BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
|
|
- Sugiarto Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando trip. Dari sisi proteksi tentunya hal ini tidaklah selektif, karena seharusnya proteksi di gardu JTU5 yang bekerja, sehingga dampak pemadaman tidak meluas. Maka dari itu, diperlukan metode yang tepat untuk menyelesaikan persoalan tersebut RCPS (Root Cause Problem Solving) Metode analisa yang digunakan yaitu menggunakan metode RCPS (Root Cause Problem Solving). RCPS merupakan tools yang 55
2 56 digunakan sebagai indentifikasi masalah hingga ke akar masalah sehingga dapat menimbulkan berbagai solusi yang bisa di ambil dan diterapkan demi memecahkan masalah yang biasanya terjadi. Permasalahan : Gangguan di sisi pelanggan di gardu JTU5 menyebabkan PMT feeder Arsitek Trip Penyebab : Proteksi di gardu JTU5 tidak bekerja Karena : 1. Relai OFF 2. Input (CT) tidak memberikan sinyal ke relai 3. Penyetelan relai tidak tepat, sehingga koordinasi tidak selektif Solusi : 1. a. Pasang Back up power, seperti Uninterrupt Power Supply (UPS). b. Ganti relai c. Ganti PT 2. Ada dua opsi : Mengganti CT dengan rasio yang lebih besar Menambah CT dengan rasio yang lebih besar dan relai 3. Penyetelan ulang relai dan melakukan koordinasi dengan proteksi feeder Arsitek. Karena : 1. a. Catu daya padam b. Relai rusak c. PT rusak 2. CT tidak mampu membaca arus gangguan yang besar (CT jenuh) 3. Tidak melakukan koordinasi penyetelan dengan proteksi feeder Arsitek. Gambar 4.2 Alur RCPS
3 57 Penjelasan dari alur RCPS adalah sebagai berikut : 1.a. Catu daya padam Hal ini bisa terjadi apabila sumber catu daya yang mensuplai relai diambil dari sisi tegangan rendah, atau dari pelanggan. Karena untuk tegangan di sisi tegangan rendah lebih mudah mengalami padam dari pada si sisi tegangan menengah. Maka solusi terbaik dari permasalah catu daya ini adalah dengan memasang UPS pada power supply yang menuju ke relai, sehingga apabila terjadi hilang tegangan, baik dari sisi tegangan rendah maupun tegangan menengah, relai masih tetap menyala. 1.b. Relai rusak Kondisi ini masih memungkinkan terjadi, karena ada beberapa kasus yang disebabkan relai rusak. Tetapi pada kasus di gardu JTU5 ini, relai tidak dalam kondisi rusak, sehingga kemungkinan ini bisa diabaikan. 1.c. PT (Potential Transformer) rusak Kondisi ini masih memungkinkan terjadi, tetapi setelah dilakukan penelusuran pada kasus di gardu JTU5 ini, PT tidak dalam kondisi rusak, sehingga kemungkinan ini bisa diabaikan. 2. CT jenuh CT jenuh merupakan kondisi dimana arus primer yang melewati CT melebihi batas kelas proteksi CT, maka fluks inti besi menjadi penuh, sehingga rms di sisi primer dan sisi sekunder turun.
4 58 Batas Jenuh Inti RMS Arus Primer Arus Primer RMS Arus Primer Arus Primer Batas Jenuh Inti RMS Arus Sekunder Arus Sekunder RMS Arus Sekunder Arus Sekunder a. Kurva CT Normal b. Kurva CT Jenuh Gambar 4.3 Gelombang sinusoida dari arus CT Pada gambar 4.3.a terlihat saat sisi primer CT diberi arus bolak balik yang tidak melebihi arus yang telah ditentukan (dibawah batas jenuh), akan mendapat arus rms di primer. Selanjutnya di sisi sekunder akan mengalir juga arus bolak balik, yang menimbulkan arus rms di sekunder. Arus rms ini yang diberikan ke relai sebagai input. Pada gambar 4.3.b terlihat saat sisi primer memperoleh arus besar (di atas batas jenuh), arus sinusoida di sisi sekunder menjadi cacat (menuju nol). Kecacatan ini berlangsung sampai arus bolak baliknya kembali dibawah batas jenuhnya. Sehingga nilai rms sisi sekunder turun yang akan mengakibatkan Over Current Relay (OCR) tidak bekerja (Wahyudi Sarimun, 2012, hal. 282). Untuk kasus di gardu JTU5 terlihat bahwa CT yang digunakan memiliki rasio 10/5 A dengan kelas proteksi 5P10.
5 59 Artinya CT tersebut mampu membaca arus gangguan sebesar 100 A dengan error sebesar 5%. Bila melihat data arus gangguan hubung singkat di gardu JTU5, nilai arus gangguan 1 fasa sebesar 922,3 A, arus gangguan 2 fasa sebesar 8313,89 A, dan arus gangguan 3 fasa sebesar 9600 A. Tentunya dengan keadaan ini, dimana CT terpasang hanya mampu menahan arus gangguan sebesar 100 A, maka akan menimbulkan kejenuhan CT yang berdampak pada tidak bekerjanya relai proteksi di gardu JTU5. Solusi dari CT jenuh ada dua opsi pilihan : 1. Mengganti CT dengan rasio yang lebih besar, 2. Menambah CT dengan rasio yang lebih besar dan relai. Untuk opsi pertama tidak bisa dilakukan karena CT yang digunakan saat ini digunakan pula untuk pengukuran energi listrik. Dimana CT pengukuran harus memiliki ketelitian yang tinggi dan error yang rendah. Hal itu akan dapat tercapai bila rasio CT mendekati dengan arus beban. Bila rasio CT diperbesar, akan berdampak pada ketelitian yang rendah dan error yang besar, sehingga pengukuran energi listrik tidak akurat. Untuk opsi kedua, bisa dilakukan dengan menggunakan CT tegangan rendah dengan rasio yang besar, sehinggan mampu membaca arus gangguan yang besar pula. Menambahkan CT disertai juga dengan penambahan relai, karena satu relai hanya memiliki satu input dari CT.
6 60 3. Tidak melakukan koordinasi penyetelan dengan proteksi feeder Arsitek Terkadang untuk beberapa kondisi yang terjadi di lapangan adalah penyetelan relai tidak dikoordinasikan dengan setelan relai feeder maupun relai outgoing trafo. Tentunya hal ini akan berdampak pada selektifitas proteksi yang tidak tepat. Selektifitas proteksi akan tercapai dengan mengetahui nilai arus hubung singkat pada masing-masing segmen. Sehingga nilai penyetelan relai dapat dengan mudah ditentukan. Solusi dari permasalahan ini ialah dengan melakukan koordinasi setelan relai antara gardu JTU5, feeder Arsitek, dan outgoing trafo Perancangan Alat Proteksi Gardu Distribusi Penggunaan tools RCPS telah memunculkan 3 solusi yang dapat dikerjakan untuk menyelesaikan permasalah proteksi yang tidak bekerja pada gardu distribusi, yaitu : 1. Memasang Backup power supply, seperti Uninterrupt Power Supply (UPS) 2. Memasang CT TR dan relai proteksi pada instalasi tegangan menengah 3. Melakukan koordinasi setelan relai antara gardu JTU5, feeder Arsitek, dan outgoing trafo 2.
7 61 Dalam tahap ini, untuk solusi pertama dan kedua dapat digambarkan melalui single line diagram berikut ini : REL BUSBAR 20 KV LBS LBS PMS PMS Power KWH METER PT PT KC 279 GI MAXIMANGANDO CB RELAY CB Output RELAY CT CT Input SUTM INSTALASI PELANGGAN Gambar 4.4 Kondisi single line proteksi existing Pada Gambar 4.4 menunjukkan kondisi sistem proteksi pada gardu JTU5 saat terjadi kegagalan proteksi. REL BUSBAR 20 KV PMS KWH METER PT 20kV/100V Power UPS CB Output RELAY 1 (EXISTING) RELAY 2 (BARU) CT 1 10/5A Input 1 CT 2 800/5A Input 2 INSTALASI PELANGGAN Gambar 4.5 Perancangan sistem proteksi gardu JTU5
8 62 Pada Gambar 4.5 menunjukkan perencanaan sistem proteksi yang akan dibuat untuk meningkatkan kinerja proteksi pada gardu JTU5. Pada Gambar 4.5 merupakan bentuk implementasi dari solusi yang diterangkan sebelumnya dimana ada penambahan peralatan seperti CT2, relai 2, dan UPS. CT1 dan relai 1 merupakan peralatan existing dari sistem proteksi sebelumnya. CT1 memiliki spesifikasi rasio yang rendah, hingga mendekati arus beban pelanggan, kelas proteksi yang rendah sehingga akan mendapatkan akurasi yang tinggi dan error yang rendah. Nilai rasio dari CT1 sebesar 10/5A. Nilai ini didapatkan dari arus beban maksimum pelanggan sebesar 9,96 A. Terminal 1 (1S1 dan 1S2) dari CT1 akan menjadi input bagi kwh Meter yang berfungsi sebagai alat pengukur energi listrik. Terminal 2 (2S1 dan 2S2) dari CT1 akan menjadi input bagi relai 1 yang merupakan relai arus lebih. Penggunaan relai 1 ini akan difungsikan sebagai OLR (Thermal Over Load Relay), yang sesuai dengan TDL (Tarif Daya Listrik). CT2 merupakan CT tegangan rendah yang memiliki rasio sebesar 800/5 A dan kelas proteksi 5P20. Penentuan nilai rasio CT2 ini didasarkan pada nilai maksimal arus gangguan yang bisa terjadi di gardu JTU5 yaitu sebesar 9600 A. CT2 akan menjadi input bagi relai 2. Relai 2 merupakan relai arus lebih (Over Current Relay) yang mampu bekerja sangat cepat bila menerima arus gangguan yang besar. Relai 2 ini akan difungsikan sebagai relai proteksi arus lebih. Output dari relai 1 dan relai 2 akan diparalel yang akan menuju ke Tripping Coil (Circuit Breaker). Sumber catu daya yang digunakan untuk relai 1 dan relai 2 berasal dari PT (Potential Transformer) dengan nilai 110 VAC. Khusus untuk relai 2, akan memiliki backup power supply melalui UPS.
9 Pemasangan CT TR pada Instalasi Tegangan Menengah Pemasangan CT TR pada instalasi tegangan menengah merupakan solusi untuk menambahkan proteksi pada gardu distribusi. Terlihat pada gambar dibawah ini bagaimana konstruksi sebuah MV Cell CBOM. Gambar 4.6 Konstruksi MV Cell CBOM Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa tidak ada ruang lagi untuk memasang CT TM, karena CT TM memiliki ukuran yang besar. Maka dari itu, untuk menambahkan CT pada ruang yang sempit tersebut, alternatifnya ialah dengan menggunakan CT TR. CT TR yang digunakan memiiki jenis CT ring, yang mana desainnya yang minimalis dan cukup untuk dipasang pada konstruksi CBOM seperti gambar di atas. Gambar 4.7 Current Transformer Tegangan Rendah jenis ring
10 64 Secara teknik CT TR ini memiliki Basic Insulating Level sebesar 6 kv. Sedangkan instalasi tegangan menengah memiliki tegangan nominal sebesar 20 kv. Tampak jelas perbedaan tegangan yang menjadi penghalang diantara keduanya. Tetapi hal tersebut bukanlah halangan untuk memasang CT TR pada instalasi tegangan menengah. Ada beberapa posisi dan tempat pada peralatan instalasi 20 kv tersebut yang memiliki tahanan isolasi melebihi 20 kv. Salah satunya ialah pada kabel jenis NA2XSEYBY atau Single Core arah pelanggan yang memiliki tahanan isolasi tinggi. Sumber 20 KV CT 2 CT 1 CT 3 Ke Instalasi Pelanggan Gambar 4.8 Pemasangan CT TR pada instalasi TM Pada Gambar 4.9 dapat terlihat bagaimana CT TR tersebut dipasang pada instalasi tegangan menengah. CT TR dipasang pada terminasi indoor kabel ke pelanggan. Pada terminasi indoor tersebut dapat dijelaskan tahanan isolasinya dari bagian A sampai D. Pada bagian A dan B isolasi kabel hanya terdiri dari semikonduktor dan XLPE, pada bagian ini sangat riskan untuk dipasang CT TR karena
11 65 tahanan isolasinya belum sempurna, tidak ada filter penyebaran tegangan (stress control), dan tidak ada filter untuk medan magnet. Pada bagian C, isolasi kabel terdiri dari semikonduktor, XLPE, dan stress control. Bagian stress control ini bersifat semikonduktor yang berfungsi untuk meratakan ketegangan (stress) elektrik pada isolasi ujung kabel. Pada bagian ini CT TR tidak bisa dipasang karena isolasi kabel belum sempurna. Kemudian pada bagian D, terlihat isolasi kabel terdiri dari lapisan semikonduktor, XLPE, stress control, dan metalic screen. Lapisan metalic screen ini terbuat dari tembaga yang memiliki dua fungsi utama yaitu mengalirkan arus bocor akibat kerusakan isolasi dan menetralisir medan magnet. Metalic screen ini yang akan dihubungkan ke tanah (arde). Pada bagian D ini lah isolasi kabel sudah berada pada titik isolasi sempurna dan aman untuk dipasang CT tegangan rendah. Gambar 4.9 Implementasi pemasangan CT TR Gambar 4.9 merupakan implementasi pemasangan CT TR pada instalasi tegangan menengah 20 kv dengan kondisi jenis kabel single core ke
12 66 arah pelanggan. Pada bagian tersebut, isolasi kabel memiliki isolasi yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk memasang CT TR Koordinasi Setelan Relai Proteksi Pada perhitungan setelan relai arus lebih OCR dan GFR dimulai dari gardu JTU5 selanjutnya feeder Arsitek, dan outgoing trafo 2. a. Setelan OCR (Over Current Relay) Nilai setelan arus lebih OCR dan waktu di gardu JTU5 o Setelan arus lebih pada relai 2 Setelan arus lebih pada relai 2 harus dikoodinasikan dengan penyetelan OLR (Thermal Over load Relay) pada relai 1. Sesuai dengan data teknik gardu JTU5, didapatkan bahwa daya kontrak pelanggan yang disuplai dari gardu JTU5 sebesar 345 kva. Maka arus daya kontrak dapat dihitung dengan persamaan (2.33) : I daya kontrak = P pelanggan 3 V 345 kva = 3 20 kv = 9,96 A Dengan menggunakan persamaan (2.32), maka Iset untuk relai 2 gardu JTU5 adalah : Iset = 1,8 x I daya kontrak Iset = 1,8 x 9,96 A Iset = 17,928 A Karena arus penyetelan minimum pada relai adalah sebesar 40 A, maka untuk Iset disesuaikan dengan hal tersebut. Sehingga didapatkan : Iset = 40 A
13 67 Nilai setelan ini adalah nilai setelan di sisi primer, untuk nilai setelan di sisi sekunder atau yang akan disetkan pada relai 2, dapat dihitung dengan persamaan (2.30). Rasio CT yang terpasang untuk relai 2 adalah sebesar 800 : 5A = 160. I s OCR = I set Rasio CT o Setelan waktu pada relai 2 = = 0,05 A Setelan waktu yang ditetapkan di sisi hulu atau gardu JTU5 ialah sebesar 0,3 s. Setelan yang dimasukkan ke relai berupa TMS, maka dari itu setelan waktu tersebut harus dikonversikan ke dalam bentuk TMS. Dalam hal ini kurva yang digunakan adalah Normally Inverse. Sesuai tabel 3.14 diketahui bahwa If 3fasa pada gardu JTU5 sebesar 9600 A. Dengan menggunakan persamaan (2.1), maka nilai TMS adalah sebagai berikut : TMS = t I 0,02 f I -1 set 0,14 0, , TMS = 0,14 TMS = 0,248 Nilai setelan arus lebih OCR dan waktu di feeder Arsitek o Setelan arus lebih Untuk penyetelan arus lebih pada relai feeder Arsitek, besarnya nilai Inominal didasarkan pada KHA penghantar yang
14 68 terpasang pada saluran transmisi tegangan menengah. Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa jenis saluran transmisi SKTM, jenis penghantar NA2XEYBY dengan luas penampang 240 mm 2. Maka KHA penghantar untuk jenis tersebut adalah sebesar 358 A. Untuk keamanan operasi feeder, pembebanan penghantar yang aman sebesar 80% dari KHA penghantar, maka nilai arus nominal feeder Arsitek adalah sebagai berikut : I nominal/beban feeder = 80% x 358 A I nominal/beban feeder = 286,4 A Dengan menggunakan persamaan (2.29), maka Iset untuk relai feeder Arsitek adalah : Iset = 1,05 x Inominal/beban feeder Iset = 1,05 x 286,4 A Iset = 300,72 A Nilai setelan ini adalah nilai setelan di sisi primer, untuk nilai setelan di sisi sekunder atau yang akan disetkan pada relai, dapat dihitung dengan persamaan (2.30) : I s = o Setelan waktu I set Rasio CT = 300, = 1,88 A Setelan waktu relai feeder Arsitek mengikuti persamaan (2.34), yaitu : Dengan : Tset = t + t t = 0,3 s
15 69 t pada gardu JTU5 sebesar 0,3 s maka : Tset = 0,3 + 0,3 = 0,6 s Sesuai Tabel 3.14 diketahui bahwa If 3fasa pada GH161 sebesar 6380,6 A. Dengan kurva Normally Inverse, nilai TMS yang akan disetkan pada relai didapatkan dengan menggunakan persamaan (2.1), yaitu : TMS = TMS = T set I 0,02 f I -1 set 0,14 0,6 6380,6 0,02 300,72-1 0,14 TMS = 0,27 Waktu kerja relai apabila terjadi gangguan di GI Maximangando dengan arus gangguan (If 3fasa) sebesar 12103,77 A dapat dihitung menggunakan persamaan (2.1) : t feeder = t feeder = 0,14 TMS I 0,02 f -1 I s 0,14 0, ,77 0,02 300,72-1 t feeder = 0,492 s Nilai setelan arus lebih OCR dan waktu di Outgoing Trafo 2 o Setelan arus lebih Berdasarkan Tabel 3.1, bahwa kapasitas trafo 2 GI Maximangando ialah sebesar 60 MVA.
16 70 Maka nilai arus nominal trafo 2 yaitu : I nominal trafo2 = 30 MVA 3 20 kv I nominal trafo2 = 1732 A Dengan menggunakan persamaan (2.29), maka Iset untuk relai outgoing trafo 2 adalah : Iset = 1,05 x Inominal trafo2 Iset = 1,05 x 1732 A Iset = 1818,6 A Nilai setelan ini adalah nilai setelan di sisi primer, untuk nilai setelan di sisi sekunder atau yang akan disetkan pada relai, dapat dihitung dengan persamaan (2.30) dengan rasio CT sebesar 2000/5 A : I s = I set Rasio CT = 1818,6 400 = 4,55 A o Setelan waktu Setelan waktu di Outgoing Trafo 2 mengikuti persamaan (2.31) : Tset = t + tfeeder Dengan : t = 0,3 s tfeeder pada sebesar 0,492 s maka : Tset = 0,3 + 0,492 = 0,792 s
17 71 Sesuai Tabel 3.14 diketahui bahwa If 3fasa pada GI Maximangando sebesar 12103,77 A. Dengan kurva Normally Inverse, nilai TMS yang akan disetkan pada relai didapatkan dengan menggunakan persamaan (2.1), yaitu : TMS = TMS = T set I 0,02 f I -1 set 0,14 0, ,77 0, ,6-1 0,14 TMS = 0,218 Setelah melakukan perhitungan penyetelan OCR untuk relai proteksi di gardu JTU5, feeder Arsitek, dan outgoing trafo 2, maka hasil tersebut dapat direkapitulasi pada Tabel 4.1 di bawah ini : Tabel 4.1 Hasil setelan OCR Relai No. Parameter Outgoing Trafo 2 Feeder Arsitek JTU5 1. Iset (primer) 1818,6 A 300,72 A 40 A 2. Is (sekunder) 4,55 A 1,88 A 0,05 A 3. TMS 0,218 0,27 0, Kurva Normally Inverse Normally Inverse Normally Inverse 5. t 0,792 s 0,492 s 0,3 s Nilai-nilai tersebut yang akan dimasukkan (setting) ke dalam relai proteksi, kemudian dilakukan pengetesan pada masing-masing relai untuk mengetahui persyaratan proteksi terpenuhi atau tidak.
18 72 b. Setelan GFR (Ground Fault Relay) Nilai setelan arus lebih GFR dan waktu di gardu JTU5 o Setelan Arus Lebih Untuk setelan ground fault relay diambil dari arus hubung singkat 1 fasa ke tanah di gardu JTU5 yaitu sebesar 922,3 A. Berdasarkan persamaan (2.31) bahwa besarnya Iset adalah 6% sampai dengan 12% dari arus hubung singkat 1 fasa ke tanah. Maka untuk penyetelan GFR di gardu JTU5 dipilih 10% dari arus hubung singkat 1 fasa ke tanah. Sehingga didapatkan : Iset = 10% x If 1fasa Iset = 10% x 922,3 Iset = 92,23 A Nilai setelan ini adalah nilai setelan di sisi primer, untuk nilai setelan di sisi sekunder atau yang akan disetkan pada relai, dapat dihitung dengan persamaan (2.30) : I s = o Setelan waktu I set Rasio CT 92,23 = = 0,576 A 160 Setelan waktu yang ditetapkan di sisi hulu atau gardu JTU5 ialah sebesar 0,3 s. Setelan yang dimasukkan ke relai berupa TMS, maka dari itu setelan waktu tersebut harus dikonversikan ke dalam bentuk TMS. Dalam hal ini kurva yang digunakan adalah Normally Inverse.
19 73 Sesuai Tabel 3.14 diketahui bahwa If 1fasa tanah pada gardu JTU5 sebesar 922,3 A. Dengan menggunakan persamaan (2.1), maka nilai TMS adalah sebagai berikut : t I 0,02 f I -1 set TMS = 0,14 0,3 922,3 0,02 92,23-1 TMS = 0,14 TMS = 0,1 Nilai setelan arus lebih GFR dan waktu di feeder Arsitek o Setelan arus lebih Untuk setelan ground fault relay diambil dari arus hubung singkat 1 fasa di ujung feeder atau di GH161 yaitu sebesar 860,9 A. Berdasarkan persamaan (2.31), maka setelan GFR di feeder Arsitek ini dipilih 8% dari arus hubung singkat 1 fasa ke tanah. Sehingga didapatkan : Iset = 8% x If 1fasa Iset = 8% x 860,9 Iset = 68,872 A Nilai setelan ini adalah nilai setelan di sisi primer, untuk nilai setelan di sisi sekunder atau yang akan disetkan pada relai, dapat dihitung dengan dengan persamaan (2.30) : I s = I set Rasio CT = 68, = 0,43 A
20 74 o Setelan waktu Setelan waktu di feeder Arsitek mengikuti persamaan (2.31) : Tset = t + t Dengan : t = 0,3 s t pada gardu JTU5 sebesar 0,3 s maka : Tset = 0,3 + 0,3 = 0,6 s Sesuai Tabel 3.14 diketahui bahwa If 1fasa tanah pada GH161 sebesar 860,9 A. Dengan kurva Normally Inverse, nilai TMS yang akan disetkan pada relai didapatkan dengan menggunakan persamaan (2.1), yaitu : TMS = TMS = T set I 0,02 f I -1 set 0,14 0,6 860,9 0,02 68, ,14 TMS = 0,22 Waktu kerja relai apabila terjadi gangguan di GI Maximangando dengan arus gangguan (If 1fasa tanah) sebesar 955,4 A dapat dihitung menggunakan persamaan (2.1) : t feeder = t feeder = 0,14 TMS I 0,02 f -1 I s 0,14 0,22 955,4 0,02 68,872-1 t feeder = 0,57 s
21 75 Nilai setelan arus lebih GFR dan waktu di Outgoing Trafo 2 o Setelan arus lebih Untuk setelan ground fault relay diambil dari arus hubung singkat 1 fasa di ujung feeder atau di GH161 yaitu sebesar 860,9 A. Berdasarkan persamaan (2.31), maka setelan GFR di outgoing trafo 2 ini dipilih 6% dari arus hubung singkat 1 fasa ke tanah. Sehingga didapatkan : Iset = 6% x If 1fasa Iset = 6% x 860,9 Iset = 51,654 A Nilai setelan ini adalah nilai setelan di sisi primer, untuk nilai setelan di sisi sekunder atau yang akan disetkan pada relai, dapat dihitung dengan persamaan (2.30) dengan rasio CT yang digunakan 2000/5 A : I s = I set Rasio CT = 51, = 0,129 A o Setelan waktu Setelan waktu di Outgoing Trafo 2 mengikuti persamaan (2.31) : Tset = t + tfeeder Dengan : t = 0,3 s dan tfeeder sebesar 0,57 s maka : Tset = 0,3 + 0,57 = 0,87 s Sesuai Tabel 3.14 diketahui bahwa If1fasa tanah pada GI Maximangando sebesar 955,4 A. Dengan kurva Normally Inverse,
22 76 nilai TMS yang akan disetkan pada relai didapatkan dengan menggunakan persamaan (2.1), yaitu : TMS = TMS = T set I 0,02 f I -1 set 0,14 0,87 955,4 0,02 51, ,14 TMS = 0,37 Setelah melakukan perhitungan penyetelan GFR untuk relai proteksi di gardu JTU5, feeder Arsitek, dan outgoing trafo 2, maka hasil tersebut dapat direkapitulasi pada Tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 4.2 Hasil setelan GFR Relai No. Parameter Outgoing Trafo 2 Feeder Arsitek JTU5 1. Iset (primer) 51,654 A 68,872 A 92,23 A 2. Is (sekunder) 0,129 A 0,43 A 0,576 A 3. TMS 0,37 0,22 0,1 4. Kurva Normally Inverse Normally Inverse Normally Inverse 5. t 0,87 s 0,57 s 0,3 s Nilai-nilai tersebut yang akan dimasukkan (setting) ke dalam relai proteksi, kemudian dilakukan pengetesan pada masing-masing relai untuk mengetahui persyaratan proteksi terpenuhi atau tidak.
23 Pengujian Relai Proteksi Pengujian relai proteksi terdiri dari dua bagian, yaitu pengujian individual relai dan pengujian selektifitas relai. Dalam pengujian tersebut menggunakan alat Secondary current injection test system, tipe PTE-100-C. P1 CT TR Proteksi 1s1 1s2 P2 100 A 0 PTE-100-C A Input Relai Proteksi - + Output S Power 220 VDC + - Gambar 4.10 Wiring pengujian relai Pada Gambar 4.10 merupakan wiring pengujian relai proteksi yang mana arus diberikan ke sisi primer CT TR Proteksi untuk kemudian sisi sekundernya dibaca oleh relai. Apabila arus yang diberikan melebihi batas pickup, maka relai akan bekerja dengan merubah saklar output menjadi close. Lamanya waktu kerja relai akan terbaca oleh alat uji dalam satuan detik Pengujian Individual Relai Pengujian relai dilakukan pada relai 2 gardu JTU5 dan relai feeder Arsitek. Pengujian meliputi pengujian OCR dan pengujian GFR.
24 78 a. Pengujian OCR (Over Current Relay) Tabel 4.3 Hasil pengujian OCR JTU5 x Iset Arus Uji Primer Sekunder (A) (A) t standar (detik) t uji (detik) Error (%) 1,5 60 0,375 4,264 3,811-10, ,5 2,487 2,316-6, , ,625 1,877 1,797-4, ,75 1,563 1,523-2, , ,875 1,368 1,367-0, ,235 1,222-1, , ,125 1,137 1,136-0, ,25 1,061 1,081 1,84944 Rata-rata Error -2,96 Pengujian dilakukan dengan memasukkan arus inject ke sisi primer atau sekunder CT TR, yang besarnya sesuai dengan arus uji yang tertera pada Tabel 4.3, sehingga didapatkan nilai waktu kerja relai pengujian (tuji) yang berdasarkan pada alat uji. Waktu kerja relai standar (tstandar) didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan persamaan (2.1). Nilai error yang dihasilkan merupakan perhitungan perbandingan antara waktu kerja relai pengujian (tuji) dengan waktu kerja relai standar (tstandar).
25 79 Hasil pengujian OCR pada relai 2 gardu JTU5 didapatkan error sebesar -2,96%. Tanda minus (-) menandakan bahwa relai bekerja lebih cepat dari waktu kerja relai standar. Standar Uji 4,500 4,000 Waktu Kerja Relai (detik) 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0, Arus Uji (A) Gambar 4.11 Grafik hasil pengujian OCR JTU5 Grafik dihasilkan dari Tabel 4.3 yang menunjukkan perbandingan antara waktu kerja relai pengujian dengan waktu kerja relai standar. b. Pengujian GFR (Ground Fault Relay) Tabel 4.4 Hasil pengujian GFR JTU5 x Iset Arus Uji Primer (A) Sekunder (A) t standar (detik) t uji (detik) Error (%) 1,5 138,345 0,865 1,719 1,378-19, ,46 1,153 1,003 0,926-7, ,5 230,575 1,441 0,757 0,722-4,61987
26 ,69 1,729 0,630 0,615-2, ,5 322,805 2,018 0,552 0,55-0, ,92 2,306 0,498 0,5 0, ,5 415,035 2,594 0,458 0,462 0, ,15 2,882 0,428 0,435 1, Rata-rata Error -4,00684 Dari Tabel 4.4 didapatkan error sebesar -4,00684 %. Tanda minus (-) menandakan bahwa relai bekerja lebih cepat dari waktu kerja relai standar. Standar UJI Waktu Kerja Relai (detik) 2,000 1,750 1,500 1,250 1,000 0,750 0,500 0,250 0, Arus Uji (A) Gambar 4.12 Grafik hasil pengujian GFR JTU5 Grafik di atas dihasilkan dari Tabel 4.4 yang menunjukkan perbandingan antara waktu kerja relai pengujian dengan waktu kerja relai standar Pengujian Selektifitas a. Pengujian selektifitas OCR Pengujian selektifitas OCR dilakukan untuk mengetahui waktu kerja relai antara relai 2 JTU5, relai feeder Arsitek, dan relai
27 81 outgoing trafo 2 apabila terjadi gangguan fasa-fasa. Setelan relai yang dimasukkan berdasarkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian relai : Tabel 4.5 Pengujian selektifitas OCR Arus Uji Relai JTU 5 Arus Uji Relai Feeder Arsitek Arus Uji Relai Outgoing trafo pri (A) sek (A) tstandar (s) tuji (s) sek (A) tstandar (s) tuji (s) sek (A) tstandar (s) tuji (s) 100 0,62 1,877 1,815 0,62 0, ,93 1,296 1,438 0,93 0, ,25 1,061 1,186 1,25 0, ,75 0,624 0,620 3,75 2,717 2,656 1, ,25 0,522 0,515 6,25 1,554 1,529 2, ,13 0,482 0,485 8,13 1,272 1,264 3, ,453 0, ,112 1, ,379 0, ,780 0, ,685 2, ,1 0,350 0,343 28,1 0,680 0,682 11,25 1,669 1, ,5 0,329 0,331 37,5 0,613 0, ,263 1, ,8 0,315 0,318 46,8 0,569 0,575 18,75 1,062 1, ,300 0, ,527 0, ,902 0,905 Pada Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa arus uji merupakan arus yang dimasukkan ke primer atau sekunder CT. Semakin besar arus yang dimasukkan, semakin kecil waktu kerja relai (tuji). Kolom yang kosong pada tabel menunjukkan bahwa relai tersebut belum
28 82 merasakan adanya arus gangguan, karena masih dibawah batas penyetelan relai. Pada relai JTU5 ketika diberikan arus sebesar 100 A, maka relai akan bekerja dengan waktu selama 0,62 detik. Sedangkan relai feeder Arsitek dan relai outgoing trafo 2 belum merasakan arus tersebut. Pada relai feeder Arsitek mulai merasakan arus gangguan ketika diberikan arus sebesar 600 A dengan waktu kerja relai selama 2,656 detik. Sedangkan relai outgoing trafo 2 belum merasaka arus tersebut. Relai outgoing trafo 2 akan merasakan gangguan ketika melebihi arus penyetelannya yaitu lebih dari 1818,6 A. Untuk lebih jelas melihat waktu kerja relai, dapat ditunjukkan pada grafik di bawah ini. WAKTU KERJA RELAI (DETIK) JTU5 feeder Arsitek Outgoing Trafo 2 3 2,75 2,5 2,25 2 1,75 1,5 1,25 1 0,75 0,5 0,25 0 ARUS UJI (A) Gambar 4.13 Grafik selektifitas OCR
29 83 Terlihat pada Gambar 4.13 bahwa waktu kerja relai JTU5 lebih cepat dari relai feeder Arsitek. Kemudian waktu kerja relai feeder Arsitek lebih cepat dari relai trafo 2. Dari Tabel 4.5, bila dirataratakan antara relai 2 JTU5 dengan relai feeder Arsitek memiliki perbandingan waktu kerja relai ( t) sebesar 0,302 detik. Sedangkan rata-rata perbandingan waktu kerja relai ( t) antara relai feeder Arsitek dengan Outgoing trafo 2 sebesar 0,893 detik. b. Pengujian selektifitas GFR Pengujian selektifitas OCR dilakukan untuk mengetahui waktu kerja relai antara relai 2 JTU5, relai feeder Arsitek dan relai outgoing trafo 2 apabila terjadi gangguan fasa ke tanah. Tabel 4.6 Pengujian selektifitas GFR arus Uji Relai JTU 5 Relai Feeder Arsitek Relai Outgoing trafo 2 Prim (A) tstandar (s) tuji (s) tstandar (s) tuji (s) tstandar (s) tuji (s) 150 1,432 1,256 1,963 1,716 2,404 2, ,897 0,84 1,429 1,306 1,887 1, ,695 0,676 1,179 1,096 1,617 1, ,587 0,575 1,031 1,025 1,446 1, ,518 0,519 0,932 0,94 1,328 1, ,470 0,474 0,860 0,866 1,240 1, ,435 0,44 0,805 0,817 1,171 1, ,407 0,415 0,762 0,77 1,115 1, ,385 0,395 0,726 0,734 1,069 1, ,367 0,375 0,696 0,703 1,030 1,039
30 ,352 0,361 0,671 0,677 0,997 1, ,338 0,351 0,649 0,654 0,968 0, ,327 0,342 0,630 0,64 0,942 0, ,317 0,332 0,613 0,621 0,920 0, ,308 0,32 0,598 0,601 0,899 0, ,300 0,314 0,584 0,587 0,881 0, ,293 0,306 0,572 0,579 0,864 0,877 Dari Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa relai 2 JTU5 memiliki waktu kerja yang lebih cepat dari relai feeder Arsitek, dengan rata-rata perbandingan waktu ( t) sebesar 0,355 detik. Untuk relai feeder Arsitek dengan relai outgoing trafo memiliki rata-rata perbadingan waktu sebesar 0,371 detik. 2,5 JTU 5 Feeder Arsitek Outgoing Trafo2 2 Waktu Kerja Relai (Detik)) 1,5 1 0, Arus Uji (A) Gambar 4.14 Grafik selektifitas GFR
31 85 Pada Gambar 4.14 merupakan grafik selektifitas GFR antara relai 2 JTU5, relai feeder Arsitek, dan relai outgoing trafo 2. Dari grafik tersebut terlihat bahwa relai 2 JTU5 memiliki waktu kerja yang paling cepat, sedangkan relai outgoing trafo 2 memiliki waktu kerja relai yang paling lambat.
TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK
TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun
Lebih terperinciIII PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah
Lebih terperinciANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB
ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga
Lebih terperinciAnalisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka
Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan
Lebih terperinciGambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan
Lebih terperinciANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH
ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari instalasi PHB-TM (Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah), TD (Transformator Distribusi),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current
BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak
Lebih terperinciPOLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam operasi pelayanan penyediaan energi listrik khususnya di GI Bungaran, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung
Lebih terperinciD. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... v MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv INTISARI...
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan
Lebih terperinciBAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk
BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak
BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi
Lebih terperinciGround Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay
Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai
Lebih terperinciSetting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota
JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 2, JULI 2017 180 Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota NASRUL, ST., M. KOM ABSTRAK Daerah
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN
STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3
Lebih terperincidalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam
6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)
27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga
Lebih terperinciSIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK
Simulasi Over Current Relay (OCR) Menggunakan Karateristik Standar Invers. Selamat Meliala SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA
Lebih terperinciAnalisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma
Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada bab ini penulis membahas secara umum metode penelitian, yaitu penelitaian yang dilaksanakan melalui tahap-tahap yang bertujuan mencari dan membuat pemecahan
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK ii iii iv v vi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah berupa Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR PERSAMAAN... xiii ABSTRACT...
Lebih terperinciKata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih
ANALSS KOORDNAS RELE ARUS LEBH DAN PENUTUP BALK OTOMATS (RECLOSER) PADA PENYULANG JUNREJO kv GARDU NDUK SENGKALNG AKBAT GANGGUAN ARUS HUBUNG SNGKAT Mega Firdausi N¹, Hery Purnomo, r., M.T.², Teguh Utomo,
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu
BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG
Teknologi Elektro, Vol. 15, No.2, Juli - Desember 2016 53 STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG I Komang Anom Astana Ady 1,
Lebih terperinci1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Teori Umum Proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik. Tujuan utama dari suatu sistem tenaga listrik
Lebih terperinciPengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto
1 Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto Bagus Ibnu Pratama, Moch.Dhofir, dan Hery Purnomo Abstrak Proses produksi PT. Ajinomoto terhenti
Lebih terperinci14 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus Z 2eq = Impedansi eqivalen urutan negatif
Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus 2017 13 Studi Analisis Kapasitas Pengaman Kopel dalam Mensuplai Daya di Bandara Internasional Ngurah Rai Saat Hilangnya Suplai Daya Dari Gayatri atau Bandara
Lebih terperinci12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal
4.1. Data yang Diperoleh BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah dikumpulkan untuk menunjang dilakukannya perbaikan koordinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka kebutuhan proteksi listrik semakin di butuhkan. Begitu pula keandalan sistem tenaga listrik dari pembangkitan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gangguan yang Terjadi pada SKTT Gangguan yang terjadi pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) umumnya bersifat permanen dan diikuti kerusakan sehingga diperlukan perbaikan
Lebih terperinciEVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5
EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5 Mahfudh Sanusi *), Juningtyastuti, and Karnoto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang
Lebih terperinciBAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS
BAB IV PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS 4.1. GARDU INDUK DUKUH ATAS GI Dukuh Atas merupakan gardu induk yang memiliki 2 buah trafo tenaga dengan daya masing-masing
Lebih terperinciDAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT...
ABSTRAK Gangguan hubung singkat yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan terputusnya penyaluran tenaga listrik kepada konsumen. Gangguan tersebut bisa disebabkan dari gangguan internal
Lebih terperinciBAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)
BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) 3.1 Definisi Trafo Arus 3.1.1 Definisi dan Fungsi Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,
Lebih terperinciSIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK
Simulasi Proteksi Daerah Terbatas... (Setiono dan Arum) SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Iman Setiono
Lebih terperinciABSTRAK Kata Kunci :
ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang
Lebih terperinciANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)
JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 46 ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) I Gusti Putu Arka, Nyoman Mudiana, dan
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA
BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 1.1 Studi Kasus. PT Mayora Tbk merupakan salah satu pelanggan PT PLN
1 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 1.1 Studi Kasus PT Mayora Tbk merupakan salah satu pelanggan PT PLN (Persero) Distribusi Banten Area Cikokol. Yang dilayani oleh gardu distribusi TG 175 penyulang Canon
Lebih terperinciBAB IV GROUND FAULT DETECTOR (GFD)
BAB IV GROUND FAULT DETECTOR (GFD) 4.1 Umum Dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan penggunaan energi listrik yang smakin hari semakin meningkat maka pasokan listrik harus meningkat pula Tingkat kehandalan
Lebih terperinciKAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41
Jurnal ELTEK, Vol 12 Nomor 01, April 2014 ISSN 1693-4024 KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM 1000+ SERI M41 Heri Sungkowo 1 Abstrak SEPAM (System Electronic Protection Automation Measurement)1000+
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Pengertian Sistem Proteksi Secara umum sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau membatasi kerusakan peralatan terhadap
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SIMULATOR PROTEKSI ARUS HUBUNG SINGKAT FASA KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN RELAI TIPE MCGG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi. Oleh sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat dengan masyarakat.
Lebih terperinciJurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :
STUDI ANALISA PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN GROUND FAULT DETECTOR (GFD) PADA JARINGAN 20 KV PLN DISJAYA TANGERANG Badaruddin 1, Achmad Basofi 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI
BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama
Lebih terperinciAnalisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade
Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Nandha Pamadya Putra¹, Hery Purnomo, Ir., MT.², Teguh Utomo, Ir., MT.³ ¹Mahasiswa
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB I PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian Fungsi Relay Tegangan Lebih Tipe BE4-27/59 4.1.1 Tujuan 1. Melaksanakan praktikum pengujian fungsi relay tegangan lebih tipe BE4-27/59. 2. Mengetahui cara fungsi
Lebih terperinci2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.
DAFTAR ISI JUDUL SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSYARATAN GELAR... iv LEMBAR PENGESAHAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x
Lebih terperinciStudi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel
Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus 2017 37 Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel I D.G.Agung Budhi Udiana
Lebih terperinciSISTEM TENAGA LISTRIK
Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem t`enaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan
Lebih terperinciEVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU
1 EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAMPEKANBARU Hasrizal Rusymi, Dr. Ir.Margo Pujiantara, MT. 1), Ir. Teguh Yuwono. 2) Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciAnalisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) -6 Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500 PT PLN (PERSERO) di Kediri Muhammad Rafi, Margo Pujiantara ), dan R. Wahyudi ). Jurusan
Lebih terperinciJurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tujuan Melakukan analisis terhadap sistem pengaman tenaga listrik di PT.PLN (PERSERO) Melakukan evaluasi
Lebih terperinciLANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk
II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem proteksi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan TMP (Tingkat Mutu Pelayanan) sehingga dapat mencegah/membatasi kerusakan peralatan akibat gangguan, dan
Lebih terperinciPerencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya
Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Oleh : Duta Satria Yusmiharga 2208 100 162 Dosen Pembimbing : 1. Prof.Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc.,Ph.D
Lebih terperinciPERANCANGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH PADA GARDU INDUK DENGAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE
PERANCANGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH PADA GARDU INDUK DENGAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE Wahyudi Budi Pramono Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH
BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang
BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang 3.1.1. Definisi Relai Proteksi Tujuan utama dari sistem tenaga listrik adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan
Lebih terperinci47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971
47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971 ANALISIS PENGARUH REKONFIGURASI GROUNDING KABEL POWER 20 kv TERHADAP ERROR RATIO CURRENT TRANSFORMERS PELANGGAN TEGANGAN MENENGAH DI HOTEL GOLDEN TULIP SEMINYAK
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
Lebih terperinciAnalisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya
Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Eka Setya Laksana Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI
STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI Oleh ADRIAL MARDENSYAH 04 03 03 004 7 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciAnalisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)
Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk
Lebih terperinciKOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)
JURNAL MEDIA TEKNIK VOL. 8, NO.3: 2011 KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) KASMIR Staf Pengajar Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya
Lebih terperinciSTUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA
Presentasi Sidang Tugas Akhir (Gasal 2013/2014) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan
Lebih terperinciKOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS
KOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS Sartika Kusuma Wardani, Subali Program Studi Diploma
Lebih terperinciBAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA
41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya
BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Operasi Jaringan Distribusi Pada umumnya suatu sistem tenaga listrik yang lengkap mengandung empat unsur Pertama, adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung
Lebih terperinciJl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak
Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DAN DASAR RELE ARUS LEBIH PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN REGION JAWA TENGAH DAN DIY Fa ano Hia. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1
Lebih terperinciSistem Listrik Idustri
Skema Penyaluran Tenaga Listrik Sistem Listrik Idustri Oleh: Tugino, ST, MT Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta Tugino, ST MT STTNAS Yogyakarta 2 Sistem Listrik Industri Meliputi Generator Pembangkit
Lebih terperinciBAB III METODA SIMULASI
2 BAB III METODA SIMULASI 3.1 Metoda Pengujian Karakteristik Waktu Tunda Rele MCGG 52 3.1.1 Tujuan 1. Mengetahui cara menggunakan perangkat current injector. 2. Mengetahui cara setting rele MCGG 52. 3.
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN SETTING RELAY ARUS LEBIH (OCR) GARDU HUBUNG KANTOR PT. PLN PERSERO AREA JAMBI
Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS PERHITUNGAN SETTING RELAY LEBIH (OCR) GARDU HUBUNG KANTOR PT. PLN PERSERO AREA JAMBI Rizky Patra Jaya (21060110110005) (1) Ir. Yuningtyastuti, MT (2) Jurusan Teknik
Lebih terperinciKOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK
Makalah Seminar Kerja Praktek KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK Oktarico Susilatama PP 1, Ir. Agung Warsito, DHET 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciAnalisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ
ISSN: 1410-233 nalisa Perhitungan dan Pengaturan Relai rus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ Muhalan, Budi Yanto Husodo Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinci