ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

Ir. Hari Subiyanto, MSc

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

Aryo Cahyo T 1, Budi Agung K, ST, M.Sc 2, Ir Rochman Rochiem, M.Sc 2

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

Jurnal Sains & Teknologi KOROSI PADA LASAN BAJA ANTIKARAT AISI 316 L. Sumaryono

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Analisa Pengaruh Jenis Elektroda terhadap Laju Korosi pada Pengelasan Pipa API 5L Grade X65 dengan Media Korosi FeCl 3

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

STUDI LAJU KOROSI WELD JOINT MATERIAL A36 PADA UNDERWATER WELDING

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

Handout. Bahan Ajar Korosi

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

Persentasi Tugas Akhir

Investigasi Derajad Presipitasi Karbida Krom pada Baja Tahan Karat Austenitik dengan Pengamatan Makro

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

LAJU KOROSI DAN KEKERASAN PIPA BAJA API 5L X65 SETELAH NORMALIZING

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

ANALISA LAJU KOROSI DUPLEX SS AWS 2205 DENGAN METODE WEIGHT LOSS

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

ANALISA HASIL PENGELASAN SMAW PADA BAJA TAHAN KARAT FERITIK DENGAN VARIASI ARUS DAN ELEKTRODA

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI MORFOLOGI BUSUR PADA PENGELASAN BUSUR DIAM TIG DENGAN PARAMETER DAN KOMPOSISI GAS YANG BERBEDA.

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Available online at Website

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin

Dimas Hardjo Subowo NRP

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Transkripsi:

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan ** Mahasiswa Jurusan teknik Perkapalan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya-60111 Telp:085732472121 Email : prast_i@yahoo.com Abstrak Salah satu permasalahan yang terjadi pada kapal tangker kimia adalah adanya reaksi kimia antara muatan kimia dengan dinding ruang muat yang dapat mengakibatkan korosi yang sangat cepat. Salah satu baja tahan karat yang dapat digunakan adalah stainless steel SS 316. Akan tetapi harga stainless steel yang tinggi menjadi pertimbangan untuk menggantinya dengan baja karbon. Baja karbon yang menjadi pertimbangan adalah A 516 yang sering digunakan untuk tangki dan boiler. Bahan kimia industri yang sering digunakan adalah amoniak yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa tentang laju korosi yang terjadi pada material stainless steel SS 316 dengan cabonsteel A 516 dan dibandingkan material mana yang lebih tahan korosi terhadap amoniak.pada pengujian ini akan dilakukan pembandingan antara material stainless steel SS 316 dengan baja karbon A 516 terhadap laju korosi akibat pengaruh amoniak. Dalam hal ini konsentrasi larutan amoniak adalah 20%. Untuk media korosif pembanding, menggunakan NaCl 30% yang diasumsikan sebagai air laut. Pengujian dilakukan dengan metode elektrolisis yaitu sel tiga elektroda untuk mendapatkan arus korosi. Elektrolisis dimaksudkan untuk mempercepat proses korosi pada spesimen sehingga dapat diprediksi laju korosi dalam satuan tahun. Pada metode ini, proses korosi pada material dipercepat dengan mengalirkan tegangan ke specimen. Sedangkan variasi tebal yang digunakan pada masing-masing material adalah 6 mm, 7 mm, dan 8 mm, dengan lebar 50 mm x 10 mm. Untuk mengetahui jenis korosi yang terjadi menggunakan foto makro.berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan korosi diperoleh nilai laju korosi untuk masing-masing variasi tebal dengan kedua media korosif yang berbeda. Tebal spesimen mempengaruhi nilai laju korosi suatu material. Material yang memiliki tebal lebih kecil memiliki nilai laju korosi semakin tinggi dibandingkan material yang lebih tebal. Pada jenis material yang berbeda, material stainless steel mempunyai ketahanan terhadap korosi lebih kuat dibanding dengan baja karbon. Kata kunci : amoniak, laju korosi, stainless steel SS 316, carbon steel A 516 1. Pendahuluan Salah satu jenis baja tahan karat yang menarik untuk diteliti dan dikembangkan adalah Stainless steel 316. Stainless steel 316 mempunyai sifat austenit akan dibandingkan dengan baja karbon A516 pada laju korosinya. Pembangunan kapal tangker dengan muatan yang bervariasi membutuhkan material yang berbeda pula yang sesuai dengan jenis material tersebut. Misalnya pada kapal tangker dengan muatan amoniak. Stainless steel dibagi menjadi tiga tipe, yaitu austenitik, feritik dan martensitik. Stainless steel 316 termasuk dalam tipe austenitik. Bila stainless steel tipe austenitik mengalami perlakuan panas (salah satu contoh adalah pengelasan) dan mengalami pendinginan lambat dari temperatur tinggi antara 800ºC sampai 500ºC maka dapat terjadi presipitasi karbida krom pada batas butirnya. Presipitasi karbida krom mengakibatkan batas butir kekurangan krom sehingga sifat tahan korosi dapat berkurang. Laju korosi suatu material dipengaruhi oleh bahan pengkorosif yang bereaksi dengan meterial tersebut. Pada dasarnya material akan mengalami korosi bila bereaksi dengan air H 2 O dan Udara O 2. Pada kapal, pengkorosif yang paling utama adalah air

laut. Pada beberapa jenis kapal memuat bahan kimia yang salah satunya adalah amoniak. merupakan unsur kimia dengan rumus NH 3. Sifat amoniak adalah basa (pkb=4,75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang sangat lemah (pka=9,25). Biasanya didapati berupa gas dengan bau yang tajam. Agar dapat digunakan sebagai pengkorosif pada pengujian korosi, amoniak akan dilarutkan ke dalam air dengan konsentrasi yang ditentukan yang disebut aminuim hidroksida. Dengan pengkorosif berupa amoniak, akan didapat harga laju korosi dari material yang diuji. 2. Metode Penelitian 2.1 Bahan Penelitian Material yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu stainless steel 316 dan A 516. Adapun ukuran dari masing-masing specimen adalah 50 mm x 10 mm dengan variasi tebal 6 mm, 7 mm, 8 mm. Sehingga untuk satu spesimen terdapat 6 buah, yang masing-masing 3 buah untuk di uji pada satu pengkorosif. Sedangkan media korosif yang digunakan adalah NaCL dan. 2.2 Persiapan Material Tahap awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian laju korosi dengan sel tiga elektroda adalah mempersiapkan specimen yang akan diuji. Untuk mempersiapkan specimen yang akan diuji ada beberapa tahap yang harus dilakukan, tahap tersebut adalah membuat specimen dengan ukuran 50 mm x 10 mm dengan masing-masing tebal 6 mm, 7 mm, 10 mm. Spesimen yang digunakan sebanyak 6 buah untuk tiap pengkorosif, jadi total spesiman yang digunakan terdapat 12 buah. Sedangkan untuk mendapatkan validasi pengujian, setiap variasi specimen dilakukan 3 kali percobaan 2.3 Pengujian Pada penelitian laju korosi dengan menggunakan sel tiga elektroda ada beberapa tahap yang dilakukan. Pengujian yang dilakukan adalah: 1. Pengujian laju korosi dilakukan dengan metode sel tiga elektroda. 2. Pembuatan grfik perbandingan laju korosi untuk mengetahui hasil laju korosi. 3. Pengujian foto mikro untuk mengetahui jenis korosi yang terjadi. 3. Hasil Pengujian 3.1 Pembuatan Grafik Pengujian korosi digunakan untuk mendapatkan nilai laju korosi pada tiap-tiap material. Metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan sel tiga elektroda yang merupakan pengujian laju korosi yang dipercepat dengan polarisasi dari potensial korosi bebasnya. Dari percobaan ini akan di peroleh data besarnya arus untuk setiap tegangan. Data tersebut digunakan untuk pengeplotan diagram tafel yang kemudian dapat menentukan harga i o. Nilai i kor sama dengan nilai i o. Untuk mendapatkan harga i o dari percobaan, dapat diketahui dengan ekspolasi terhadap bagian-bagian yang linear dari hasil pengeplotan data yang telah diperoleh. Tabel Perbandingan laju korosi 1 6 0,050678157 2 7 0,045832448 3 8 0,042092761 grafik perbandingan laju korosi SS316 dalam larutan NaCl

Tabel laju korosi material SS316 terhadap 1 6 0,048948335 2 7 0,044501085 3 8 0,042128984 grafik perbandingan laju korosi A516 dalam larutan grafik perbandingan laju korosi SS316 dalam larutan Tabel laju korosi material A516 terhadap NaCl 1 6 0,055841399 2 7 0,049653783 3 8 0,044674626 grafik perbandingan laju korosi terhadap amoniak perbandingan laju korosi terhadap NaCl grafik perbandingan laju korosi A516 dalam larutan Tabel laju korosi material A516 terhadap 1 6 0,052541765 2 7 0,048151188 3 8 0,045184508 3.2 Korosi Pada Logam Fe Dari unsur logam yang terkandung pada material, logam Fe merupakan logam yang paling reaktif. Pada peristiwa korosi, logam akan mengalami oksidasi, sedangkan oksigen akan mengalami reduksi. Bila ditunjukkan dengan rumus kimia korosi besi adalah ( Fe 2 O 3 + H 2 O ) berwarna coklat atau merah. Ion besi (II) yg terbentuk pd anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yg kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3. xh2o, yaitu karat besi.

Pada pengkorosif NaCl,air (H2O) memiliki ikatan yang lebuh kuat dibandingkan dengan garam (NaCl). Larutan garan dalam air akan membentuk ion Na+ dan Cl-. Pada air, besi tidak akan bereaksi secara langsung jika tidak ada komponen oksidator (Oksigen)Sedang besi jika di masukkan ke dalam air garam (NaCl) di larutan tersebut terdapat maka di larutan tersebut terdapat ion Na+ dan Cl-. Ion Clbereaksi dengan Fe membentuk larutan FeCl2 yang berwarna kuning. Dan larutan ini akan lebih memudahkan oksigen mengikat Fe sehingga proses pengkaratan berlangsung lebih cepat 3.3 Hasil Foto Makro Untuk dapat mengetahui kondisi material setelah pengujian laju korosi maka perlu dilakukan pengujian foto makro. Dari pengujian foto makro akan tampak kerusakan yang terjadi pada specimen uji setelah mengalami pengujian laju korosi. Berikut merupakan hasil pengujian foto makro pada tiap-tiap material. Adanya Pitting corrosion, yaitu korosi lokal yang menyerang permukaan logam, hasil dari korosi jenis ini adalah lubang di permukaan logam. Lubang yang terjadi memilik diameter yang berbeda mulai dari kecil sampai besar, tetapi pada kebanyakan kasus diameter yang terjadi akibat pitting corrosion relatif kecil. Pada pengujian ini material A 516 adalah material yang mudah terjadi pitting corrosion. Terjadinya Galvanic corrosion atau sering disebut dengan korosi logam tak sejenis. Galvanic corrosion terjadi jika ada dua logam tak 4. Kesimpulan Setelah melakukan percobaan laju korosi menggunakan sel tiga elektroda dan melakukan analisa dari hasil pengujian maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan. 1. Pada ketebalan 6 mm memiliki harga laju korosi 0.050678 mmpy untuk pengaruh NaCl dan 0.048948 mmpy untuk pengaruh amoniak, pada ketebalan 7 mm memiliki harga laju korosi 0.04583 mmpy untuk pengaruh NaCl dan 0.0445010 mmpy untuk pengaruh amoniak, dan pada ketebalan 8 mm memiliki harga laju korosi 0.042092 mmpy untuk pengaruh NaCl dan 0.0421289 mmpy untuk pengaruh amoniak. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada material SS 316 semakin tebal spesimen, maka laju korosi dari spesimen tersebut semakin rendah, artinya semakin tebal specimen, ketahanan terhadap korosi semakin baik. 2. Pada ketebalan 6 mm memiliki harga laju korosi 0.055841 mmpy untuk pengaruh NaCl dan 0.052541 mmpy untuk pengaruh amoniak, pada ketebalan 7 mm memiliki harga laju korosi 0.049653 mmpy untuk pengaruh NaCl dan 0.0481511 mmpy untuk pengaruh amoniak, dan pada ketebalan 8 mm memiliki harga laju korosi 0.044674 mmpy untuk pengaruh NaCl dan 0.045184 mmpy untuk pengaruh amoniak. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada material A 516 semakin tebal spesimen, maka laju korosi dari spesimen tersebut semakin rendah, artinya semakin tebal specimen, ketahanan terhadap korosi semakin baik. 3. Dari perhitungan laju korosi terhadap pengaruh NaCl, harga laju rata-rata laju korosi pada material SS 316 adalah 0.04620 mmpy dan pada material A 516 adalah 0.0500 mmpy. Sedangkan pada pengaruh amoniak, harga rata-rata laju korosi material SS 316 adalah 0.04519 mmpy dan pada material A 516 adalah 0.04862 mmpy. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa material SS 316 memiliki harga laju korosi lebih rendah dibandingkan dengan material A 516. Hal ini menunjukkan material SS 316 memiliki ketahanan terhadap korosi lebih baik daripada material A 516.

5. Referensi Electric, Lincon, The Procedure Hand Book of Arc Welding, Twelfth Edition, The Lincon Electric Company, Cleveland, Ohio, U.S.A Fontana, M.G, Corrosion Engineering, McGraw-Hill Book Company, New York, 1987. Metals Handbook, vol.2, American Society for Metals, Metals Park, Ohio, 1964. Oates, Wiliam R, dan Saitta, Alexander M. Welding Handbook, Miami, 1998. Peckner, D dan Bernstein, I.M, Hand Book of Stainless Steels, McGraw-Hill Book Company, New York, 1977. Schweitzer, Philip, A, Corrosion and Corrosion Protection Handbook, Marcel Dekker, New York, 1988. Trethewey, K.R dan Chamberlain, J, Korosi Untuk Mahasiswa dan Rekayasawan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991. URL:http://www.azom.com/details.asp?Art icleid=863 (Steel Australia, Atlas, Stainless Steel-grade 316- properties,aplikasi, 2009). URL:http://hyperphysics.phyastr.gsu.edu/Hbase/molecule/nacl Purba, Michael, Ilmu Kimia Untuk SMU Kelas 3 Tengah Tahun Pertama, Jakarta,1994 Roberge, Piere R, Hand Book of Corrosion Engineering, McGraw-Hill, New york, Wasington DC, 2000 Las ER5556A & ER5087 terhadap Porositas Lasan Aluminium 5083". Universitas Indonesia 19 (September) Wiryosumarto, H. dan Toshie O. 1996. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta : PT Pradnya Paramita