SOSIALISASI KENAKALAN REMAJA SMP N 2 NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA.

dokumen-dokumen yang mirip
KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

KENAKALAN REMAJA DAN PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

KENAKALAN REMAJA DAN SOLUSINYA

a. Tahap Pra-konvensional (umur 9-11 tahun); pada tahap ini anak umumnya berpikir lakukan atau tidak lakukan.

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, e)

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

AGAR MATERI INI BERMANFAAT. Jangan Biarkan HATI ini MATI. Jangan Biarkan HATI ini SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak hal baru yang belum pernah dilakukan saat masa kanak-kanak.

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. dapat timbul disebabkan oleh faktor- faktor penyebab, baik faktor intern

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut. laku remaja sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI STRATEGI PENGUATAN WAWASAN KEBANGSAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan. menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan salah satu periode penting dalam kehidupan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

2015 PENGARUH MUATAN LOKAL PENCAK SILAT TERHAD AP RESPEK D AN PERCAYA D IRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

Transkripsi:

SOSIALISASI KENAKALAN REMAJA SMP N 2 NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA Usia remaja adalah usia di mana anak mencari jati diri. Banyak perilaku yang didasarkan untuk coba-coba. Misalnya mencoba merokok, mencoba kebut-kebutan, mencoba berkelahi dan lain sebagainya. Banyanya perilaku coba-coba tersebut mendorong untuk terjadinyanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak usia remaja yang sering disebut kenakalan remaja (juvenille delinquency). Kenakalan remaja banyak sekali jenisnya. Antara lain adalah penyalahgunaan narkoba, seks bebas, tawuran antar pelajar dan lain-lain. Di Yogyakarta perilaku tawuran banyak dilakukan oleh siswa SMA. Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar seharusnya perilaku pelajarnya lebih positif, mencerminkan kecendikiaan seorang pelajar. Akan tetapi tawuran di Yogyakarta seolah-olah sudah menjadi budaya yang dilakukan secara rutin. Pemicunya pun kadang hanya masalah sepele, misalnya saling tatap mata yang pada akhirnya menimbulkan pertikaian dan berbuntut tawuran, saling hina, atau karena ingin melanjutkan dendam warisan kakak angkatan sebelumnya. Pemerintah Yogyakarta sudah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir terjadinya tawuran antar pelajar, antara lain pengubahan bedge sekolah yang merupakan identitas sekolah menjadi Pelajar Kota Yogya. Upaya ini ditujukan untuk mengurangi resiko pelaku kekerasan dengan hanya melihat identitas sekolah. Menurut data statistika, Yogyakarta adalah wilayah dengan tingkat tawuran pelajar yang cukup tinggi, selain Jakarta. Di Indonesia banyak peristiwa tawuran yang terjadi dan memakan korban jiwa. Data Komnas PA merilis jumlah tawuran pelajar tahun ini sebanyak 339

kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus (http://megapolitan.kompas.com). Terhitung ada 4 peristiwa tawuran yang terjadi di Yogyakarta dalam periode April sampai dengan Oktober 2011 yang melibatkan pelajar SMA dan SMK di 8 sekolah. Bahkan salah satu korbannya ada yang meninggal dunia (http://jogja-riot.blogspot.com/2012/01/ini-data-tawuran-di-kota-yogya.html). Kekerasan di tingkat pelajar yang berupa tawuran sudah mengancam ketenangan siswa untuk bersekolah. Bahkan menjadi masalah serius yang harus diatasi. Dari jajak pendapat Kompas pada bulan Oktober, dengan responden di 12 kota di Indonesia, diketahui sebanyak 17,5 persen responden mengakui bahwa saat dia bersekolah SMA, sekolahnya pernah terlibat tawuran antar-pelajar. Tidak sedikit pula responden atau keluarga responden yang mengaku pada masa bersekolah terlibat tawuran atau perkelahian massal pelajar. Jumlahnya mencapai 6,6 persen atau sekitar 29 responden (http://megapolitan.kompas.com). Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota di Indonesia, antara lain di Jakarta dan Yogyakarta. Tawuran yang marak terjadi, salah satu penyebabnya adalah gagalnya pendidikan karakter di sekolah-sekolah. http://poskota.co.id/. Hal ini menunjukkan bahwa karakter pelajar sudah merosot. Banyak orang mengeluhkan bahwa pendiidkan karakter di sekolah kita telah diabaikan. Oleh karena itu, banyak yang mengusulkan dikembalikannya lagi pendidikan budi pekerti dengan memasukkannya sebagai salah satu mata pelajaran seperti pernah terjadi dalam sejarah kurikulum nasional pada 1947 (Doni Koesoema, 2009: 135). Karakter seorang pelajar yang idealnya rajin, tekun, saling menghormati dan menghargai, toleransi, tanggung jawab, disiplin, sabar, jujur sudah mengalami degradasi yang mengakibatkan banyak timbulnya perilku menyimpang.hal ini mengindikasikan bahwa proses pendidikan yang terjadi hanya mengedepankan peningkatan segi kognitif siswa dan terkesan menormorduakan pendidikan afektif

siswa. Ranah afektif yang kurang diasah menyebabkan lunturnya nilai-nilai karakter siswa. Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan sosialisasi tentang kenakalan remaja sebagai upaya mengurangi juvenille delinquency. Melalui sosialisasi tentang kenakalan remaja siswa diharapkan dapat bersikap positif sehingga mampu meminimalisir terjadinya perilaku kenakalan remaja. Siswa diharapkan dapat meningkatkan pengintegrasian karakter positif pada diri siswa tersebut. Dengan karakter positif yang dimiliki siswa, sudah tentu akan membiasakan siswa berperilaku positif dan berdampak akhir pada penurunan tingkat perilaku kenakalan remaja. A. Pengertian Kenakalan Remaja Pada usia remaja, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi antara masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, di mana akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. B. Jenis Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja banyak sekali jenisnya, antara lain: Merokok, Penyalahgunaan narkoba, Seks bebas, Pencurian Perampokan Pencopetan Penganiayaan Mengendarai kendaraan tanpa memperhatikan peraturan lalu lintas Coret-coret secara liar (vandalism) Tawuran C. Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Penyebab kenakalan remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal) sebagai berikut: Faktor internal: 1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. 2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. Faktor eksternal: 1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. 2. Teman sebaya yang kurang baik 3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik

D. Dampak Kenakalan Remaja Berbagai tindak kenakalan remaja memberikan dampak negatif baik bagi dirinya sendiri maupun bagi pihak lain. Dampak-dampak tersebut antara lain: Kerusakan organ tubuh atau luka-luka bahkan bisa sampai terjadi kematian Kerusakan fasilitas seperti gedung, jalan, dan kendaraan. Trauma Gangguan psikologis Terjerat hukum/dipenjara E. Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja Upaya yang dapat dilakukan oleh siswa agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja: 1. Memilih teman bergaul yang baik 2. Hati-hati terhadap pemberian orang lain yang tidak dikenal

3. Kembangkan aktivitas untuk menyalurkan hobi, seperti membentuk group band, dance group, dll. 4. Membuat komunitas yang sifatnya positif seperti komunitas sepeda fixie, komunitas skate board, dll. 5. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti: a. Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dll), b. Keagamaan (baca tulis Al Qur an, kajian hadis, ibadah, dll), c. Seni Budaya (menari, menyanyi, melukis, teater), d. KIR (Karya Ilmiah Remaja), e. Kepramukaan, f. Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS), g. Palang Merah Remaja (PMR), h. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA), i. Pameran, Lokakarya, j. Kesehatan, dan lain-lainnya. 6. Pendidikan karakter: Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta

didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. F. Upaya Mengatasi Terjadinya Kenakalan Remaja Hal-hal yang bisa dilakukan/cara mengatasi kenakalan remaja: 1. Teladan Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. 2. Motivasi Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. Pemberian motivasi bagi siswa diharapkan dapat mendorong siswa untuk senantiasa berperilaku positif dan menghindarkan diri dari segala macam hal-hal yang mengarah pada perilaku kenakalan remaja. 3. Keharmonisan keluarga Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Keluarga yang harmonis memberikan rasa nyaman dan aman bagi siswa saat berada di rumah, sehingga siswa tidak mencari tempat pelarian lain, selain keluarga saat mengalami suatu masalah. Keluarga menjadi tempat berlindung dan mencurahkan segala keluh kesah anak sehingga dengan hubungan anak dan orang tua yang baik mampu mendorong anak untuk selalu berbuat kebaikan.

4. Lingkungan bergaul Remaja harus pandai memilih teman bergaul dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Remaja harus dapat memilih teman bergaul dengan tepat dan tidak terjerumus pada pergaulan bebas. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan dan dengan segera dapat menentukan tindakan yang seharusnya dipilih. G. Pesan Moral Yang Harus Dilakukan Siswa Hindarkan diri dari segala macam hal yang merupakan kenakalan remaja dengan cara menjauhi narkoba, rokok dan minuman keras demi masa depan yang lebih cerah. Bina hubungan baik dengan teman sebaya baik di sekolah sendiri maupun dari sekolah lain. Jangan mudah terprovokasi oleh pihak lain yang dapat menimbulkan terjadinya aksi kenakalan remaja Yakinkan pada diri sendiri bahwa kenakalan remaja hanya akan menimbulkan dampak buruk bagi bagi diri sendiri maupun orang lain Tingkatkan keimanan dan ketaqwaan agar tidak mudah tergoda oleh pergaulan yang salah. Teladani dan patuhi nasihat orang tua dan guru.

DAFTAR PUSTAKA http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/ (2011). Kenakalan remaja. Diunduh pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2012, pukul 12.50 WIB. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://www.kamusbesar.com. Diunduh pada hari Selasa tanggal 20 Maret 2012 pukul 12. 30 WIB. Soerjono Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suharjana. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.