Effect of Aplication Pogostemon sp Distillation Solid Waste and Phosphorous Fertilizer on Pogostemon sp

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

Growth of Sweet Potato (Ipomoea batatas. L) Variety Sari and Beta 2 At Compost and KCl Fertilizer Aplication

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (22):

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

EFISIENSI PEMUPUKAN P TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH ANDISOL DAN ULTISOL SKRIPSI OLEH

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

Alamat korespondensi :

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA MUTU BAWANG MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

DINAMIKA KEGUGURAN BUNGA DAN BUAH DENGAN STATUS N JARINGAN DAN PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH CPPU PADA TANAMAN LOMBOK (Capsicum annuum L.

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida Terhadap Pemberian Kompos Limbah Jagung dan Pupuk KCl

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

ABSTRACT. APLIKASI BEBERAPA JENIS COMPOST TEA TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH MIKROORGANISME TANAH INCEPTISOL, PRODUKSI DAN KUALITAS SAWI (Brassica juncea)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

EFEK INTERAKSI PEMBERIAN SILIKAT DAN MIKORIZA PADA ANDISOL TERHADAP P-TERSEDIA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

THE EFFECT OF VARIOUS DOSAGES OF ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZERS ON PLANT GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays Saccharata Sturt)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI KOMPOS KEMPAAN GAMBIR DAN PUPUK NPK 15:15:15 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.

EFFECT OF BULBS STORAGE TIME AND BALANCING DOSAGE OF FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD OF SHALLOTS (Allium ascalonicum) 1)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN LIDAH BUAYA

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN A.

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Ansoruddin: Pengaruh Konsentrasi Giberellin dan Dosis Hara pada Media Tumbuh yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annuum L) Efek Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat terhadap Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Effect of Aplication Pogostemon sp Distillation Solid Waste and Phosphorous Fertilizer on Pogostemon sp Adei Johan M Banurea 1), B. Sengli Damanik 2), dan Abdul Rauf 2) 1) Program Studi Agroekoteknologi Pasca Sarjana, Fakultas Pertanian USU, Medan 2) Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan Abstract This research was conducted study using of Pogostemon sp distillation solid waste and phosphorous fertilizer on Pogostemon sp growth and yield in regency of Pakpak Barat. Based on land resources and area extensification potential, as industrial crop, Pogostemon sp. has opportunity and potency to be develoved as local crop. Information about the Pogostemon sp distillation solid waste fertilizer is still less. The objective of experiment is to know the best of dosage Pogostemon sp distillation solid waste and phosphorous fertilizer for Pogostemon sp growth and yield in regency of Pakpak Barat. A field experimental has done on March to August 2010 at Kaban Tengah Village, Sitellu Tali Urang Jehe, Pakpak Barat Regency, North Sumatera. The experiment as arranged in Randomized Block Design with two treatments and three replication. The treatment were follow of dosage Pogostemon sp distillation solid waste are 0 ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha, 30 ton/ha and phosphorous fertilizer treatment are 0 kg/ha, 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha dan 200 kg/ha. The result of the experiment showed that the highest dry weight on 30 ton/ha of Pogostemon sp distillation solid waste and 50 kg/ha phosphorous fertilizer treatment but not significan with 20 ton/ha of Pogostemon sp distillation solid waste and 100 kg/ha phosphorous fertilizer treatment. Interaction of treatment give yield and patchouli alcohol content was increased. Keyswords: Pogostemon sp, waste, and Pakpak Barat District. Abstrak Pengujian penggunaan nilam dan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi nilam (Pogostemon cablin Benth) di Kabupaten Pakpak Barat. Nilam ialah salah satu tanaman industri yang memiliki pelung dan potensi untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan daerah. Informasi pemupukan dan pemanfaatan limbah menghasilkan minyak nilam sampai saat ini masih sangat terbatas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dosis kompos limbah padat penyulingan minyak nilam dan pupuk fosfat yang tepat bagi pertumbuhan dan produksi nilam di Kabupaten Pakpak Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai Agustus 2010 di Desa Kaban Tengah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Barat, Propinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu : Perlakuan taraf nilam 0 ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha, 30 ton/ha dan perlakuan taraf pupuk fosfat 0 kg/ha, 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, 200 kg/ha. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering daun yang merupakan parameter produksi tanaman nilam terbaik dihasilkan oleh perlakuan 30 ton/ha nilam dan 50 kg/ha pupuk fosfat, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 ton/ha nilam dan 10 kg/ha pupuk fosfat. Penggunaan kombinasi perlakuan meningkatkan produktivitas tanaman dan kadar patkouli alkohol. Kata kunci: Pogostemon sp, limbah, pemupukan, dan Kabupaten Pakpak Barat. 49

Pendahuluan Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004). Masalah yang dihadapi dalam budidaya nilam antara lainnya masih rendahnya produktivitas sekitar 2 ton daun kering/hektar/tahun dan mutu minyak nilam yang sangat beragam, sementara budidaya nilam yang baik produktivitsnya dapat mencapai sekitar 4 ton daun kering/hektar/tahun (Syakir et al., 1988). Rendahnya produktivitas disebabkan nilam diusahakan secara berpindah-pindah dengan teknik budidaya tradisional. Berdasarkan hasil analisis sampel tanah yang dilakukan pada lahan pertanaman nilam di kabupaten Pakpak Barat tegakan nilam yang memiliki pertumbuhan yang baik mempunyai kadar bahan organik sebesar 2,25% sedangkan pada tegakan pertumbuhan nilam yang kurang baik sebesar 1,38% dan demikian halnya dengan kandungan fosfat pada lahan pertanaman nilam yang baik sebesar 5,40 ppm dan pada lahan nilam yang pertumbuhannya kurang baik sebesar 3,38 ppm yang menunjukkan bahwa kandungan bahan organik dan hara fosfat adalah rendah. Untuk pertumbuhan dan produksi nilam yang baik diperlukan bahan organik yang tinggi dan kandungan hara fosfat yang tinggi dan oleh karenanya untuk budidaya nilam secara menetap ataupun secara intensif diperlukan penambahan bahan organik dan pemupukan fosfat. Sehubungan dengan limbah organik berupa sisa pengolahan minyak nilam tersedia cukup banyak di daerah ini maka penggunaan limbah padat tersebut sebagai sumber pupuk kompos diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut di atas perlu dilakukan suatu kajian/penelitian untuk dapat melakukan budidaya nilam secara menetap (tidak berpindah) dengan mengkaji faktor pembatas utama sebagai masukan yaitu bahan organik tanah yang menggunakan kompos limbah padat dari pengolahan minyak nilam dan penambahan unsur hara fosfat pada budidaya tanaman nilam di Kabupaten Pakpak Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis nilam dan pupuk fosfat yang tepat bagi pertumbuhan dan produksi tanaman nilam di Kabupaten Pakpak Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman nilam. Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai pada Maret 2010 s/d Agustus 2010. Kegiatan penelitian dimulai dari persiapan lahan, penyiapan bibit, aplikasi perlakuan, perawatan hingga panen. Penelitian dilaksanakan di areal kebun petani nilam di Desa Kaban Tengah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Barat pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut dengan topografi agak miring/bergelombang. Model Rancangan Penelitian ini adalah percobaan lapangan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yang terdiri atas: Faktor pertama adalah dosis pengunaan kompos yaitu kompos yang berasal dari limbah padat pengolahan minyak nilam (K) yang terdiri atas 4 taraf yaitu: K0 = 0 ton/ha (Tanpa pengomposan) K1 = 10 ton/ha = 20 ton/ha K3 = 30 ton/ha 50

Penetapan dosis ini didasarkan pada perhitungan perbedaan kadar bahan organik antara 2 kondisi pertumbuhan nilam yang diuraikan di atas dan menurut Arsyaad (2006) yang menyatakan bahwa untuk mempertahankan kondisi tanah yang subur dan tetap subur diperlukan pupuk kompos/pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha/tahun. Faktor kedua adalah dosis pemberian pemberian unsur hara fosfat yang menggunakan pupuk SP-36 (P) terdiri dari 5 taraf yaitu: P0 = 0 ton/ha (Tanpa SP-36) P1 = 50 ton/ha P2 = 100 ton/ha P3 = 150 ton/ha P4 = 200 ton/ha Dengan demikian diperoleh 20 faktor kombinasi perlakuan yang setiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Jumlah sampel pengamatan pertumbuhan per petak perlakuan 3 sampel dekstruktif dan 3 sampel non destruktif yang di ukur 3, 6 9 dan 12 MST. Untuk sampel pengamatan produksi menggunakan petak sampel 0,5 m x 0,5 m pada saat panen. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial 2 faktor. Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik menggunakan analisis of varian (Anova) dan untuk faktor perlakuan yang berpengaruh nyata akan dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan s Multiples Range Test). Pelaksanaan Penelitian Pengadaan bahan tanaman nilam diperbanyak dengan cara vegetatif melalui stek cabang. Benih nilam harus disemai terlebih dahulu di polibag dan diberi naungan untuk menjaga kelembaban sampai umur 1-2 bulan agar siap tanam. Kompos dari limbah padat pengolahan minyak nilam dibuat di dalam kotak kayu dekat dengan lokasi percobaan. Di buat kotak dari papan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 1m x 1m x 1m (p x l x t) yang dilapisi oleh terpal plastik hitam. Kemudian limbah padat nilam dimasukkan ke dalam kotak dengan ketebalan 40 cm. Kemudian disiram dengan air untuk mempertahankan kelembaban kemudian dilapisi dengan tanah setebal 4 cm dan pupuk kandang setebal 4 cm. Selanjutnya pekerjaan tersebut diulangi lagi dan ditempatkan di atas lapisan pertama sehingga kebutuhan kompos dapat terpenuhi. Kemudian lapisan teratas ditutup. Setiap minggu sekali kotak tersebut digoncang dan dibalik sampai kompos tersebut matang (21 Hari) kemudian dilakukan analisis kompos di laboratorium. Sebelum benih ditanam di lahan percobaan dilakukan persiapan lahan, dilakukan mulai dari pembersihan lahan. Pengolahan tanah dilakukan secara intensif agar diperoleh keadaan tanah yag gembur dan bebas dari gulma. Kemudian dibuat petak-petak percobaan 4 m x 4 m dan pada petak dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm (p x l x t) dan jarak antar petak 0,50 m. Kompos diberikan terlebih dahulu ke lubang tanam sebelum penanaman dengan cara dibenamkan sesuai dengan dosis perlakuan 5 hari sebelum tanam. Pupuk fosfat diberikan pada saat tanam di sekitar tanaman dengan kedalaman kurang lebih 15 cm dari permukaan tanah sesuai dengan dosis perlakuan. Pemupukan Urea dan KCl dengan dosis 100 kg/ha dan 60 kg/ha diberikan pada saat tanam di sekitar tanaman. Penanaman dilakukan saat bibit telah berumur 6 minggu di persemaian dengan jarak tanam antar 50 cm x 50 cm. Kemudian tanah dipadatkan dengan cara menekan tanah disekitar tanaman. 51

Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan nilam di lahan penelitian ini menunjukkan respon yang berbeda akibat perlakuan pemberian dari nilam dan pupuk fosfat serta interaksinya. Komponen pertumbuhan dan hasil panen juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama yaitu tanah yang relatif kering karena curah hujan yang rendah pada saat pertumbuhan tanaman nilam. Data hasil penelitian, analisis sidik ragam dan uji lanjutannya untuk setiap variabel pengamatan dijelaskan pada uraian di bawah ini. Perbedaan jumlah cabang pertanaman tanaman nilam sebagai akibat interaksi perlakuan pupuk kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (KXP) nyata pada umur 12 MST dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil uji beda rataan pada (Tabel 1), dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan rataan jumlah cabang 12 MST terbanyak diperoleh P2 sebesar 13,75 batang. Rataan tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan P4, K3P2 dan K3P3 sedangkan jumlah cabang terendah pada perlakuan interaksi K0P2. Respon jumlah cabang tanaman nilam pada 12 MST dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut. Jum lah cabang (batang) 15.00 10.00 5.00 y = -0.0004x 2 + 0.0801x + 6.4929 R 2 = 0.9533 0.00 0 50 100 150 200 Fosfat (kg/ha) 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha 30 ton/ha Gambar 1. Kurva respon jumlah cabang tanaman nilam pada umur 12 MST dengan berbagai perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk F Tabel 1. Jumlah cabang dengan pemberian nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 12 MST 12 MST Perlakuan K0 K1 K3 Rataan (0 (10 ton/ha) (20 ton/ha) (30 ton/ha) P ton/ha) P0 (tanpa fosfat) 4,67ab 6,67cde 7,83d-g 6,50cde 6,42ab P1 (50 Kg/Ha) 4,00ab 3,34a 6,00bcd 9,42fgh 5,69a P2 (100 Kg/ Ha) 2,83a 7,50d-g 13,75j 11,50hij 8,90c P3 (150 Kg/Ha) 4,00ab 6,58cde 7,33def 10,00ghi 6,98b P4 (200 Kg/Ha) 5,75bcd 6,50cde 12,17ij 8,50efg 8,23c Rataan K 4,25a 6,12b 9,42c 9,18c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan. 52

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa jumlah cabang tanaman nilam pada pemberian limbah padat pengolahan minyak nilam dosis 30 ton/ha () dan dosis 0 ton/ha (K0) menunjukkan hubungan kuadratik pada persamaan Y=-0,0004x 2 + 0,0801x + 6,4929 dan Y=0,0002x 2-0,00366x + 4,839 dimana pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam pada dosis 30 ton/ha (K3) maksimum pada pemberian pupuk fosfat 100,12 kg/ha yaitu sebesar 10,5 batang. Sedangkan pemberian kompos limbah padat pada K0, K1 dan memberikan pengaruh yang tidak nyata. Ternyata untuk mendukung pertumbahan jumlah cabang, memerlukan kombinasi pemupukan dan pemberian bahan organik. Dalam Arafah (2003) disebutkan bahan organik merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan. Kompos limbah padat pengolahan minyak nilam memacu dan meningkatkan populasi mikroba di dalam tanah jauh lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Sehingga penyerapan hara akan lebih mudah yang mendukung pertumbuhan tanaman nilam kemudian diarahkan ke pembentukan cabang tanaman nilam. Menurut Rahman (2002) tanah yang kaya akan bahan organik relatif sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah, sehingga hara yang tersedia untuk tanaman lebih besar. Perbedaan luas daun tanaman nilam sebagai akibat interaksi perlakuan pupuk nilam dan pupuk fosfat (KXP) nyata pada umur 9 MST dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji beda rataan pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan rataan luas daun 9 MST tertinggi diperoleh P4 sebesar 662,57 cm 2. Rataan tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K1P2 dan P2 sedangkan luas daun terkecil pada perlakuan interaksi K0P4. Respon luas daun pada 9 MST dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut. Luas Daun (cm2) 800.00 600.00 400.00 200.00 y = 2.5518x + 167.44 r = 0.9019 0.00 0 50 100 150 200 Fosfat (kg/ha) 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha 30 ton/ha Gambar 2. Kurva respon luas daun tanaman nilam pada umur 9 MST dengan berbagai perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat Tabel 2. Luas daun dengan pemberian nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 9 MST 9 MST Perlakuan K0 (0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) (20 ton/ha) K3 (30 ton/ha) Rataan P P0 (tanpa fosfat) 298,46cde 241,66b-e 175,59a-d 288,85cde 251,14a P1 (50 Kg/Ha) 104,98ab 298,27cde 221,91a-d 280,50cde 226,41a P2 (100 Kg/ Ha) 103,09ab 565,92g 529,19fg 224,20bcd 355,60b P3 (150 Kg/Ha) 302,43de 148,60abc 523,83fg 512,95fg 371,95b P4 (200 Kg/Ha) 83,29a 395,33ef 662,57g 257,33cde 349,63b Rataan K 178,45a 329,96b 422,62c 312,77b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan. 53

Tabel 3. Bobot kering daun sampel dengan pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 9 MST 9 MST Perlakuan K0 (0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) (20 ton/ha) K3 (30 ton/ha) Rataan P P0 (tanpa fosfat) 2,41a 3,97 ab 3,80 ab 7,33 def 4,38a P1 (50 Kg/Ha) 2,61a 5,97 cd 5,07 bc 16,90 j 7,64b P2 (100 Kg/ Ha) 3,60ab 6,34 cde 8,71 fg 6,84 c-f 6,37bc P3 (150 Kg/Ha) 4,99bc 8,31 fg 9,76 gh 13,45 i 9,13c P4 (200 Kg/Ha) 5,26bc 10,07gh 10,77 gh 8,15 efg 8,56c Rataan K 3,77a 6,93 b 7,62 c 10,53 d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa luas daun tanaman nilam pada pemberian limbah padat pengolahan minyak nilam dosis 20 ton/ha () menunjukkan hubungan linear positif pada persamaan Y=2,5518x + 167,44 dimana semakin meningkat pemberian fosfor dengan dosis kompos (20 ton/ha) akan semakin meningkatkan luas daun. Sedangkan pemberian kompos limbah padat pada K0, K1 dan K3 dan memberikan pengaruh yang tidak nyata. Dari hasil uji Polynomial Orthogonal luas daun 9 MST menunjukkan kurva respon dimana pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam 20 ton/ha nyata pada hubungan linier seiring dengan pemberian dosis pupuk fosfat (P). Hal ini diduga disebabkan hasil fotosintetis sebagian besar digunakan untuk perluasan/ pembesaran daun. Efisiensi fotosintetis ditentukan oleh suplay nutrisi dari dalam tanah yang tepat. Novizan (2002) mengemukakan bahwa fotosintesa dapat efisien dapat dilakukan dengan menyediakan unsur hara yang diperlukan dalam proporsi yang tepat. Haryanti dan Mudji, (2001) menyatakan bila terjadi peningkatan total luas daun, maka penerimaan cahaya matahari sebagai sumber utama dalam proses fotosintesa akan meningkat. Dengan meningkatnya fotosintesa diikuti peningkatan respirasi dan menyebabkan proses metabolisme berlangsung lebih baik dan akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Girsang, 1999). Perbedaan bobot kering daun sampel tanaman nilam sebagai akibat interaksi perlakuan pupuk kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (KXP) nyata pada umur 9 MST dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Bobot kering daun sampel dengan pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 9 MST 9 MST Perlakuan K0 (0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) (20 ton/ha) K3 (30 ton/ha) Rat aan P P0 (tanpa fosfat) 2,41a 3,97 ab 3,80 ab 7,33 def 4,38a P1 (50 Kg/Ha) 2,61a 5,97 cd 5,07 bc 16,90 j 7,64b P2 (100 Kg/ Ha) 3,60ab 6,34 cde 8,71 fg 6,84 c-f 6,37bc P3 (150 Kg/Ha) 4,99bc 8,31 fg 9,76 gh 13,45 i 9,13c P4 (200 Kg/Ha) 5,26bc 10,07gh 10,77 gh 8,15 efg 8,56c Rataan K 3,77a 6,93 b 7,62 c 10,53 d Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan. 54

B o b o t k e r i n g d a u n (g ) Hasil uji beda rataan pada (Tabel 3), dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan bobot kering daun sampel 9 MST tertinggi diperoleh K3P1 sebesar 16,90 g sedangkan bobot kering daun sampel terendah pada perlakuan interaksi K0P0. Respon bobot kering daun sampel pada 9 MST dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut. 15.00 10.00 5.00 0.00 Gambar 3. y = 0.0373x + 3.8943 r = 0.9439 y = 0.0291x + 4.024 r = 0.9696 0 50 100 150 200 Fosfat (kg/ha) 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha 30 ton/ha Kurva respon bobot kering daun sampel tanaman nilam pada umur 9 mst dengan berbagai perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat Dari Gambar 3 dapat dapat dilihat bahwa bobot kering daun sampel tanaman nilam pada pemberian limbah padat pengolahan minyak nilam dosis 20 ton/ha (), 10 ton/ha (K1) menunjukkan hubungan linier pada persamaan Y= 0,0373x + 3,8943 dan Y= 0,0291x + 4,024 dimana lebih nyata dari K1 sedangkan pemberian kompos limbah padat pada K0 dan K3 memberikan pengaruh yang tidak nyata. Perbedaan laju tumbuh relatif sebagai akibat interaksi perlakuan pupuk nilam dan pupuk fosfat (KXP) nyata pada pengamatan LTR3 umur 9-12 MST dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil uji beda rataan pada (Tabel 4), dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan laju tumbuh relatif (LTR3) 9-12 MST tertinggi diperoleh P0 sebesar 0,747 g.minggu -1. Rataan tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0P0 dan K0P4 sedangkan laju tumbuh relatif terendah pada perlakuan interaksi P0 tidak berbeda nyata dengan P4. Respon antara laju tumbuh realatif pada 9-12 MST (LTR3) dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 5. Laju tumbuh relatif (LTR3) akibat pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 9-12 MST 9-12 MST Perlakuan K0 (0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) (20 ton/ha) K3 (30 ton/ha) Rataan P P0 (tanpa fosfat) 0,615fg 0,386b-f 0,747g 0,411c-f 0,540c P1 (50 Kg/Ha) 0,524efg 0,431c-f 0,471ef 0,160ab 0,401b P2 (100 Kg/ Ha) 0,580fg 0,434c-f 0,159ab 0,521efg 0,424bc P3 (150 Kg/Ha) 0,460def 0,507efg 0,328b-e 0,370b-f 0,416b P4 (200 Kg/Ha) 0,578fg 0,213abc 0,098a 0,227a-d 0,279a Rataan K 0,555b 0,394a 0,361a 0,338a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan 55

Laju tumbuh relatif (gr/m inggu) 0.800 0.600 0.400 0.200 - y = -2E-05x 2 + 0.0029x + 0.3613 R 2 = 0.694 0 50 100 150 200 Fosfat (kg/ha) 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha 30 ton/ha Gambar 4. Kurva respon laju tumbuh relatif tanaman nilam pada umur 9-12 MST (LTR3) Dengan berbagai perlakuan pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa laju tumbuh relatif tanaman nilam akibat interaksi pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan tanpa kompos limbah padat pengolahan minyak nilam K1 menunjukkan hubungan kuadratik pada persamaan Y = 2E-05x 2 + 0,0029x + 0,3613 dimana laju tumbuh relatif maksimum pada 0,47 gr/minggu dengan pemberian dosis pupuk fosfat pada pemberian 72,5 kg/ha sedangkan pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam pada K0, dan K3 memberikan pengaruh yang tidak nyata. Perbedaan laju assimilasi bersih sebagai akibat interaksi perlakuan pupuk nilam dan pupuk fosfat (KXP) nyata pada pengamatan LTR3 umur 9-12 MST dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil uji beda rataan pada (Tabel 5), dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan nilai laju assimilasi bersih (LAB3) 9-12 MST tertinggi diperoleh K0P4 sebesar 0,0032 g.cm -2.minggu -1. Rataan tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0P1 dan K0P2 sedangkan nilai laju assimilasi bersih terendah pada perlakuan interaksi P4. Respon laju assimilasi bersih pada 9-12 MST (LAB3) dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut. Laju assim ilasi bersih (gr/cm 2 /m inggu) 0.0030 0.0020 0.0010 - y = 1E-07x 2-3E-05x + 0.0027 R 2 = 0.954 0 50 100 150 200 Fosfat (kg/ha) 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha 30 ton/ha Gambar 5. Kurva respon laju assimilasi bersih tanaman nilam pada umur 9-12 MST (LAB3) dengan berbagai perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa laju assimilasi bersih tanaman nilam dengan pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dosis 20 ton/ha () menunjukkan hubungan kuadratik negatif pada persamaan Y = 1E-07x 2-3E-05x + 0,0027, Penurunan nilai laju assimilasi bersih maksimum pada 0,00045 g.cm - 2.minggu -1 dengan pemberian dosis fosfat sebesar 150 kg/ha sedangkan pemberian nilam pada K0, K1 dan K3 memberikan perbedaan yang tidak nyata. Pada pengamatan bobot kering daun panen tanaman nilam pada akhir pengamatan (saat panen) dan hasil analisis statistik sidik ragam diperoleh bahwa faktor utama perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam (K) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering daun panen akan tetapi faktor utama kompos limbah padat pengolahan minyak nilam, pupuk fosfat dan interaksinya memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering daun panen tanaman nilam. Rataan bobot kering daun panen tanaman nilam akibat perlakuan interaksi antar pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (KXP) disajikan pada Tabel 7. 56

Tabel 6. Laju asimilasi bersih (LAB) akibat pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 9-12 MST 9-12 MST Perlakuan K0 (0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) (20 ton/ha) K3 (30 ton/ha) Rataan P P0 (tanpa fosfat) 0,0021de 0,0012bcd 0,0028ef 0,0009abc 0,0017b P1 (50 Kg/Ha) 0,0027ef 0,0011bcd 0,0013cd 0,0003abc 0,0013ab P2 (100 Kg/ Ha) 0,0027ef 0,0005abc 0,0002ab 0,0008abc 0,0011a P3 (150 Kg/Ha) 0,0012bcd 0,0013cd 0,0005abc 0,0004abc 0,0008a P4 (200 Kg/Ha) 0,0032f 0,0005abc 0,0001a 0,0005abc 0,0011a Rataan K 0,0024c 0,0009ab 0,0010b 0,0006a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan Tabel 7. Bobot kering daun panen per petak sampel akibat pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (KXP) pada saat panen Panen Perlakuan K0 (0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) (20 ton/ha) K3 (30 ton/ha) Rataan P P0 (tanpa fosfat) 198,50ab 170,95a 305,10a-d 256,80abc 235,90a P1 (50 Kg/Ha) 415,05b-e 268,65abc 330,15a-d 774,50f 447,09b P2 (100 Kg/ Ha) 220,20abc 554,95def 625,55ef 284,15abc 421,21b P3 (150 Kg/Ha) 453,75cde 347,55a-d 452,70cde 440,10 cde 423,53b P4 (200 Kg/Ha) 450,50cde 405,90b-e 308,15a-d 347,90a-d 378,11b Rataan K 347,60a 349,60a 404,33a 422,49a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan Dari Tabel 6, dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi pupuk fosfat (P) dan nilam (K) yang menghasilkan rataan bobot kering daun panen tertinggi diperoleh K3P1 sebesar 774, 50 g. Rataan tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan P2. Sedangkan rataan bobot kering daun panen terendah didapat pada interaksi perlakuan K1P0 yang tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0P0. Respon bobot kering daun panen dengan interaksi perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat dapat dilihat pada Gambar 6. Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa bobot kering daun panen tanaman nilam akibat tanpa pemberian limbah padat pengolahan minyak nilam dosis 20 ton/ha () menunjukkan hubungan kuadratik positif pada persamaan Y= -0,0231x 2 + 4,8713x + 263,25 dimana bobot kering daun panen maksimum 288,93 g dengan pemberian pupuk fosfat 10,54 kg/ha sedangkan pemberian kompos limbah padat pada K0, K1, dan K3 memberikan pengaruh yang tidak nyata. Bobot kering daun (gr) 800.00 600.00 400.00 200.00 y = -0.0231x 2 + 4.8713x + 263.25 R 2 = 0.6756 0.00 0 50 100 150 200 Fosfat (kg/ha) 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha 30 ton/ha Gambar 6. Kurva respon bobot kering daun panen tanaman nilam dengan berbagai perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat pada saat panen 57

Dari hasil penyulingan kandungan minyak nilam didapat bahwa setiap penyulingan 100 gram daun kering minyak nilam didapat minyak nilam sebanyak 3,5 ml. Perbedaan kandungan bobot kering daun panen (g) tanaman nilam akibat interaksi perlakuan pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (KXP) disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil bobot kering dan hasil penyulingan minyak Kandungan Perlakuan Minyak (ml) K0P0 (Tanpa perlakuan) 13,89 K0P4 (0 ton/ha,200 kg/ha) 31,53 K3P0 (30 ton/ha, 0 kg/ha) 18,60 K3P4(30 ton/ha, 200 kg/ha) 24,35 K3P1 (30 ton/ha, 50 kg/ha) 54,21 P2 (20 ton/ha, 100 kg/ha) 43,78 Keterangan : K= Kompos limbah padat pengolahan minyak nilam P = Pemberian pupuk SP-36 sebagai sumber Fosfat Dari hasil penyulingan minyak dapat dihitung bahwa kadar minyak yang didapat adalah sebesar 3,49%. Kandungan minyak terbanyak seiring dengan bobot kering daun dimana semakin besar bobot kering daun maka kandungan minyak akan lebih banyak sehingga kadar minyak persatuan bobot kering diperoleh sebesar 3,49%. Berdasarkan Karakteristik morfologi, produktivitas terna kering, minyak, kadar, dan patchouli alkohol minyak, kadar minyak nilam aksesi Sidikalang 2,23 4,23% (Arsyaad, 2006, Yang Nuryani, 2006). Perbedaan kadar patcholi alkohol (%) tanaman nilam akibat interaksi perlakuan pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (KXP) disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Kadar Patchouli Alkohol Perlakuan Kadar Patchouli Alkohol (%) K0P0 (Tanpa perlakuan) 31,55 K0P4 (0 ton/ha,200 kg/ha) 30,79 K3P0 (30 ton/ha, 0 kg/ha) 31,32 K3P4(30 ton/ha, 200 kg/ha) 29,56 K3P1 (30 ton/ha, 50 kg/ha) 33,07 P2 (20 ton/ha, 100 kg/ha) 33,49 Keterangan: K = Kompos limbah padat pengolahan minyak nilam P = Pemberian pupuk SP-36 sebagai sumber Fosfat Dari Tabel 9, dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi pupuk fosfat (P) dan nilam (K) yang menghasilkan kadar patchouli alkohol tertinggi diperoleh P2 sebesar 33,49%. Kadar patcholi alkohol di atas 30% merupakan batas minimum persyaratan ekspor minyak nilam. Berdasarkan Karakteristik morfologi, produktivitas terna kering, minyak, kadar, dan patchouli alkohol minyak, kadar minyak nilam aksesi Sidikalang 30,21 35,20% (Yang Nuryani, 2006). Kesimpulan Secara tunggal perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam nyata meningkatkan pertumbuhan namun tidak nyata dalam meningkatkan produksi nilam. Pemberian kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dengan dosis 20 ton/ha akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman nilam. Perlakuan pemupukan fosfat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman nilam dengan dosis terbaik 100 kg/ha. Interaksi perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat meningkatkan pertumbuhan dan produksi dengan interaksi terbaik pada dosis 20 ton/ha dan 100 kg/ha. 58

Daftar Pustaka Arafah, dan M.P. Sirappa, 2003. Kajian penggunaan Jerami dan Pupuk N, P, pada Lahan Sawah Irigasi. BPTP Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Tanahdan Lingkungan Vol 4(1). pp 15-24. Arsyaad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan II. IPB Press. Bogor. Ditjen Bina Produksi Perkebunan. 2004. Nilam. Statistik Perkebunan Indonesia. 2001-2003. 23 hal. Girsang, W. 1999. Studi Dinamika Populasi Gulma Serta Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays. L) pada Berbagai Sistim Pengolahan Tanah dan Variasi Lebar Lorong Tanam. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan. Haryantini, B. A dan M. Santoso. 2001. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum) pada Andisol yang Diberi Mikoriza, Pupuk Fosfor dan Zat Pengatur Tumbuh, Biosan. 1 (3) Hal 1-3. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rachman, Susanto. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yokyakarta. Hal. 6 Syakir, M. dan H. Moko. 1988. Pengaruh Zat Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan Hasil Nilam. Pemb.Lattri. XIII (3-4) Januari-Juni 1988. 81 hal. Yang Nuryani. 2006. Karakteristik Empat Aksesi Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor 59

60