan 5 menit s/d 15 menit. 3) Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) Pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care belum dilakukan oleh pihak Apotek RSUD Toto, hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang terbatas, tetapi pihak apotek masih bisa mengontrol terkait kesalahan pengobatan atau medication error yang dilakukan secara lisan ke pasien tentang penggunaan obat. Untuk pengambilan data menggunakan kuisioner kepada pasien, diperoleh hasil yaitu sebanyak 114 orang pasien RSUD Toto yang diambil berdasarkan pasien Askes, Jamkesmas, dan umum, sudah puas dengan pelayanan kefarmasian yang ada di Apotek. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengelolaan Sumber Daya Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengelolaan sumber daya manusia yang ada di RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango sudah memenuhi tahap-tahap sesuai Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Hal ini didukung dari data yang diambil menggunakan check list bahwa RSUD Toto telah memenuhi syarat sesuai Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek karena adanya Tenaga Kefarmasian yaitu Apoteker yang terdiri dari 3 orang, S1 Farmasi 6 orang, Ahli Madya 7 orang, Sekolah Menengah Farmasi 2 orang dan tenaga administrasi 1 orang. Apoteker dalam hal ini melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek, sedangkan tenaga tehnis kefarmasian membantu apoteker dalam mengerjakan pekerjaan kefarmasian di Apotek RSUD Toto. Personalia pelayanan kefarmasian di Apotek RSUD Toto adalah sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek yang termasuk dalam bagan organisasi Apotek dengan persyaratan terdaftar di Departemen Kesehatan, terdaftar di Asosiasi Profesi, mempunyai izin kerja, dan mempunyai SK penempatan.

Pada sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di RSUD Toto dilihat dari data yang diambil menggunakan kuisioner yang diisi langsung oleh Apoteker Pengelola bahwa perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan diawali dengan Nota Permintaan dari Komite Farmasi & terapi, dan Komite Medik, Dimana pihak gudang farmasi merekap permintaan obat termasuk dari gudang farmasi itu sendiri, dan dari Komite farmasi & Terapi serta Komite Medik. Dari pihak gudang farmasi membuat laporan permintaan ke Kepala Instalasi farmasi, kemudian Kepala Instalasi Farmasi mengajukan laporan permintaan kepada PPTK dan membuat SP (Surat Permintaan). Setelah itu PPTK menerbitkan SPK (Surat perintah Kerja) kepada Pejabat Pengadaan. Surat Permintaan dan Surat Perintah Kerja diberikan kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi). Sebelum masuk ke Rumah Sakit, obat/bhp diterima oleh Panitia Penerima Barang untuk diperiksa dan pihak penerima barang menandatangani Surat Penerimaan Barang. Pihak Instalasi Farmasi menyerahkan obat/bhp kepada gudang farmasi, Penyimpanan obat/bhp yang dilakukan oleh gudang farmasi adalah mencatat pada buku stok, dan dikelola kemudian mendistribusikannya ke masing-masing ruangan termasuk Apotek. Untuk memudahkan pengendalian stok maka Gudang Farmasi dan Apotek menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang lebih dahulu waktu kadarluasanya dikeluarkan terlebih dahulu dan FIFO (First In First Out) yaitu barang yang pertama masuk dikeluarkan terlebih dahulu. Dalam hal penyimpanan, Apotek telah menyimpan obat sesuai dengan jenis menurut abjat dan kondisinya. Dari hasil analisis, untuk mendapatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di RSUD Toto sudah memenuhi ketentuan berdaasarkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek yaitu harus sesuai jalur resmi.

4.2.2 Sarana dan prasarana Sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian, sedangkan prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayan kefarmasian. Dalam upaya mendukung Pelayanan Kefarmasian di Apotek diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Dari hasil data menggunakan check list bahwa sarana dan prasarana yang ada di Apotek RSUD Toto belum lengkap. Karena ada beberapa alat penunjang pekerjaan kefarmasian yang belum tersedia pada peralatan penunjang Pelayanan kefarmasian seperti perlengkapan untuk pengujian sederhana, dan ruang administrasi dan kerja Apoteker. Dan selebihnya sudah ada dan layak pakai seperti papan penunjuk Apotek yang terlihat dengan jelas, adanya literatur informasi obat yaitu MIMS, ISO, Farmakope, DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) yang diatur oleh Askes, dan Formularium Rumah Sakit masih disusun oleh pihak apotek yang memuat semua obat yang ada di Apotek dan harus dipakai oleh dokter yang ada di RSUD Toto, dokter tidak bisa menggunakan obat yang tidak ada di formularium rumah sakit. Adanya ruang tunggu yang nyaman bagi pasien yang dilengkapi dengan Televisi dan Exhouse serta timbangan berat badan, tempat racikan obat terbagi atas 3 (tiga) tempat; yaitu tempat untuk racikan salep, racikan serbuk, dan obat non resep, dengan alat pembuatan, pengolahan dan peracikan serta tempat penyimpanannya yang layak pakai. Selain itu terdapat tempat penyimpanan obat narkotik yang sesuai dengan aturan penyimpanan obat narkotik yaitu lemari dua pintu, tempat penyimpanan resep, dan terdapat pula tempat untuk brosur/materi informasi kesehatan. Tempat penyerahan resep terbagi atas 2 (dua) loket yaitu loket untuk pasien rawat jalan dan loket untuk pasien rawat inap, serta terdapat tempat pencucian alat. Dari hasil analisis, sarana dan prasarana yang ada di Apotek RSUD Toto telah mendekati persyaratan sesuai Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Walaupun tidak ada ruangan kerja khusus apoteker tatapi ada tempat kerja apoteker yang digabung dengan ruangan apotek

yang terdapat meja dan kursi serta satu unit komputer yang disekat dengan lemari obat. Hal ini juga didukung dengan kuisioner yang ditanyakan langsung kepada 109 orang pasien yaitu pasien sudah puas dengan sarana dan prasarana yang ada di Apotek. 4.2.3 Administrasi Pada pengelolaan sediaan di Apotek RSUD Toto dilakukan pencatatan dan pengarsipan keluar masuk sediaan. Untuk memudahkan pengendalian stok maka Gudang Farmasi dan Apotek menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang lebih dahulu waktu kadarluasanya dikeluarkan terlebih dahulu dan FIFO (First In First Out) yaitu barang yang pertama masuk dikeluarkan terlebih dahulu. Dalam hal penyimpanan, Apotek telah menyimpan obat sesuai dengan jenis menurut abjat dan kondisinya. Pada pengelolaan resep di Apotek RSUD Toto disimpan berdasarkan pasien Askes, Jamkesmas, dan Umum. Dibundel dalam 1 hari sesuai data diri pasien agar lebih mudah dalam penggunaan selanjutnya. Kemudian resep yang tidak dipakai selama masa penyimpanan 3 (tiga) tahun dimusnahkan dan dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP). Pada pencatatan pengobatan pasien, apotek telah melakukan pencatatan pengobatan pasien yang telah memiliki SJP (Surat Jaminan Pelayanan). Pada pelayanan informasi obat, tenaga kefarmasian memberikan informasi tentang cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi, tetapi belum dilakukan dokumentasi terkait hasil pelayanan informasi obat dan konseling. Pada monitoring penggunaan obat, pihak apotek belum melakukan pencatatan terkait hasil pelayanan informasi obat dan konseling. Dari hasil analisis mengenai administrasi di apotek RSUD Toto telah mendekati persyaratan sesuai Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

4.2.4 Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) Pelayanan Kefarmasian atau pharmaceutical care adalah suatu praktek dimana praktisi bertujuan terhadap kebutuhan terapi pasien dan dilakukan secara komitmen. Tujuan dari pelayanan kefarmasian yaitu memaksimalkan efek terapeutk, meminimalkan resiko, meminimalkan biaya dan menghormati pilihan pasien Monitoring kesalahan pengobatan atau medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen dan seharusnya dapat dicegah. Pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care belum dilakukan oleh pihak Apotek RSUD Toto, hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang terbatas, tetapi pihak apotek masih bisa mengontrol terkait kesalahan pengobatan atau medication error yang dilakukan secara lisan ke pasien tentang penggunaan obat. Apotek memiliki SOP (Standar Operating Procedure) yaitu untuk pasien rawat jalan, pasien membawa surat rujukan dari puskesmas ke rumah sakit dan mendaftar pada loket pendaftaran. Kemudian ke Askes Center untuk membuat SJP (surat jaminan pelayanan). Selanjutnya langsung pada pelayanan dokter setelah itu ke apotek. Untuk pasien rawat inap sama halnya dengan rawat jalan tetapi masuk ke IRD kemudian ke ruang rawat inap. Untuk menebus resep dari dokter pasien harus ke Askes untuk pelayanan Askes dan selanjutnya ke apotek. Standar waktu pelayanan resep, untuk resep racikan 15 menit s/d 30 menit, dan untuk resep non racikan 5 menit s/d 15 menit. Pelayanan farmasi klinik didalamnya tercakup pelayanan resep (penerimaan resep, peracikan obat, dan penyerahan obat) dan pelayanan informasi obat. Berdasarkan hasil penelitian yang diambil data menggunakan kuisioner yang diisi oleh Apoteker Pengelola bahwa di Apotek RSUD Toto melakukan pemeriksaan kelengkapan resep. Penulis resep (prescriber) maupun pembaca resep (dispenser) harus memahami secara detail pada penulisan resep. Resep wajib ditulis dengan jelas dan lengkap guna menghindari adanya salah

interpretasi antara prescriber dan dispenser dalam mengartikan sebuah resep. Apabila terdapat keraguan maka akan dikonsultasikan dengan dokter penulis resep tersebut. Resep yang diberikan pasien kemudian di olah dan dilihat apakah terdapat obat racikan. Yang melakukan peracikan obat adalah tenaga kefarmasian di Apotek dan harus memperhatikan perhitungan kesesuaian dosis, menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan, menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan dengan obat yang jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen. Kemudian pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label kocok dahulu pada sediaan obat dalam bentuk larutan. Setelah itu, obat diserahkan kepada pasien dan pada saat penyerahan obat dilakukan konseling serta diberikan informasi pada pasien seperti cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Hasil analisis bahwa Apotek RSUD Toto telah menerapkan pelayanan farmasi klinik sesuai dalam Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek.