PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

THE USE OF WOOD DUST AS FILLER HOT ROLLED SHEET BASE (HRS-BASE) PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI FILLER HOT ROLLED SHEET BASE (HRS-BASE)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

KARAKTERISTIK LASTON MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN LAPISAN TIPIS ASPAL BETON (HOT ROLLED SHEET-WEARING COURSE)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

NASKAH SEMINAR INTISARI

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PENGARUH POROSITAS AGREGAT TERHADAP BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

Variasi Jumlah Tumbukan Terhadap Uji Karakteristik Marshall Untuk Campuran Laston (AC-BC) Antonius Situmorang 1) Priyo Pratomo 2) Dwi Herianto 3)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

Transkripsi:

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921) 3121356 Fax. (0921) 3121356 sabaruddin_68@gmail.com Abstract The waste of sawdust ash available in Ternate, North Maluku Province, has the potential to be used as material for making asphalt concrete mixtures. In this study, the waste of sawdust ash was used to make a mixture of type B Hot Rolled Sheet Asphalt Concrete (HRS). The results showed that sawdust ash has the potential to be used as the filler material in the mixture of type B HRS. It was shown also that the voids in mixture of the type B HRS in this study were very high, which could reduce the durability of the mixture. The use of sawdust ash has also the potential to produce cheaper mixtures. Key words: sawdust ash, hot rolled sheet, voids in the mix, durability. Abstrak Limbah abu serbuk kayu yang terdapat di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai material untuk membuat campuran beton aspal. Pada penelitian ini limbah abu serbuk kayu digunakan untuk membuat campuran Lapis Tipis Beton Aspal (Lataston) tipe B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu serbuk kayu berpotensi untuk digunakan sebagai bagian material pengisi pada campuran Lataston tipe B. Pengujian terhadap benda-benda uji juga menunjukkan bahwa rongga dalam campuran Lataston tipe B pada studi ini sangat tinggi, yang dapat mengurangi durabilitas campuran. Penggunaan abu serbuk kayu yang lebih banyak juga berpotensi menghasilkan campuran yang lebih murah. Kata-kata kunci: abu serbuk kayu, Lataston, rongga dalam campuran, durabilitas. PENDAHULUAN Lapis tipis beton aspal (Lataston) merupakan lapisan permukaan yang terdiri atas campuran antara agregat bergradasi timpang, material pengisi, dan aspal, dengan spesifikasi Pen 60 atau Pen 80, yang dicampur dalam keadaan panas dengan tebal padat antara 2,5 cm hingga 3 cm. Lataston dalam bahasa Inggris disebut Hot Rolled Sheet (HRS) dan terdiri atas dua tipe, yaitu Lataston tipe A (Wearing Course) dan Lataston tipe B (Base course ). Material pengisi yang sering digunakan untuk membuat lataston adalah abu batu, abu batu kapur, kapur padam, semen Portland, atau bahan non-plastis lainnya. Pada penelitian ini dipakai abu serbuk kayu yang lolos ayakan No. 200. Alasannya adalah bahwa di Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 103-114 103

Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, terdapat banyak limbah industri penggergajian kayu. Dengan memanfaatkan abu serbuk kayu ini sebagai material pengisi diharapkan dapat memperkaya variasi material pengisi yang dapat digunakan dan pada saat yang bersamaan mengurangi jumlah limbah industri yang ada. Pada penelitian ini dilakukan analisis penggunaan abu serbuk kayu sebagai material pengisi Lataston tipe B. Karakteristik Lataston yang diamati meliputi stabilitas, kelelehan (flow), Rongga dalam mineral Agregat (Voids in Mineral Aggregate, VMA), Rongga dalam Campuran (Voids in Mix, VIM), dan Marshall quotient. Spesifikasi campuran Lataston ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Sifat-Sifat Campuran Lataston Tipe B Sifat-sifat Sampuran Nilai Penyerapan Aspal (%) Maks. 1,7 Jumlah tumbukan per bidang 75 Rongga dalam campuran (VIM) (%) Min. 3,0 Maks. 6,0 Rongga dalam mineral agregat (VMA) (%) Min. 17 Rongga terisi aspal (VFWA) (%) Min. 68 Stabilitas Marshall (%) Min. 800 Kelelehan (mm) Min. 3 Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 o C Min. 75 Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal) 2 Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2005 (dimodifikasi) Pada penelitian ini dibuat beberapa benda uji yang berasal dari tiga jenis campuran Lataston tipe B. Setiap jenis campuran dibuat dengan lima kadar aspal, yaitu 5,0 %, 5,5%, 6,0 %, 6,5 %, dan 7 %. Proporsi abu serbuk kayu adalah 1 % untuk campuran pertama, 2 % untuk campuran kedua, dan 3 % untuk campuran ketiga. Selanjutnya dilakukan pengujian Marshall terhadap benda-benda uji yang telah dipersiapkan. Parameter Marshall yang diperoleh terdiri atas stabilitas, kelelehan, Rongga dalam Campuran (VIM), Rongga dalam Mineral Agregat (VMA), dan Marshall Quotient. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Hasil penelitian terdiri atas hasil pemeriksaan terhadap bahan-bahan aspal dan agregat yang digunakan untuk membuat benda uji. Selanjutnya dibuat benda-benda uji Marshall 104 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 103-114

dan dilanjutkan dengan penguhjian terhadap benda-benda uji tersebut. Hasil pengujian terhadap aspal dan agregat disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3, dan hasil pengujian terhadap benda-benda uji Marshall disajikan pada Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6. Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Aspal No. Pengujian Hasil Spesifikasi Satuan 1. Penetrasi Pen 60 sebelum kehilangan berat 65 60-79 0,1 mm sesudah kehilangan berat 64 Min. 50 % semula 2. Titik nyala 290 Min. 200 C 3. Titik bakar 310 C 4. Titik Lembek 52 48-58 C 5. Berat Jenis 1,036 Min. 1 - Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Agregat No. Pengujian Kasar Agregat Halus Spesifikasi Satuan 1. Keausan 35,72 Maks. 40 % 2. Berat jenis % BJ Bulk 3,158 2,649 Min. 2,5 - BJ SSD 3,204 2,649 Min. 2,5 - Bj Apparent 3,311 2,875 Min. 2,5-3. Penyerapan 1,470 2,575 Maks 3,0 % 4. Indeks Kepipihan 86,53 % 5. Kadar Lumpur 0,997 Maks. 5 % Tabel 4 Hasil Pengujian Marshall Standar Untuk Benda Uji dengan Abu Serbuk Kayu 1% No. Kadar aspal Stabilitas Kelelehan Marshall VMA VIM (%) (%) Benda Uji (%) (kg) (mm) Quotient (kg/mm) I 5,0% 2.272,36 3,13 725.99 31,49 23,27 II 5,5%. 2.808,35 3,10 905.92 33,46 25,04 III 6,0% 3.199,93 2,42 1322.29 31,28 21,46 IV 6,5%. 3.250,71 3,28 991.07 28,80 17,71 V 7,0% 3.361,09 3,83 877.57 29,90 17,56 Spesifikasi Min. 800 Min. 3 Min. 250 Min. 17 3-6. Pemanfaatan limbah abu serbuk kayu (Sabaruddin) 105

Tabel 5 Hasil Pengujian Marshall Standar Untuk Benda Uji dengan Abu Serbuk Kayu 2% No. Kadar aspal Stabilitas Kelelehan Marshall Benda Uji (%) (kg) (mm) Quotient (kg/mm) VMA (%) VIM (%) I 5,0% 1.962,82 3,07 639,36 33,68 26,93 II 5,5%. 2.925,60 3,19 917,12 33,77 25,93 III 6,0% 3.179,42 3,02 1052,78 30,33 20,92 IV 6,5%. 3.297,26 3,20 1030,39 30,00 19,36 V 7,0% 3.314,54 3,30 1004,41 26,52 14,11 Spesifikasi Min. 800 Min. 3 Min. 250 Min. 17 3-6. Tabel 6 Hasil Pengujian Marshall Standar Untuk Benda Uji dengan Abu Serbuk Kayu 3% No. Kadar aspal Stabilitas Kelelehan Marshall Benda Uji (%) (kg) (mm) Quotient (kg/mm) VMA (%) VIM (%) I 5,0% 2.160,70 3,02 715,46 27,98 19,53 II 5,5%. 2.696,69 3,18 848,02 27,73 18,11 III 6,0% 2.933,76 3,08 952,52 27,61 16,81 IV 6,5%. 3.000,49 3,19 940,59 23,53 10,89 V 7,0% 3.093,04 3,24 954,46 23,11 9,14 Spesifikasi Min. 800 Min. 3 Min. 250 Min. 17 3-6. PEMBAHASAN Hubungan antara stabilitas dan kadar aspal ditunjukkan pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3. Secara umum terlihat bahwa stabilitas meningkat dengan bertambahnya kadar aspal, dan setelah stabilitas maksimum tercapai, stabilitas akan berkurang dengan meningkatnya kadar aspal. Pola perubahan stabilitas terhadap meningkatnya kadar aspal ini mengikuti pola yang biasa terjadi pada campuran beraspal jenis yang lain (Sukirman, 1992). 106 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 103-114

Gambar 1 Hubungan antara Kadar Aspal dan Stabilitas Benda Uji dengan Material Pengisi 1% Gambar 2 Hubungan antara Kadar Aspal dan Stabilitas Benda Uji dengan Material Pengisi 2% Gambar 3 Hubungan antara Kadar Aspal dan Stabilitas Benda Uji dengan Material Pengisi 3% Pemanfaatan limbah abu serbuk kayu (Sabaruddin) 107

Pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6 ditunjukkan perubahan kelelehan (flow) benda uji dengan meningkatnya kadar aspal. Pola perubahan kelelehan benda uji ini juga mengikuti pola perubahan kelelehan akibat perubahan kadar aspal campuran beraspal yang lain. Gambar 4 Hubungan antara Kadar Aspal dan Kelelehan (Flow) Benda Uji dengan Material Pengisi 1% Gambar 5 Hubungan antara Kadar Aspal dan Kelelehan (Flow) Benda Uji dengan Material Pengisi 2 % 108 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 103-114

Gambar 6 Hubungan antara Kadar Aspal dan Kelelehan (Flow) Benda Uji dengan Material Pengisi 3% Untuk benda-benda uji dengan komposisi agregat yang sama, hasil pengujian pada kadar aspal optimum menunjukkan bahwa nilai Marshall Quotient meningkat dengan bertambahnya kadar aspal. Pada studi ini terlihat bahwa nilai-nilai Marshall Quotient jauh lebih besar daripada nilai minimum yang terdapat pada spesifikasi. Hal ini disebabkan karena stabilitas benda-benda uji memang jauh lebih tinggi dibandingkan nilai minimum yang diisyaratkan. Hasil yang didapat juga menunjukan bahwa rongga dalam campuran (VIM) berkurang dengan bertambahnya kadar aspal. Hal ini terlihat pada Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9. Pada studi ini terlihat bahwa benda-benda uji tidak memenuhi batas rongga dalam campuran yang terdapat pada spesifikasi. Semua benda uji mempunyai nilai rongga dalam campuran yang sangat tinggi, yang menandakan bahwa pori yang ada setelah proses pemadatan masih sangat besar. Rongga yang terlalu besar ini dapat mempengaruhi sifat kedap air campuran serta mempercepat proses penuaan aspal yang terdapat dalam campuran sehingga berpotensi menurunkan durabilitas beton aspal. Gambar 7 Hubungan antara Kadar Aspal dan Rongga Dalam Campuran Benda Uji dengan Material Pengisi 1% Pemanfaatan limbah abu serbuk kayu (Sabaruddin) 109

Gambar 8 Hubungan antara Kadar Aspal dan Rongga Dalam Campuran Benda Uji dengan Material Pengisi 2 % Gambar 9 Hubungan antara Kadar Aspal dan Rongga Dalam Campuran Benda Uji dengan Material Pengisi 3 % Hasil pengujian menunjukkan bahwa benda-benda uji mempunyai pola perubahan Rongga dalam Mineral Agregat (VMA) yang sama dengan pola yang dimiliki oleh beton aspal jenis yang lain. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12. 110 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 103-114

Gambar 10 Hubungan antara Kadar Aspal dan Rongga Dalam Mineral Agregat Benda Uji dengan Material Pengisi 1% Gambar 11 Hubungan antara Kadar Aspal dan Rongga Dalam Mineral Agregat Benda Uji dengan Material Pengisi 2% Gambar 12 Hubungan antara Kadar Aspal dan Rongga Dalam Mineral Agregat Benda Uji dengan Material Pengisi 3% Pemanfaatan limbah abu serbuk kayu (Sabaruddin) 111

Kadar aspal optimum Kadar aspal optimum merupakan kadar aspal yang digunakan untuk membuat campuran beton aspal dan diharapkan dapat menghasilkan campuran dengan karakteristik terbaik. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kadar aspal optimum suatu campuran beton aspal adalah bahwa campuran beton aspal yang dihasilkan harus menghasilkan parameter Marshall yang memenuhi spesifikasi campuran tersebut. Studi ini menggunakan tiga jenis campuran Lataston tipe B dengan menggunakan limbah abu serbuk kayu sebagai material pengisi. Proporsi abu serbuk kayu yang digunakan berturut-turut adalah 1 %, 2%, dan 3%. Kadar aspal optimum yang didapat untuk ketiga jenis campuran ini ditunjukkan pada Tabel 7. Terlihat bahwa campuran yang menggunakan abu serbuk kayu sebanyak 1 % menghasilkan kadar aspal optimum terbesar, yaitu 6,63 %., sedangkan campuran-campuran yang menggunakan abu sebuk kayu 2% dan 3 % mempunyai kadar aspal optimum yang sama, yaitu 6 %. Hasil ini menunjukkan bahwa campuran Lataston tipe B yang menggunakan abu serbuk kayu dalam jumlah yang lebih banyak mempunyai kadar aspal optimum yang lebih rendah. Karena aspal merupakan material yang mahal, hal ini juga menunjukkan bahwa penggunaan serbuk abu kayu yang lebih banyak akan menghasilkan campuran yang lebih murah. Tabel 7 Kadar Aspal Optimum Campuran No. Campuran Proporsi Abu Serbuk Kayu Kadar Aspal Optimum 1. 1 % 6,63 % 2. 2 % 6,00 % 3. 3 % 6,00 % KESIMPULAN Pada studi ini diteliti penggunaan abu serbuk kayu yang digunakan sebagai bagian material pengisi pada campuran Lataston tipe B. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa abu serbuk kayu dapat digunakan sebagai bagian material yang digunakan sebagai material pengisi campuran Lataston tipe B tersebut. Perubahan karakteristik akibat perubahan kadar aspal campuran Lataston yang menggunakan serbuk abu kayu ini pada umumnya mirip dengan karakteristik campuran beton aspal jenis yang lain. Hasil pengujian terhadap benda-benda uji menunjukkan bahwa rongga dalam campuran Lataston tipe B yang diteliti pada studi ini sangat tinggi dan tidak memenuhi spesifikasi yang digunakan. Rongga yang sangat besar ini dapat mengurangi durabilitas campuran. Campuran dengan abu serbuk kayu sebanyak 1 % mempunyai kadar aspal optimum terbesar, yaitu 6,63 %, sedangkan campuran-campuran yang menggunakan abu serbuk kayu 2 % dan 3 % mempunyai kadar aspal optimum yang sama, yaitu 6,0 %. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan abu serbuk kayu yang lebih banyak menghasilkan campuran yang lebih murah. 112 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 103-114

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Universitas Khairun yang telah membiayai Penelitian ini dan kepada Kepala Laboratorium Jalan dan Aspal yang telah memberi ijin kepada penulis untuk menggunakan fasilitas laboratorium dalam melakukan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Marga. 1983. Beberapa Konstruksi Lapis Perkerasan Jalan No.03/MNB/1983. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) No. l3/pt/b/1983. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga. 2005. Spesifikasi Jalan dan Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Sukirman, S. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Penerbit Nova. Pemanfaatan limbah abu serbuk kayu (Sabaruddin) 113

114 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 103-114