BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODELOGI PENELITIAN

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB II LANDASAN TEORI

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

Makalah Seminar Kerja Praktek KOORDINASI SISTEM PENGAMAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20KV DI PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN JARINGAN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

ABSTRAK Kata Kunci :

BAB II LANDASAN TEORI

Politeknik Negeri Sriwijaya

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN PENTANAHAN PADA PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH DI PT. SINAR INTI ELEKTRINDO RAYA

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

Analisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERHITUNGAN SETTING RELAY ARUS LEBIH (OCR) GARDU HUBUNG KANTOR PT. PLN PERSERO AREA JAMBI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENYETELAN PROTEKSI ARUS LEBIH PENYULANG CIMALAKA DI GARDU INDUK 70 kv SUMEDANG

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT...

SISTEM TENAGA LISTRIK

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem dimana apabila dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan peralatan. Jenis gangguan utama pada sistem tenaga listrik terutama dalam saluran transmisi dan distribusi ialah gangguan hubung singkat, yang mana gangguan hubung singkat ini terjadi akibat dari tembusnya bahan isolasi, kesalahan teknis, polusi debu dan pengaruh alam disekitar saluran transmisi dan distribusi tenaga listrik. Bila dilihat dari waktu lamanya terjadi gangguan, maka dapat dikelompok menjadi : Gangguan sementara (temporer) Gangguan permanen (stationer) Untuk gangguan temporer ditandai dengan normalnya kembali kerja dari PMT setelah dimasukan kembali. Sedangkan untuk gangguan permanen ditandai dengan jatuhnya PMT setelah dimasukan kembali, biasanya dimasukan sampai tiga kali. Gangguan permanen dapat disebabkan karena adanya kerusakan pada peralatan 19

0 sistem tenaga listrik, sehingga gangguan ini baru dapat diatasi setelah kerusakan pada peralatan tersebut sudah diperbaiki. Bila ditinjau dari macamnya, gangguan hubung singkat dapat dibedakan menjadi : a Gangguan hubung singkat tiga fasa Dalam sistem tiga phasa dikenal dengan adanya impedansi urutan positif ( 1 ), impedansi urutan negatif ( ) dan impedansi urutan nol ( 0 ). mpedansi di masing masing phasa dialiri arus dengan arah sama dan dengan arah ggl yang dibangkitkan pada masing-masing fasa. Seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini. Gambar 3.1 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa Pada beban normal besar tegangan sistem tiga phasa dalam keadaan seimbang adalah sama besar, sedangkan sudut fasanya berbeda 10, seperti terlihat pada gambar 3. berikut ini. Gambar 3. Beban Normal

1 Arus yang mengalir di impedansi tersebut adalah sebesar : A E A =..(3.1) Uraian yang sama, tetapi fasa yang dibebani dengan impedansi adalah phasa B atau phasa C, maka arus yang mengalir di impedansi tersebut adalah : B C EB =.(3.) EC =.(3.3) Dengan demikian arus gangguan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : hs3 ph E fasa =...(3.4) 1 Dan untuk menghitung arus gangguan 3 fasa pada jaringan ekivalen yang terjadi di trafo penyulang dapat menggunakan rumus sebagai berikut : hs V V V 3 3 3 = = =..(3.5) ph eki eki + 3 1 1 R1eki jx 1eki hs3 ph = Arus hubung singkat 3 fasa (Ampere) 1 = mpedansi urutan positif rangkaian (Ω) ekivalen = mpedansi ekivalen rangkaian (Ω) V f = Tegangan fasa (V)

b. Gangguan hubung singkat dua fasa Gambar 3.3 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa Pada gambar 3.3 diatas dijelaskan bahwa arus yang mengalir pada rangkaian tertutup adalah di fasa A mengalir arus A, di fasa B mengalir arus B dimana A = B, dengan sumber tegangan fasa A-B yang besarnya E AB = 3 x E A. Jika dilihat arus A (yang mengalir di impedansi ) keluar dari phasa A urutannya sama dengan urutan ggl fasa A (positif) sehingga impedansi yang menghambat aliran arus itu dapat disebut dengan impedansi urutan positif ( 1 ), sementara B yang mengalir kembali ke sumber (lewat impedansi di phasa B) dan melawan urutan ggl yang dibangkitkan difasa B (negatif), maka impedansi yang menghambat aliran arus difasa B disebut dengan impedansi urutan negatif ( ). Hubungan impedansi 1 dan didalam rangkaian tersebut adalah seri, sehingga besarnya impedansi yang menghubungkan antara fasa A dan B adalah sebesar 1 +. Sehingga arus yang mengalir antara fasa A dan B adalah sebagai berikut : E A B =..(3.6) hs 1 ph +

3 hs ph E. 3 = (3.7) + 1 positif negatif mpedansi 1 dan adalah impedansi urutan positif dan impedansi urutan negatif dari seluruh impedansi masing-masing urutan didalam sistem, baik yang tersambung seri dan atau paralel yang disederhanakan menjadi impedansi ekivalen urutan positif dan impedansi ekivalen urutan negatif. Untuk menghitung arus gangguan hubung singkat fasa pada jaringan ekivalen yang tejadi di trafo penyulang pada jaringan tegangan menengah dapat menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut : 3xkVf 3xVf 3 =, = = hs ph 1eki + eki eki hs3 ph...(3.8) di mana : eki = eki = eki + eki = eki 1 1 hs ph = Arus hubung singkat fasa (Ampere) 1positif = mpedansi urutan positif rangkaian (Ω) negatif = mpedansi urutan negatif rangkaian (Ω) eki = mpedansi ekivalen rangkaian (Ω) V f E AB = Tegangan fasa (V) = Tegangan phasa A-B (V)

4 c. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah Arus yang mengalir dari sumber yang urutannya sama dengan urutan tegangan disebut dengan fasa A urutan positif. Adanya arus tersebut menimbulkan flus yang searah dengan fluks yang dibangkitkan di generator. Karena aliran fluks di fasa B dan C ini seolah berlawanan dengan yang dibangkitkan dari sisi listriknya seolah terdapat arus yang melawan urutan ggl fasa B dan C yang kemudian disebut dengan urutan negatif. Karena di fasa B dan C pada kenyataanya tidak ada arus yang mengalir keluar maka ada arus lain yang mengkompensirnya yang biasa disebut urutan nol seperti pada gambar 3.4 berikut ini. Gambar 3.4 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah Adapun perhitungan arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah adalah : E. 3 hs 1 0 1ph = + +.(3.9)

5 Untuk menghitung arus gangguan hubung singkat 1 fasa pada jaringan ekivalen yang tejadi di trafo penyulang 0 kv pada jaringan tegangan menengah dapat mengguanakan rumus perhitungan sebagai berikut : hs1 ph 3xVf = eki + eki + eki = 1 ( ( R eki + jx 0 3xVf = eki )) + R eki 0 3xVf ( eki + jx ) + 0 eki 0 eki..(3.10) hs1 ph = Arus hubung singkat 1 fasa ke tanah (Ampere) 1 = mpedansi urutan positif rangkaian (Ω) = mpedansi urutan negatif rangkaian (Ω) 0 = mpedansi urutan nol rangkaian (Ω) eki = mpedansi ekivalen rangkaian (Ω) V f = Tegangan fasa (V) 3. Penyebab Gangguan Penyulang di Area Jaringan Tangerang 010 Berikut ini merupakan data penyebab terjadinya gangguan penyulang di PT. PLN Persero area jaringan Tangerang tahun 010 dan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

6 NO Tabel 3.1. Data penyebab gangguan penyulang di Area Jaringan Tangerang PENYEBAB GANGGUAN FREKUENS (KAL) tahun 010 1 l1 387 16 l1 = l 776 31 l = % KETERANGAN Komponen JTM (pemutus/pelebur, konektor, kawat jumper, ikatan isolator, kabel, kotak sambungan dan terminal kabel peralatan JTM (isolator, FCO, Pole Switch, Arrester) 3 l3 138 6 l3 = Gardu dan lainnya 4 l4 8 0 l4 = Tiang roboh atau kerusakan bagianbagian tiang listrik lainnya serta penyebab internal lainnya 5 E1 176 7 E1= Pohon / dahan 6 E 30 1 E= Angin kencang, hujan deras, banjir, tanah longsor, kebaakaran dan bencana laiinnya 7 E3 71 3 E3= Akibat binatang 8 E4 634 5 E4= TOTAL 49 100 Layang-layang / umbul-umbul dan penyebab eksternal lainnya

7 Tabel 3. berikut ini merupakan rincian dari sepuluh besar penyebab gangguan penyulang di Areaj jaringan Tangerang tahun 010. Tabel 3.. Sepuluh penyebab utama gangguan di Area Jaringan Tangerang tahun 010 NO JENS GANGGUAN FREKUENS PERSENTASE KAL (%) 1 GANGGUAN TAK JELAS SUTM 636 7,57 SKTM RUSAK 437 18,94 3 HUJAN 34 14,04 4 MV CELL CORONA + GOSONG + RUSAK 46 10,66 5 GANGGUAN TAK JELAS SKTM 3 10,06 6 ARKU LAYANGAN 146 6,33 7 JUMPER PUTUS 88 3,81 8 SYMPATETC 79 3,4 9 SUTM PUTUS 6,69 10 POHON 57,47 Jika dikelompokkan berdasarkan jenis jaringan terganggu, penyebab gangguan terbesar ialah jaringan SUTM. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar Grafik 3.6. Gambar 3.5 Grafik dentifikasi Jjaringan yang Terganggu

8 Berdasarkan data-data penyebab gangguan diatas dapat diketahui bahwa penyebab utama gangguan penyulang yang memperanguhi jaringan distribusi di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang ialah Gangguan Tak Jelas SUTM (GTJ SUTM) yaitu sebesar 7,57%. Jika dilihat dari jenis jaringan yang terganggu, penyebab gangguan penyulang terbesar di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang ialah gangguan pada jaringan SUTM yaitu sebesar 56,91%. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut ialah dengan mengoptimalkan sistem proteksi distribusi pada jaringansutm sehingga pada saat terjadi gangguan di jaringan SUTM, sistem proteksi yang dipasang dapat melokalisir gangguan dan dapat memutus arus beban lebihpada penyulang sehingga dapat memerintahkan pemutus tegangan untuk mentripnya tegangan pada penyulang. Dengan demikian pemadaman pada jaringan yang tidak terganggu dapat dicegah dan kontinuitas pelayanan listrik pun tetap terjaga. 3.3 Pengaman Sistem Jaringan Tegangan Menengah pada Penyulang 0 kv 3.3.1 Sistem proteksi Sistem Proteksi distribusi dimaksudkan untuk mengatasi gangguan-gangguan yang terjadi pada jaringan, sehingga runtuhnya sistem dapat dicegah serta Kontinuitas pelayanan listrik tetap terjaga. Dalam suatu sistem proteksi distribusi terdiri dari beberapa alat proteksi yang dipasang pada jaringan yang

9 terkoordinasi dalam suatu sistem. Begitu pula halnya dengan sistem proteksi distribusi di PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang. Sistem proteksi terdiri atas peralatan CT, PT, dan relai proteksi, yang diintegrasikan dalam satu kesatuan. Relai proteksi merupakan eleman peralatan proteksi yang sangat penting pada sistem proteksi. Fungsi peralatan proteksi yaitu mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian jaringan yang normal serta mengamankan bagian yang normal dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar. Untuk lebih jelas daoat dilihat pada gambar 3.7 berikut ini.. Gambar 3.6 Sistem Proteksi Sistem proteksi jaringan tegangan menengah di PLN pada umumnya diamankan dengan relai arus lebih (OCR). Relai ini pada dasarnya mengamankan adanya arus lebih pada sistem atau peralatan, tetapi relai ini terutama menghilangkan adanya gangguan yang sifatnya hubung singkat. Proteksi difungsikan sebagai

30 pengamanan atau salah satu usaha untuk memperkecil akibat adanya gangguan pada sistem yang terganggu dan relai sebagai alat utamanya. 3.4 Relai Proteksi Relai proteksi merupakan suatu peralatan listrik yang dirancang untuk mulai pemisahan bagian sistem tenaga listrik atau untuk mengoperasikan signal bila terjadi gangguan. Relai yang akan memberi perintah kepada PMT pada saat terjadi gangguan, bila besar arus gangguannya melampaui penyetelan (s) dan jangka waktu relai mulai pick-up sampai kerja relai waktunya berbanding terbalik dengan besarnya arus gangguan. Berikut ini merupakan suatu relai inverse dan karakteristik inverse yang dapat ditunjukkan pada gambar 3.8 dibawah ini. Gambar 3.7 Relai nverse dan Karakteristik nverse Sistem operasi suatu relai proteksi bekerja dalam mendeteksi adanya gangguan adalah:

31 a. Kecepatan bereaksi yaitu saat mulai ada gangguan sampai pelepasan pemutus (CB). Kecepatan pemutus arus gangguan dapat mengurangi kerusakan serta menjaga stabilitas operasi peralatan. b. Kepekaan operasi (sensitivity) yaitu kemampuan relai pengaman untuk memberikan respon bila merasakan gangguan. c. Selektif (selectivity) yaitu kemampuan relai pengaman untuk menentukan titik dimana gangguan muncul dan memutuskan rangkaian dengan membuka CB terdekat. d. Keandalan (reliability) yaitu jumlah relai yang bekerja atau mengamankan terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan rele yang baik adalah 90 99 %. e. Kecepatan yaitu untuk memperkecil akibat gangguan maka bagian yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya. Untuk menciptakan selektifitas mungkin suatu pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), namun waktu tunda itu pun harus secepat mungkin/seperlunya. Selain mengurangi kerusakan akibat gangguan hubung singkat, kecepatan relai pengaman juga dapat memperkecil pengaruh kestabilan sistem. Waktu total pembebasan gangguan (total fault clearing time) adalah waktu sejak munculnya gangguan sampai dengan bagian yang terganggu benarbenar terpisah dari bagian sistem lainnya. Gambar 3.9 merupakan hubungan relai dakam sistem tenaga listrik.

3 Sumber Trafo PMT PT CT PMT Saluran Relai Trip Output Gambar 3.8 Hubungan Relai dalam Sistem Tenaga Listrik 3.4.1 Relai arus lebih (OCR) Fungsi OCR pada penyulang adalah sebagai pengaman utama penyulang terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa eksternal yaitu gangguan pada jaringan TM. OCR pada penyulang di koordinasikan dengan OCR pada incoming trafo yang berfungsi pengaman cadangan apabila OCR pada penyulang gagal bekerja. Daerah kerja relai proteksi OCR dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut ini. Gambar 3.9 Daerah Kerja Proteksi OCR Penyulang

33 Dalam hal ini relai arus lebih dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah: a. Relai arus lebih waktu seketika Relai ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan bila besar arus gangguannya melampaui penyetelannya (m), dan jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai kerja relai sangat singkat tanpa penundaan waktu. b. Relai arus lebih waktu tertentu Relai ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan bila besar arus gangguannya melampaui penyetelannya (s), dam jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai kerja relai diperpanjang dengan waktu tertentu tidak bergantung terhadap besarnya arus. c. Relai arus lebih waktu terbalik Relai ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi gangguan bila arus gangguan mencapai nilai settingnya (S) dan jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai kerja relai diperpanjang berbanding terbalik dengan besarnya arus gangguan. Pada relai ini sumbu tegak merupakan waktu dalam detik dan sumbu datar adalah berapa kali besarnya arus gangguan yang melewati relai terhadap arus penyetelannya. Penyetelan waktu ditunjukkan dengan kurva yang

34 sering digunakan dan disebut dengan Td (time dial) atau TMS (time multiple setting). 3.4. Kriteria Penyetelan Relai Arus Lebih (OCR) Relai ini bekerja dengan membaca input berupa besaran arus kemudian membandingankan dengan nilai setting, apabila nilai arus yang terbaca oleh relai melebihi nilai setting, maka relai akan mengirim perintah trip (lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu yang diterapkan pada setting. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.11 berikut ini. Gambar 3.10 Penyetelan Relai Arus Lebih Waktu kerja relai OCR tergantung nilai setting dan karakteristik waktunya. Elemen tunda waktu pada relai ini ada, yaitu elemen low set dan elemen high set. Elemen low set bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang relatif kecil, sedangkan elemen high set bekerja ketika terjadi gangguan

35 dengan arus hubung singkat yang cukup besar. Dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.11 Grafik Karakteristik Waktu Tunda Relai OCR pada gambar diatas, elemen low set disetting dengan menggunakan karakteristik inverse. Sedangkan elemen high set menggunakan karateristik definite. Pembantukan kurva waktu tunda rele dimaksudkan agar ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang cukup besar maka rele akan segera memerintahkan Pemutus Tenaga (PMT) untuk mentrip arus yang mengalir pada jaringan distribusi. 3.4.3 Prinsip Dasar Penyettingan Relai Arus Lebih (OCR) pada Penyulang dan ncoming Trafo 0 kv a. Nilai setting arus relai pada trafo penyulang Untuk menghitung nilai setting arus relai berdasarkan arus beban trafo penyulang di sisi primer adalah sebagai berikut :

36 Set Primer = 1,05 x beban..... (3.11) Setting arus kerja berdasarkan kemampuan peralatan terkecil (CT, kabel, PMT) set Primer = 1,05 x n peralatan terkecil. (3.1) Maka dipilih nilai terkecil : s = { s1.( s1 < s )+ s.( s1 < s1 )} (A primer) Sehingga didapat rumus dalam besaran sekunder : 1 set Sekunder = Set OCR Primer x RasioCT A(sekunder)...(3.13) b. Nilai setting waktu relai pada penyulang Untuk menjamin peralatan tersebut tahan terhadap gangguan maksimum, maka waktu kerja dipilih antara 0,3 0,5 detik untuk gangguan maksimum. Gangguan maksimum dipilih untuk gangguan hubung singkat yang terjadi pada penyulang. Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di gardu induk penyulang, maka setelan waktu (TMS) relai arus lebih pada penyulang dipilih karakteristik dengan standar inverse. Setting time dial dapat dipilih sesuai kurva yang dipilih. Untuk kurva standar invers (S) didapat rumus : hs 0,3 TMS = set 0,14 0,0 1 t... (3.14)

37 Untuk menghitung Time Dial (td) pada penyulang dapat menggunakan rumus sebagai berikut : dimana : 0,14 tms t d = t.. (3.15) 0.0 fault 1 set hs = hubung singkat maksimum tiga fasa maksimum pada penyulang set primer t = setting arus primer (Ampere) = detik c. Nilai setting arus relai pada incoming trafo Sebelum mencari nilai setting arus pada incoming trafo, terlebih dahulu mengetahui perhitungan dari arus nominal pada incoming trafo. Adapun rumus dari arus nominal tersebut dalah sebagai berikut : MVA nom = ampere (3.16) kv 3 Setelah mendapatkan hasil dari arus nominal tersebut, maka dapat melakukan perhitungan untuk menghitung nilai setting arus relai pada incomng trafo pada sisi primer dan sisi sekunder. Adapun rumus perhitungannya nilai setting arus sisi primer pada incoming adalah sebagai berikut : setprimer ( A) = 1, 05 nom (3.17)

38 Untuk perhitungan nilai setting arus pada sisi sekunder adalah 1 set( sekunder) = set( primer) ratio CT...(3.18) dimana : nom = Arus nimonal (Ampere) set (primer) = setting arus di sisi primer (Ampere) set (sekunder) 1 ratio CT = setting arus di sisi sekunder (Ampere) = proteksi trafo d. Nilai setting waktu relai pada incoming trafo Setting waktu (TMS) relai arus lebih pada incoming trafo dipilih karakteristik dengan standar inverse. Selisih waktu kerja (grading time) dari relai di incoming 0 kv (sisi hulu) lebih lama 0,5 detik dari waktu kerja relai di penyulang (sisi hilir). Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di gardu induk penyulang, maka setting time dial dapat dipilih sesuai kurva yang dipilih. Untuk kurva standar invers (S) didapat rumus : TMS = (0,3 + 0,5) 0,14 hs set 0.0 1.(3.19)

39 Untuk menghitung Time Dial (td) pada penyulang dapat menggunakan rumus sebagai berikut : t d = 0,14 tms 0.0.(3.0) fault 1 set dimana : hs = hubung singkat maksimum tiga fasa maksimum pada penyulang set primer t = setting arus primer (Ampere) = detik