PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tentang Standar

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis di Provinsi Lampung. Salah satu dari dampak itu adalah

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT.

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH

PENYEDIAAN SPESIMEN AWETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Satino, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

Regulasi PCB di Indonesia

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lembaran Data Keselamatan Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT KHUSUS DI SURABAYA TIMUR. Oleh: Idkha Anggraini Pramesti

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

HASIL WAWANCARA DIMENSI PROSES (AKTIVITAS PERUSAHAAN DAN SEBERAPA JAUH. a. Banyaknya tahap-tahap/proses produksi yang harus dilalui

BUPATI POLEWALI MANDAR

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

Transkripsi:

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009

Pendahuluan Obat-obat yang kadaluwarsa adalah obat yang telah melewati masa gunanya. Kekuatan dan kadar obat tersebut sudah menurun lebih kecil dari kadar yang dipersyaratkan Farmakope, sehingga efektivitasnya berkurang. Kadang-kadang obat yang kadaluwarsa sudah mengalami penguraian, dimana salah satu hasil urainya dapat saja membahayakan kesehatan dan jiwa manusia yang mengkonsumsinya. Di samping itu, terdapat obat-obat yang sudah rusak atau tidak dikenali lagi karena labelnya sudah rusak. Obat-obat tersebut dapat digunakan secara salah sehingga dapat menimbulkan bahaya. Pembuangan obat yang tidak terpakai ini dapat menimbulkan masalah besar.

Pemusnahan obat-obat kadaluwarsa telah diatur oleh PP RI Nomor 72 tahun 1993, tentang Pengamanan sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, pada Bab X Pemusnahan, Pasal 44 48. Pasal 45, ayat 1: Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan oleh badan usaha yang memproduksinyadanataumengedarkannya, danatau orang yang bertanggungjawab atas sarana kesehatan, danataupemerintah. Pasal 46: Pemusnahan dilaksanakan dengan memperhatikan dampak terhadap kesehatan manusia serta upaya pelestarian lingkungan hidup. Pasal 47: Pemusnahan harus dilaporkan pada Menteri. Isi laporan : waktu dan tempat pemusnahan, jumlah dan jenisnya, nama dan tanda tangan penanggungjawab dan saksi. Pasal 48: Tata cara pemusnahan dan pelaporan diatur oleh Menteri. Tata cara itu belum ada aturannya.

Masalah Obat rusak dan kadaluwarsa Kalau digunakan akan menimbulkan bahaya bagi yang mengkonsumsinya. Kalau disimpan terus akan menyita tempat dan memerlukan sistem penyimpanan yang aman. Kalau dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah bagi keamanan dan keselamatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Kalau dibuang di tempat pembuangan sampah, akan dipungut dan dijual kembali oleh pemulung, hal ini dapat menimbulkan salah penggunaan yang membahayakan.

Konsekuensi pembuangan yang tidak memadai Bagaimanapun obat-obat merupakan senyawa kimia atau campuran bahan-bahan (bahan aktif dan eksipien), yang kalau dibuang akan menimbulkan berbagai masalah. Pembuangan yang tidak layak dapat berbahaya jika kemudian menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Terdapat beberapa golongan obat yang rusak atau kadaluwarsa dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan masayarakat.

Risiko kesehatan Kontaminasi air minum. Obat yang dibuang dengan cara ditimbun dapat merembes sehingga dapat memasuki lapisan air tanah, air permukaan ataupun sistem air. Obat-obat golongan antibiotika, antibakteri, sitotoksika dan disinfektan yang tidak dapat mengalami biodegradasi akan membunuh bakteribakteri yang diperlukan untuk memproses limbah, dan akan merusak kehidupan air. Pembakaran obat-obat dengan suhu rendah atau pada wadah terbuka dapat menyebabkan terlepasnya bahan- bahan pencemar beracun ( dioksin) ke udara. Pemulungan obat-obat di tempat pembuangan sampah merupakan ancaman yang serius.

Metode Pembuangan 1. Pengembalian pada produsen: Kemungkinan pengembalian obat yang tidak terpakai pada produsen harus diupayakan, terutama obat-obat yang berbahaya : antibiotika, antibakteri, sitotoksika, narkotika, disinfektan, dll. 2. Transfer lintas batas: Obat-obat yang rusak dan kadaluwarsa termasuk limbah berbahaya, maka pemindahannya harus sesuai Konvensi Basel mengenai Pengiriman Lintas Batas Bahan- Bahan Berbahaya. 3. Metode pembuangan berdasarkan kategori pemilahan. Sebelum dibuang atau dimusnahkan, obat-obat yang rusak dan kadaluwarsa dipilah dulu sesuai kategori pemilahan.

Penimbunan Penimbunan berarti penempatan limbah langsung kelahanpenimbunansampahtanpaperlakuanatau persiapan sebelumnya. Penimbunan merupakan metode tertua dan paling sering dipergunakan dalam pembuangan limbah padat. Terdapat tiga macam cara penimbunan: 1. Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian, 2. Penimbunan berteknologi, dan 3. Penimbunan berteknologi tinggi.

Imobilisasi limbah: Enkapsulasi Enkapsulasi berarti imobilisasi obat-obatan dengan memadatkannya dalam tong plastik atau besi. Sebelum dipergunakan, tong harus bersih dan kandungan sebelumnya harus bukan bahan yang mudah meledak atau berbahaya. Tong diisi hingga 75% kapasitasnya dengan obatobatan padat atau setengan padat, lalu sisa ruang dipenuhi dengan campuran kapur- semen- air (15:1:15) hingga terisi penuh, kemudian tong ditutup dengan dikelim atau pengelasan. Enkapsulasi obat-obat antikanker atau sitotoksika membutuhkan kehati-hatian khusus.

Imobilisasi limbah : Inersiasi Inersiasi merupakan varian enkapsulasi. Obat-obatan dilepas dari bahan pengemasnya: kapsul, blister, strip, sachet, kertas, karton, botol, dan plastik. Obat-obatan dicampur dengan kapur, semen dan air dengan perbandingan 65:15:15:5, sehingga terbentuk pasta yang homogen. Pasta dipindahkan ke tempat pembuangan akhir yang akan membentuk masa padat bercampur dengan limbah rumah tangga biasa. Perlu alat khusus untuk mencampurnya (seperti beton mollen)

Pengenceran Beberapa obat-obatan yang aman dan biodegradable dalam bentuk cairan seperti sirop, dan infus dapat dilarutkan dalam sejumlah besar air hingga encer dan dibuang ke saluran pembuangan air sedikit demi sedikit selama periode tertentu (tanpa memberikan dampak serius terhadap kesehatan dan lingkungan) Obat atau larutan antiseptik cair yang telah sangat encer dapat dibuang dengan cara ini.

Insinerasi suhu tinggi Insinerator suhu minimal 850 o C dengan waktu retensi pembakaran 2 detik dapat digunakan untuk pemusnahan obat-obatan padat. Limbah farmasi dicampur dengan limbah rumah tangga dalam jumlah besar (1:1000). Insinerator suhu ini tidak baik untuk obat yang mengandung halogen. Insinerator 1200-1430 o C sangat sesuai dan paling memadai untuk pemusnahan obat-obatan rusak dan kadaluwarsa. Pada kondisi ini limbah akan hancur secara efektif. Dapat bekerja sama dengan industri semen. Obatobatan harus dibuka dari kemasannya lalu digiling dan dicampur dengan bahan bakar secukupnya dengan perbandingan tidak melebihi 5%.

Dekomposisi kimiawi Jika tidak terdapat insinerator yang memadai, dekomposisi kimiawi dapat digunakan sesuai rekomendasi produsen. Obat-obatan golongan antikanker, sitotoksika, antibiotika, antibakteri, dll dapat dimusnahkan dengan cara ini. Inaktivasi kimia ini sangat mahal, lama dan berat, serta membutuhkan persediaan pereaksi sepanjang waktu. Harus ada ahli kimia dan farmasi serta peralatan khusus.

Pemilahan sesuai kategori Tujuan pemilahan: Untuk memisahkan obat-obatan berdasarkan kategori (bentuk sediaan, dan tujuan penggunaan/indikasi) sesuai dengan metode pembuangannya. Kategori sangat berbahaya: Narkotika, Psikotropika, Anti kanker dan sitotoksika, Antibiotika dan Antibakteri, Antiseptika dan Disinfektan, Obat-obat yang tidak atau sukar didegradasi. Semua obat-obat tersebut harus disimpan dalam kontainer atau wadah yang aman, dan pada bagian luar wadah ditulis secara jelas mengenai isinya. Ditempatkan pada area penyimpanan sementara yang terlindung

Obat-obatan antikanker dan antiinfeksi Kalau bisa dikembalikan ke produsen. Tidak boleh dibuang ke saluran pembuangan air. Dienkapsulasi atau inersiasi dulu lalu dibuang ke tempat penimbunan sampah. Insinerasi suhu tinggi 1200 1450 o C (pembakaran semen) Dekomposisi kimiawi (detoksikasi)

Obat-obatan Narkotika dan Psikotropika Dikembalikan ke produsen Tidak boleh dibuang ke saluran pembuangan air, dan tempat penimbunan sampah kecuali telah dienkapsulasi. Enkapsulasi Inersiasi Insinerasi suhu tinggi

Antiseptika dan Disinfektan Tidak boleh dibuang ke saluran pembuangan air atau air mengalir deras kecuali setelah diencerkan terlebih dahulu. Tidak boleh dibuang ke air yang tidak mengalir atau mengalir lambat. Diencerkan dulu lalu dibuang ke saluran pembuangan air atau air mengalir deras. Maksimum 50 L per hari setelah diencerkan dengan pengawasan

Sediaan padat, setengah padat dan serbuk Dibuang ke tempat penimbunan sampah setelah dikeluarkan dari wadahnya. Tiap harinya tidak boleh melebihi 1% dari limbah rumah tangga. Enkapsulasi Inersiasi Insinerasi suhu sedang dan tinggi

Sediaan Cairan Setelah diencerkan dapat dibuang ke saluran pembuangan air atau air mengalir deras. Obat antikanker tidak boleh dibuang ke saluran pembuangan air. Insinerasi suhu tinggi Ampul dan botol gelas dihancurkan dan buang ke tempat penimbunan sampah padat Plastik PVC dapat didaurulang, tidak boleh dibakar di wadah terbuka, diinsinerasi suhu tinggi

Sediaan Aerosol Tidak boleh dibakar dapat meledak Tabung kosong dibuang di tempat penimbunan sampah setelah diremukkan Enkapsulasi

TERIMA KASIH