BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB VI DATA DAN ANALISIS

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PERMASALAHAN KAWASAN DARI SUDUT PANDANG MASYARAKAT

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

Universitas Sumatera Utara

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

RUMAH SUSUN SEWA DI KAWASAN INDUSTRI BANDUNG BARAT

Universitas Sumatera Utara

BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR. yang mendukung teori-teori yang dikerjakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

1 C I T Y H O T E L D I H A R B O U R B A Y B A T A M F e r i t W i b o w o BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara. Gambar 1.2 Area parkir yang kurang memadai, akibatnya lobby menjadi area parkir. Sumber: (peneliti 2013)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Perancangan Rumah Susun Sederhana di Kota Kediri BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kepadatan penduduk sekaligus berpengaruh pada kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG [Pick the date] 1.8. Latar Belakang. ARSITEKTUR FUNGSIONAL Page 11

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi

HOTEL DAN CONVENTION CENTER BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan, dan konsep perancangan. Metode perancangan yang digunakan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dihadapi dalam proyek Sekolah Tinggi Arsitektur. Pembahasan dibagi dalam 4 aspek yaitu

BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN. yang dulu. Sekarang mahasiswa menyelesaikan desain pada perancangan

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. rumah susun bisa menjadi alternatif yang baik bagi penggunaan lahan di Jakarta dan

Kasino Hotel di Bintan Kasino Hotel BAB I PENDAHULUAN. Suwanti Latar belakang

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

Transkripsi:

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis sesuai permasalahan yang ada untuk menyaring informasi yang benar-benar dibutuhkan dalam proses perancangan dan memperoleh informasi mengenai permasalahan yang dimiliki kawasan serta potensinya. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang terjadi pada kawasan proyek yang nantinya akan diterapkan pada rancangan proyek. Analisis ini akan menentukan konsep yang akan digunakan dalam rancangan proyek. Data dan analisa yang telah disusun dalam bentuk format penyajian digunakan untuk laporan asistensi dengan dosen pembimbing dan konsultan ahli. Hasil asistensi dengan konsultan ahli berupa penjelasan dan pengarahan mengenai format penyajian laporan data dan analisa yang benar dan efektif. Analisa yang dilakukan harus benar-benar rinci agar permasalahan-permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan solusi yang tepat. Hal ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga laporan yang telah disusun dapat direvisi menjadi lebih baik. Dalam proses penyusunan revisi data dan analisa dengan format penyajian yang baik dan benar perancang mengalami kendala waktu, karena tenggat waktu yang diberikan untuk melakukan revisi data dan 28

29 analisa begitu singkat. Usaha maksimal dilakukan untuk menyelesaikan revisi ini sesuai tenggat waktu yang diberikan. Tahap selanjutnya setelah inventarisasi data adalah pemrograman. Pemrograman ini maksudnya adalah penyusunan program-program yang direncanakan dalam rancangan. Program rancangan ini diperoleh dari analisa permasalahan sehingga diketahui apa yang dibutuhkan dalam kawasan proyek agar diaplikasikan dalam rancangan. Pemrograman ini terdiri dari analisa kasus proyek, dan program ruang. Program ruang ini terdiri dari rumusan rinci fungsifungsi ruang yang akan diakomodir dalam bangunan dan di tapak, disertai penjelasan dan latar belakangnya serta persyaratan dan ketentuan teknis setiap fungsi. Sesuai dengan data mengenai jumlah penduduk, perancang melakukan perhitungan sehingga mempengaruhi program ruang yang direncanakan pada kawasan, termasuk jumlah unit rumah susun, tipe unit, serta jumlah fasilitasfasilitas pendukung. 2.1. Kasus Perancangan Arsitektur 6 Dalam kasus proyek Perancangan Arsitektur 6, pembangunan rumah susun ditujukan bagi masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan dari segi lokasi, sasaran utama dari pembangunan rumah susun ini adalah warga yang sebelumnya merupakan penghuni tapak proyek yang kebanyakan merupakan keluarga dengan tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Keberadaan aktivitas ekonomi di sekitar dan di dalam tapak sangat mempengaruhi proyek

30 perancangan ini. Sesuai dengan tema kelompok perancangan yang mengangkat permasalahan sosial ekonomi pada tapak. Tingkat sosial ekonomi dan aktivitas sosial ekonomi warga setempat banyak mempengaruhi hasil rancangan rumah susun karena dua hal ini menjadi pertimbangan mendasar dalam membuat konsep rancangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Tingkat sosial ekonomi warga mempengaruhi perancang dalam menentukan bentuk fasade bangunan, material dan konsep struktur, karena hal ini akan mempengaruhi harga satuan unit rumah susun yang nantinya dimiliki warga. Aktivitas sosial ekonomi berpengaruh terhadap kebutuhan fungsi-fungsi ruang komunal, sehingga mempengaruhi organisasi ruang pada bangunan. 2.2. Rumah Susun Berdasarkan Undang-Undang no. 16 pasal 1 tahun 1985, rumah susun merupakan bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat dimiliki dan dipergunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan ruang bersama, benda bersama dan tanah bersama, sedangkan satuan Rumah Susun adalah unit rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian. Di masa sekarang ini, keinginan untuk hidup di kota-kota besar terus meningkat. Peningkatan jumlah penduduk menimbulkan masalah baru yaitu berkurangnya lahan untuk pemukiman di perkotaan. Sedangkan peningkatan jumlah pendatang di perkotaan setiap saat bertambah seiring bertambahnya

31 lapangan pekerjaan. Hal ini yang melatarbelakangi pembangunan rumah susun sebagai solusi kebutuhan hunian di perkotaan. Rumah susun diharapkan menjadi jawaban atas permasalahan tingginya nilai hunian di daerah perkotaan, sehingga para pendatang yang mengadu nasib di perkotaan dapat memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang sesuai dengan kemampuan mereka. Rumah susun umumnya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung kebutuhan hidup sehari-hari. Fasilitas ini umumnya sama di setiap bangunan rumah susun karena standar yang telah diatur dalam Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. Fasilitas ini antara lain, ruang serba guna, tempat ibadah, parkir kendaraan, ruang komunal,dll. Gambar 2.1. Bentuk Fasade Rumah Susun Sumber: http://kolomrumah.com (2011) Sasaran konsumen rumah susun yang merupakan masyarakat menengah ke bawah menjadikan rancangan rumah susun yang dibangun kebanyakan tidak memperhatikan nilai estetika. Anggapan bahwa masyarakat menengah ke bawah bukanlah suatu kelompok yang mementingkan nilai estetika menjadikan rancangan rumah susun terkesan buruk, dan bukan merupakan pemandangan yang

32 menyenangkan (Gambar 2.1). Hal ini menjadikan suatu anggapan pada masyarakat bahwa nilai estetika dalam suatu bangunan adalah hal yang selalu membutuhkan biaya besar dalam penerapannya. Dalam menentukan kebutuhan unit hunian rumah susun, perancang mempertimbangkan jumlah keluarga yang akan dipindahkan ke bangunan rumah susun. Lalu jumlah unit hunian yang akan dijual/disewa mengikuti KAK yang menentukan jumlah lantai bangunan minimal 8 lantai. Penentuan tipe unit hunian berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan kemampuan ekonomi konsumer atau penghuni baru. Pertimbangan tipe hunian penghuni lama tidak dilakukan mengingat besarnya luasan unit akan mempengaruhi penjualan unit kedepannya. Pertimbangan ini dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa tipe unit yang lebih kecil akan lebih mudah terjual/disewa dan pembagian unit bagi penghuni lama tetap bisa dilakukan sesuai dengan tipe unit hunian lama dengan menggabungkan dua unit atau lebih hunian baru. 2.3. Potensi Tapak Kondisi lingkungan di sekitar tapak diisi oleh aktivitas permukiman, perkantoran, komersial, rumah sakit, pendidikan dan instansi pemerintah. Kondisi tapak sendiri terhadap lingkungan sekitar merupakan permukiman dengan aktivitas komersial di dalamnya. Tapak merupakan identitas yang penting bagi kawasan sekitar karena adanya warung kuliner yang sudah menjadi ikon kawasan ini (Gambar 2.2).

33 Gambar 2.2. Ikon Kawasan Tapak Sumber: Dok. Penulis (2014) Sebagai daerah pemukiman, tapak memiliki nilai tambah karena lokasinya yang dekat dengan pusat kota, memiliki akses kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau. Sedangkan dari sudut pandang ekonomi, tapak memiliki potensi sebagai daerah komersial untuk semua kalangan, baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Kondisi sosial masyarakat yang memiliki tingkat kekerabatan yang tinggi, menjadikan tapak dengan penghuni di dalamnya memiliki kesan terbuka dengan lingkungan sekitar. Keadaan eksisting yang memiliki akses sirkulasi yang begitu banyak dari segala arah juga mendukung kesan terbuka. Hal ini menjadi potensi tapak sebagai ruang sosialisasi masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat kota medan pada umumnya. Tapak yang memiliki akses langsung ke Sungai Deli memiliki potensi yang sangat besar sebagai daerah rekreasi perkotaan, seperti yang kita ketahui belum adanya sarana rekreasi perkotaan yang memanfaatkan Sungai Deli sebagai

34 penarik minat pengunjung. Daerah tepian sungai apabila dirancang dengan tepat, selain sebagai daerah resapan bagi sungai, akan menjadi tempat yang sangat menarik bagi masyarakat perkotaan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan kota.