BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari struktur keseluruhan LPPD Kota Medan Tahun 2008, dipandang perlu menyajikan terlebih dahulu dasar hukum pembentukan Kota Medan sebagai daerah otonom, serta gambaran umum Kota Medan baik secara geografis, demografis maupun sosial ekonomi. Penyajian aspek-aspek tersebut diharapkan dapat membantu analisis yang lebih menyeluruh terhadap capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Medan selama tahun A. Dasar Hukum Sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, setiap daerah (Propinsi/Kabupaten/Kota) memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Sebagai konsep dasar maka, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pemberian otonomi kepada daerah dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pemberian otonomi kepada daerah juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing daerah dalam rangka mengembangkan daerah dan kemajuan daerahnya, dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai hak dan kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya masing-masing. Salah satu bentuk dan upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, setiap Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), yang disusun dengan mengedepankan prinsip-prinsip efektivitas, efisiensi, transparansi, akuntabilitas, keadilan, kepatutan dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya RKPD tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh kepala daerah. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 1

2 Penyusunan dan penyampaian Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) secara konstitusional merupakan salah satu kewajiban Kepala Daerah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 27 ayat 2 tentang Pemerintahan Daerah junto Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 pasal 9 ayat 4 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat. Sebagai bagian dari prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atas kinerja Pemerintah Daerah kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Selanjutnya, sebagai salah satu wujud tanggung jawab Kepala Daerah dan sesuai dengan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah, Pemerintah Kota Medan telah menyusun Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang merupakan laporan tentang pelaksanaan program dan kegiatan Pemerintah Kota Medan selama kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran, berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun anggaran Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ini diarahkan untuk memberikan berbagai hal tentang aspek keberhasilan, tantangan maupun upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Medan dalam pelaksanaan pembangunan kota, sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kota Medan. Di samping itu, Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah disusun dengan maksud sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun maksud dari penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan tahun 2008 adalah : 1. Upaya menciptakan dan mendorong penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan azas umum tata kelola pemerintahan yang baik. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 2

3 2. Untuk mengukur kemampuan daerah dalam menyelenggarakan hak dan kewajiban daerah untuk mewujudkan tujuan desentralisasi. 3. Sebagai tindakan dini dan ditujukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan daerah dan penataan daerah. 4. Sebagai sistem pengukuran dan evaluasi kinerja pemerintahan daerah. Selanjutnya, tujuan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan tahun 2008 antara lain : 1. Mengukur sejauhmana tingkat perkembangan pemerintahan daerah melalui sistem pengukuran dan evaluasi kinerja pemerintah daerah. 2. Meningkatkan kinerja pemerintah daerah dan mengoptimalkan hubungan antara pemerintahan dan pemerintah daerah dengan masyarakat serta mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. 3. Memperjelas kondisi distribusi urusan pemerintahan yang tidak sepadan dengan distribusi keuangan daerah dan perencanaan daerah dalam menyelenggarakan urusan wajib dan pilihan serta memperjelas derajat pertanggungjawaban pada level penyelenggaraan pemerintahan daerah serta tindakan dini bagi daerah dalam rangka pembinaan dan pengawasan maupun penataan daerah. Selanjutnya, sebagai landasan hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2008 sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara; 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Perubahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 3

4 7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan LPPD, Kepada Pemerintah, LKPJ Kepala Daerah Kepada DPRD, dan Informasi LPPD Kepada Masyarakat; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Walikota Medan Nomor 5 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan Tahun ; 15. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun Peraturan Daerah Kota Medan Tahun 2008 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P.APBD) Kota Medan Tahun B. Gambaran Umum Kota Medan Secara umum ada 3 (tiga) aspek pokok yang selalu mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Medan selama tahun 2008, yaitu : (1) Kondisi Geografis, (2) Demografis, dan (3) Kondisi Sosial Ekonomi Daerah. Faktor-faktor tersebut dapat diamati sebagai potensi pembangunan Kota Medan juga sekaligus sebagai tantangan pembangunan pada masa yang akan datang. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 4

5 1. Kondisi Geografis Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas Kota Medan menjadi Ha yang meliputi 4 kecamatan dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor /2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Kota Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan lingkungan. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 5

6 Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km 2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Di samping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka - Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang 2. Gambaran Umum Demografis Profil penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu kemajemukan yang meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Berdasarkan sisi demografi, Kota Medan pada saat ini sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi ini menunjukkan suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah seperti perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Sementara di sisi yang lain adanya faktor perbaikan gizi dan kesehatan yang memadai akan mempengaruhi tingkat kematian yang semakin menurun. Tabel 1. Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Medan Tahun Indikator Tahun a ) [1] [2] [3] [4] Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,53 0,77 0,91 Luas Wilayah (KM 2 ) 265,10 265,10 265,10 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 6

7 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa ada peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari jiwa pada tahun 2006 menjadi jiwa pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi jiwa pada tahun Laju pertumbuhan penduduk tahun 2006 sebesar 1,53%, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 0,77%, laju pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 0,91% pada tahun Walaupun mengalami peningkatan pada tahun 2006, akan tetapi cenderung kembali menurun pada tahun 2007 dan tahun Adapun faktor alami yang dapat mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah tingkat kelahiran, tingkat kematian dan arus urbanisasi. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk pengendalian tingkat kelahiran adalah melalui program keluarga berencana (KB), dan peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat, terutama pembangunan social, ekonomi secara menyeluruh. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, Kota Medan mengalami peningkatan kepadatan penduduk dari jiwa/km 2 pada tahun 2006, menjadi pada tahun 2007, kepadatan penduduk Kota Medan meningkat kembali menjadi jiwa/km 2 pada tahun Peningkatan tingkat kepadatan penduduk tersebut relatif tinggi sehingga termasuk salah satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan semakin menyempitnya luas lahan yang ada sehingga berpeluang terjadi ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang tersedia. Kombinasi antara kepadatan, commuters (penglaju), para pencari kerja dan peran Pemerintah Kota Medan sebagai pusat pelayanan regional menyebabkan tuntutan akan pelayanan dasar menjadi semakin meningkat. Di samping itu, adanya fenomena penglaju di Kota Medan yang menyebabkan jumlah penduduk pada siang hari lebih banyak, yaitu sekitar 2,5 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk pada malam hari yang diperkirakan 2,1 juta jiwa. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa penyebab utama fenomena penglaju di Kota Medan dikarenakan adanya pandangan bahwa (1) bekerja di kota lebih bergengsi; (2) lebih mudah mencari pekerjaan di kota; (3) tidak ada lagi yang dapat dikerjakan (diolah) di daerah asalnya; dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Dengan demikian, besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap kehidupan LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 7

8 sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan. Selanjutnya, faktor lain yang secara umum memberikan pengaruh menurunnya angka pertumbuhan penduduk pada periode adalah meningkatnya derajat pendidikan masyarakat Kota Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung akan meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda yang merupakan calon orang tua yang akan memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin baik diharapkan semakin meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat. Adanya anggapan mengenai jumlah anggota keluarga yang tidak besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini dikarenakan beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan dan pada akhirnya akan mendorong pasangan usia subur (PUS) cenderung mengikuti konsep norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Bahkan sebagian PUS memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan psikologis lainnya Komposisi Penduduk Komposisi penduduk Kota Medan tentunya memberikan pengaruh terhadap kebijakan pembangunan kota, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, umumnya didasarkan kepada kebutuhan pelayanan sosial ekonomi yang harus disediakan kepada masingmasing kelompok usia penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 8

9 Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Kota Medan Tahun 2008 a ) Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah Umur Jiwa Persen Jiwa Persen Jiwa Persen [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,97 Jumlah , , ,00 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka sementara penduduk pertengahan tahun 2008 Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui proporsi anak-anak yang berusia di bawah lima tahun (balita) di Kota Medan mencapai sekitar 9% dari jumlah penduduk. Besarnya proporsi ini berimplikasi pada kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana kesehatan untuk usia balita serta sarana pendidikan bagi anak usia dini baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan untuk kelompok usia anak-anak dan remaja yang mencapai sekitar 18%, kebijakan Pemerintah Kota Medan yang telah ditempuh selama ini diarahkan pada kegiatan yang mengarah pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, serta peningkatan kualitas pendidikan. Upaya ini diharapkan nantinya terus berkesinambungan sebagai upaya untuk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja untuk mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh dalam menghadapi persaingan global. Selanjutnya, berdasarkan komposisi penduduk yang berusia tahun merupakan kelompok usia produktif atau kelompok usia aktif secara ekonomis yang mencapai sekitar 69,5%. Sementara itu, diluar kelompok usia produktif tersebut terdapat kelompok usia tidak produktif yang cenderung akan ditanggung oleh kelompok usia produktif dan biasanya disebut dengan LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 9

10 angka beban tanggungan (ABT) yang jumlahnya sekitar 4%. Berdasarkan data yang ada, Kota Medan memiliki angka beban tanggungan berkisar 44% atau sekitar setiap 44 orang ditanggung oleh 100 orang yang produktif. Sementara itu, jumlah penduduk Kota Medan yang sampai saat ini diperkirakan 2,1 juta jiwa lebih dan diproyeksikan mencapai 2,139 juta jiwa pada tahun 2010 serta ditambah beban arus penglaju yang tinggi dipastikan menjadi beban pembangunan Kota Medan. Untuk itu diperlukan kebijakan yang terintegrasi sekaligus antisipatif untuk mengendalikan perkembangan penduduk sehingga harus ditangani secara terpadu dan komprehensif. Di samping itu, kebijakan pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk harus disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi Kota Medan sehingga masalah kependudukan tidak menjadi persoalan di masa mendatang. Secara umum masalah kependudukan yang dihadapi Kota Medan saat ini maupun masa datang sebagai berikut : 1. Kecenderungan adanya penurunan fluktuasi laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2006, 2007 dan tahun Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi pada pemenuhan fasilitas sosial yang dibutuhkan. 3. Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lainnya yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global. 4. Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman untuk warga Kota Medan Pendidikan Pembangunan di bidang pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harus diakui bahwa pembangunan sumber daya manusia di suatu kota akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal dan mengekploitasi berbagai sumberdaya serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan politik yang sangat LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 10

11 penting bagi pembangunan sosial. Dengan demikian, peningkatan pendidikan suatu kota menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan kota itu sendiri. Beberapa upaya telah dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pendidikan meliputi berbagai kegiatan rehabilitasi prasarana dan sarana pendidikan, penataran guru guru sekolah, pengadaan peralatan belajar, penyempurnaan kurikulum, dan sebagainya. Tabel 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Medan Tahun Tingkat Pendidikan TAHUN a ) [1] [2] [4] [5] [3] SD/MI 111,51 112,18 112,85 SMP/MTS 94,53 98,36 98,49 SMK/SMA/MA 81,09 89,34 89,59 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa tingkat partisipasi pendidikan di Kota Medan menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Hal ini dapat dilihat baik dari angka partisipasi kasar (APK) maupun angka partisipasi murni (APM) sebab semakin tinggi nilai APK berarti semakin banyak penduduk usia sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK yang bersekolah, sehingga semakin lebih baik. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa angka partisipasi kasar (APK) di Kota Medan, baik SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA/SMK pada tahun menunjukkan kecenderungan meningkat. Untuk tahun 2006, nilai APK SD/MI di Kota Medan sebesar 111,51%, sedangkan pada tahun 2007 menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi yakni sebesar 112,18% dan terus meningkat menjadi 112,85% di tahun Tingginya nilai APK untuk SD/MI di Kota Medan yang melewati angka 100% dikarenakan adanya penduduk dari kabupaten/kota di sekitar Kota Medan yang bersekolah di Medan dan hal ini tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan. Sedangkan untuk nilai APK SMP/MTs menunjukkan peningkatan dari 94,53% pada tahun 2006 menjadi 98,36% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 98,49% pada tahun Begitu juga untuk nilai APK SMK/SMA/MA yang mengalami peningkatan dari 81,09% di tahun 2006 LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 11

12 menjadi 89,34% tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 89,59% pada tahun Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Medan Tahun Tingkat Pendidikan TAHUN a ) [1] [2] [4] [5] [3] SD/MI 91,04 91,79 92,54 SMP/MTS 73,83 76,18 77,53 SMA/SMK/MA 62,91 64,71 65,51 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara Selanjutnya, berdasarkan nilai APM Kota Medan selama kurun waktu menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai APM SD/MI 91,04% pada tahun 2006, menjadi 91,79% di tahun 2007 dan 92,54 % pada tahun Sedangkan untuk nilai APM SMP/MTs selama periode juga mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Begitu juga untuk nilai APM SMK/SMA/MA yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan mencapai 65,51% pada tahun Tabel 5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota Medan Tahun TAHUN Kelompok Umur a ) [1] [2] [4] [5] [3] ,15 99,31 99, ,19 94,04 96, ,17 79,21 81,00 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara Sementara itu, indikator lain yang menunjukkan kemajuan penyelenggaraan pendidikan adalah angka partisipasi sekolah (APS) menurut usia sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah di Kota Medan selama periode yang masih sekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia. Pada tahun 2008, untuk anak usia 7 12 tahun yang bersekolah mencapai LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 12

13 hampir 100% dan sebesar 96% untuk anak usia tahun serta untuk usia tahun yang masih bersekolah mencapai 81%. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah khususnya pada usia tahun lebih disebabkan karena alasan alasan ekonomi. Upaya penting yang dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk menjadikan penduduk usia 7 18 tahun untuk tetap bersekolah adalah melalui kebijakan pemberian beasiswa terarah, baik di jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA. Melalui kebijakan ini diharapkan biaya pendidikan, khususnya bagi anak yang kurang mampu dapat diatasi sehingga mereka tidak perlu lagi memikul biaya pendidikan untuk bersekolah sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Di samping itu, penyelenggaraan pendidikan di Kota Medan juga semakin baik, khususnya dengan tetap mendorong anak usia bersekolah agar dapat bersekolah hingga jenjang SMA/SMK/MA Kesehatan Selain pendidikan, kesehatan masyarakat merupakan faktor penting bagi pembangunan suatu kota. Hal ini dikarenakan erat kaitannya dengan mutu sumber daya manusia sebagai salah satu modal pembangunan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, selain urusan pendidikan, Pemerintah Kota Medan juga terus mendorong peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum. Derajat kesehatan masyarakat Kota Medan juga merupakan indikator penting yang mengindikasikan kemajuan pembangunan kota selama tahun Hal ini disebabkan, derajat kesehatan pada dasarnya dapat digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas SDM yang ada. Masyarakat dengan pendidikan yang memadai dan didukung dengan kesehatan yang baik maka akan menjadi asset pembagunan kota yang berkualitas. Salah satu indikator kesehatan penduduk adalah kelahiran total. Angka ini menunjukkan banyaknya bayi lahir dalam keadaan hidup per 1000 penduduk. Tinggi rendahnya angka ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 13

14 kondisi kesehatan, perumahan, pendidikan, penghasilan, agama, maupun sikap terhadap besarnya anggota keluarga. Besarnya angka kelahiran total pada tahun 2006 sebesar 2,16 per mil, menurun menjadi 2,13 per mil pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 angka kelahiran total menjadi 2,11 per mil. Indikator lain yang digunakan adalah angka kesakitan (morbidity rate), dimana berdasarkan perhitungan selama tahun , angka kesakitan umum pada masyarakat Kota Medan mengalami penurunan dari 20,43% pada tahun 2006 menjadi 20,13% pada tahun Sedangkan pada tahun 2008 meningkat sedikit menjadi sebesar 20,15%. Angka ini menunjukkan bahwa banyaknya penduduk Kota Medan yang mengalami keluhan kesehatan ringan, dimana tanda-tanda fisik dapat dideteksi seperti demam, batuk, pilek, dan lain-lain dalam sebulan sehingga menggangu dapat diindikasikan bahwa kondisi kesehatan masyarakat Kota Medan relatif semakin baik. Derajat kesehatan masyarakat yang relatif semakin membaik juga tidak terlepas dari upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dijalankan. Dalam kaitan tersebut, Pemerintah Kota Medan dalam beberapa tahun terakhir telah melaksanakan kebijakan dan program-program yang mendukung pelayanan kesehatan masyarakat seperti rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengembangan pembinaan lingkungan sehat, pembinaan pos pelayanan terpadu (posyandu), peningkatan quality assurance di puskesmas, imunisasi, dan dukungan Forum Kesehatan Kota. Indikator makro kesehatan masyarakat Kota Medan lainnya secara umum selama tahun ditunjukkan oleh angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup yang semakin menurun dari 15 bayi pada tahun 2006 menjadi 10 bayi pada tahun Kematian bayi berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan, sistem pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan keluarga, serta kondisi sosial ekonomi keluarga. Untuk rata-rata angka lahir hidup Kota Medan semakin membaik yaitu dari 1,39 jiwa pada tahun 2006 menjadi sebesar 1,33 jiwa tahun Sedangkan angka anak masih hidup juga menunjukkan perbaikan yaitu dari 1,44 jiwa pada tahun 2006 menjadi 1,29 jiwa pada tahun Kondisi tersebut sesuai dengan tingkat LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 14

15 pendidikan di Kota Medan yang semakin tinggi, sarana prasarana kesehatan yang semakin memadai serta tingkat pendapatan yang meningkat. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan-perbaikan kesehatan masyarakat secara keseluruhan dan ini berdampak pada semakin bertambahnya angka harapan hidup dari 70,70 tahun pada tahun 2006 menjadi 71,20 tahun pada tahun Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan selama tahun juga dibarengi oleh peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar serta rajukan yang diberikan. Pelayanan dasar kesehatan ini diberikan oleh Puskesmas/Puskesmas Pembantu yang saat ini mencapai 39 unit dan 41 unit Puskesmas Pembantu di samping Puskesmas Keliling 27 unit, 2 unit Rumah Sakit Pemerintah, Swasta, Praktek Dokter. Jangkauan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat berpengasilan rendah juga semakin meningkat seiring dengan adanya pelayanan kesehatan dasar tanpa bayar di tingkat Puskesmas yang ada di Kota Medan, juga Jaminan Kesehatan Masyarakat Medan Sehat. Tabel 6. Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Medan Tahun Jenis Indikator Tahun a ) [1] [2] [3] [4] 1. Angka Kelahiran Total, TFR(%) 2,16 2,13 2,11 2. Angka Harapan Hidup (Tahun) 70,70 71,10 71,20 3. Angka Kematian Bayi, IMR(%) 15,10 13,80 10,50 4. Rata-rata Anak Lahir Hidup (jiwa) 1,39 1,34 1,33 5. Rata-rata Anak Masih Hidup (Jiwa) 1,33 1,29 1,29 6. Angka Kesakitan Umum (%) 20,43 20,13 20,15 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara 2.3. Ketenagakerjaan Dalam membahas aspek ketenagakerjaan, pada umumnya yang paling sering dilihat adalah angka pengangguran. Salah satu persoalan pokok pembangunan kota yang dihadapi selama periode adalah relative masih tingginya tingkat pengangguran terbuka. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 15

16 Munculnya pengangguran ini disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampaui laju pertumbuhan kesempatan kerja sehingga mengakibatkan relatif masih tingginya angka pengangguran terbuka di Kota Medan. Tabel 7. Indikator Ketenagakerjaan di Kota Medan Tahun Jenis Indikator TAHUN a ) [1] [2] [3] [4] 1. Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Ruta Lainnya Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara Indikator ketenagakerjaan di Kota Medan dapat dilihat dari jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu penduduk yang termasuk angkatan kerja dan penduduk yang bukan angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja terdiri dari mereka yang berkerja dan penganggur (termasuk di dalamnya orang yang mencari kerja). Sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang sekolah, mengurus rumah tangga (IRT) dan lainnya. Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa yang termasuk angkatan kerja selama periode mengalami perkembangan yang fluktuatif. Hal ini terlihat dari jumlah angkatan kerja di Kota Medan pada tahun 2006 sebesar orang, namun pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi orang. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2007 telah terjadi peningkatan kesadaran bagi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga hal ini berdampak pada menurunnya angkatan kerja pada tahun 2007, dan disisi yang lain semakin bertambahnya jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi orang. Selanjutnya pada tahun 2008 terjadi peningkatan kembali jumlah angkatan kerja di Kota Medan menjadi orang dan sebaliknya LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 16

17 terjadi penurunan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi orang untuk tahun yang sama. Seiring dengan perkembangan jumlah angkatan kerja yang ada, maka jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja di Kota Medan juga mengalami perkembangan yang fluktuatif, dimana pada tahun 2006 sebesar orang. Pada tahun 2007 terjadi penambahan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi orang, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi orang. Hal ini dikarenakan mereka yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi semakin bertambah. Di samping itu, adanya kemungkinan mereka yang tadinya bekerja tetapi tidak bekerja lagi dan sekarang berubah menjadi ibu rumah tangga. Kondisi di atas juga menunjukkan terjadi perubahan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kota Medan, dimana pada tahun 2006 sebesar 62,21% menjadi 58,62% pada tahun Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kembali menjadi 62,58%. Gambar 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Medan Tahun TPAK 62,21 58,62 62,58 Sementara itu, berdasarkan komposisi jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing sektor ekonomi, diketahui bahwa sektor perdagangan merupakan sub sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja hingga mencapai 34%. Kemudian sektor jasa-jasa sekitar 19%, sektor industri pengolahan sekitar 14%, serta sektor transportasi dan komunikasi LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 17

18 sekitar 12%. Sedangkan komposisi orang yang bekerja menurut sektor tidak terlalu berbeda antara tahun , kecuali pada sektor jasa-jasa serta sektor transportasi dan komunikasi. Untuk sektor jasa-jasa mengalami peningkatan persentase penyerapan tenaga kerja dari 12,19% pada tahun 2006 menjadi 19,62% pada tahun Hal ini wajar karena sektor jasa-jasa sangat mudah menampung tenaga kerja seperti pada kegiatan ekonomi informal. Sedangkan sektor transportasi dan komunikasi mengalami penurunan daya serap tenaga kerja dari 17% pada tahun 2006 menjadi 12,01% pada tahun Tabel 8. Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor-Sektor Ekonomi Tahun Jenis Indikator TAHUN a ) [1] [2] [3] [4] 1. Pertanian 5,04 4,56 5,04 2. Pertambangan & Penggalian 0,39 0,08 0,39 3. Industri Pengolahan 15,05 13,43 14,80 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,71 0,41 0,71 5. Konstruksi 8,45 6,95 8,45 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 35,74 33,71 34,14 7. Transportasi & Telekomunikasi 17,59 11,29 12,01 8. Keuangan & Jasa Perusahaan 4,84 5,02 4,84 9. Jasa-jasa 12,19 24,54 19,62 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara Jumlah ,00 Variabel lainnya yang cukup penting dalam aspek ketenagakerjaan adalah pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka adalah banyaknya orang yang mencari pekerjaan (dalam time reference) baik sudah pernah bekerja maupun yang belum pernah bekerja sama sekali, sedang mempersiapkan usaha, orang yang punya pekerjaan tetapi belum bekerja atau mereka yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan. Perkembangan tingkat pengangguran dapat digambarkan dangan menggunakan tingkat pengangguran terbuka (TPT/open unamplyoment rate) yaitu perbandingan banyaknya orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan terhadap total angkatan kerja. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 18

19 Tingkat pengangguran terbuka secara persentase di Kota Medan selama periode mengalami sedikit penurunan, yaitu dari 15,01% pada tahun 2006 menjadi 14,49% pada tahun 2007 dan kembali menurun menjadi 13,08% pada tahun Angka pengangguran ini relative tinggi dan hal ini masih perlu menjadi perhatian baik yang berkaitan langsung dengan upaya setiap orang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup layak dan tidak menjadi beban sosial maupun untuk mendorong mereka supaya dapat aktif secara ekonomi. Gambar 2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Medan Tahun TPT (%) TPT 15,01 14,49 13,08 Tahun Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara Tabel 9. Indikator Sosial Kota Medan Tahun Jenis Indikator TAHUN a ) [1] [2] [3] [4] 1. Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) 2,82 0,77 0,91 3. Angka Partisipasi Kasar (%) - SD/MI 111,51 112,18 112,85 - SMP/MTS 94,53 98,36 98,49 - SMA/SMK/MA 81,09 89,34 89,59 4. Angka Partisipasi Murni (%) - SD/MI 91,04 91,79 92,54 - SMP/MTS 73,83 76,18 77,53 - SMA/SMK/MA 62,91 64,71 65,51 5. Angka Partisipasi Sekolah (%) ,15 99,31 99, ,19 94,04 96, ,17 79,21 81, ,90 24,19 26,00 LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 19

20 6. Pendidikan - Penduduk Minimal Tamat SLTA (%) 48,69 49,78 52,00 - Buta Huruf 0,91 0,82 0,81 7. Angka Kelahiran Total, TFR(%) 2,16 2,13 2,11 8. Angka Harapan Hidup (Tahun) 70,70 71,10 71,20 9. Angka Kematian Bayi, IMR(%) 15,10 13,80 10, Rata-rata Anak Lahir Hidup (jiwa) 1,39 1,34 1, Rata-rata Anak Masih Hidup (Jiwa) 1,33 1,29 1, Angka Kesakitan Umum (%) 20,43 20,13 20, TPAK 62,21 58,62 62, TPT 15,01 14,49 13, IPM 74,60 75,60 76, Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) 160,65 147,80 138, Penduduk Miskin (%) 7,77 7,09 6,63 Sumber : Kompilasi berbagai sumber Oleh karena itu, kebijakan dasar Pemerintah Kota Medan selama periode adalah mendorong terciptanya lapangan kerja baru terutama salah satunya melalui penanaman modal. Namun demikian, jumlah angkatan kerja yang begitu tinggi dan tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang tersedia menyebabkan tidak tertampungnya seluruh angkatan kerja yang ada. Untuk itu, kebijakan anggaran pada masa yang akan datang seharusnya lebih menitikberatkan dan meningkatkan anggaran di bidang ekonomi dan investasi di samping bidang-bidang yang lainnya. 3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai kedudukan yang amat penting karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan daerah di bidang lainnya. Oleh karena itu, aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 20

21 A. Potensi Unggulan Daerah Tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Kota Medan masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan yang patut mendapat perhatian. Untuk itu, salah satu komponen utama yang perlu diketahui yaitu potensi unggulan daerah. Mengetahui potensi unggulan daerah dapat membantu memahami sektor basis (sektor unggulan) dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah. Berdasarkan sektor ekonomi, potensi unggulan Kota Medan didominasi sektor sekunder dan tersier yang terdiri dari berbagai sektor usaha, yaitu : 1. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum Pada umumnya usaha sektor listrik, gas dan air minum menyebar merata di Kota Medan. Walaupun sektor ini memberikan kontribusi sebesar 2,47% terhadap pembentukan PDRB Kota Medan, namun sektor ini mengalami laju pertumbuhan sektoral yang cukup tinggi hingga mencapai 10,22% pada tahun Akan tetapi penyerapan tenaga kerja pada sektor ini relatif sebagian kecil yakni 0,71% terhadap total penyerapan tenaga kerja di setiap sektor. 2. Sektor Bangunan (Konstruksi) Sektor bangunan memiliki kontribusi yang cukup besar sekitar 12,68% terhadap pembentukan PDRB Kota Medan pada tahun 2008 dengan laju pertumbuhan sebesar 6,84%. Sedangkan dalam penyerapan tenaga kerja, sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sekitar 8,45%. 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi sebesar 30,88% pada tahun Dengan laju pertumbuhan sektoral sebesar 1,67% pada tahun 2008 sektor ini ternyata mampu menyerap tenaga kerja sekitar 34,14% dari total tenaga kerja yang bekerja pada sektor ekonomi. 4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Medan sebesar 29,24% dengan laju pertumbuhan sekitar 20,29% pada tahun Walaupun kontribusi dan laju pertumbuhannya relatif cukup besar, tetapi dalam penyediaan LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 21

22 lapangan kerja hanya mampu menyerap sekitar 12,01% dari total tenaga kerja yang bekerja. 5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami laju pertumbuhan sektoral sekitar 2,95% dengan memberikan kontribusi sebesar 18,22% terhadap pembentukan PDRB Kota Medan pada tahun Sedangkan kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Medan hanya sekitar 4,84% dari total tenaga kerja yang bekerja pada sektor ekonomi. 6. Sektor Jasa-Jasa Untuk tahun 2008, sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sekitar 13,57% terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dengan laju pertumbuhan sebesar 5,44% dan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 19,62%. Bila dilihat dari tingkat penyerapan tenaga kerja di tiap-tiap sektor, maka sektor yang banyak menyerap tenaga kerja yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor jasa. Bila dilihat dari tingkat kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Medan, maka sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dan masih berpeluang untuk di kembangkan guna lebih meningkatkan PDRB Kota Medan. Dari sembilan sektor ekonomi tersebut, sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi mempunyai keistimewaan karena selain mampu meningkatkan PDRB Kota Medan, sektor ini juga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 22

23 N0 Tabel 10. Sektor Unggulan Kota Medan Tahun Lapangan Usaha Location Quotient (LQ) Pertanian 0,131 0,126 0, Pertambangan & Penggalian 0,005 0,004 0, Industri Pengolahan 0,635 0,650 0, Listrik, Gas dan Air Minum 1,932 1,808 1, Bangunan 1,676 1,684 1, Perdagangan, Hotel & Restoran 1,373 1,327 1, Pengangkutan & Komunikasi 2,128 2,113 2, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,332 2,218 2, Jasa-Jasa 1,089 1,096 1,032 Mengacu pada nilai LQ dari kesembilan sektor ekonomi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan sektor yang paling unggul dibandingkan dengan sektor yang lain dengan nilai LQ sebesar 2,332 pada tahun 2006 dan 2,218 pada tahun 2007 serta 2,051 pada tahun Nilai tersebut berarti produksi pada sektor tersebut di Kota Medan 2,332 kali lebih besar dengan produksi sektor yang sama bila dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya di Sumatera Utara pada tahun 2006 dan 2,218 kali lebih besar dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Utara dengan produksi sektor yang sama pada tahun 2007 serta 2,051 kali lebih besar pada tahun Sektor unggulan kedua yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai LQ sebesar 2,128 pada tahun 2006 dan sebesar 2,113 pada tahun 2007 serta 2,555 pada tahun Nilai tersebut berarti produksi pada sektor tersebut di kota medan 2,128 kali lebih besar dibandingkan dengan produksi sektor yang sama di Sumatera Utara pada tahun 2006 serta 2,113 kali lebih besar dibandingkan dengan produksi sektor yang sama di Sumatera Utara pada tahun 2007 serta 2,555 kali lebih besar pada tahun Hal tersebut didukung oleh jumlah penduduk Kota Medan yang semakin besar serta lalulintas yang semakin ramai akibat besarnya arus migrasi yang masuk ke Kota Medan. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 23

24 Gambar 3. Nilai Location Quotient Sektoral Kota Medan Tahun Dari gambar 3 di atas, dapat diketahui perkembangan produksi sektoral Kota Medan terhadap daerah lain di Sumatera Utara. Terlihat bahwa untuk sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Pertanian, serta sektor Industri pengolahan daya saingnya masih lebih rendah dan cenderung lebih stabil bila dibandingkan daerah lain di Sumatera Utara. Hal tersebut cukup dimaklumi mengingat sedikitnya daerah tambang serta area pertanian di Kota Medan. Namun selain ketiga sektor tersebut, Kota Medan sudah mampu bersaing dengan daerah lain. Akan tetapi tidak semua sektor yang mampu bersaing tersebut mengalami peningkatan. Selama periode terdapat 4 sektor yang mengalami kemunduran yaitu sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, sektor bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor jasa. Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor Listrik, Gas dan Air Minum mengalami kemajuan yang cukup berarti. Hal ini sangat didukung dengan semakin padatnya penduduk di Kota Medan baik penduduk yang menetap maupun penglaju. B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja perekonomian suatu daerah, terutama yang dikaitkan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 24

25 dimilikinya. Besaran nilai PDRB ini secara nyata mampu memberikan gambaran mengenai nilai tambah bruto yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Di samping itu, perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan daerah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Berdasarkan tabel 11 di bawah, menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Kota Medan selama periode ditandai oleh peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku dari 48,84 triliun rupiah pada tahun 2006 menjadi 64,42 triliun rupiah pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan rata-rata per tahun sekitar 14,61%. Sehingga dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Medan secara keseluruhan digerakkan oleh seuruh kelompok sektor ekonomi yaitu sektor primer, sekunder dan tersier secara simultan. Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (milyar Rp.) Sektor/Lapangan Usaha a ) [1] [3] [4] [5] 1. Pertanian 1.427, , ,27 2. Pertambangan dan Penggalian 3,28 3,09 2,89 3. Industri Pengolahan 7.960, , ,01 4. Listrik, Gas dan Air 1.102, , ,40 5. Konstruksi 4.795, , ,96 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,21 7. Transportasi dan Telekomunikasi 9.164, , ,59 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 6.550, , ,82 9. Jasa-jasa 5.152, , ,65 PDRB , , ,79 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sejalan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku, perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 selama periode juga mengindikasikan adanya peningkatan yang LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 25

26 signifikan. Pada tahun 2006, PDRB Kota Medan atas dasar harga konstan sebesar 27,23 triliun rupiah dan meningkat menjadi 31,32 triliun rupiah pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan secara rata-rata per tahun sebesar 7,42%. Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan selama kurun waktu terjadi pada hampir semua sektor ekonomi, kecuali sektor penggalian dan pertambangan yang mengalami penurunan. Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (milyar Rp.) Sektor/Lapangan Usaha a ) [1] [2] [3] [4] 1. Pertanian 673,09 707,71 727,81 2. Pertambangan dan Penggalian 0,73 0,66 0,57 3. Industri Pengolahan 4.095, , ,71 4. Listrik, Gas dan Air 435,64 423,39 466,68 5. Konstruksi 3.011, , ,17 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.271, , ,99 7. Transportasi dan Telekomunikasi 5.255, , ,84 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 3.685, , ,57 9. Jasa-jasa 2.804, , ,53 PDRB , , ,87 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara C. Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan suatu daerah khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi Kota Medan secara riil selama periode disajikan sebagai berikut : Tabel 13. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun (%) Sektor/Lapangan Usaha a ) [1] [3] [4] [5] 1. Pertanian 0,37 5,14 2,84 2. Pertambangan dan Penggalian (6,05) (10,20) (13,49) 3. Industri Pengolahan 6,59 6,08 2,17 4. Listrik, Gas dan Air 5,39 (2,81) 10,22 5. Konstruksi 11,01 6,43 6,84 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,15 5,94 1,67 7. Transportasi dan Telekomunikasi 13,34 10,61 20,29 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 5,08 12,82 2,95 9. Jasa-jasa 6,34 6,83 5,44 PDRB 7,76 7,78 6,71 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 26

27 Selama periode , pertumbuhan ekonomi Kota Medan menunjukkan trend yang cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi selama periode tersebut yang tumbuh di atas rata-rata 7% per tahun dan masih berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan tumbuh sebesar 7,76% dan meningkat menjadi 7,78% pada tahun Sedangkan pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kota Medan sebesar 6,71% atau turun sebesar 1,07% dari laju pertumbuhan ekonomi tahun Hal ini dapat dianggap cukup berarti sebab selama tahun 2008 Kota Medan juga harus menghadapi ekses global krisis ekonomi yang terjadi. Gambar 4. Gambaran Beberapa Indikator Ekonomi Kota Medan Indikator Ekonomi % pertumbuhan ekonomi inflasi pengangguran penduduk miskin tahun Namun demikian, perkembangan perekonomian kota Medan yang melambat tahun 2008 tidak berdampak yang merugikan terhadap kondisi ketenagakerjaan. Kondisi tersebut tercermin dari semakin meningkatnya rasio tenaga kerja yang bekerja terhadap angkatan kerja seiring dengan menurunnya tingkat pengangguran terbuka. Hal tersebut berarti penurunan pertumbuhan ekonomi tidak signifikan mempengaruhi perubahan jumlah pengangguran di Kota Medan. LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 27

28 D. Struktur Perekonomian Daerah Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Transformasi struktur ini sering digunakan sebagai indikator ekonomi untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Untuk mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku. Dari tabel 14 di bawah menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Medan relatif tidak mengalami pergeseran selama periode Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi. Selanjutnya sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dan sektor bangunan (konstruksi). Sedangkan sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Kota Medan umumnya didorong oleh pertumbuhan hampir pada semua sektor ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi di Kota Medan terus berlangsung dan semakin membaik. Tabel 14. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun (%) No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) Primer 2,39 2,86 2,90 a. Pertanian 2,92 2,85 3,82 b. Pertambangan dan Penggalian 0,01 0,01 0,01 2. Sekunder 28,37 27,93 27,40 a. Industri Pengolahan 16,30 16,28 20,99 b. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,26 1,88 2,47 c. Bangunan 9,82 9,77 12,68 3. Tersier 68,70 69,21 69,70 a. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 25,98 25,44 30,88 b. Pengangkutan dan Komunikasi 18,76 19,02 29,24 c. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 13,41 14,13 18,22 d. Jasa-Jasa 10,55 10,63 13,57 Jumlah 100,00 100,00 100,00 LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 28

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) ini adalah Laporan Walikota Medan kepada Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia melalui Gubernur Sumatera Utara atas

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian dunia pada era globalisasi seperti saat ini memacu setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya saing. Salah satu upaya

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang ingin dijadikan kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci