Jurnal Geodesi Undip April 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

MATERI DAN METODE. Prosedur

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS KESESUAIAN PARAMETER PERAIRAN TERHADAP KOMODITAS TAMBAK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Jurnal Geodesi Undip April 2016

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2016

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

EVALUASI PENGEMBANGAN AREA UNTUK KABUPATEN SIDOARJO MENGGUNAKAN MOHAMMAD RIFAI

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

3. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014.

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

SKRIPSI PEMETAAN STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA DI BAGIAN TIMUR KABUPATEN NATUNA. Oleh : MUH KHOIRUL ANWAR H

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan masalah dalam penelitian ini.

Jurnal Geodesi Undip April 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

KRITERIA LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PULAU GILI GENTING, MADURA

PEMETAAN AREA GENANGAN BANJIR PASANG DI KAWASAN LAHAN BUDIDAYA AIR PAYAU KOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

BAB I PENDAHULUAN I-1

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

BAB IV METODE PENELITIAN

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

DAMPAK KEGIATAN TAMBAK UDANG INTENSIF TERHADAP KUALITAS FISIK-KIMIA PERAIRAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove

ABSTRAK. Kata Kunci :Kesesuaian Perairan, Sistem Informasi Geografis (SIG), Keramba Jaring Apung KJA), Ikan Kerapu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB II METODE PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

MONITORING KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG BERBASIS ATMEGA328 YANG TERKONFIGURASI BLUETOOTH HC-05

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS)

Journal Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman

SKRIPSI YUANITA ARUM PRIMANINGTYAS

Jurnal Geodesi Undip April 2016

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI KECAMATAN ANDONG, KLEGO, DAN SIMO, KABUPATEN BOYOLALI

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Oktober Lokasi

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Samudera Hindia bagian Timur

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

MASPARI JOURNAL Juli 2017, 9(2):85-94

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

EVALUASI KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI DESA LONTAR, KECAMATAN TIRTAYASA, KABUPATEN SERANG

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk

STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN PADA PELAKSANAAN LANDREFORM DI INDONESIA. Ali Pebriadi

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

III. BAHAN DAN METODE

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Rima Ayuningtyas NIM Jurusan Teknik Informatika, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang

Transkripsi:

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TAMBAK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah) Diah Ratna Setianingrum, Andri Suprayogi, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp. (024)76480785, Fax. (024)76480788 Abstrak Kesesuaian lahan merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan kegiatan budidaya tambak di wilayah pesisir. Budidaya tambak memiliki komponen keruangan serta perbedaan karakteristik biofisik dan sosial-ekonomi dari setiap lokasi. Banyak tambak intensif belum memanfaatkan kelebihan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam melakukan pemilihan lokasi dan pengelolaan budidaya, dimana hal tersebut penting dilakukan untuk menghindari kegagalan usaha. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk pengambilan data parameter kualitas air (keasaman/ph, suhu, salinitas, oksigen terlarut/do, nitrat, dan fosfat). Untuk analisis kesesuaian lahan tambak menggunakan metode skoring, parameter kualitas air masingmasing diberi bobot dan skor yang kemudian dibedakan menjadi 4 kelas kesesuaian lahan yaitu kelas S 1 (Sangat Sesuai), S 2 (Cukup Sesuai), S 3 (Sesuai Bersyarat), dan N (Tidak Sesuai). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa lahan tambak di Kecamatan Brangsong berada di kelas S 1 (Sangat Sesuai) dan S 2 (Cukup Sesuai), dengan luas S 1 sebesar 85,41 ha (39,68%) dan S 2 129,84 ha (60,32%). Dari perhitungan persentase jumlah produksi ikan per luas wilayah tambak menunjukkan bahwa tambak di Kecamatan Brangsong cocok untuk budidaya lele. Namun, dengan perawatan tambak yang memadai, tambak di Brangsong sangat potensial untuk budidaya bandeng dan udang yang bernilai ekonomis tinggi. Ditinjau dari data jumlah produksi ikan tahun 2009-2012 menunjukkan produksi ikan tidak mengalami kenaikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain : kondisi area tambak yang kotor, kondisi ekonomi petani tambak yang kurang memadai, dan kondisi cuaca yang buruk. Kata kunci : SIG, kesesuaian lahan, budidaya tambak Abstract Land suitability is one aspect that determines the success of ponds aquaculture activities in the coastal areas. Ponds aquaculture has a spatial component and differences in the biophysical and socio-economic characteristics of each location. Many intensive ponds have not taken advantage of Geographic Information System (GIS) in site selection and management of cultivation, where it is important to avoid business failure. This study used a survey method for data retrieval of water quality parameters (acidity/ph, temperature, salinity, dissolved oxygen/do, nitrate, and phosphate). For pond land suitability analysis using scoring method, water quality parameters were each given weights and scores then divided into 4 land suitability classes namely S 1 (Highly Suitable), S 2 (Moderately Suitable), S 3 (Suitable Conditional), and N (Not Suitable). *) Penulis Penanggung Jawab Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 69

The results obtained showed that the ponds in coastal areas of Brangsong District are in class S 1 (Highly Suitable) and S 2 (Moderately Suitable), with an area of S 1 85,41 ha (39,68%) and S 2 129,84 ha (60,32%). From the calculation of the percentage of the total production of fish per pond area indicates that ponds in the Brangsong District suitable for catfish farming. However, with adequate treatment ponds, ponds in Brangsong are potential for aquaculture of milkfish and shrimp with high economic value. Judging from the data on the number of fish production in 2009-2012 showed no increase on fish production. Some of the factors that influence it, among others : the conditions of the dirty ponds ares, the economic condition of farmers embankment inadequate, and adverse weather conditions. Keywords : GIS, land suitability, ponds aquaculture 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia memiliki sumberdaya alam pesisir dan lautan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi akhir-akhir ini sumberdaya daratan yang selama ini menjadi tumpuan hidup semakin menipis seiring dengan pertambahan penduduk dan proses pembangunan. Tidak mengherankan jika sumberdaya pesisir dan lautan akan menjadi sumber pertumbuhan baru serta tumpuan utama bagi kesinambungan bangsa melalui berbagai kegiatan pemanfaatan yang dapat dilakukan. Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir yang dapat dilakukan adalah budidaya tambak. Budidaya tambak membantu para nelayan dalam memperoleh hasil dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan tanpa merusak lingkungan dan keanekaragaman hayati. Penentuan bagian mana di wilayah pesisir yang tepat untuk usaha budidaya tambak bukanlah suatu hal yang mudah. Beberapa kriteria karakteristik wilayah pesisir, baik itu dari sisi fisik, kimia, biologis maupun sosial dan ekonomi, harus ditentukan untuk mendapatkan daerah yang tepat untuk usaha budidaya dan dapat memberikan keuntungan optimal serta tidak berdampak pada lingkungan. Kajian kesesuaian lahan wilayah pesisir merupakan contoh pemodelan yang banyak dilaksanakan untuk mencari lokasi yang sesuai untuk budidaya tambak ini. Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya. Kabupaten Kendal khususnya Kecamatan Brangsong adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi perikanan cukup tinggi tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan di wilayah ini lebih banyak ke arah pertanian, seluas 13,89 Km² (39,09%). Sedangkan pemanfaatan lahan sebagai tambak dan kolam seluas 3 Km² (8,43%) yang hanya terletak di 2 (dua) desa yaitu Desa Turunrejo dan Desa Purwokerto dengan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 70

jumlah produksi sebesar 86,325 ton di tahun 2011. Menurut data dari Dinas Peternakan, Kelautan, Dan Perikanan Kecamatan Brangsong, jumlah produksi di tahun 2011 menurun dibandingkan dengan jumlah produksi di tahun 2009 yang mencapai 125,320 ton. Budidaya tambak memiliki komponen keruangan serta perbedaan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi dari setiap lokasi. Banyak tambak intensif belum memanfaatkan kelebihan sistem informasi geografis dalam melakukan pemilihan lokasi dan pengelolaan budidaya, dimana hal tersebut penting dilakukan untuk menghindari kegagalan usaha. SIG merupakan suatu sistem pengolahan data yang dapat mengolah data-data geografis atau datadata yang memiliki informasi bersifat keruangan atau spasial yang dihubungkan satu sama lain sehingga akan didapatkan informasi baru. SIG dapat disajikan dalam bentuk aplikasi desktop maupun aplikasi berbasis web. Semua data yang akan digunakan dalam SIG harus terlebih dahulu dibuat basisdata spasial, sehingga seluruh informasi akan berupa layer-layer informasi spasial, kemudian dapat ditumpangtindihkan (overlay) satu dengan yang lain untuk selanjutnya dapat ditentukan lokasi kesesuaian lahan di daerah penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka diangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kesesuaiaan lahan budidaya tambak di wilayah pesisir Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal? 2. Bagaimana kaitan antara tingkat kesesuaian lahan tambak tersebut dengan data produktivitas ikan? Ruang lingkup pada penelitian ini antara lain : 1. Daerah kajian yaitu wilayah pesisir Desa Turunrejo dan Desa Purwokerto, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. 2. Objek yang dikaji adalah lahan tambak yang ada di daerah kajian. 3. Data kualitas air yang terdiri dari data yang diukur di lapangan yaitu keasaman/ph, salinitas, dan suhu permukaan air tambak. Serta data yang diuji di laboratorium, oksigen terlarut/dissolved oxygen (DO), nitrat, dan fosfat. 4. Titik pengambilan sampel air tambak berjumlah 12 titik. 5. Pengambilan sampel air tambak dilakukan pada satu hari saat musim kemarau di pagi hari. 6. Menggunakan software ArcGIS 10. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 71

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis dan pengolahan data vektor dan raster yang mendukung penyusunan kesesuaian lahan tambak. 2. Skoring kesesuaian lahan tambak berdasarkan variabel keasaman/ph, salinitas, oksigen terlarut/do, suhu, nitrat, dan fosfat. 3. Penentuan kelas S 1 (sangat sesuai), S 2 (cukup sesuai), S 3 (sesuai bersyarat), dan N (tidak sesuai) yang mengacu terhadap rulebase kesesuaian lahan tambak. 4. Menggunakan data jumlah produksi ikan Kecamatan Brangsong tahun 2012 sebagai validasi data insitu yang diambil pada tanggal 16-17 September 2013. Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan luaran berupa peta kesesuaian lahan budidaya tambak di Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal; menambah wawasan mengenai pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis untuk memperoleh informasi spasial mengenai kesesuaian budidaya tambak; dan sebagai bahan masukan kepada pemerintah setempat dan pihak-pihak terkait dalam pengelolaan dan pengembangan budidaya tambak. 2. Metodologi Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dispesifikasikan dalam hardware, software, dan peralatan pengukuran lapangan, yaitu sebagai berikut : 1. Perangkat Keras (Hardware) a. Laptop Dell Intel Core 2 Duo CPU T6600 @2.20GHz 2.20 GHz, 2.00 GB of RAM. b. Printer A4. 2. Perangkat Lunak (Software) a. 1 unit software ArcGIS versi 10.1 b. Microsoft Word 2007 c. Microsoft Excel 2007 d. Notepad 3. Peralatan Pengukuran Lapangan a. Botol, sebagai tempat penyimpanan sampel air tambak. b. GPS Handheld : GARMIN GPSmap 60CSx. c. Termometer air raksa, sebagai alat pengukur suhu sampel air tambak. d. Kertas lakmus/kertas ph, sebagai alat pengukur keasaman sampel air tambak. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 72

e. Refraktometer, sebagai alat pengukur salinitas sampel air tambak. f. H 2 SO 4 pekat, sebagai pengikat nitrat dan fosfat dalam sampel air tambak. g. Kamera, digunakan untuk dokumentasi kegiatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Peta Rupa Bumi Kecamatan Brangsong skala 1 : 50.000 (format file *jpg). 2. Peta Administrasi Kecamatan Brangsong skala 1 : 100.000 tahun 2010, diperoleh dari BIG. 3. Citra Google Maps wilayah pesisir Brangsong tanggal 1 Februari 2014 (format file *jpg). 4. Data jumlah produksi ikan di Kecamatan Brangsong per bulan tahun 2012. Mulai Peta Administrasi Peta RBI Citra Google Maps Registrasi Peta Georeferencing Overlay Sampling Uji Laboratorium 1. DO 2. Nitrat 3. Fosfat TIDAK Scoring Kriteria Kesesuaian Lahan Tambak Hasil Kesesuaian Lahan Tambak Validasi YA Selesai Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 73

Metode pengolahan data dari pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut : 1. Mengunduh Citra Google Maps Citra Google Maps ini digunakan untuk proses digitasi bidang-bidang tambak. 2. Georeferencing Citra dan Peta Dalam proses ini digunakan empat buah GCPs yang masing-masing GCP berada di pojok peta atau citra. Tingkat ketelitian hasil koreksi dapat dilihat dari besarnya nilai RMS error di setiap titik kontrol yang dibuat. Dalam penelitian ini, nilai RMS error yang dipakai adalah < 0,5 piksel. 3. Digitasi Bidang Tambak Proses digitasi tambak ini untuk menghasilkan layer baru berupa bidang-bidang tambak yang selanjutnya dapat digunakan untuk analisis data lebih lanjut. Metode yang digunakan adalah metode digitasi on screen pada citra Google Maps. 4. Scoring / Pembobotan Untuk mendapatkan kelas tingkat kesesuaian lahan dari parameter yang ada, maka dilakukan proses skoring yang mengacu kepada tabel rulebase kesesuaian tambak dengan tahapan sebagai berikut: a. Interpolasi titik dengan IDW. b. Reclassify c. Weighted Overlay d. Reclassify e. Convertion Raster to Polygon Tabel 1. Rulebase Kesesuaian Tambak S1 S2 S3 N Parameter [80] [60] [40] [1] ph < 5 8 9 7,5 8 5 7,5 [15] > 9 Oksigen terlarut (mg/l) 4 5 < 3 6 8 5 6 [25] 8 10 > 10 Salinitas (ppt) < 10 15 25 10 15 25 35 [20] > 35 Suhu ( C) 26 29 < 26 29 31 33 34 [20] 31 33 > 35 Nitrat (mg/l) < 0,01 0,9 3,5 0,3 0,9 0,01 0,3 [10] > 3,5 Fosfat (mg/l) > 0,21 0,1 0,21 0,05 0,1 < 0,02 [10] Sumber : Bakosurtanal (2010), Hartoko (2007), Zweig (1999) Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 74

5. Clipping Clipping bertujuan untuk meng-extract atau memotong suatu feature dengan feature yang dijadikan batasan wilayah clip. Dalam penelitian ini, feature tambak yang dijadikan sebagai batasan wilayah clip. 6. Pengolahan Data Insitu Data insitu diperoleh dengan melakukan pengambilan sampel air tambak. Sampel diambil secara acak pada wilayah pesisir, meliputi tambak yang dekat dengan laut, dekat sungai, dan yang hampir mendekati area persawahan dan pemukiman. Air tambak yang dijadikan sampel merupakan campuran air yang diambil dari inlet (tempat air masuk) dan outlet (tempat air keluar) pada satu area tambak. Air diambil dan disimpan di dalam botol (2 buah). Botol pertama untuk diuji kandungan nitrat dan fosfat, ditetesi satu tetes H 2 SO 4 pekat. Botol kedua untuk diuji kandungan oksigen terlarut/do, dilapisi kertas koran dan plastik hitam agar kandungan oksigen terlarut/do tidak berubah akibat pengaruh dari sinar matahari. Dalam waktu yang bersamaan dengan pengambilan sampel air, dilakukan juga pengambilan data koordinat titik sampel menggunakan GPS Handheld, serta dilakukan pengukuran data suhu, keasaman/ph, dan salinitas yang menggunakan termometer air raksa, kertas ph/kertas lakmus, dan refraktometer. Pengolahan data insitu (nitrat, fosfat, dan oksigen terlarut/do) dilakukan oleh Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro. Nama Titik E Koordinat N Tabel 2. Data Insitu Suhu ( C) Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 75 ph Salinitas (ppt) DO (mg/l) Nitrat (mg/l) Fosfat (mg/l) P11 416020 9238119 33 7 33 5,53 0,188 0,175 P12 415665 9237735 32 6 24 6,8 0,68 0,175 P13 415846 9237613 32 6 22 6,15 1,054 0,2 P14 416267 9237708 34 6 38 5,9 1,214 0,187 P15 416259 9237405 34 6 35 6,59 0,885 0,212 P16 415870 9237096 34 6 20 7,7 0,545 0,512 P17 416519 9236689 30 6 31 5,83 0,317 0,187 P18 416732 9236863 29 6 37 5,75 1,437 0,175 P19 416969 9236365 30 6 33 5,01 0,844 0,187 P20 416791 9236048 30 6 32 6,78 0,362 0,162 P21 416979 9235704 30 6 35 5,41 0,939 0,287 P22 417004 9235911 31 6 31 5,66 0,678 0,162 Keterangan: Proyeksi UTM, Datum WGS 84, Zona 49S.

3. Hasil dan Pembahasan Dari hasil skoring menunjukkan bahwa tambak di Kecamatan Brangsong berada di kelas S 1 (Sangat Sesuai) dan kelas S 2 (Cukup Sesuai). Gambar 2. Tingkat Kesesuaian Lahan Tambak Perhitungan Luas 1. Luas Lahan Tambak Hasil Digitasi Dari hasil digitasi bidang tambak, didapatkan 402 buah record data bidang tambak. Data record bidang tambak tersebut kemudian dikalkulasi luasnya dan didapatkan hasil luas total wilayah tambak yang ada yaitu sebesar 215,77 ha. 2. Luas Lahan Tambak Hasil Analisis Dengan Metode Skoring Dari perhitungan luas daerah S 1 dan S 2 hasil skoring yang telah di-clipping, maka jumlah luas area S 1 yaitu 85,41 ha dan S 2 sebesar 129,84 ha dengan total luas area tambak yang dihitung adalah 215,25 ha. Tabel 3. Luas Kesesuaian Lahan Tambak No. Kelas Kesesuaian Luas (ha) 1 S1 (sangat sesuai) 85,41 2 S2 (cukup sesuai) 129,84 3 S3 (sesuai bersyarat) 0 4 N (tidak sesuai) 0 Luas Kesesuaian LahanTambak S1 (sangat sesuai) 39,68% S2 (cukup sesuai) 60,32% S3 (sesuai bersyarat) N (tidak sesuai) Gambar 3. Diagram Luas Kesesuaian Lahan Tambak Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 76

Validasi Pada proses validasi ini, digunakan data produksi ikan per bulan tahun 2012 dan 2011 yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal. Dari data produksi ikan ini, selanjutnya dibandingkan terhadap hasil skoring yang menyatakan bahwa tambak di Kecamatan Brangsong berada di kelas S 1 (sangat sesuai) dan kelas S 2 (cukup sesuai). 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2009 2010 2011 2012 Bandeng Udang Lele Nila Gambar 4. Grafik Jumlah Produksi Ikan Tahun 2009-2012 Dari grafik jumlah produksi ikan tahun 2009-2012, dapat disimpulkan bahwa komoditas ikan di Kecamatan Brangsong mengalami stagnan (tidak naik ataupun turun) pada tahun 2011 dan 2012. Seharusnya dengan kualitas air tambak yang menunjukkan bahwa wilayah tambak di Kecamatan Brangsong berada di kelas S 1 (sangat sesuai) dan S 2 (cukup sesuai), jumlah produksi ikan per tahun dapat mengalami kenaikan yang signifikan. Ada beberapa faktor yang peneliti temukan di lapangan yang dapat dijadikan alasan mengapa jumlah produksi ikan tidak mengalami kenaikan. 1. Kondisi di sekitar area tambak yang kotor, banyak sampah yang berserakan. 2. Kondisi ekonomi para petani tambak yang tidak mencukupi untuk merawat dengan baik tambak yang dimilikinya. Banyak petani tambak yang hanya mengandalkan pakan alami untuk tambaknya, dikarenakan harga pakan tambahan untuk ikan yang ada di pasar harganya sangat mahal. 3. Kondisi cuaca yang buruk. Pada musim hujan, di wilayah pesisir Brangsong ini sering terjadi banjir. Saat terjadi banjir, ikan akan ikut terhanyut, sehingga mengakibatkan petani tambak tidak mendapatkan hasil panen seperti biasanya. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 77

Komoditi Ikan Yang Paling Cocok Untuk Dikembangkan Dengan perhitungan menggunakan rumus :...(4.1) Didapatkan presentase produksi ikan per hektare sebagai berikut : Bandeng Persentase Produksi Bandeng Per Hektare 2,563 % 2,563 % 2,426 % 2,172 % Udang Persentase Produksi Udang per Hektare 0,582 % 0,401 % 0,401 % 0,401 % 2012 2011 2010 2009 2012 2011 2010 2009 Lele Persentase Produksi Lele per Hektare Nila Persentase Produksi Nila per Hektare 9,121 % 9,121 % 16,037 % 4,804 % 4,804 % 4,804 % 0,009 % 2012 2011 2010 2009 0,000 % 2012 2011 2010 2009 Gambar 5. Grafik Persentase Produksi Ikan per Hektare Tahun 2009-2012 Dari grafik di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tambak di Kecamatan Brangsong cocok untuk budidaya ikan lele, karena presentase produksi ikan per luas wilayah dari komoditi ikan lele lebih besar daripada komoditi ikan yang lainnya. Namun, bukan berarti pula tambak di Kecamatan Brangsong tidak cocok untuk budidaya ikan bandeng, nila, dan udang. Dari kondisi di lapangan, tambak di Kecamatan Brangsong membudidayakan ikan bandeng dan udang (udang vannamei dan udang windu) karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 78

Tabel 4. Harga Dan Jumlah Ikan per Kilogram Serta Lama Pemeliharaan Jenis Komoditi Ikan Jumlah Ikan per Harga Ikan per Lama Kilogram Kilogram (Rp) Pemeliharaan Bandeng 3-4 ekor 20.000 28.000 6 bulan Udang : - Udang Vannamei - Udang Windu 40 ekor 15 20 ekor 50.000 75.000 104.000 150.000 2 4 bulan 4 bulan Lele 8 9 ekor 15.000 18.000 50 hari Nila 3 5 ekor 18.000 20.000 100-110 hari (Dari berbagai sumber) Ditinjau dari tabel di atas, komoditas ikan bandeng, udang, lele, dan nila merupakan komoditas ikan yang bernilai sangat ekonomis. Komoditas ikan tersebut juga merupakan komoditas ikan yang mudah perawatannya dan sangat kuat sehingga tahan dari berbagai macam penyakit. Dengan perawatan tambak yang memadai, misalnya mengubah tambak alami menjadi tambak intensif serta memberikan modal kepada para petani tambak, besar kemungkinan tambak di Kecamatan Brangsong juga bisa sangat cocok untuk pembudidayaan bandeng, udang dan nila, sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani tambak dan pemerintah daerah Kecamatan Brangsong. 4. Kesimpulan 1. Lahan tambak di Kecamatan Brangsong berada di kelas S 1 (Sangat Sesuai) dan S 2 (Cukup Sesuai), dengan luas S 1 sebesar 85,41 ha (39,68%) dan S 2 129,84 ha (60,32%). Dari perhitungan presentase jumlah produksi ikan per luas wilayah tambak menunjukkan bahwa tambak di Kecamatan Brangsong cocok untuk budidaya lele. Tetapi kondisi di lapangan, tambak di Kecamatan Brangsong membudidayakan bandeng dan udang karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Dengan perawatan tambak yang memadai, besar kemungkinan tambak di Kecamatan Brangsong sangat potensial untuk pembudidayaan bandeng dan udang, sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani tambak dan pemerintah daerah Kecamatan Brangsong. 2. Dari data jumlah produksi ikan tahun 2009-2012 menunjukkan produksi ikan tidak mengalami kenaikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain : kondisi area tambak yang kotor, kondisi ekonomi petani tambak yang kurang memadai, dan kondisi cuaca yang buruk. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 79

DAFTAR PUSTAKA Jurnal Geodesi Undip April 2014 Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 2010. Kajian Potensi Sumberdaya Pesisir Kabupaten Rokan Hilir. Cibinong: Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Bakosurtanal. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal. 2011. Kecamatan Brangsong Dalam Angka Tahun 2011. Kendal: BPS Kabupaten Kendal. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal. 2013. Kecamatan Brangsong Dalam Angka Tahun 2012-2013. (online). Kendal: BPS Kabupaten Kendal. Hartoko, A dan Lestari Lakhsmi Widowati. 2007. Aplikasi Teknologi Geomatik Kelautan Untuk Analisa Kesesuaian Lahan Tambak Di Kabupaten Demak. Indonesian Journal of Marine Science Vol. 12 No. 4 Des 2007. ISSN: 0853-7291. Zweig, R.D., et al. 1999. Source Water Quality for Aquaculture : A Guide for Assessment. Washington D.C.: The World Bank. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X) 80