SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J

HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Oleh : Fery Lusviana Widiany

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

MUHAMMAD PRABU ARYANDA J

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi tinja cair

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi WHO. Dalam upaya mewujudkan hak kesehatan pada setiap individu, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh. lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada,

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PELAKSANAAN PROTAB PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan. 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2008) di RS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat berkembang menjadi kanker. pembedahan ( operasi). Pembedahan memberikan konsekuesi untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN POST-OP SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB I PENDAHULUAN. individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASAR KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PASCA APENDEKTOMI PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J 500 050 007 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut timbul dalam sekitar 7% individu di negara barat, dan merupakan sebab terlazim akut abdomen yang memerlukan intervensi bedah. Sekitar 200.000 apendektomi dilakukan tiap tahun di Amerika Serikat. Angka mortalitas bervariasi dari kurang dari 0,1 % dalam kasus tak berkomplikasi sampai sekitar 5% dalam kasus dengan perforasi (Lally et al, 2001). Insidensi apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insidensi apendisitis sama banyaknya antara wanita dan lakilaki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rasionya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria (Jehan, 2003). Malnutrisi protein energi yang dikenal di Indonesia dengan istilah Kekurangan Energi dan Protein (KEP) sering dijumpai. Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan paling sedikit 500 juta anak di seluruh dunia menderita KEP. KEP juga tidak jarang dijumpai di bangsal-bangsal bedah, penyakit dalam, anak, geriatri, dan luka bakar. Malnutrisi merupakan masalah pada pasien rawat inap di Rumah Sakit sedang berkembang selama lima belas tahun terakhir. Prevalensi kurang gizi di Rumah Sakit berkisar antara 30%-50%. Pengamatan pada 351 Pasien yang dirawat di RS umum Australia ditemukan 45% dengan Hb rendah, 35 % Albumin rendah, serta 24% berat badan berkurang. Hal ini pula terjadi pada pengamatan 13 pasien dirumah sakit pendidikan di Amerika, ditemukan 48% 1

kurang Gizi, 37 orang diantaranya dirawat lebih dari 2 minggu, 70% kehilangan berat badan dan albumin menurun rata-rata 0,5 gr/dl (Pusdiknakes, 2000). Pasien yang akan dibedah pada umumnya tidak membutuhkan perhatian khusus tentang gizi. Mereka dapat berpuasa untuk waktu tertentu sesuai dengan penyakit dan pembedahannya. Tetapi tidak jarang juga pasien datang dalam keadaan gizi yang kurang baik misalnya yang terjadi pada penderita penyakit saluran cerna, keganasan, infeksi kronik dan trauma berat (Pieter et al, 2005). Sebuah penelitian pada tahun 2004, menemukan kadar albumin serum yang rendah pada 30 pasien dari 6l pasien yang akan dibedah di bagian Bedah Digestif RS Dr. Sardjito dan membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara kadar albumin serum dengan lamanya penyembuhan luka operasi (Agung et al, 2005). Klein et al (1996) yang dikutip dalam Braz et al (2005) melakukan penelitian terhadap dua kelornpok pasien yang dilakukan bedah elektif spinal lumbar, yaitu pasien malnutrisi dan pasien dengan status gizi baik. Hasilnya dari 26 pasien yang mengalami komplikasi pasca-bedah, 24 diantaranya berasal dari kelompok malnutrisi. Hubungan malnutrisi dengan komplikasi tidak tergantung pada organ yang dioperasi maupun jenis penyakit utamanya, dengan kata lain hubungan ini berlaku pada keseluruhan kondisi operasi. Status gizi yang cukup baik pada pasien sebelum dilakukannya bedah elektif terutama bedah elektif mayor merupakan hal yang sangat penting. Fungsi imun akan terganggu pada kondisi malnutrisi yang mengakibatkan meningkatnya resiko infeksi serta terjadinya komplikasi seperti dehiscence, pneumonia dan sepsis (Muljona, l997) dimana semuanya itu berdampak terhadap meningkatnya morbiditas, mortalitas dan lama rawat inap dengan konsekuensi bertambahnya biaya perawatan kesehatan (Pilchard et al, 2004). Telah diketahui bahwa status gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam penanganan seluruh jenis bedah. Konsep status gizi dalam bedah terbangun secara gradual melalui seluruh periode nutrisi mencakup aspek pre-operatif dan post-operatif. Banyak penelitian menunjukkan kondisi pre-operatif dengan status

gizi yang baik membantu mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi termasuk infeksi (Braz et al, 2005). Proses penyembuhan luka memerlukan protein sebagai dasar untuk terjadinya jaringan kolagen, sedangkan defisiensi protein dapat diketahui melalui rendahnya kadar serum albumin berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka (Agung et al, 2005) Infeksi bedah merupakan infeksi yang sering tidak dapat sembuh spontan dan mengakibatkan komplikasi berupa pernanahan, nekrosis, gangren, atau bahkan kematian bila tidak dilakukan tindak bedah. Tindak bedahnya dapat berupa insisi dan penyaliran, atau eksisi (Pieter et al, 2005). Infeksi luka terus menjadi masalah medis yang utama, karena bisa mempengaruhi hasil prosedur bedah dan karena pengaruhnya pada lama tinggal di rumah sakit serta biaya berobat. Insidensi infeksi luka secara keseluruhan adalah sekitar 5 sampai l0 persen di seluruh dunia dan tidak berubah selama dasawarsa yang lalu. Insidensi memuat hubungan langsung dengan derajat kontaminasi yang terjadi selama operasi dari proses penyakit sendiri (Barbul, 1997). Mengingat tingginya insidensi apendisitis akut dan banyaknya apendektomi yang dilakukan sebagai penatalaksanaan dari apendisitis akut yang paling memuaskan (Lally et al, 2001), dan terjadinya infeksi pasca operasi apendisitis akut yang merupakan salah satu komplikasi apendektomi sebagai akibat malnutrisi (Braz et al, 2005), maka penulis tertarik untuk rneneliti hubungan antara status gizi berdasar kadar albumin dengan kejadian infeksi luka operasi pasca apendektomi pada pasien apendisitis akut.

B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara status gizi berdasar kadar albumin serum dengan kejadian infeksi luka operasi pasca apendektomi pada pasien apendisitis akut di RSUD Dr. Moewardi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Mengetahui hubungan antara status gizi berdasar kadar albumin serum dengan kejadian infeksi luka operasi pasca apendektomi pada pasien apendisitis akut di RSUD Dr. Moewardi. 2. Tujuan Khusus: a. Mengetahui kondisi status gizi berdasar kadar albumin serum pada pasien apendisitis akut preoperasi apendektomi. b. Mengetahui kejadian infeksi pada pasien pasca operasi apendektomi pada pasien apendisitis akut. c. Mengetahui dan memahami malnutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya infeksi pada pasien pasca operasi apendektomi pada pasien apendisitis akut. D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis : dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. 2) Manfaat Praktis : a. Hasil penelitian dapat sebagai masukan dan bahan pertirnbangan dalam mengambil kebijakan tindakan bedah terutama bedah operasi apendektomi pada pasien apendisitis akut. b. Hasil penelitian diharapkan dapat mendorong tersusunnya langkahlangkah untuk mengantisipasi terjadinya infeksi pasca operasi apendektomi pada pasien apendisitis akut.