EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PERUBAHAN LINGKUNGAN WILAYAH PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) C-130

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

ANALISA SEDIMEN TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED MATTER) DI PERAIRAN TIMUR SIDOARJO MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DAN SPOT

STUDI PERSEBARAN KONSENTRASI MUATAN PADATAN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DI SELAT MADURA

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

Abstrak PENDAHULUAN. Pembuangan lumpur dalam jumlah besar dan secara terus-menerus ke Kali Porong

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

ANALISIS DINAMIKA SEBARAN SPASIAL SEDIMENTASI MUARA SUNGAI CANTUNG MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTITEMPORAL

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Pola Spasial dan Temporal Total Suspended Solid (TSS) dengan Citra SPOT di Estuari Cimandiri, Jawa Barat

Bab IV Hasil dan Pembahasan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

ANALISA SEDIMENTASI DI MUARA KALI PORONG AKIBAT PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT ASTER

Oleh : Feri Istiono 1, Dr.Ing.Ir Teguh Hariyanto Msc 1. Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

EVALUASI PENGEMBANGAN AREA UNTUK KABUPATEN SIDOARJO MENGGUNAKAN MOHAMMAD RIFAI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

CITRA MODIS RESOLUSI 250 METER UNTUK ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN TERSUSPENSI DI PERAIRAN BERAU KALIMANTAN TIMUR

Penginderaan Jauh Untuk Estimasi Kandungan TSS di Wilayah Pantai Timur Surabaya Akibat Pembuangan Lumpur Lapindo.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

Endang Prinina 1, Lalu Muhamad Jaelani 1, Salam Tarigan 2 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2016) ISSN: ( Print) 1

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, Abstrak

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

DAMPAK PERUBAHAN KAWASAN HUTAN MENJADI AREAL INDUSTRI BATUBARA TERHADAP KUALITAS AIR DI SEPANJANG DAS BERAU KALIMANTAN TIMUR

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

CHLOROPHYLL-A SPREAD ANALYSIS USING MERIS AND AQUA MODIS SATTELLITE IMAGERY (Case Study: Coastal Waters of Banyuwangi)

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Analisis Rona Awal Lingkungan dari Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus :Daerah Eksplorasi Geothermal Kecamatan Sempol, Bondowoso)

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS ALGORITMA EKSTRAKSI INFORMASI TSS MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 8 DI PERAIRAN BERAU

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

ANALISA PERUBAHAN POLA HIDROLOGI DI DAERAH MUARA KALI PORONG PASCA PERISTIWA LAPINDO DENGAN CITRA SATELIT SPOT 4 DAN ALOS

Indra Jaya Kusuma, Hepi Hapsari Handayani Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DI PESISIR TENGGARA BALI (STUDI KASUS KABUPATEN GIANYAR DAN KLUNGKUNG)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN:

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

POLA SEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI MELALUI PENDEKATAN PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN PESISIR SEMENANJUNG MURIA-JEPARA

Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ untuk Menganalisa Kelembaban Hutan Berdasarkan Nilai Indeks Kekeringan (Studi Kasus : Hutan KPH Banyuwangi Utara)

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

Jurusan Teknik Kelautan - FTK

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL (Studi Kasus : Kabupaten Lamongan)

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

ANALISIS INDEKS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS AVNIR-2 (Studi Kasus: Estuari Perancak, Bali)

Visualisasi Perubahan Volume Dan Elevasi Permukaan Lumpur Dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi Temporal Untuk Monitoring Lumpur Sidoarjo

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

DAMPAK MUSIM HUJAN TERHADAP POLA SEBARAN TSM (TOTAL SUSPENDED MATTER) DI DANAU LIMBOTO GORONTALO MENGGUNAKAN DATA LANDSAT-TM

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

KAJIAN KEPEMILIKAN SUMBER DAYA ALAM NON HAYATI DALAM WILAYAH 12 MIL LAUT (STUDI KASUS : Pulau Pagerungan Besar dan Kecil, Kabupaten Sumenep) Abstrak

III. BAHAN DAN METODE

PEMANTAUAN DISTRIBUSI MUATAN PADATAN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI DI MUARA CI TARUM, JAWA BARAT

Analisa Kondisi Perairan UntukMenentukan Lokasi Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS POLA SEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

Abstrak PENDAHULUAN.

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

Transkripsi:

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL Grace Idolayanti Moko 1, Teguh Hariyanto 1, Wiweka 2, Sigit Julimantoro 2 1 Teknik Geomatika-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia 2 Pusat Data Penginderaan Jauh LAPAN, Jl. LAPAN 70 Pekayon-Pasar Rebo, Jakarta, Indonesia Email : gm0725@geodesy.its.ac.id Abstrak : Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Surabaya Timur Sidoarjo merupakan daerah yang relatif mengalami perubahan. Di kawasan pesisir ini juga mengalami peristiwa penting yaitu peristiwa lumpur Lapindo. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk memantau perubahan pada wilayah pesisir. Salah satunya menggunakan teknologi penginderaan jauh. Hal ini dilakukan karena data penginderaan jauh memilki wilayah cakupan yang luas, cepat, serta efisien. Data yang digunakan adalah citra satelit ALOS/AVNIR-2 tahun 2006 dan 2008 serta SPOT-4 tahun 2009. Data tersebut digunakan untuk menganalisa perubahan tutupan lahan, garis pantai, serta tingkat kekeruhan air laut. Metode klasifikasi terbimbing digunakan untuk mengetahui tutupan lahan di wilayah pesisir Surabaya Timur Sidoarjo, sedangkan kekeruhan air laut menggunakan algoritma Total Suspended Solid (TSS). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan perubahan tutupan lahan yang signifikan pada kelas pemukiman, rumput/tanah kosong, dan empang. Dimana sejak tahun 2006 hingga 2009, luasan pemukiman selalu bertambah yaitu 184,7 ha, sedangkan empang dan rumput/tanah kosong mengalami penurunan luasan yaitu kelas empang sebesar 48,04ha dan rumput/tanah kosong sebesar 199,31ha. Untuk tingkat kekeruhan air laut, nilai yang mendominasi wilayah perairan Surabaya Sidoarjo adalah 0-200mg/l. Sejak tahun 2006 hingga 2009 terjadi perubahan garis pantai yang diikuti dengan terjadinya perubahan daratan. Pada tahun 2006 2008 perubahan daratan sebesar 51,01 ha sedangkan tahun 2009 2009 perubahannya sebesar 18,92 ha. Kata kunci : Pesisir, Tutupan Lahan, Garis Pantai, Kekeruhan Air Laut, SPOT-4, ALOS/AVNIR-2 PENDAHULUAN Latar Belakang Surabaya dan Sidoarjo merupakan daerah yang merupakan pusat kegiatan perindustrian di wilayah Indonesia bagian timur yang mengalami perkembangan yang cukup pesat, tidak terkecuali pesatnya pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan kebutuhan akan lahan menjadi semakin besar. Salah satu peristiwa yang terjadi d pesisir SurabayaTimur Sidoarjo yaitu peristiwa Lumpur Lapindo yang terjadi pada 29 Mei 2006 di Desa Renokenongo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mayasari (2010) menggunakan citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun 2003 dan 2006 serta SPOT-4 tahun 2009, didapatkan bahwa nilai Total Suspended Sediment (TSS) yang dominan untuk wilayah Surabaya Sidoarjo adalah 25-125 mg/l. Untuk mengetahui besarnya perubahan perubahan tersebut dapat digunakan teknologi penginderaan jauh yang berbasis citra satelit. Teknologi ini mampu memberikan informasi spasial dipermukaan bumi baik darat maupun 1

laut secara signifikan. Perumusan Masalah Seberapa jauh citra satelit ALOS/AVNIR- 2 dan SPOT-4 dapat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan, perubahan garis pantai, serta perubahan tingkat kekeruhan air laut wilayah pesisir dan perairan Surabaya Timur Sidoarjo yang terjadi pada tahun 2006 sampai tahun 2009. Batasan Masalah a. Wilayah studi yang digunakan adalah wilayah pesisir dan perairan Surabaya Timur sampai pesisir Sidoarjo. b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit ALOS/AVNIR-2 tahun 2006 dan 2008 serta SPOT-4 tahun 2009. c. Hasil penelitian adalah analisa perubahan tutupan lahan, perubahan garis pantai, serta perubahan kekeruhan air laut di wilayah pesisir dan perairan Surabaya Timur dan Sidoarjo yang disajikan dalam bentuk peta. Tujuan dan Manfaat Tujuan dalam penelitian ini, yaitu menganalisa perubahan tutupan lahan, perubahan garis pantai, dan perubahan tingkat kekeruhan air laut wilayah pesisir dan perairan pesisir Surabaya Timur Sidoarjo yang disebabkan oleh adanya peristiwa Lumpur Lapindo dengan menggunakan citra satelit multitemporal. Manfaat yang dapat diambil yaitu memberikan informasi berupa peta tutupan lahan, perubahan garis pantai, serta informasi hasil identifikasi perubahan tingkat kekeruhan air laut wilayah pesisir dan perairan yang diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dalam rencana tata ruang wilayah pesisir. METODOLOGI Lokasi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Citra satelit ALOS/AVNIR-2 tahun 2006 dan 2008 serta SPOT-4 tahun 2009. b. Citra satelit Landsat Ortho. c. Peta RBI area Surabaya dan Sidoarjo. d. Data pengukuran sampel air laut. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan adalah: a. Perangkat Lunak (Software) ER Mapper 7.0, Matlab, ArcGis 9.3 b. Peralatan Lapangan Water Quality Checker dan GPS navigasi Pengolahan Data Adapun untuk diagram alir tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut : Tidak Peta Tutupan Lahan Tahun 2006 Alos AVNIR- 2 tahun 2006 Tidak Citra Area Darat Koreksi Geometrik RMS 1 pixel Supervised Classification Peta RBI Uji ketelitian 80% Peta Tutupan Lahan Tahun 2008 Peta Tutupan Lahan Tahun 2009 Ket : (*) menunjukan citra untuk tutupan lahan (**) menunjukan citra untuk penerapan algoritma TSS Alos AVNIR-2 tahun 2008 Cropping Masking Digitasi Cropping Peta Kekeruhan Air Laut Tahun 2006 Landsat Ortho Citra Area Laut Penerapan algorima TSS Reklasifikasi Uji ketelitian 80% Peta Kekeruhan Air Laut Tahun 2008 Mozaiking (*) Tidak Peta Kekeruhan Air Laut Tahun 2009 SPOT-4 Multispektral tahun 2009 Koreksi Geometrik RMS 1 pixel Peta Garis Pantai Tahun 2006 Tidak Konversi DN ke Reflektan (**) Panjang Garis Pantai Peta Garis Pantai Tahun 2008 Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data Peta Garis Pantai Tahun 2009 HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi Geometrik Berikut ini tabel hasil koreksi geometrik dan perhitungan strengh of figure (Sof). Gambar 1. Lokasi Penelitian 2

Tabel 1. Hasil koreksi geometrik dan perhitungan Sof Citra ALOS/AVNIR-2 tahun 2006 ALOS/AVNIR-2 tahun 2008 SPOT-4 Tahun 2009 path/row 297/364 SPOT-4 Tahun 2009 path/row 297/365 Total RMSe Rata-rata RMSe Besar SoF 8,578 0,343 0,000545 6,600 0,264 0,000798 1,964 0,196 0,006250 2,390 0,239 0,006250 Konversi DN ke Reflektan Konversi DN ke Reflektan dilakukan pada citra satelit SPOT-4 mengunakan input nilai reflektan. Persamaan yang digunakan : a. Digital Number (DN) ke Spectral Radiance L λ = DN/(G λ *A λ ) + B λ. (1) b. Spectral Radiance ke Reflectance L d p. (2) ESUN cos s Tabel 2. Hasil konversi DN ke reflektan Tanggal Nilai Nilai Band Radians Citra DN Reflektan 12-9,73325634-0,022454-1 254 206,0205841 0,475281 SP4_21-47 - 21,26450157-0,05766-2 07-255 115,3712311 0,312836 2009_29 75-42,54144287-0,171934-3 7/364 255 144,6408997 0,584575 1-0.01354523096-0.000247-4 255 3,454033852 0,063028 12-9,73325634-0,022529-1 254 206,8316956 0,478733 SP4_21-31 - 14,02552223-0,038157-2 07-255 115,3712311 0,313872 2009_29 50-28,36096191-0,115002-3 7/365 255 144,6408997 0,586512 1-0,01354523096-0,000248-4 255 3,454033852 0,063237 Penggabungan Citra (Mosaiking) Penggabungan citra dilakukan pada citra satelit SPOT-4. Pemotongan Citra (Cropping) Ada 2 tahapan yang dilakukan, yaitu cropping berdasarkan hasil digitasi dari peta RBI untuk menentukan batasan area penelitian, setelah itu cropping yang dilakukan untuk mendapatkan wilayah daratan dan lautan, dimana vektor yang digunakan merupakan hasil digitasi dari proses masking pada setiap citra masing masing tahun. Berikut ini contoh hasil cropping: (a) (b) (c) Gambar 4. Hasil pemotongan citra SPOT-4 tahun 2009 area penelitian(a), SPOT-4 tahun 2009 area daratan(b), ALOS/AVNIR tahun 2008 area lautan(c) Klasifikasi Klasfikasi dibagi menjadi 6 kelas, yaitu: Pemukiman, Empang, Tegalan/ladang, Rumput/tanah kosong, Badan air, Hutan rawa, dimana pembagian kelas ini mengacu pada peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). Berikut ini peta hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 2006 2009: (a) (b) (c) Gambar 5. Hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 2006 (a), 2008 (b), 2009 (c) Gambar 3. Hasil penggabungan citra pada SPOT-4 3

Penerapan Algoritma TSS Persamaan algoritma yang digunakan untuk mendapatkan nilai TSS (mg/l) adalah sebagai berikut : a. ALOS/AVNIR-2 (Hendrawan dan Asai 2008) TSS( mg / L) 1.315b1 2.371b 2 0.791b3 9.649.(3) b1 Digital Number band 1 b2 Digital Number band 2 b3 Digital Number band 3 b. SPOT-4 (Budhiman, 2004) TSS( mg / L) 7,9038* exp(23,942 * red band) red band reflek tanband2..(4) Berikut ini peta sebaran kekeruhan air laut tahun 2006, 2008, dan 2009. (a) (b) (c) Gambar 6. Hasil peta sebaran kekeruhan air laut tahun 2006 (a), 2008 (b), 2009 (c) Digitasi Garis Pantai Digitasi dilakukan dengan menggunakan software ER Mapper 7.0. Berikut ini hasil digitasi garis pantai tahun 2006, 2008, dan 2009. (c) Gambar 7. Garis pantai tahun 2006 (a), 2008 (b), dan 2009 (c) ANALISA Uji Ketelitian Klasifikasi Adapun citra yang diujikan ke lapangan yaitu citra SPOT-4 dengan akuisisi 21 Juli 2009. Dari hasil perhitungan, didapatkan hasil ketelitian seluruh hasil klasifikasi (KH) sebesar 86%, sehingga klasifikasi dianggap benar. Tabel 3. Matriks uji ketelitian klasifikasi No Kelas 1 2 3 4 5 6 total omisi MA 1 Tegalan/Ladang 3 0 0 0 0 0 3 0 100 2 Rumput/Tanah Kosong 0 4 0 0 0 0 4 0 100 3 Pemukiman 0 0 6 0 0 0 6 0 100 4 Badan Air 0 0 0 2 0 0 2 0 100 5 Hutan Rawa 0 0 0 0 1 4 5 4 20 6 Empang 0 0 0 0 0 10 10 0 100 total 3 4 6 2 1 14 30 5 86,6 komisi 0 0 0 0 0 4 4 13,33 Analisa Perubahan Luasan Tutupan Lahan Berikut ini merupakan perubahan penutup lahan yang terjadi pada tahun 2006-2009 : Tabel 4. Perubahan luas penutup lahan tahun 2006-2008 Kelas Luasan (Ha) Perubahan Luasan 2006 2008 Bertambah Berkurang Tegalan/Ladang 389,36 315,99 0 73,37 Rumput/Tanah Kosong 711,51 483,94 0 227,57 Hutan Rawa 1436,57 1627,93 191,36 0 Pemukiman 806,46 981,5 175,04 0 Empang 14233,36 14231,08 0 2,28 Badan Air 230,17 218 0 12,17 (a) (b) Tabel 5. Perubahan luas penutup lahan tahun 2008-2009 Kelas Luasan (Ha) Perubahan Luasan 2008 2009 Bertambah Berkurang Tegalan/Ladang 315,99 397,88 81,89 0 Rumput/Tanah Kosong 483,94 426,88 0 57,06 Hutan Rawa 1627,93 1594,44 0 33,49 Pemukiman 981,5 991,16 9,66 0 Empang 14231,08 14185,32 0 45,76 Badan Air 218 243,84 25,84 0 Potensi Daratan 170,22 0 0 170,22 Terlihat bahwa dari tiga tahun terakhir kelas Rumput/tanah kosong dan Empang, selalu 4

mengalami penurunan luasan. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya perubahan fungsi lahan, menjadi Pemukiman, Hutan rawa, maupun Tegalan/ladang, karena pada kelas-kelas tersebut mengalami penambahan luasan. Analisa Perubahan Garis Pantai Keterangan gambar: Tahun 2006 Tahun 2008 Tahun 2009 Gambar 8. Lokasi perubahan daratan Garis pantai diperoleh dari hasil digitasi, dimana digitasi dilakukan per piksel pada citra. Sehingga dari hasil digitasi tersebut didapatkan panjang garis pantai.perhitungan panjang garis pantai hasil digitasi dilakukan menggunakan software ER Mapper 7.0. Perubahan panjang garis pantai dipengaruhi oleh bentuk garis pantai yang tidak lurus. Secara lebih rinci, perubahan panjang garis pantai dan perubahan daratan tahun 2006 ke 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Perubahan garis pantai tahun 2006-2009 Tahun Panjang Garis Pantai (km) Perubahan (km) 2006 106,87 0 2008 98,82-8,05 2009 92,38-6,44 Tabel 7. Perubahan Daratan tahun 2006-2009 Tahun Luas (ha) Perubahan Luas Daratan (ha) 2006 17807,43 0 2008 17858,44 + 51,01 2009 17839,52-18,92 Perubahan garis pantai dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah: a. Sedimen yang dibawa oleh sungai sungai yang bermuara di pantai Surabaya-Sidoarjo, misalnya Sungai Brantas dan Sungai Porong. b. Reklamasi yang dilakukan oleh penduduk di daerah pantai atau developer. Analisa Hasil Algoritma Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai TSS tahun 2006 berkisar antara 0 300mg/l, tahun 2008 antara 0 200mg/l, sedangkan tahun 2009 nilai TSS meningkat yaitu berkisar 0 350mg/l. Tabel 8. Perbandingan luasan kelas kekeruhan Kelas Keterangan Luasan (Ha) (mg/l) 2006 2008 2009 1 0-50 1836,87 4285,63 4728,32 2 51-100 2706,24 6407,14 3622 3 101-150 4463,95 10353 5582,48 4 151-200 6755,92 8235,47 5788,96 5 201-250 8913,54 4894,04 6 251-300 4788,16 3722,4 7 301-350 1015,12 Terlihat bahwa nilai kekeruhan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009, nilai kekeruhan yang didapat mencapai 350 mg/l. Kisaran nilai kekeruhan pada perairan Surabaya Timur Sidoarjo berkisar antara 0 150 mg/l. Analisa Hasil Ground Truth Ground Truth dilakukan pada tanggal 4 Mei 2011 di perairan Surabaya Timur dan 7 Mei 2011 di perairan Sidoarjo. Berikut ini adalah tabel perbandingan hasil pengolahan citra SPOT-4 dengan hasil uji lapangan yang dilakukan dengan menggunakan alat Water Quality Checker. Tabel 9. Perbandingan hasil uji lapangan dengan pengolahan citra SPOT-4 No Koordinat Hasil Citra (mg/l) Hasil Lapangan (mg/l) Δ (mg/l) X (m) Y (m) 1 698647 9199429 260,5 103,7 156,81 2 699003 9199084 245,7 97,7 147,95 3 699259 9199085 212,1 90,5 121,59 4 699597 9199090 183,1 121,3 61,83 5 699947 9199085 200 124,4 75,59 6 700404 9199083 158,1 111,5 46,61 7 700744 9198987 172,7 131,7 40,97 8 701263 9198896 162,8 95,6 67,23 9 701684 9199028 140,6 77 63,58 10 701944 9199052 128,7 35,6 93,12 11 702893 9198985 121,4 29,2 92,18 12 703439 9199134 122,68 32,9 89,78 13 703845 9199195 114,5 17,7 96,75 14 704177 9199155 107,9 12,1 95,82 15 704599 9199130 107,9 11,8 96,12 16 705093 9199096 98,92 14,4 84,52 17 705418 9199062 93,18 14,8 78,38 18 705816 9199025 93,18 15,9 77,28 19 706310 9199042 98,82 17,2 81,62 5

Hasil TSS (mg/l) Tabel lanjutan 9. Perbandingan hasil uji lapangan dengan pengolahan citra SPOT-4 No Koordinat Hasil Hasil Δ Citra Lapangan X (m) Y (m) (mg/l) (mg/l) (mg/l) 20 706548 9199060 98,82 26 72,82 21 707143 9199082 90,48 13,2 77,28 22 707524 9199095 82,85 13,8 69,05 23 707800 9198643 87,87 16,4 71,47 24 707955 9197933 85,32 9,9 75,42 25 708011 9196882 90,48 22,6 67,88 26 705445 9195013 136,5 72,2 64,32 27 704093 9191940 162,8 58,7 104,12 28 704380 9193448 188,6 45,2 143,38 29 704285 9194252 172,7 51,3 121,37 30 704472 9194920 158,1 115,2 42,91 31 703773 9195066 172,7 82,2 90,47 32 703673 9195581 162,8 84,5 78,32 33 703477 9196105 200 94,8 105,19 34 703075 9196475 253 63,5 189,46 35 702792 9196982 212,1 80,2 131,89 36 702246 9197297 276,3 97,4 178,87 37 701455 9197852 310,7 67,8 242,91 38 700992 9198435 224,9 57,6 167,32 39 700306 9198883 188,6 77,3 111,28 40 699631 9198516 238,5 66 172,53 41 706807 9163216 104,8 56,2 48,6 42 707451 9162789 95,96 42,7 53,26 43 708561 9162450 158,1 13,6 144,51 44 709687 9162165 144,8 4,4 140,37 45 710562 9161670 158,1 4,1 154,01 46 711002 9161113 125 12,7 112,3 47 710255 9160906 149,1 2,6 146,49 48 709572 9160582 153,5 5,6 147,93 49 709368 9160133 144,8 14,8 129,97 50 708635 9160132 158,1 15,3 142,81 51 708411 9160171 167,7 18,6 149,07 52 707971 9160119 194,2 22,3 171,9 53 707548 9160101 208,2 24,2 183,99 54 707444 9160610 172,7 40,9 131,77 55 707408 9160942 140,6 76,6 63,98 56 707393 9161464 172,7 39,2 133,47 57 706915 9161548 121,4 74,5 46,88 58 706439 9161688 162,8 34,9 127,92 59 705959 9161816 153,5 42,1 111,43 60 706375 9162412 132,6 59,3 73,26 61 706877 9161750 149,1 41,9 107,19 62 707187 9161650 167,7 41,1 126,57 63 707636 9161543 183,1 46,5 136,63 64 708283 9161768 162,8 50,4 112,4 Nilai TSS hasil yang diperoleh dari pengambilan sampel lapangan mempunyai nilai yang berbeda dengan kelas TSS dari hasil pengolahan citra. Adapun perbedaan tersebut antara lain dapat disebabkan beberapa hal berikut: a. Perbedaan musim pengambilan data lapangan dan tanggal akuisisi citra, dimana citra memiliki akuisisi pada musim kemarau, dan pengambilan data data lapangan dilakukan pada bulan Mei, dimana sedang terjadi musim pancaroba, peralihan musim kemarau ke musim penghujan. b. Kondisi pada saat pengambilan data lapangan, pengambilan data dilakukan setelah turun hujan sehingga akan berbeda dengan pengambilan data yang dilakukan pada saat tidak turun hujan. Uji korelasi dilakukan dengan membandingkan hasil TSS citra dengan hasil ground truth. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana korelasi atau kedekatan hasil TSS pengolahan citra dengan hasil lapangan. Pada uji korelasi ini didapatkan nilai r 2 =0,299. Dengan persamaan sebagai berikut : y = 0,385x 11,48 Nilai r 2 =0,299 bermakna bahwa 0,299 atau 29,9% diantara keragaman total nilai lapangan (y) tidak dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan nilai citra (x). Sehingga dapat disimpulkan antara hasil citra dan data lapangan mempunyai hubungan linier yang sangat lemah. Berikut ini distribusi nilai TSS hasil pengukuran lapangan dan hasil pengolahan citra. 350 300 250 200 150 100 50 0 1 6 Hasil TSS data lapangan dan data citra 12 18 24 30 36 42 Titik Data Lapangan 48 54 60 Variable Hasil Citra Hasil Lapangan Gambar 9. Pola distribusi nilai TSS lapangan dan hasil pengolahan citra SPOT-4 Analisa Berdasarkan Musim Sesuai data curah hujan dan pencatatan angin yang diperoleh dari BMKG statiun Tanjung Perak, Surabaya, diketahui bahwa citra satelit yang digunakan berada pada satu musim yang sama dimana musim pada saat musim kemarau pengaruh angin timur lebih dominan. Hal ini terjadi pada bulan Mei-Oktober. Sedangkan pada saat pengambilan data lapangan, yaitu pada bulan Mei tahun 2011, tercatat bahwa terjadi peralihan musim antara musim penghujan ke musim kemarau yaitu musim pancaroba sehingga menyebabkan terjadi perbedaan hasil lapangan dengan hasil pengolahan citra. 6

Analisa Berdasarkan Pasang Surut Pasang surut mempengaruhi tingkat kekeruhan air laut. Jika pada kondisi pasang, maka distribusi air akan terjadi dari laut menuju sungai sehingga distribusi partikel - partikel tersuspensi juga mengalir dari laut menuju sungai, sedangkan jika saat kondisi surut maka akan terjadi aliran air dari sungai ke laut, sehingga material dan partikel tersuspensi juga akan mengalir dari sungai menuju laut. Berikut ini tabel pasang surut berdasarkan data pasang surut yang dikeluarkan oleh Dinas Hidrografi dan Oceanografi TNI AL (Dishidros). Tabel 10. Kondisi pasang surut citra yang digunakan Tinggi Citra Akuisisi Pasut Keterangan (m) Alos/AVNIR-2 6 Oktober 2006 10:30 WIB 2,3 Menuju Surut Alos/AVNIR-2 11 Juli 2008 10:30 WIB 1,6 Menuju Surut SPOT-4 21 Juli 2009 297/364 02:37:08 WIB 1,6 Menuju Surut SPOT-4 22 Juli 2009 297/365 02:37:16 WIB 1,6 Menuju Surut Sedangkan pada saat pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Mei sekitar pukul 09.00 13.00, dimana pada saat itu, kondisi di wilayah perairan Surabaya Sidoarjo dalam kondisi menuju pasang. Tabel 11. Kondisi pasut saat pengukuran sampel air laut Tanggal Waktu Tinggi Pasut (m) 9:00 2,4 10:00 2,6 04 Mei 2011 11:00 2,7 12:00 2,5 13:00 2,2 9:00 2 10:00 2,3 07-Mei-11 11:00 2,5 12:00 2,6 13:00 2,6 KESIMPULAN a. Hasil koreksi geometrik pada semua citra dalam penelitian ini menghasilkan nilai RMSe 1 piksel, sehingga koreksi geometrik dianggap benar. Dan kekuatan jaring yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian, yaitu mendekati (0). b. Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 2006 hingga 2009 didapatkan kelas Rumput/tanah kosong dan Empang setiap tahunnya berkurang, sehingga terjadi alih fungsi lahan menjadi Pemukiman, yang ditandai dengan penambahan luasan Pemukiman setiap tahunnya. c. Hasil uji ketelitian untuk klasifikasi citra SPOT4 bulan Juli 2009 menunjukkan tingkat kebenaran sebesar 86%, sehingga hasil klasifikasi dianggap benar. d. Berdasarkan hasil algoritma TSS, nilai kekeruhan yang dominan untuk area Surabaya- Sidoarjo adalah 0 200 mg/l, hal itu berarti perairan Surabaya Sidoarjo memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi. e. Diperoleh r 2 sebesar 0,299 bermakna bahwa 0,29 atau 29,9% diantara keragaman total nilai lapangan (y) tidak dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan nilai citra (x). Sehingga hasil citra dan data lapangan mempunyai hubungan linier yang sangat lemah. f. Sejak tahun 2006 hingga 2009 terjadi perubahan garis pantai yang diikuti dengan terjadinya perubahan daratan. Pada tahun 2006 2008 perubahan daratan sebesar 51,01 ha sedangkan tahun 2009 2009 perubahannya sebesar 18,92 ha. g. Peristiwa Lumpur Lapindo mempengaruhi wilayah pesisir Surabaya Timur Sidoarjo, terlihat dengan adanya penambahan daratan dan meningkatkannya kekeruhan air laut pada area tersebut, yang disebabkan karena adanya pembuangan lumpur lapindo ke kali porong. DAFTAR PUSTAKA Budiman, S. 2004. Mapping TSM Concentrations from Multisensor Satellite Image in Turbid Tropical Coastal Waters of Mahakam Delta Indonesia. ITC The Netherlands. Hermawan, G.I., dan Asai, K., 2008. Study Of Suspended Sediment Distribution Using Numerical Model And Satellite Data In Benoa Bay-Bali. International Journal Of Remote Sensing and Earth Sciences, 5:84-91 7

8