BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB III METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -


PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II ASPEK STRATEGIS

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

Katalog BPS :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI UTARA BULAN AGUSTUS 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN


PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

PENDAHULUAN. Latar Belakang

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PROFIL KECAMATAN se Kabupaten Bolaang Mongondow 2011

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Bolaang Mongondow secara administratif terbagi kedalam 12 kecamatan dan 192 desa/kelurahan. Luas keseluruhannya mencapai 3 506,24 Km2. Luas antar Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 No Kecamatan Luas (km²) Persentase (%) 1 Dumoga Barat 375,44 10,71 2 Dumoga Utara 364,21 10,39 3 Dumoga Timur 539,93 15,40 4 Lolayan 297,00 8,47 5 Passi Barat 95,46 2,72 6 Passi Timur 86,35 2,46 7 Bilalang 60,93 1,74 8 Poigar 322,84 9,21 9 Bolaang 148,03 4,22 10 Bolaang Timur 65,20 1,86 11 Lolak 374,54 10,68 12 Sang Tombolang 776,31 22,14 Kab. Bolaang Mongondow 3.506,24 100,00 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2012 Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 20

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat pada Kecamatan Sang Tombolang dengan luas 776,31 km² sedangkan wilayah Kecamatan terkecil terdapat pada Kecamatan Bilalang dengan luas 60,93 km². Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki batas-batas : Utara - Laut Sulawesi, Selatan - Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Barat - Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Timur - Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara. Sebagai daerah yang terletak di garis khatulistiwa, maka Kabupaten Bolaang Mongondow hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Hujan turun sepanjang tahun, dan hal ini berdampak positif bagi sektor pertanian. 2. Kependudukan Rata-rata Pertumbuhan Penduduk adalah angka yang menunjukan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 orang penduduk perempuan. Pada Tahun 2012, persebaran penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dikatakan kurang merata. Di Kecamatan Passi Barat misalnya, kecamatan yang luasnya hanya 2,72 persen dihuni oleh 7,00 persen dari penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow dengan tingkat kepadatan 156 orang per kilometer persegi. Sementara di Kecamatan Sang Tombolang yang memiliki luas 22,14 persen dari luas Kabupaten Bolaang Mongondow, hanya dihuni oleh 4,48 persen penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow dengan tingkat kepadatan 12 orang per kilometer persegi. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 21

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 No Kecamatan Penduduk Laki Laki Perempuan Jumlah 1 Dumoga Barat 14.373 13.197 27.570 2 Dumoga Utara 11.921 10.925 22.846 3 Dumoga Timur 17.084 15.832 32.916 4 Lolayan 12.602 11.460 24.062 5 Passi Barat 7.978 7.322 15.300 6 Passi Timur 5.951 5.512 11.463 7 Bilalang 3.160 2.983 6.143 8 Poigar 8.890 8.326 17.216 9 Bolaang 9.090 8.437 17.527 10 Bolaang Timur 4.898 4.827 9.725 11 Lolak 13.313 12.178 25.491 12 Sang Tombolang 5.082 4.752 9.834 Bolaang Mongondow 114.342 105.751 220.093 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak pertama terdapat pada Kecamatan Dumoga Timur dengan total jumlah penduduk sebesar 32.916 jiwa, jumlah penduduk laki laki 17.084 jiwa dan perempuan 15.832 jiwa. Penduduk terbanyak kedua terdapat pada Kecamatan Dumoga Barat dengan jumlah penduduk 27.570 jiwa, jumlah penduduk laki laki 14.373 jiwa dan perempuan 13.197 jiwa. Penduduk terbanyak ketiga terdapat pada Kecamatan Lolak dengan jumlah penduduk 25.491 jiwa, jumlah penduduk laki-laki 13.313 jiwa dan perempuan 12.178 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk sedikit terdapat di Kecamatan Bilalang dengan jumlah penduduk 6.143 jiwa, laki laki 3.160 jiwa dan perempuan 2.983 jiwa. Angkatan kerja Tahun 2011 menunjukan bahwa dari keseluruhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow yang telah masuk usia kerja 15 tahun ke atas, sebesar 96,070 % jika dibandingkan dengan tahun 2009 cukup tinggi Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 22

yaitu sebesar 142,716 % sedangkan pada tahun 2010 yaitu sebesar 91,232. Persentase tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2012. Jenis Kegiatan Utama 2010 2011 2012 A. Angkatan Kerja 91 232 96 070 89 190 1. Bekerja 83 893 90 823 83 979 2. Menganggur 7 339 5 247 5 211 B. Bukan Angkatan Kerja 57 400 55 905 64 233 1. Sekolah 8 918 13 345 40 548 2. Mengurus Rumah Tangga 39 242 36 476 41 700 3. Lainnya 9 240 6 084 11 418 Jumlah 148 632 151 975 153 423 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 91,96 63,21 58,13 Tingkat Pengangguran 8,04 5,46 5,84 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 3. Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah angka perbandingan antara banyaknya penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu yang sekolah dengan banyaknya penduduk usia sekolah pada jenjang yang sama dinyatakan dalam persen. Seperti pada Gambar 2 berikut. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 23

Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Gambar 2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa pada tahun 2011 APS sedikit dikalangan usia 7-12 = 93,82%, usia 13-15 = 78,05% dan usia 16-18 = 42,10%. Sedangkan APS pada tahun 2010 sangat tinggi yaitu pada usia 7-12 = 97,77%, pada usia 13-15 = 82,56%, pada usia 16-18 = 50,71% dan diikutu tahun 2009 dimana usia 7-12 = 94,64%, pada usia 13-15 = 81,70, pada usia 16-18 = 54,36. Berikut tabel Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut jenjang Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 Jenjang Pendidikan APM APK SD / MI / Sederajat 85,02 107,34 SMP / MTs / Sederajat 46,53 70,65 SMA / MA / Sederajat 27,5 56,70 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 24

4. Kesehatan Pada Tahun 2012 fasilitas kesehatan di Kabupaten Bolaang Mongondow terdiri dari 1 (satu) unit Rumah Sakit, 16 unit Puskesmas, 53 unit Puskesmas Pembantu, 17 Pusling, 6 unit Puskesmas Rawat Inap dan 194 unit Posyandu. Berikut gambar fasilitas kesehatan di Kabupaaten bolaang Mongondow. Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Gambar 3. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 4. Ekonomi Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi dinyatakan dalam persentase, menunjukan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor ekonomi. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 25

Secara sektoral pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow pada tanggal 8 Desember 2006 mengalami perubahan dengan mekarnya Kabupaten Bolaang Mongondow Utara kemudian diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang resmi di mekarkan bersama-sama pada tanggal 30 September 2008. Berikut gambar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow. Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow 2007-2011 Berdasarkan Gambar di atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2011, yang ditunjukan oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, mengalami percepatan pertumbuhan yaitu sebesar 6,06 persen dari tahun sebelumnya sebesar 4,91 persen. 5. PDRB Angka-angka PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang banyak digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional, berikut data PDRB atas dasar harga konstan. Perkembangan ekonomi Kabupaten Bolaang Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 26

Mongondow selang Tahun 2000 2011 berdasarkan indikator PDRB terus mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan oleh pola pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Setelah pada Tahun 2000 yang merupakan Tahun kebangkitan perekonomian secara nasional yang juga dijadikan sebagai tahun dasar, pada Tahun 2000 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku untuk Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar Rp. 721.78 milyar, kemudian pada Tahun 2011 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku meningkat menjadi Rp. 2.24 triliun atau selama kurun waktu 11 tahun meningkat 210,95 persen. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 sebesar Rp. 721.78 milyar, dan pada Tahun 2011 menjadi sebesar Rp. 1.09 triliun atau meningkat 51,39 persen selama periode 2000-2011. B. Identifikasi Pengembangan Potensi Wilayah 1. Potensi Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Secara umum sektor basis di tiap-tiap Kabupaten yang berada di Sulawesi Utara sangat bervariasi. PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut lapang usaha Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010 yang paling menonjol dengan jumlah keseluruhan sektor yaitu Kota Manado dengan jumlah total keseluruhan sektor 5.763.351,02 kemudian diikuti Kota Bitung dengan keseluruhan sektor 2.204.240, Minahasa Selatan dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 1.328.646 kemudian diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 1.030.335,9, selanjutnya diikuti Kabupaten Minahasa Tenggara dengan total keseluruhan sektor sebesar 884.301,69, kemudian diikuti Kota Tomohon dengan jumlah keseluruhan sektor 766.266, Kota Kotamobagu dengan keseluruhan sektor 473.060,83, Kabupaten Kepulauan Talaud dengan jumlah sektor keseluruhan sebesar 426.155,92, kemudian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah keseluruhan sektor sebesar 384.071,89, kemudian Bolaang Mongondow Selatan dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 269.308,56, selanjutnya Kabupaten Minahasa dengan jumlah keseluruhan Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 27

sebesar 2.117,14 dan yang terakhir dengan sumbangan terendah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 747,13. 2. Identifikasi Potensi Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara Hasil perhitungan dengan metode LQ menunjukkan bahwa pada tahun 2010 di Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa Kabupaten yang memiliki sektor yang menonjol. Sektor basis ditiap kabupaten sangat bervariasi. Hal ini menandakan bahwa pembangunan di Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara banyak mengalami perubahan. Secara lengkap berikut ini dapat dijelaskan hasil analisis LQ untuk masing-masing sektor pada tahun 2010. Analisis LQ di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010 sektor yang pling menonjol yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan jumlah LQ keseluruhan 21,04 dengan persentase 60% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 1,68, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 3,12, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,65, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,10, Kabupaten Minahasa 2,18, Kabupaten Minahasa Selatan 3,02, Kabupaten Minahasa Tenggara 3,15, Kota Kotamobagu 1,01 dan Kota Tomohon 2,21. Sektor yang menonjol kedua adalah sektor pertanian dengan jumlah LQ keseluruhan 18,96 dengan persentase 60% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 2,67, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2,15, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,02, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,68, Kabupaten Kepulauan Talaud 2,59, Kabupaten Minahasa 1,33, Kabupaten Minahasa Selatan 2,06, Kabupaten Minahasa Tenggara 2,04 dan Kota Bitung dengan nilai LQ 1,11. Selanjutnya sektor jasa-jasa dengan jumlah LQ keseluruhan 13,09 dengan persentase 46,7% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 1,09, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 1,60, Kabupaten Bolang Mongondow Utara 1,78, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,01, Kota Kotamobagu 2,00, Kota Manado 1,21 dan Kota Tomohon 1,00. Sektor Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 28

bangunan dengan nilai LQ keseluruhan 11,21 dengan persentase 33% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa 1,19, Kabupaten Minahasa Selatan 1,23, Kabupaten Minahasa Tenggara 1,21, Kota Kotamobagu 1,13 dan Kota Tomohon dengan nilai LQ 1,43. Selanjutnya sektor listrik, gas dan air bersih dengan nilai LQ keseluruhan 9,73 dengan persentase 20% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa 1,13, Kota Bitung 2,29 dan Kota Tomohon 1,03. Selanjutnya sektor keuangan, persewahan dan jasa perusahaan dengan nilai LQ keseluruhan 9,44 dengan persentase 20% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,02, Kota Kotamobagu 2,09 dan Kota Manado 1,51. Sektor industri pengolahan dengan jumlah LQ keseluruhan 8,77 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa Selatan 1,02 dan Kota Bitung 2,55. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai LQ keseluruhan 8,84 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,07 dan Kota Manado 1,61 Dan sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai LQ keseluruhan terkecil 7,28 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kota Bitung 1,63 dan Kota Manado 1,33. 3. Struktur Perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Struktur Ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2011 mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Berikut pola pertumbuhan Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2007-2011. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 29

Tabel 7. PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bolaang Mongondow 2007-2011 Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1. Pertanian 436.790,41 463.851,59 466.484,71 485.639,96 500.209,48 2. Pertambangan dan Penggalian 54.930,11 51.321,01 53.203,84 55.397,29 57.684,67 3. Industri Pengolahan 21.134,31 21.592,92 22.061,,49 22.551,25 23.464,58 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2.980,46 3.093,84 3.211,58 3.337,48 3.501,26 5. Bangunan 104 819,23 107 188,14 112 826,24 119 155,79 134.884,35 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 83 921,45 86 093,54 89 876,85 93 604,49 100.422,20 7. Pengangkutan dan Komunikasi 37 990,03 38 968,47 40 330,91 41 755,55 44.537,42 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 30 704,33 31 770,36 32 874,11 34 091,54 36.214,76 9. Jasa-jasa 153 093,84 149 173,99 161 265,55 174 802,53 191.807,38 PDRB Bolaang Mongondow 926 364,16 953 053,86 982 135,27 1 030 335,87 1.092.726,11 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2012 Tabel 7. Menunjukan bahwa sektor yang paling banyak menyumbang yaitu sektor pertanian pada Tahun 2007 sebesar 436.790,41, pada Tahun 2008 sebesar 463.831,59, pada Tahun 2009 sebesar 466.484,71, pada Tahun 2010 sebesar 485.639,96 dan pada Tahun 2011 dengan sumbangan terbesar yaitu 500.209,48. Kemudian penyumbang terbesar kedua diikuti sektor jasa-jasa pada Tahun 2007 sebesar 153.093,84, pada Tahun 2008 sebesar 149.173,99, pada Tahun 2009 sebesar 161.265,55, pada Tahun 2010 sebesar 174.802,53 dan pada Tahun 2011 sebesar 191.807,38 dan diikuti oleh bangunan dengan sumbangan terbesar ketiga, perdagangan dengan sumbangan terbesar keempat, pertambangan kelima, angkutan dan komunikasi keenam, berikutnya keuangan, persewahan dan jasa perusahan, dan yang kedelapan industri pengolahan. Sedangkan listrik, gas dan air bersih begitu rendah yaitu pada Tahun 2007 sebesar 2.980,46, Tahun 2008 sebesar 3.093,84, Tahun 2009 sebesar 3.211,58, Tahun 2010 sebesar 3.337,48 dan pada Tahun 2011 sebesar 3.501,26. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 30

Tabel 8. Struktur Perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow 2007-2011 Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 % % % % % 1. Pertanian 0,47 0,49 0,47 0,47 0,46 2. Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 3. Industri Pengolahan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0032 0,0032 0,0032 0,0032 0,0032 5. Bangunan 0,11 0,11 0,11 0,12 0,11 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 9. Jasa-jasa 0,17 0,16 0,16 0,17 0,18 PDRB Bolaang Mongondow 99 99 97 99 98 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Tabel 8 menunjukan bahwa sektor pertanian dengan pertumbuhan dari tahun 2007-2010 dengan rata-rata 0,47% dan mengalami penurunan pada Tahun 2011 0,46%, diikuti oleh jasa-jasa pada Tahun 2007 dengan pertumbuhan 0,17% dan mengalami penurunan pada Tahun 2008-2009 sebesar 0,16%, pada Tahun 2010 kembali stabil menjadi 0,17% dan pada Tahun 2011 naik menjadi 0,18%, selanjutnya sektor bangunan dengan rata-rata 0,11% pada tahun 2007-2011, sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2007-2011 dengan rata-rata 0,09%, sektor pertambangan dengan pertumbuhan pada Tahun 2007 sebesar 0,06% dan mengalami penurunan pada Tahun 2008-2011 dengan rata-rata 0,05%, sektor angkutan dan komunikasi sejak tahun 2007-2011 dengan rata-rata 0,04%, sektor keuangan, persewahan dan jasa perusahaan dengan rata-rata sejak tahun 2007-2011 sebesar 0,03%, selanjutnya sektor industri pengolahan pada tahun 2007-2011 dengan rata-rata 0,02% dan sektor listrik, gas dan air bersih pada Tahun 2007-2011 dengan rata-rata 0,0032%. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 31

4. Identifikasi Pengembangan Potensi Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Alat Analisis Location Quotient (LQ), digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif kegiatan ekonomi di suatu wilayah dengan membandingkan kabupaten dan provinsi dalam hal ini Kabupaten Bolaang Mongondow. Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi sektor-sektor apa saja yang dapat di kembangkan untuk tujuan sektor sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Dari hasil analisis (LQ) dalam penelitian ini dengan subjek PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Bolaang Mongondow di beberapa sektor dan tiap tahunnya menghasilkan nilai positif LQ > 1. Hasil analisis Location Quotient (LQ) pada sektor pertanian, pertambangan dan jasa-jasa di Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Hasil Analisis LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bolaang Mongondow 2007-2011 Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1. Pertanian 2,21 2,39 2,46 2,68 2,52 2. Pertambangan dan Penggalian 1,11 1,0 1,04 1,69 1,06 3. Industri Pengolahan 0,29 0,29 0,29 0,26 0,27 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,37 0,37 0,37 0,37 0,43 5. Bangunan 0,71 0,87 0,71 0,75 0,77 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,61 0,58 0,56 0,54 0,53 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,35 0,34 0,31 0,29 0,31 8. Keuangan, Persewaan 0,5 0,5 0,5 0,47 0,49 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 1,06 1,03 1,09 1,10 1,17 Produk Domestik Regional Bruto 7,214 7,376 7,340 8,150 7,546 Sumber Analisis Data Sekunder, 2012 Tabel 9. menunjukan bahwa dari 9 sektor di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat 3 sektor yang memiliki hasil analisis Location Quotient Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 32

yang positif yaitu pada tahun terakhir dengan jumlah 7,546 dan sektor pertanian menyumbang dengan jumlah terbanyak 2,516 dari 8 sektor. Dari hasil tersebut sektor pertanian yang unggul di Kabupaten Bolaang Mongondow. Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki nilai analisis Location Quotient (LQ) besar dari Tahun 2007-2011 dari 9 sektor tersebut yaitu sektor yang paling banyak menyumbang adalah sektor pertanian pada Tahun 2007 sebesar 2,21, pada Tahun 2008 sebesar 2,39, pada Tahun 2009 sebesar 2,46, pada Tahun 2010 sebesar 2,68 dan pada Tahun 2011 sebesar 2,52 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun 2007-2011 sektor pertanian sebesar 12,26. Sektor terbanyak kedua sektor jasa-jasa pada Tahun 2007 sebesar 1,06, pada Tahun 2008 sebesar 1,03, pada Tahun 2009 sebesar 1,09, pada Tahun 2010 sebesar 1,10 dan pada Tahun 2011 sebesar 1,17 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun 2007-2011 sektor jasa-jasa sebesar 5,45. Sektor terbanyak ketiga sektor pertambangan dan penggalian pada Tahun 2007 sebesar 1,11, pada Tahun 2008 sebesar 1,0, pada Tahun 2009 sebesar 1,04, pada Tahun 2010 sebesar 1,69 dan pada Tahun 2011 sebesar 1,06 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun 2007-2011 sebesar 5,90. Dibandingkan dengan sektor lainnya dari hasil analisis Location Quotient (LQ) yang begitu rendah terdapat sektor industri pengolahan dimana pada Tahun 2007 sebesar 0,29, pada Tahun 2008 sebesar 0,29, pada Tahun 2009 sebesar 0,29, pada Tahun 2010 sebesar 0,26 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,27 dengan jumlah keseluruhan 1,40. Selanjutnya sektor listrik, gas dan air bersih pada Tahun 2007 sebesar 0,37, pada Tahun 2008 sebesar 0,37, pada Tahun 2009 sebesar 0,37, pada Tahun 2010 sebesar 0,37 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,43 dengan jumlah keseluruhan sebesar 1,91. Selanjutnya sektor bangunan pada Tahun 2007 sebesar 0,71, pada Tahun 2008 sebesar 0,87, pada Tahun 2009 sebesar 0,71, pada Tahun 2010 sebesar 0,75 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,77 dengan jumlah keseluruhan sebesar 3,81, selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran pada Tahun 2007 sebesar 0,61, pada Tahun 2008 sebesar 0,58, pada Tahun 2009 sebesar 0,56, pada Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 33

Tahun 2010 sebesar 0,54 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,53 dengan jumlah keseluruhan sebesar 2,82. Selanjutnya sektor angkutan dan komunikasi pada Tahun 2007 sebesar 0,35, pada Tahun 2008 sebesar 0,34, pada Tahun 2009 sebesar 0,31, pada Tahun 2010 sebesar 0,29 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,31 dengan nilai LQ keseluruhan sebesar 1,64 dan sektor yang paling terendah adalah sektor jasa perusahaan, keuangan dan persewahan dimana pada Tahun 2007 sebesar 0,005, pada Tahun 2008 sebesar 0,005, pada Tahun 2009 sebesar 0,005, pada Tahun 2010 sebesar 0,47 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,49 dengan jumlah keseluruhan sebesar 0,97. Berdasarkan data tabel 10 serta uraian diatas sektor yang paling menonjol dari 9 sektor adalah sektor pertanian dimana pada Tahun 2007-2011 berdasarkan analisis Location Quotient (LQ) rata-rata di tiap tahun selalu diatas 2% dan persentase keseluruhan sebesar 11,913% dan ini menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis dan merupakan potensi yang dimiliki Kabupaten Bolaang Mongondow. Selain itu diikuti oleh sektor pertambangan dan jasa-jasa yang mendapat nilai positif. 5. Keunggulan Komoditi Padi Sawah Secara umum subsektor basis di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah subsektor tanaman pangan dengan komoditi yang paling banyak menyumbang padi-padian sebagaimana Kabupaten Bolaang Mongondow dijuluki dengan lubung berasnya Sulawesi Utara dan merupakan tujuan dari pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow untuk terus mempertahankan dan meningkatkan produksi dalam bidang pertanian. Untuk lebih jelasnya mengenai luas panen komoditi pangan di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini : Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 34

Tabel 10. Luas Panen Tanaman Pangan Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2011 Kecamatan Padi Sawah Padi ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Total (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1. Dumoga 7.879 146 4.809 339 128 83 44 59 13.487 Barat 2. Dumoga 6.551 160 1.782 303 122 66 54 32 9.070 Utara 3. Dumoga 9.398 176 5393 259 150 101 51 46 15.574 Timur 4. Lolayan 6.338 146 3.347 224 76 70 58 34 10.293 5. Passi Barat 344 193 1.827 135 44 17 50 35 2.645 6. Passi Timur 720 208 1.868 85 53-39 72 3.045 7. Bilalang 277 241 1.766 148 45 19 69 38 2.603 8. Poigar 2.499 269 4.441 276 120 110 50 53 7.818 9. Bolaang 2.324 403 4.390 530 126 80 37 34 7.924 10. Bolaang 1.793 409 4.389 314 151 183 116 74 7.429 Timur 11. Lolak 4.085 975 6.212 332 156 91 42 66 11.959 12. Sang Tombolang Kab.Bolaang Mongondow 2.118 416 1.310 276 139 31 36 58 4.384 44.326 3.742 41.534 3.221 1.310 851 646 601 96.231 Sumber : BPS Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 Tabel 10 menunjukan luas panen tanaman pangan terbesar pada tanaman padi sawah dengan jumlah luas panen terbesar 44.326 ha, kemudian terbesar kedua tanaman pangan jagung dengan luas panen 41.534 ha, padi ladang dengan luas panen 3.742 ha, kedelai dengan luas panen 3.221 ha, kacang tanah dengan luas panen 1.310 ha, kacang hijau dengan luas panen 851 ha, ubi kayu dengan luas panen 646 ha dan yang terkecil tanaman pangan ubi jalar dengan luas panen 601 ha. Ini menunjukan keragaman komoditi tanaman pangan di Kabupaten Bolaang Mongondow bervariasi dan menunjukan potensi tanaman pangan Kabupaten Bolaang Mongondow padi sawah kedepan bisa mengalami peningkatan dan perlu adanya dukungan dari pemerintah dengan perluasan lahan di beberapa kecamatan. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 35

6. Identifikasi Keunggulan Komoditi Padi Sawah Komoditas utama yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah komoditi padi sawah yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow. Data sekunder yang menjadi analisis keunggulan komoditi padi sawah adalah luas panen padi sawah. Hasil dari analisis luas panen komoditi diuraikan sebagai berikut : a. Analisis Location Quotient Dari hasil analisis LQ dalam penelitian ini dengan subjek luas panen tanaman pangan Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Analisis LQ Komoditi Unggulan Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 Kecamatan Padi Sawah Padi ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar 1. Dumoga Barat 1,27 0,28 0,83 0,67 0,70 0,70 0,49 0,71 2. Dumoga Utara 1,57 0,45 0,46 0,99 0,99 0,80 0,90 0,56 3. Dumoga Timur 1,31 0,29 0,80 0,33 0,70 0,74 0,49 0,48 4. Lolayan 1,34 0,37 0,75 0,67 0,54 0,77 0,84 0,53 5. Passi Barat 0,28 1,88 1,60 1,66 1,27 0,73 2,15 2,13 6. Passi Timur 0,51 1,76 1,42 1,00 1,27-1,45 3,81 7. Bilalang 0,23 2,38 1,57 1,66 1,27 0,83 3,01 2,35 8. Poigar 0,69 0,88 1,32 1,00 1,13 1,60 0,73 1,09 9. Bolaang 0,64 1,31 1,28 1,99 1,13 1,15 0,53 0,69 10. Bolaang Timur 0,52 1,42 1,37 1,33 1,50 2,79 1,77 1,59 11. Lolak 0,74 2,10 1,20 0,67 0,96 0,86 0,39 0,89 12. Sang Tombolang 1,05 2,44 0,69 1,99 2,33 0,81 0,93 2,13 TOTAL 10,15 15,56 13,29 13,96 13,79 11,78 13,6 14,8 PERSENTASE 41,7% 58,3% 58,3% 58,3% 58,3% 25% 33% 50% Sumber : Analisis Data Sekunder 2012 Tabel 11 menunjukan bahwa di Kabupaten Bolaang Mongondow sektor yang paling menonjol yaitu komoditi padi ladang dengan total 15,56 dengan Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 36

persentase 58,3%, sedangkan jagung dengan total 13,29, kedelai dengan total 13,96 dan kacang tanah dengan total 13,79 dengan persentase rata-rata di 7 kecamatan sebesar 58,3%. Sedangkan padi sawah dengan luas panen terbesar di Kabupaten Bolaang Mongondow hanya menonjol di 5 kecamatan yaitu Dumoga Barat dengan nilai LQ 1,27, Dumoga Utara 1,57, Dumoga Timur 1,31, Lolayan 1,34 dan Kecamatan Sang Tombolang dengan total keseluruhan 10,15 dengan persentase 41,7%. Dibandingkan dengan komoditi kacang hijau dengan total 11,78 dan persentase 25% dan hanya menonjol di 3 kecamatan, ubi kayu dengan total 13,6 dan persentase 33% hanya menonjol di 4 kecamatan, ubi jalar dengan total 14,8 dengan persentase 50% yang menonjol di 6 kecamatan dengan salah satu kecamatan yang paling besar nilai LQ yaitu Passi Timur 3,81. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun komoditi padi sawah dengan luas panen terbesar tetapi di tiap-tiap kecamatan tidak menyebar merata, dibandingkan dengan padi ladang, jagung, kedelai dan kacang tanah yang di tiaptiap kecamatan merata dan terkonsentrasi di tiap-tiap wilayah. Berdasarkan hasil analisis LQ, dari 12 kecamatan padi sawah tidak merupakan sektor basis di lihat dari 12 kecamatan padi sawah hanya terkonsentrasi di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Dumoga Barat, Dumoga Utara, Dumoga Timur, Lolayan dan Sang Tombolang dengan persentase 41,7%. Dengan demikian di beberapa kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow komoditi padi sawah masih belum berkembang. 7. Identifikasi Kuantitatif Deskriptif Analisis ini untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang kesesuaian kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor basis digunakan analisis kualitatif deskriptif. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah Bolaang Mongondow masih sangat bersifat umum dan tidak fokus pada sektor-sektor yang memiliki daya saing tinggi tetapi lebih pada sektor yang basis dan cenderung mengabaikan sektor-sektor yang lainnya. Dari Sembilan sektor Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 37

hanya pertanian, pertambangan dan jasa-jasa yang menjadi perhatian utama yakni pada Tahun 2007-2009 selalu meningkat dan mendapat nilai positif dari hasil analisis Location Quotient, sementara sektor lain seperti perdagangan, industry pengolahan dan keuangan pada Tahun 2007-2011 tidak mendapat nilai positif dari hasil analisis Location Quotien. Untuk menciptakan kemandirian daerah maka perlu untuk mengembangkan secara optimal sektor yang memiliki daya saing tinggi seperti listrik gas dan air bersih, industri pengolahan, bangunan dan perdagangan hotel dan restoran yang cenderung diabaikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bolaang Mongondow padahal sektor inilah yang bisa membuat kemandirian daerah agar perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow tidak terus bergantung pada perekonomian Sulawesi Utara. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 38