IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Jenis tanah yang digunakan penelitian ini adalah Latosol. Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberikan perlakuan disajikan pada Tabel Lampiran 2. Menurut kriteria penilaian sifat kimia tanah (PPT, 1983), sifat kimia Latosol yang digunakan dalam penelitian ini secara umum masuk kedalam kategori sedang. Beberapa parameter yaitu P tersedia berkategori sangat rendah dan ph tanah tergolong masam. Kriteria penilaian sifat kimia tanah menurut PPT (1983) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Data sifat kimia tanah yang diberikan perlakuan bahan humat, zeolit, dan bahan humat dengan carrier zeolit disajikan pada Tabel Lampiran 3. Sedangkan hasil analisis ragam sifat kimia tanah yang diberikan perlakuan bahan humat, zeolit, dan bahan humat dengan carrier zeolit disajikan pada Tabel Lampiran 4. Pada Tabel Lampiran 4 dapat dilihat pemberian bahan humat secara umum tidak berpengaruh nyata terhadap sifat-sifat kimia tanah kecuali terhadap ph tanah, C- organik, Ca-dd, dan K-dd. Pada Tabel Lampiran 3 dapat dilihat nilai ph tanah pada perlakuan kontrol adalah sebesar 5,2. Sebagian besar perlakuan memiliki nilai ph tanah yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Namun demikian, ada perlakuan yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol yaitu perlakuan A5 dan A10 yang memiliki nilai ph 5,5 dan 5,6. Meskipun ada perlakuan yang nilainya berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, namun secara umum nilai ph dari perlakuan-perlakuan yang diberikan cenderung bervariasi. Pada Tabel Lampiran 3 juga dapat dilihat nilai C-organik tanah dari perlakuan-perlakuan yang diberikan secara umum tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang memiliki C-organik sebesar 2,49%. Perlakuan yang berbeda nyata dengan kontrol adalah perlakuan A10Z20 dan

22 A15Z20 yaitu sebesar 2,26% dan 2,23%. Nilai-nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Nilai Ca-dd tanah dari perlakuan-perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Pada tabel tersebut dapat dilihat Ca-dd perlakuan kontrol adalah sebesar 10,76 me/100 gram. Nilai Ca-dd tanah pada perlakuan bahan humat saja tidak menunjukan beda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol, namun pemberian zeolit saja maupun pemberian bahan humat dengan carrier zeolit menyebabkan nilai Ca-dd berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Tabel Lampiran 3 juga menampilkan data-data K-dd dari setiap perlakuan yang diberikan. Dari tabel tersebut nilai K-dd perlakuan kontrol adalah sebesar 0,20 me/100 gram. Secara umum, nilai K-dd dari perlakuan-perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol kecuali perlakuan A15 dengan K-dd sebesar 0,16 me/100 gram. Perlakuan tersebut berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Seperti yang telah dibahas diatas pemberian perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai ph tanah, C-organik, Ca-dd, dan K-dd. Namun demikian, secara umum nilai-nilai dari parameter-parameter tersebut cenderung tetap dan bervariasi. Selain terdapat parameter-parameter dari sifat kimia tanah yang berpengaruh nyata, terdapat juga parameter-parameter sifat kimia tanah yang meskipun tidak berpengaruh nyata secara statistik, namun memperlihatkan kecenderungan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Parameter-parameter tersebut adalah P-tersedia dan KTK. Pada Tabel Lampiran 3 dapat dilihat nilai P-tersedia dari seluruh perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Bahkan seiring peningkatan dosis bahan humat nilai P-tersedia semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya pengikatan Fe dan Al oleh bahan humat sehingga membentuk senyawa khelat. Keadaan ini menyebabkan ikatan Fe-P dan Al-P tidak terjadi sehingga fosfat akan lebih tersedia (Hakim, 2006). Selain meningkatkan P- tersedia, seluruh perlakuan juga memiliki KTK tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Bahkan seiring peningkatan dosis zeolit, KTK tanah semakin meningkat. Hal ini bisa dilihat pada Tabel Lampiran 3.

23 Peningkatan KTK tanah dapat disebabkan nilai KTK zeolit sendiri yang besar yaitu sebesar 110 me/100 gram (Tabel Lampiran 10) sehingga dapat menyebabkan kemampuan tanah dalam menukar kation menjadi meningkat. 4.2. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Kadar Hara Tanaman Data kadar hara tanaman setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4, sedangkan hasil analisis ragam data-data tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Secara statistik pemberian bahan humat, zeolit, dan bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter kadar hara tanaman baik hara makro tanaman maupun hara mikro tanaman. Namun, meskipun secara statistik tidak berpengaruh nyata, kadar N pada daun seluruh tanaman yang diberikan perlakuan bahan humat, zeolit, dan bahan humat dengan carrier zeolit lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Gambar 3). Peningkatan kadar nitrogen di daun tanaman yang diberikan perlakuan bahan humat dapat disebabkan kandungan N yang cukup banyak pada bahan humat. Kandungan N bahan humat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,85% (Tabel Lampiran 9) sehingga dapat menyumbang unsur hara N yang dapat diserap tanaman dan mengganti N yang hilang dari pupuk urea karena adanya pencucian oleh air hujan atau penguapan dan volatilisasi. Kandungan N di dalam bahan humat ini pada akhirnya dapat meningkatkan kadar N di dalam tanaman. Menurut Bama et al. (2003) bahan humat dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen bagi tanaman mulai dari pemberian dosis 20 kg/ha. Keadaan demikian menyebabkan tanaman dapat lebih banyak menyerap nitrogen sehingga kandungan nitrogen dalam tanaman pun menjadi meningkat. Kadar N pada tanaman juga memiliki trend yang meningkat seiring penambahan dosis zeolit, hal ini dapat disebabkan ukuran struktur rongga zeolit yang sesuai dengan ukuran ion amonium sehingga ion tersebut dapat dengan mudah dijerap oleh zeolit, keadaan demikian menyebabkan amonium tidak mudah hilang dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Suwardi, 2009). Kadar nitrogen seluruh tanaman yang diberi perlakuan bahan humat dengan

N (%) N (%) N (%) 24 a) ) 3.00 2.50 2.21 2.31 2.42 2.49 b) 3.00 2.50 2.21 2.33 2.47 2.00 2.00 1.50 1.50 1.00 1.00 0.50 0.50 0.00 Kontrol A5 A10 A15 0.00 Kontrol Z10 Z20 Perlakuan Perlakuan c) 3.00 2.50 2.21 2.51 2.35 2.50 2.46 2.43 2.34 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Kontrol A5Z10 A10Z10 A15Z10 A5Z20 A10Z20 A15Z20 Perlakuan Gambar 3. Pengaruh a) bahan humat, b) zeolit, dan c) bahan humat dengan carrier zeolit terhadap kadar N tanaman. carrier zeolit meningkat dibandingkan dengan kontrol, namun tidak terlihat trend meningkat atau menurun seiring penambahan dosis melainkan cenderung bervariasi. Kadar N yang diberikan perlakuan bahan humat, zeolit, dan bahan humat dengan carrier zeolit berkisar antara 2,30-2,51%. Meskipun terjadi peningkatan namun nilai ini masih rendah dibandingkan dengan kadar N yang cukup untuk jagung yaitu antara 2,70-4,00% (Jones et al., 1991). Rendahnya kadar N dapat disebabkan tidak semua N terserap bahan humat dan zeolit, adanya pencucian oleh air hujan atau penguapan dan volatilisasi menyebabkan N hilang dan tidak tersedia bagi tanaman. Pada tanaman jagung nitrogen umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk NO - 3. Di dalam tanaman nitrogen diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya menjadi protein. Protein bisa berupa enzim dan

25 nukleoprotein yang keduanya dapat berperan sebagai katalisator sehingga sangat berperan dalam proses metabolisme. Nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar (Sarief, 1986). Kadar hara P, K, Na, Ca, Mg, Cu, Zn, Mn, dan Fe tanaman yang diberikan perlakuan bahan humat, zeolit, maupun bahan humat dengan carrier zeolit tidak menunjukan perubahan yang nyata baik secara statistik maupun dilihat secara trend peningkatan. Kadar P tanaman berkisar antara 0,28-0,41% dan tergolong cukup. Adapun kadar P dalam tanaman yang cukup untuk jagung adalah sekitar 0,25-0,50% (Jones et al., 1991). Fosfor bersama-sama dengan nitrogen dan kalium digolongkan sebagai unsur-unsur utama bagi tanaman. Tanaman mengabsorpsi P - dalam bentuk orthofosfat primer, H 2 PO 4 dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO 2-4. Absorpsi kedua ion itu oleh tanaman dipengaruhi oleh ph tanah sekitar akar. Pada ph tanah yang rendah absorpsi bentuk H 2 PO - 4 akan meningkat. Fosfat juga mempercepat masaknya buah jagung. Fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar (Leiwakabessy et al., 2003). Kadar K yang cukup untuk tanaman jagung berkisar antara 1,70-3,00% (Jones et al., 1991). Berdasarkan nilai tersebut terlihat bahwa seluruh perlakuan memiliki kadar K yang rendah yaitu sekitar 1,22-1,67%. Kalium berperan dalam pembentukan pati, mengaktifkan enzim, unsur penyusun jaringan tanaman, pembukaan stomata (mengatur pernapasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsurunsur lain (Hardjowigeno,2003). Kadar Na dalam tanaman dapat berkisar antara 0,01-10% dalam daun kering. Sedangkan kadar Na tanaman yang diberikan perlakuan berkisar antara 0,32-0,51%. Ini berarti kadar Na dalam tanaman yang diberikan perlakuan telah mencukupi. Na diserap dalam bentuk Na + oleh tanaman. Natrium esensial bagi tanaman-tanaman golongan C 4 dan bisa digunakan sebagai pengganti peran kalium. Natrium mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman dan menyebabkan tanaman itu tahan kekeringan (Leiwakabessy et al., 2003).

26 Kadar Ca yang cukup untuk tanaman jagung berkisar antara 0,21-1,00% (Jones et al., 1991). Berdasarkan nilai tersebut kadar Ca tanaman yang diberikan perlakuan tergolong tinggi. Kalsium diambil tanaman dalam bentuk Ca 2+. Kalsium diduga penting dalam pembentukan dan peningkatan kadar protein di dalam mitokondria. Tanpa kalsium di dalam tanaman maka akar tanaman tidak akan memanjang (Leiwakabessy et al., 2003). Kadar Mg yang cukup untuk tanaman jagung berkisar antara 0,20-1,00% (Jones et al., 1991). Kadar Mg tanaman yang diberikan perlakuan berkisar antara 0,26-0,36%. Dari data ini bisa disimpulkan bahwa kadar Mg tanaman setelah diberikan perlakuan tergolong cukup. Magnesium diserap dalam bentuk ion Mg 2+ oleh tanaman dan merupakan unsur hara yang berfungsi dalam menyusun klorofil (Hardjowigeno, 2003). Walaupun sebagian besar magnesium dijumpai dalam klorofil, tetapi Mg cukup banyak juga dijumpai di dalam biji. Mg diduga mempunyai hubungan dengan metabolisme fosfat dan juga memegang peranan khusus dalam mengaktifkan beberapa sistem enzim. Mg juga berperan dalam sintesa protein. Mg juga mendorong pembentukan rantai polipeptida dari asamasam amino. Oleh sebab itu, kekurangan Mg mengakibatkan jumlah N-protein menurun (Leiwakabessy et al., 2003). Kadar normal Cu dalam jaringan tanaman jagung berkisar antara 6-20 ppm (Jones et al., 1991). Defesiensi muncul bila kadarnya menjadi lebih kecil dari 4 ppm dalam bahan kering. Kadar Cu tanaman yang diberikan perlakuan berkisar antara 11-16 ppm sehingga dapat dikategorikan telah cukup kadarnya ada di dalam tanaman. Tembaga atau Cu diambil tanaman dalam bentuk ion Cu 2+ dan juga dalam bentuk molekul kompleks organik. Jagung termasuk tanaman yang respon terhadap pemupukan Cu. Cu berfungsi sebagai aktivator untuk berbagai enzim yang meliputi tyrosinase, laktase, oksidase, asam askorbat. Juga berfungsi dalam photosyntetic electron transport dan dalam pembentukan nodule secara tidak langsung (Leiwakabessy et al., 2003). Kadar standar Mn dalam tanaman jagung berkisar antara 20-200 ppm (Jones et al., 1991). Kekurangan Mn biasanya terjadi bila kadarnya dalam bagian atas menjadi 15-25 ppm. Kadar Mn pada tanaman yang diberikan perlakuan berkisar antara 145-203 ppm sehingga tergolong cukup. Mn berperan dalam

27 reaksi fotosintesis terutama pada evolusi O 2, proses oksidasi-reduksi dan reaksireaksi dekarboksilasi dan hidrolisis. Mn juga dapat menggantikan Mg dalam banyak reaksi fosforilasi dan reaksi-reaksi transfer (Leiwakabessy et al., 2003). Kadar normal Zn dalam tanaman jagung berkisar antara 25-100 ppm (Jones et al., 1991). Kadar Zn pada tanaman yang diberikan perlakuan berkisar antara 18-36 ppm. Dilihat dari data tersebut terlihat secara umum kadar Zn pada tanaman setelah diberikan perlakuan masih dikategorikan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman jagung. Terdapat berbagai macam fungsi Zn dalam tanaman, yaitu: metabolisme auksin, dehydrogenase, fosfodiseterase, carbonis anhydrase, dan superoksida dismutase, selain itu juga Zn berfungsi dalam mendorong pembentukan sitokrom dan menstabilkan fraksi ribosom. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) kekurangan Zn dapat menyebabkan sintesis RNA terhambat. Gejala defesiensinya berupa nekrosis pada daun muda, kondisi ini sama dengan kondisi pada tanaman jagung yang diberikan perlakuan. Kadar standar Fe dalam tanaman sebesar 21-250 ppm (Jones et al., 1991). Kadar Fe pada tanaman yang diberikan perlakuan berkisar antara 270-655 ppm. Dilihat dari data tersebut tanaman jagung yang diberikan perlakuan dikategorikan sebagai tanaman yang kelebihan Fe. Fungsi khusus dari Fe adalah mengaktifkan berbagai sistem enzim antara lain: katalase, sitokrom, oksidase, akonitase, sintesa khlorofil, peptidilproline hydrolase, dan nitrogenase (Leiwakabessy et al., 2003). 4.3. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung 4.3.1. Tinggi Tanaman Data hasil pengukuran tinggi tanaman yang dilakukan pada 5 dan 6 minggu setelah tanam (MST) disajikan di Tabel 2. Secara statistik pemberian bahan humat, zeolit, maupun bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan tinggi tanaman baik pada minggu ke-5 maupun minggu ke-6. Hal ini dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6. Pada Tabel 2 dapat dilihat pemberian bahan humat maupun zeolit ke dalam tanah memiliki kecenderungan nilai tinggi tanaman yang lebih besar dibandingkan kontrol. Pemberian bahan humat hingga 5 liter/ha dapat meningkatkan tinggi

28 Tabel 2. Pengaruh pemberian bahan humat, zeolit, dan bahan humat dengan carrier zeolit terhadaptinggi tanaman 5 MST dan 6 MST. Tinggi Tanaman (cm) Kode Minggu ke-5 Minggu ke-6 perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ratarata Ulangan 1 Ulangan 2 Ratarata Kontrol 111.4 162.1 136.7 156.5 194.4 175.5 A5 134.1 153.2 143.6 179.9 196.5 188.2 A10 137.0 145.5 141.2 187.5 186.3 186.9 A15 155.6 108.3 131.9 195.2 159.6 177.4 Z10 161.7 154.1 157.9 204.5 194.7 199.6 Z20 151.0 139.7 145.3 193.2 185.1 189.1 A5Z10 157.6 140.9 149.2 204.1 184.6 194.3 A10Z10 141.5 142.9 142.2 185.2 185.6 185.4 A15Z10 145.0 164.5 154.8 188.1 202.6 195.4 A5Z20 166.6 141.6 154.1 209.6 182.4 196.0 A10Z20 162.0 170.1 166.0 208.6 214.4 211.5 A15Z20 160.1 152.0 156.1 199.6 194.8 197.2 Keterangan: A0, A5, A10, A15 = Perlakuan bahan humat setara 0, 5, 10, 15 liter/ha. Z0, Z10, Z20 = Perlakuan zeolit setara 0, 10, 20 kg/liter bahan humat. Angka-angka yang tidak diikuti oleh huruf dalam satu baris tidak menunjukan perbedaan yangnyata menurut DMRT 5%. tanaman paling maksimal jika dibandingkan dengan dosis-dosis yang lain. Pemberian zeolit hingga batas dosis 10 kg/liter bahan humat dapat memberikan tinggi tanaman yang terbaik dibandingkan dengan dosis-dosis yang lain. Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit cenderung meningkatkan tinggi tanaman pada minggu ke-5 dan minggu ke-6 seiring penambahan dosis bahan humat dengan carrier zeolit. Perlakuan dengan pemberian 10 liter/ha bahan humat dicampur dengan zeolit sebanyak 20 kg/liter ini memiliki tinggi tanaman yang paling tinggi. Pada umur 5 MST perlakuan ini memiliki tinggi 166 cm atau 21% lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan perlakuan bahan humat dengan carrier zeolit yang hanya memiliki tinggi 136,7 cm. Saat 6 MST perlakuan ini memiliki tinggi 211,5 cm atau 21% lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol yang hanya memiliki tinggi 175,5 cm. Secara umum pemberian bahan humat dengan carrier zeolit menyebabkan tinggi tanaman cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian bahan humat saja atau pemberian zeolit saja. Dengan kata lain pemberian bahan humat

29 dengan carrier zeolit lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jika dibandingkan dengan pemberian bahan humat saja ataupun pemberian zeolit saja. Peningkatan tinggi tanaman dapat disebabkan oleh peningkatan kadar hara nitrogen di dalam tanaman seiring peningkatan dosis bahan humat dengan carrier zeolit. Nitrogen merupakan unsur hara utama sebagai penyusun dari semua protein dan asam nukleat serta penyusun protoplasma secara keseluruhan sehingga nitrogen sangat bermanfaat untuk pembentukan dan pertumbuhan vegetatif tanaman termasuk merangsang tinggi tanaman dan akar tanaman. Tinggi tanaman juga dapat dipicu oleh adanya kegiatan hormonal dari hormon pertumbuhan yang terkandung pada bahan humat (Tan, 2003). 4.3.2. Bobot Akar Akar adalah organ yang memiliki peran sangat penting untuk kelangsungan hidup tanaman. Selain sebagai penyangga bagi tubuh tumbuhan, akar juga berperan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Semakin besar bobot akar tanaman maka akan semakin tinggi kemampuan akar tersebut dalam menyerap unsur hara sehingga mengakibatkan tanaman akan tumbuh semakin baik dan berproduksi lebih optimal. Data peningkatan bobot akar tanaman setelah diberikan bahan humat, zeolitmaupun bahan humat dengan carrier zeolit dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil sidik ragam menunjukkan, zeolit dan bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot akar (Tabel Lampiran 6). Namun pada Tabel 3 menunjukkan bahwa seiring peningkatan dosis bahan humat maupun zeolit bobot akar tanaman cenderung lebih besar dibandingkan dengan bobot akar tanaman kontrol. Pemberian bahan humat hingga dosis 15 liter/ha dapat meningkatkan bobot akar paling maksimal. Bobot akar juga akan meningkat maksimal pada perlakuan zeolit sebanyak 20 kg. Pada Tabel 3 juga bisa dilihat secara umum perlakuan yang diberikan bahan humat dengan carrier zeolit memiliki kecenderungan bobot akar yang meningkat. Perlakuan A10Z20 atau 10 liter/ha bahan humat dengan carrier 20 kg/liter bahan humat adalah perlakuan yang mempunyai bobot akar paling tinggi.

30 Tabel 3. Pengaruh pemberian bahan humat, zeolit dan bahan humat dengan carrier zeolit terhadap bobot akar tanaman. Kode Perlakuan Bobot Akar (gr) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata Kontrol 19 23 12 18 A5 20 10 27 19 A10 19 20 24 21 A15 39 15 14 23 Z10 19 25 19 21 Z20 26 26 16 23 A5Z10 26 20 34 27 A10Z10 25 14 17 19 A15Z10 16 32 27 25 A5Z20 32 28 29 30 A10Z20 27 32 33 31 A15Z20 25 29 30 28 Keterangan: A0, A5, A10, A15 = Perlakuan bahan humat setara 0, 5, 10, 15 liter/ha. Z0, Z10, Z20 = Perlakuan zeolit setara 0, 10, 20 kg/liter bahan humat. Angka-angka yang tidak diikuti oleh huruf dalam satu baris tidakmenunjukan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%. Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit menghasilkan bobot akar tanaman yang cenderung lebih berat dibandingkan dengan perlakuan pemberian bahan humat saja ataupun pemberian zeolit saja. Kenaikan nilai bobot akar ini disebabkan jumlah perakaran yang semakin banyak dan lebat. Hal ini sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh Tan dan Napamornbodi (1979) bahwa bahan humat dalam jumlah sedang umumnya bermanfaat bagi pertumbuhan akar dan bagian atas jagung. Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nitrogen di dalam tanaman dan meningkatnya aktivitas hormonal seperti yang telah dijelaskan di atas. Peningkatan jumlah perakaran dan bobot akar jagung karena penambahan bahan humat dengan carrier zeolit ke dalam tanah akan memicu penyerapan hara yang semakin banyak. Hal ini dikarenakan akar tanaman dapat menjangkau hara yang sebelumnya tidak terjangkau. Peningkatan jumlah perakaran dan bobot akar jagung pada akhirnya akan meningkatkan produksi jagung.

31 4.4. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Produksi Tanaman Jagung Hasil pengukuran produksi jagung setelah diberikan bahan humat, zeolit, dan bahan humat dengan carrier zeolit disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh pemberian bahan humat, zeolit, dan bahan humat dengan carrier zeolit terhadap produksi jagung. Kode perlakuan Produksi jagung (ton/ha) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Persentase (%) Kontrol 3.59 4.31 3.95 100 A5 3.34 4.31 3.83 97 A10 4.31 3.66 3.98 101 A15 4.72 3.25 3.98 101 Z10 4.75 3.59 4.17 106 Z20 3.63 3.78 3.70 94 A5Z10 4.91 3.78 4.34 110 A10Z10 3.50 3.75 3.63 92 A15Z10 4.13 4.31 4.22 107 A5Z20 4.94 3.47 4.20 106 A10Z20 5.00 4.38 4.69 119 A15Z20 4.50 4.50 4.50 114 Keterangan: A0, A5, A10, A15 = Perlakuan bahan humat setara 0, 5, 10, 15 liter/ha. Z0, Z10, Z20 = Perlakuan zeolit setara 0, 10, 20 kg/liter bahan humat. Angka-angka yang tidak diikuti oleh huruf dalam satu baris tidak menunjukan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%. Hasil sidik ragam menunjukkan pemberian bahan humat, zeolit, maupun bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata pada produksi jagung (Tabel Lampiran 6). Secara umum bahan humat maupun zeolit cenderung meningkatkan produksi jagung meskipun hanya sedikit (Tabel 4). Pada tabel tersebut pemberian bahan humat pada perlakuan A10 dan A15 hanya dapat meningkatkan produksi tanaman sebanyak 1% dibanding kontrol. Pemberian zeolit dengan perlakuan Z10 hanya dapat meningkatkan produksi sampai 6% saja. Secara umum perlakuan-perlakuan bahan humat dengan carrier zeolit memiliki kecenderungan produksi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Produksi jagung memiliki kecenderungan meningkat dibandingkan dengan tanpa menggunakan bahan humat dengan carrier zeolit.

BOBOT AKAR (gram) PRODUKSI JAGUNG (TON/Ha) 32 Perlakuan yang kenaikan produksinya paling tinggi adalah A10Z20 yaitu perlakuan dengan bahan humat sebesar 10 liter/ha dicampurkan dengan 20 kg zeolit/liter bahan humat dengan hasil 4,69 ton/ha. Hasil ini lebih besar 19% dibandingkan perlakuan yang tidak menggunakan bahan humat tanpa carrier zeolit. Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit cenderung memberikan produksi jagung yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian bahan humat saja ataupun zeolit saja. Peningkatan bobot akar dapat digunakan sebagai indikator serapan hara. Semakin besar bobot akar tanaman maka akan semakin tinggi kemampuan akar tersebut dalam menyerap unsur hara sehingga mengakibatkan tanaman akan tumbuh semakin baik dan produksi lebih optimal. Peningkatan produksi jagung melalui peningkatan bobot akar dapat dibuktikan melalui Gambar 4. Pada gambar tersebut, baik parameter bobot akar maupun produksi jagung cenderung memiliki trend kenaikan seiring pemberian dosis bahan humat, zeolit, maupun bahan humat dengan carrier zeolit. Pada Gambar 4 juga dapat dilihat parameter bobot akar cenderung berinteraksi positif dengan produksi tanaman jagung. Interaksi positif antara bobot akar dengan produksi jagung ini memperlihatkan bahwa semakin meningkatnya bobot akar maka akan semakin meningkatkan produksi jagung. 35 30 25 20 15 10 5 0 27 25 23 21 21 23 18 19 19 30 31 28 3.95 3.83 3.98 3.98 4.17 3.70 4.34 3.63 4.22 4.20 4.69 4.50 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Produksi jagung (ton/ha) Bobot Akar (gr) Gambar 4. Hubungan antara bobot akar dengan produksi tanaman jagung.

33 Selain karena peningkatan bobot akar dan jumlah perakaran tanaman jagung, peningkatan produksi tanaman jagung juga dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas hormon pertumbuhan (Tan, 2003). 4.5. Analisis R/C Ratio dan B/C Ratio dari Penggunaan Bahan Humat dengan Carrier Zeolit Untuk mengetahui kriteria kelayakan pada analisis usaha tani dapat menggunakan Revenue/Cost (R/C) Ratio dan Benefit/Cost (B/C) Ratio. R/C ratio menunjukan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Sedangkan B/C ratio menunjukan pendapatan bersih yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Bila nilai-nilai tersebut lebih dari 1 maka usaha tersebut dapat diasumsikan memperoleh keuntungan, atau dengan kata lain tidak akan mengalami kerugian karena pendapatan melebihi biaya. Tabel 5 memperlihatkan, perlakuan kontrol membutuhkan biaya total paling kecil dibandingkan dengan perlakuan-perlakuan yang lainnya. Biaya total ini berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dibutuhkan untuk perlakuan kontrol adalah sebesar Rp 6.275.000,00 yang meliputi biaya sewa lahan, biaya benih, biaya perstisida, dan biaya tenaga kerja. Adapun rincian biaya total dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12. Biaya variabel yang dibutuhkan untuk perlakuan kontrol adalah sebesar Rp 2.450.000,00 yang meliputi seluruh biaya pupuk tanpa mempertimbangkan biaya bahan humat dan zeolit. Adapun rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel Lampiran 13. Dari data-data tersebut maka biaya total dari perlakuan ini adalah sebesar Rp 8.725.000,00. Pendapatan dari perlakuan ini berasal dari hasil produksi pipilan kering jagung yang dihargai Rp 2.300,00/kg. Produksi yang didapatkan dari perlakuan ini adalah 3,95 ton/ha sehingga setiap hektar pendapatan dari perlakuan ini adalah Rp 9.085.000,00. Tabel Pendapatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 14. Berdasarkan data-data yang ditampilkan pada tabel-tabel lampiran tersebut maka R/C ratio dan B/C ratio dari perlakuan kontrol dapat diketahui lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,04 dan 1,05. Keuntungan yang diperoleh dari perlakuan kontrol ini sebesar

34 Rp 360.000,00/ha. Oleh karena itu perlakuan kontrol dapat dinyatakan layak untuk digunakan petani. Tabel 5. Analisis R/C dan B/C ratio dari perlakuan kontrol dan A10Z20. Biaya Biaya Kode Total Pendapatan Untung Tetap Variabel R/C B/C Perlakuan Ratio Ratio (Dalam Ribu Rupiah) Ket. Kontrol 6.275 2.450 8.725 9.085 360 1.04 1.05 Layak A10Z20 6.275 3.300 9.575 10.787 1.212 1.13 1.14 Layak Keterangan: A10Z20 = Perlakuan bahan humat setara 10 liter/ha dicampur perlakuan zeolit setara 20 kg/liter bahan humat. Pada Tabel 5 juga memperlihatkan perlakuan A10Z20 adalah perlakuan yang menghasilkan produksi paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu 19% lebih besar dibandingkan dengan kontrol atau 4,69 ton/ha. Harga jual pipilan kering perlakuan ini sama dengan perlakuan kontrol sehingga pendapatan dari perlakuan ini didapatkan sebesar Rp 10.787.000,00. Pendapatan perlakuan ini lebih besar dari pada biaya totalnya yang hanya sebesar Rp 9.575.000,00 yang meliputi biaya tetap yang sama seperti kontrol dan biaya variabel yang lebih besar dari kontrol karena mempertimbangkan biaya bahan humat dan zeolit sehingga biaya variabel dari perlakuan ini adalah sebesar Rp 3.300.000,00. Rincian biaya tetap, variabel dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12, 13, dan 14. Berdasarkan data-data yang ditampilkan pada tabel-tabel lampiran tersebut maka R/C ratio dan B/C ratio dari perlakuan A10Z20 dapat diketahui lebih besar dari kontrol yaitu sebesar 1,13 dan 1,14 sehingga lebih menguntungkan daripada kontrol. Keuntungan yang diperoleh dari perlakuan ini sebesar Rp 1.212.000,00/ha. Oleh karena itu perlakuan A10Z20 dapat direkomendasikan untuk digunakan petani. Tabel Lampiran 15 dan 16 menunjukan analisis R/C ratio dan B/C ratio dari seluruh perlakuan.