Soepriadi dan Bambang Pardiarto Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK CEBAKAN TIMAH PRIMER DI DAERAH PARIT TEBU, KABUPATEN BELITUNG TIMUR, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

Oleh : Soepriadi, Armin Tampubolon dan Hamdan Z. Abidin Kelompok Penyelidikan Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi SARI

buletin SUMBER DAYA GEOLOGI

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Ciri Litologi

3. HASIL PENYELIDIKAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V PENGOLAHAN DATA

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

3. HASIL PENYELIDIKAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB III Perolehan dan Analisis Data

PROSPEKSI MANGAN DI KECAMATAN TIMPEH, KABUPATEN DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATERA BARAT

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

REKAMAN DATA LAPANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT TRISULA KENCANA SAKTI (PT DIAN SWASTATIKA SENTOSA Tbk) MEI 2011

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SURVEI LANDAIAN SUHU DAERAH PANAS BUMI SUMANI. Yuanno Rezky, Robertus S. L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi ABSTRAK

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Bab II Geologi Regional

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

FENOMENA BARU KETERDAPATAN BIJIH BESI DI KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR. Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto. Sari

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

SEBARAN GRANIT DI INDONESIA

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

STUDI MINERALISASI TIPE ENDAPAN GREISEN DI BUKIT MONYET KECAMATAN PANGKALAN BARU KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROPS DRILLING DAERAH MALUTU DAN SEKITARNYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

Abstrak

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL PENGEBORAN LOGAM TIMAH PRIMER DI DAERAH PARIT TEBU, KECAMATAN GANTUNG, KABUPATEN BELITUNG TIMUR, PROVINSI BANGKA BELITUNG Soepriadi dan Bambang Pardiarto Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Pulau Belitung termasuk jalur timah Indonesia yang memanjang dari tenggara hingga Baratdaya, Selain Pulau Belitung, pulau lain seperti Bangka, Singkep, Kundur, Karimun dan pulau-pulau kecilnya juga termasuk penghasil timah di Indonesia. Jalur timah ini menerus hingga ke Malaysia-Thailand dan Burma. Pulau-pulau yang disebutkan diatas yang terletak di Jalur timah Indonesia, tidak diragukan sebagai penghasil timah terbesar di dunia.secara regional, Pulau Belitung ditutupi oleh runtunan batuan metasedimen yang berumur dari Karbon hingga Perem (Gambar 13). Runtunan ini dibedakan menjadi Formasi Kelapa Kampit, Tajam dan Siantu (Baharuddin dkk., 1995). Didaerah penyelidikan mineralisasi timah primer yang dijumpai dipermukaan umumnya mempunyai tipe urat dengan gangue mineral berupa kwarsa yang berasosiasi dengan mineral besi. Mineralisasi terdapat dalam batupasir kwarsa kadang berselingan dengan batulanau/lempung yang termetakan. Sedangkan dari hasil pemboran tidak nampak jelas mineralisasi timah yang diamati. Kemungkinan mineralisasi timah terdapat sebagai urat halus/hairline bersama dengan mineral besi yang memotong batupasirkwarsa, batu lanau dan batulempung. Mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, spalerit dan pirit terdapat dalam batuan meta batu pasir/kwarsit. Proses pembentukan mineralisasi diperkirakan mempunyai tiga tahap. Tahap pertama mineralisasi timah tipe urat yang berhubungan dengan batolit granit Tanjung Pandan berumur Trias. Kemudian tahap dua adalah pembentukan urat kwarsa putih susu, masiv dengan mineralisasi pirit akibat terobosan batuan adamelit Baginda berumur Jura. Tahap ketiga atau terakhir adalah adanya terobosan batuan diorit kwarsa Batubesi berumur Kapur yang meyebabkan terbentuknya mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, sphalerit dan pirit. Respon hasil survey IP pada lintasan E menunjukkan khususnya pada titik lubang bor LB-02 terlihat semakin kedalam terjadi peningkatan resistivity dan chargebility. Anomali ini diperkirakan lebih mencerminkan pada kondisi batuan yaitu adanya kwarsit dan kandungan mineral sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik. PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari hasil kajian timah primer tahun 2013, penyelidikan untuk menentukan wilayah pengeboran eksplorasi mineral logam timah primer dan logam lainnya di daerah Parit Tebu, Lintang dan survey geofisika oleh Pusat Sumber Daya Geologi mulai dari survey tinjau, pengamatan geologi, penyelidikan geokimia dan geofisika, tahun 2014 yang di pusatkan di daerah Parit Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Hasil penyelidikan tersebut memperlihatkan zona anomali mineral logam yang perlu ditindaklanjuti dengan metoda eksplorasi rinci uji geologi (pengeboran). Tahun Anggaran 2015, Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan kegiatan yaitu Penelitian dan Evaluasi Potensi Hasil Pengeboran Logam Timah Primer di daerah Parit Tebu Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung,

Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dimaksudkan mengidentifikasi geologi bawah permukaan dalam kaitannya dengan mineralisasi timah untuk mengetahui besarnya potensi timah primer berdasarkan hasil dari data pengeboran. Tujuannya memperoleh data secara rinci potensi timah primer di daerah pengeboran dan melengkapi data neraca sumber daya mineral dan tata ruang pertambangan di daerah. Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan terletak di daerah Parit Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur (Gambar.1). Secara geografis terletak antara 108 03'31,4 BT -108 06'45,5 BT dan 2 57'33,1 - LS, 3 00'15,7 LS, dan koordinat utm (Unit transfers mecator) menunjukkan titik bor Xm.175,589.2 Ym.9,670,206.2; Xm.176,408.1, Ym. 670,111.9 dan Xm.177,769.0, Ym. 9,670,604.0. METODOLOGI Pengumpulan data sekunder Merupakan data hasil penelitian di lokasi penyelidikan yang telah dilakukan sebelumnya yang meliputi kegiatan penyelidikan, penelitian dan eksplorasi instansi pemerintah, kegiatan eksplorasi dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan mineral logam. Pengumpulan data primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan uji geologi pengeboran dengan bertujuan untuk memperoleh data geologi berserta ubahan dan mineralisasi logam, mengetahui keterjadian mineralisasi logam dan skematik model mineralisasi dan memiliki anomali geokimia keterdapatan mineral logam. Pengeboran dilakukan dengan mesin bor Longyear-38 dengan kedalaman 175 meter untuk masingmasing 3 (tiga) titik lubang bor dengan arah N90 o E. Conto bor diambil sekitar ±3 kg untuk kebutuhan analisis laboratorium dan sebagian untuk arsip. Analisis Laboratorium Analisis laboratorium dilakukan terhadap conto-conto yang diambil hasil pengeboran, seperti: Analisis petrografi, mineragrafi, analisis kimia, inklusi fluida dan XRD. HASIL PENYELIDIKAN Kegiatan pengeboran cebakan timah primer dilakukan didaerah Parit Tebu, Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Kegiatan ini merupakan pemboran uji geologi yang dilakukan dengan latar belakang berdasarkan hasil survey geofisika metoda Induced Polarization (IP) dan magnet tahun 2014 (Gambar 3,4,5). Pemboran vertikal dilakukan pada tiga titik lubang bor dengan kedalaman masingmasing 175 m yang menghasilkan inti bor berukuran HQ dan NQ dengan core recovery rata-rata mencapai 98%. Pelaksanaan pemboran menggunakan rig tipe Long Year 38 yang dilakukan oleh PT. Dunggio Drilling dalam kurun waktu bulan Agustus-September-Oktober 2015. Geologi Daerah Penelitian Morfologi Secara morfologi, wilayah Parit Tebu memperlihatkan perbukitan bergelombang rendah dan pedataran dengan ketinggian berkisar dari 50-100 m diatas permukaan laut ditutupi oleh batuan sedimen Formasi Tajam dan endapan alluvial. Umumnya, daerah ini ditutupi oleh pepohonan yang relatif rendah dan perkebunan masyarakat. Daerah pedataran umumnya berupa daerah rawa, lembah dan daerah tambang timah. Umumnya, daerah ini agak gundul dan

hanya ditutupi oleh pohon-pohon pardu dan rerumputan Geologi dan Mineralisasi Daerah Sekitar Pengeboran. Satuan batuan yang mendominasi daerah ini terdiri atas batu pasir kwarsa berselingan dengan batu lempung dan batu lanau yang diduga merupakan bagian dari Formasi Tajam berumur Permo - Karbon (Gambar 12 /Peta Geologi). Kemudian satuan batuan tersebut secara menjemari berhubungan dengan meta batupasir kwarsa/kwarsit, batusabak dan lempung tufaan yang merupakan bagian dari Formasi Kelapa Kampit yang juga berumur Permo-Karbon. Jurus dan kemiringan lapisan batupasir yang kontak dengan batu lempung yang teridentifikasi berarah N 160-170E/15 dan N 280-300E/45 (Gambar.6). Umumnya batuan ini sebagian besar telah mengalami pelapukan kuat yang membentuk endapan laterit/limonit yang mengandung mineral oksida besi. Sebagian satuan batuan tersebut masih tampak segar dengan ubahan silika, pirit dan lempung serta setempat-setempat mengandung urat/urat halus kwarsa. Batuan terkekarkan kuat dimana retakan yang terbentuk diisi oleh urat kuarsa tipis (mm) dan oksida besi/limonit yang saling berpotongan sebagaimana dijumpai disekitar Bukit Klenteng. Endapan aluvial yang terdiri atas pasir, lanau dan lempung menutupi kedua satuan batuan tersebut yang menempati pada lembah sungai. Struktur geologi yang teramati adalah berupa kekar dan patahan normal yang diperkirakan dengan arah hampir utara-selatan. Gejala patahan ini ditandai oleh adanya pola perubahan jurus dan kemiringan lapisan batupasir yang berada disekitar Bukit Klenteng. Sedangkan kekar yang terbentuk umumnya terisi oleh oksida besi/limonit seperti yang dijumpai didaerah sekitar Bukit Klenteng Indikasi mineralisasi berupa urat/urat halus kwarsa dengan tebal 1mm - 3 cm, tidak beraturan dan saling perpotongan pada perselingan batupasir kwarsa dan meta batulempung. Mineral kasiterit teramati pada dua singkapan urat kwarsa dengan tebal 1 s.d 2,5 cm, agak transparan, kristalin dan struktur vuggy dan comb, berarah N 100 E/50 dan N 65 E/55 seperti yang ditemukan didaerah Bukit Klenteng pada lokasi KL 01 R/2015 ( Gambar 7). Pada tempat lain urat-urat kwarsa juga mengandung mineral timah dan hematit/gutit pada batu pasir yang disertai dengan urat-urat halus limonitik pada lokasi KL 02-04 R/2015 Selain itu hasil pelapukan bijih logam berupa gossan yang mengandung gutit, jarosit dan hematit juga ditemukan disekitar daerah ini. Diduga terbentuknya gossan akibat dari proses pelapukan terhadap batuan termineralisasi dengan intensitas kuat urat tipis dan kandungan besi yang tinggi sehingga memberikan warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing lubang bor tersebut dapat diresumekan pada Tabel 1. Pembahasan Hasil Pemboran Uji Secara regional cebakan timah primer didaerah Pulau Belitung proses pembentukan mineralisasinya berhubungan dengan larutan hidrotermal yang dihasilkan oleh intrusi batuan bersusunan asam (granit tipe S). Didaerah Tikus mineralisasi timah primer mempunyai tipe greisen ditemukan dalam batuan granit Tanjung Pandan yang merupakan granit tipe- S berumur Trias. Selain itu didaerah Batubesi terdapat mineralisasi timah yang berasosiasi dengan logam dasar terdapat dalam cebakan tipe skarn akibat kontak antara batuan diorit kwarsa Batubesi berumur Kapur dengan batuan metasedimen. Berdasarkan evaluasi dari masingmasing lubang pemboran LB-01, LB-02

dan LB-03 mineralisasi timah primer tidak terlihat secara jelas. Hal ini sangat berbeda dengan mineralisasi yang teramati dipermukaan dimana mineralisasi berasosiasi dengan urat kwarsa tipis, transparant-kristalin yang mengandung kasiterit, monasit, hematit dan gutit. Namun demikian mineralisasi timah dalam batuan inti pemboran diperkirakan bersama dengan besi dalam bentuk urat halus/hairline yang banyak memotong dalam batupasir maupun perselingan batupasir-lanau. Hal ini nampak jelas terlihat pada fenomena hair line/urat halus tersebut dimana sebagian urat halus terubah menjadi limonit/oksida besi yang berwarna coklat sedangkan yang lainnya tetap berwarna hitam yang diduga mengandung kasiterit berukuran halus. Setempat juga teramati ada bercak pirit. Pembentukan urat halus dan sebagian urat kwarsa ini merupakan tahap pertama proses mineralisasi didaerah ini yang sifatnya lebih luas/regional kemungkian berhubungan dengan intrusi batholit dari granit Tanjung Pandan yang berumur Trias. Kemudian proses pembentukan mineralisasi tahap kedua yang diperkirakan berhubungan dengan intrusi adamelit Baginda yang berumur Jura. Sisa larutan hidrothermal ini yang menyebabkan terbentuknya urat kwarsa berwarna putih susu dan sedikit mengandung bercak pirit. Urat urat kwarsa ini dalam batuan terlihat memotong hair line mineral besi yang terbentuk pada tahap pertama. Akibat terobosan ini larutan yang melalui zona patahan kemungkinan dapat membentuk mineralisasi besi yang dominan baik dalam bentuk pengisian rekahan maupun bijih besi. Hal ini terlihat ditemukannya zona patahan yang matriknya terisi oleh kwarsa putih susu dan masif. Mineralisasi yang teramati hanya bercak pirit dan oksida besi. Selain itu juga ditemukannya gossan dengan mineral hematit, gutit dan oksida besi. Proses pembentukan mineralisasi yang terakhir diperkirakan akibat terobosan batuan diorit kwarsa Batubesi yang juga berumur Kapur. Mineralisasi yang terbentuk lebih banyak ditemukan dalam meta batupasir kwarsa/kwarsit. Sebagian ditemukan juga dalam batupasir kwarsa berselingan dengan lanau. Tipe mineralisasi berupa urat halus/urat kwarsa yang mengandung mineral galena, sphalerit, pirit dan kadang kadang kasiterit (?). Selain itu mineral klorit juga teramati pada sekitar urat halus dan pada masa batuan. Urat kwarsa ini dalam batuan memotong hair line besi dan urat kwarsa masif yang terbentuk pada tahap pertama dan kedua. Dari hasil pemboran tidak ada satupun lubang bor yang terindikasi menembus batuan beku. Namun dari bor LB-02 dan LB-03 ditemukan batuan meta batupasir/kwarsit yang kemungkinan proses malihannya akibat kontak dengan intrusi. Dari hasil survey geofisika sebaran anomali tahanan jenis (resistivity) dan chargeability pada lintasan E dimana lintasan ini melewati lokasi titik bor LB-02, menunjukkan nilai tahanan jenis rendah yang meningkat tinggi kearah dalam (Gambar 5). Nilai tahanan jenis rendah ini merupakan pencerminan batuan yang bersifat kurang resistif/ konduktif yaitu berupa batuan sedimen. Sedangkan nilai tahanan jenis yang tinggi merupakan pencerminan batuan yang lebih resistif dalam hal ini batuan metasedimen/kwarsit. Batuan yang mengandung mineral sulfida umumnya memiliki nilai tahanan jenis rendah (konduktif), sedangkan sifat kemagnetannya relatif lebih tinggi dari batuan di sekitarnya Nilai chargeability rendah mengindikasikan sedikitnya kandungan mineral yang dapat menyimpan arus. Sedangkan chargebility tinggi relatif berhubungan keberadaan urat kwarsa yang mengandung galena, spalerit dan bercak pirit. Kesimpulan

Didaerah penyelidikan mineralisasi timah primer yang dijumpai dipermukaan umumnya mempunyai tipe urat dengan gangue mineral berupa kwarsa yang berasosiasi dengan mineral besi. Mineralisasi terdapat dalam batupasir kwarsa kadang berselingan dengan batulanau/lempung yang termetakan. Sedangkan dari hasil pemboran tidak nampak jelas mineralisasi timah yang diamati. Kemungkinan mineralisasi timah terdapat sebagai urat halus/hairline bersama dengan mineral besi yang memotong batupasirkwarsa, batu lanau dan batulempung. Mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, spalerit dan pirit terdapat dalam batuan meta batu pasir/kwarsit. Proses pembentukan mineralisasi diperkirakan mempunyai tiga tahap. Tahap pertama mineralisasi timah tipe urat yang berhubungan dengan batolit granit Tanjung Pandan berumur Trias. Kemudian tahap dua adalah pembentukan urat kwarsa putih susu, masiv dengan mineralisasi pirit akibat terobosan batuan adamelit Baginda berumur Jura. Tahap ketiga atau terakhir adalah adanya terobosan batuan diorit kwarsa Batubesi berumur Kapur yang meyebabkan terbentuknya mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, sphalerit dan pirit. Respon hasil survey IP pada lintasan E menunjukkan khususnya pada titik lubang bor LB-02 terlihat semakin kedalam terjadi peningkatan resistivity dan chargebility. Anomali ini diperkirakan lebih mencerminkan pada kondisi batuan yaitu adanya kwarsit dan kandungan mineral sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik. DAFTAR PUSTAKA Aleva, G.J.J., 1960, The plutonic igneous rocks from Billiton Indonesia, Geol. En Mijnb. 3 q.e.p. 427-436 Bappeda,2013, Belitung Dalam Angka, Badan Statistik Kabupaten Belitung, Timur, Provinsi Bangka Belitung, Manggar Lehmann, B, 1990. Metallogeny of Tin. Lecture notes in Earth Sciences., 32. Springer-Verlag, Berlin. Franklin dkk, 2011. Laporan Survey Geologi Detail Dan Persiapan Lokasi Pengeboran Logam Dasar Di Daerah Wai Wajo, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Yudi A dkk, 2014., Survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Schwartz, M.O. dan Surjono, 1990. The Stratabound deposit of Namsalu Kelapa Kampit, Indonesia. Econ. Geol. 95. 76-98. WWW/id.wikipedia.org/wiki/Belitung _Timur Lokasi Penelitian Gambar 1. Lokasi Penelitian dan Evaluasi Pengeboran Logam Timah Primer Daerah Parit Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Balitung

Gambar 2. Lokasi Titik Pengeboran Logam Timah Primer Daerah Parit Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Balitung LB.0 1 Gambar 3. Peta Hasil Penafsiran Geofisika Lintasan C Daerah Parit Tebu Titik Bor LB.01 LB.0 2 Gambar 4. Peta Hasil Penafsiran Geofisika dan Lokasi Titik Bor LB.02 Lintasan E Daerah Parit Tebu

LB.03 Gambar 5. Peta Hasil Penafsiran Geofisika Magnetit dan Lokasi Titik Bor LB.03 Daerah Parit Tebu Batu pasir Batu lempung Gambar 6. Singkapan Kontak Antara Batupasir Kwarsa dan Batu Lempung Dengan Jurus N 280 E/45 Didaerah Bukit Klenteng. Gambar 7. Singkapan Urat Kwarsatipis N100oE/50 Mengandung Mineralkasiterit Didaerah Bukit Klenteng (KL 01 R/2015)

Gambar 8.Singkapan Gossan Disekitar Daerah Penyelidikan Gambar 9. Hairline/urat Halus Kuarsa Mengandung Besi/Timah Pada btpsr Kuarsa Lubang bor LB.02 Gambar 10. Urat Kuarsa Polimetalik Mengadung Pb,Py dan Spalerit LB.02 Gambar 11. Urat Kuarsa Massif Sedikit Kristalin Mengandung Klorit, Besi Lubang bor LB.03

Gambar 12. Peta lokasi titik bor dan geologi daerah Parit Tebu, Desa Batu Penyu, Kecamata Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung Gambar 13. Korelasi Lubang Bor Daerah Parit, Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Balitung Timur, Provinsi Bangka Belitung

LB-01 Tabel 1. Hasil Pemerian Batuan Inti Lubang Bor No Kode Bor Kedalaman (m) Deskripsi Mineralisasi 00.00-10.50 Endapan aluvium berupa pasir, pasir - lempungan, lempung putih kekuningan 10.50-23.30 Batupasir kuarsa, coklat kekuningan, Mineral besi/timah dengan butir sedang, membulat, kemas tertutup, retakan diisi oksida besi pemilahan sedang, agak lapuk, kuarsa dan kerapatan 3-5%. dominan dan felspar, terkekarkan 23.30-39.30 Batulanau, kelabu, butir halus, masif, berlapis baik dengan sisipan batu pasir kwarsa, coklat-kekuningan, butir halussedang (40 cm), terkekarkan 39.30-80.80 Batu pasir kwarsa, kuning - kecoklatan, butir sedang, bentuk membulat, kemas tertutup, pemilahan sedang, banyak terkekarkan dengan sisipan batu lanau, kelabu, masif 80.80-99.45 Batu pasir kwarsa, kelabu sedikit kecoklatan, butir sedang, setempat berselingan batu lanau, terkekarkan sedang. 99.45-119.00 Batu pasir kwarsa, kelabu-kehijauan, butir sedang, setempat memperlihatkan sedikit tekstur granoblastik, dipotong oleh urat halus kwarsa, kompak 119.00-127.00 Batulanau, kelabu terkekarkan, milonitisasi, hancur diduga zona sesar. Pada batu pasir terlihat hairline dari mineral besi/timah, kerapatan 1% dan urat halus kwarsa 3 mm, barren dengan orientasi 45⁰ terhadap sumbu inti. Teramati hairline mineral besi/timah agak intensif dengan kerapatan sekitar 5% yang dipotong oleh urat halus kwarsa, diameter 1-7 mm, barren dan orientasi 70⁰-80⁰ terhadap sumbu inti. Pada kedalaman 92.70 m urat halus kuarsa mengandung mineral galena, sphalerit dan kasiterit dimana urat kuarsa mempunyai struktur vuggy dan comb orientasi 35⁰-40⁰ terhadap sumbu inti. Pada 111.50-111.80m urat halus kuarsa dengan mineralisasi pirit sepanjang retakan, urat kuarsa diameter 0,3 cm, struktur vuggy- comb, epidot, dengan orientasi 80⁰-90⁰ terhadap sumbu inti 127.00-37.50 Batupasir kuarsa, kelabu-keputihan, butir sedang, sebagian berselingan dengan batulanau, hijau, masif, kompak, dipotong urat kuarsa, bercak pirit. 137.50-175.00 Perselingan batupasir kuarsa dan batulanau, hijau kelabu, butir halus, berlapis baik. Setempat sisipan batupasir kuarsa, butir halus-sedang, butir membulat, kemas tertutup, putih kelabu, dominan kuarsa, kompak. Urat halus kuarsa 1-2 mm, vuggy,klorit dalam tepi urat, mengandung pirit dalam retakan (1%) dengan ubahan kloritisasi yang agak intensif. Pada 161.70 m urat mengandung pirit, sphalerit, tebal 0,4 cm, klorititisasi, 10-15 derajat terhadap sumbu inti

No Kode Bor Kedalaman (m) Deskripsi Mineralisasi 00.00-17.40 Endapan aluvium berupa pasir, pasir - lempungan, lempung, kuning kecoklatan - merah, clayed. Beberapa mengandung material batupasir teroksidasi. 17.40-34.75 Batupasir kuarsa, coklat-kemerahan, Pada 28.35-30.00 m berbutir sedang, dominan kuarsa sedikit teramati urat urat halus lempung, kemas tertutup, pemilahan kuarsa yang mengandung sedang, bentuk butir membulat, fragmen mineral besi/timah kuarsa dalam matrik silika dan sisipan batulempung-lanau, kelabu kecoklatan agak lapuk, butir halus, kompak. 34.75-39.70 Batu lanau, kehijauan, butir halus, masif. Teramati hairline mineral besi/timah, sedikit kloritisasi 39.70-54.95 Batupasir kuarsa, butir sedang, putih Urat halus kuarsa, 0,5-1,0 kehijauan, kuarsa dominan, dipotong cm, putih susu, masifstruktur oleh urat halus kuarsa. vuggy, barren, kloritisasi disekitar urat, orientasi 50⁰ terhadap sumbu inti dan hairline mineral besi/timah dengan kerapatan 3%. LB-02 54.95-67.45 Perselingan batu pasir - lanau, berbutir halus, kelabu, agak lapuk, tampak struktur lapisan, kemas tertutup, pemilahan sedang 67.45-78.15 Batulanau kelabu, butir halus, sedikit terkekarkan 78.15-84.00 Batupasir selang seling batulanau, batu lempung, berlapis buruk. 84.00-138.50 Batupasir kuarsa, butir sedang, putih kehijauan, kuarsa dominan dan felspar, terkekarkan, butir membulat, kemas tertutup, pemilahan sedang. 138.50-141.5 Perselingan batupasir dan lanau, kelabu, masif dan berlapis baik dengan orientasi lapisan 40-50 o terhadap sumbu inti bor. 141.50-175.0 Kuarsit, hijau-kelabu, keras, granoblastik, masif, rekristalisasi kuarsa, dipotong urat kuarsa. Urat halus kuarsa mengandung mineral besi/timah mengisi retakan (5%), 0.1-0.5 cm, orientasi 70⁰ terhadap sumbu inti. Pada 70.00-70.10 m teramati bercak mineral besi/timah, urat halus kuarsa dan klorit mengsisi retakan. Kloritisasi teramati dalam urat urat halus berasosiasi dengan kuarsa, hairline besi/timah agak intensif dengan kerapatan 4%. Juga bercak pirit dalam masa batuan dan urat halus. - Silisifikasi, pada 170.10 m terdapat urat kwarsa polimetalik (galena, spalerit, pirit dan kasiterit), 0,5-0,7 cm dengan orientasi 80⁰-70⁰ terhadap sumbu inti.

No Kode Bor Kedalaman (m) Deskripsi Mineralisasi 00.00-3.10 Gossan, coklat kemerahan sebagian lempungan, fragmen dari hematit, gutit dan urat-urat halus mineral besi 03.10-24.90 Lempung dan lempung pasiran, setengah lapuk, merah kecoklatan, sedikit ada fragmen batu lempung coklat 24.90-53.80 Batupasir kuarsa, butir sedang, bentuk Retakan terisi oleh oksida membulat, kelabu kecoklatan, besi beberapa berupa terkekarkan kuat, dominan kuarsa dan menjaring dengan orientasi sedikit felspar, fragmen kuarsa dalam 60⁰, pada 27.00-27.90 m matrik silika, kemas. Juga berselingan terdapat urat kwarsa dengan batulempung tufaan, butir halus mengandung pirit, 1mmkelabu sebagian kecoklatan, 3mm, kloritisasi dan dan terkekarkan berselingan dengan sebagian hairline batulanau. besi/timah. tertutup, pemilahan sedang, kompak. Pirit kubik teramati pada kedalaman 50 m. LB-03 53.80-70.80 Batupasir kuarsa, putih-kecoklatan, kekar kuat, terbreksikan, diisi oleh oksida besi, bercak pirit dan dalam urat halus. Fragmen batupasir dalam matrik kuarsa. 70.80-87.90 Batupasir kuarsa berselingan dengan batu lanau/lempung, hijau kelabu, terkekarkan dan pada zona patahan, butir sedang, membulat, kemas tertutup, pemilahan sedang. 87.90-127.40 Batupasir kuarsa kelabu, butir sedang, bentuk membulat, kemas terbuka, pemilahan sedang, dominan mineral kuarsa, dipotong oleh urat kuarsa. Pada 61.10 m urat kuarsa masif, putih susu, 2 cm, bercak pirit, pada tepi urat ada klorit dan mineral hitam dan ada hairline besi/timah, kerapatan 1% dan zona breksiasi urat kuarsa, masif, limonitik. Pada 70.m, urat kuarsa, 0,5-1 cm, mengandung pirit, klorit dan bercak kalkopirit, orientasi 80⁰. Ada dua fasa urat satu urat 0,7 cm dengan orientasi 45⁰ tidak terpotong dan mengandung urat halus kuarsa. Pada kedalaman 70 m teramati urat kuarsa 0,5-1cm, mengandung pirit, kalkopirit dan klorit dengan orientasi 80⁰. Pada 87.70 meter ubahan limonitik dengan urat kuarsa halus, 1-2 mm yang sebagian terisi mineral hitam besi/timah dengan kerapatan 1%. Pada 107.50 m terdapat gejala tergerus akibat patahan. Pada 111.0-115.0m, limonitik kuat dan sebagian membentuk jarosit dengan urat halus besi/timah, kerapatan 1%. Selain itu urat halus kuarsa 1-2 mm, kristalin, sedikit mengandung mineral

No Kode Bor Kedalaman (m) Deskripsi Mineralisasi hitam besi/timah, orientasi 60⁰ terhadap sumbu inti. Batulanau, kelabukecoklatan, terbreksikan, dengan fragmen menyudut dalam matrik lempung, diduga pada zona patahan. 127.4-147.9 Batupasir kuarsa, putih kecoklatankehijauan, butir sedang, kemas tertutup, Limonitik dengan oksida besi dalam retakan dan terbreksikan mengandung sedikit hairline besi/timah. Pada 141.40-143.40 m, limonitik kuat, banyak mengandung hairline mineral besi/timah dan sedikit pola menjaring yang terisi limonit dengan kerapatan 30%. 147.90-164.80 Batupasir kuarsa, butir halus berselingan dengan batu lanau, kelabukehijauan, berlapis baik dg orientasi 50⁰ thd sumbu inti, dipotong urat halus. 164.80-175 Meta batu pasir kuarsa/kuarsit, sisipan batulanau, kehijauan, granoblastik. Kloritisasi kuat, serisit pada masa batuan, hairline mineral besi/timah dengan kerapatan 30% dengan orientasi 30⁰ - 40⁰ terhadap sumbu initi. Bintik mineral hitam juga teramati. Pada masa batuan teramati bercak pirit dengan urat halus kuarsa dan serisit, lebar 1 mm dengan orientasi 90⁰, kloritisasi kuat dan hairline dari mineral besi/timah.