BAB I PENDAHULUAN. yaitu : Portofolio theory (Markowitz, 1952) Capital Asset Pricing theory [Sharpe

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah entitas yang dibentuk berdasarkan peraturan hukum

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,0 persen.

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga jaga dengan mencadangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. ini perilaku seseorang mengelola uang yang dimiliki, sudut pandang atau pola

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke

Model-model Keseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. semuannya tidak dapat dipenuhi jika hanya mengandalkan gaji take home pay.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan di kehidupan nyata yang dapat diselesaikan dengan pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan suatu industri. Sumber dana dapat diperoleh suatu industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dua model keseimbangan:

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal tidak dilakukan dengan cara bertemu langsung antara penjual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

SAHAM SKRIPSII. Gelar. Disusun Oleh NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

BAB II LANDASAN TEORI

2016 PENGUKURAN RISIKO KREDIT OBLIGASI PENDEKATAN FIRST PASSAGE TIME DAN OPTIMISASI PORTOFOLIO DENGAN MEAN VARIANCE EFFICIENT PORTFOLIO

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perusahaan tentu terdapat bagian manajemen keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO SAHAM OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

II. LANDASAN TEORI. Investasi (Investement) menurut The Amarican Heritage Dictionaryof The English

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alternatif investasi yang menarik bagi para investor. Bagi sebagian besar investor

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Muhammad Fauzan Arif, 2014 Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Ekspektasian Portofolio Saham

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjelaskan mengenai hubungan risiko dan harapan pengembalian (expected

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB 1 PENDAHULUAN. terus meningkat. Akan tetapi kenaikan kebutuhan hidup manusia tidak sebanding

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan. Perusahaan Sektor Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan penulis, maka dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan (IHSG) turut mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penyimpangan yang sering disebut ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

I. PENDAHULUAN. Secara perlahan namun pasti pasar modal Indonesia tumbuh menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. berupa untung atau rugi. Mengurangi potensi kerugian atau resiko merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

I. Pendahuluan. dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

BAB I PENDAHULUAN. untuk melangsungkan usahanya. Peran pasar modal sebagai alternatif investor

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Konsep risiko portofolio dari Harry M. Markowitz pada tahun 1950-an

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2003).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam teori manajemen keuangan khususnya yang berkaitan dengan manajemen investasi telah mengalami pergeseran yang terjadi pada kecenderungan (trend) di kalangan peneliti dalam mengamati perilaku investor di pasar modal (Asri, 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa manajemen investasi diumpamakan sebagai sebuah gedung yang sedang dibangun, dengan beberapa teori sebagai pilar utama, yaitu : Portofolio theory (Markowitz, 1952) Capital Asset Pricing theory [Sharpe (1964), Litner (1965), dan Mossin (1969)] Effisiency Market Hypothesis (Fama,1970), maupun Option Pricing theory (Black and Scholes, 1973). Dalam portofolio theory yang dipublikasikan (Markowitz, 1952) teori ini beranggapan bahwa untuk mengurangi risiko suatu investasi maka diperlukan diversifikasi, dengan asumsi bahwa investor akan berprilaku secara rasional, dapat diprediksi dan tidak menyimpang dari tata cara maupun kebiasaan yang berlaku umum (Widyastuti, 2013). Lebih lanjut teori portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat return atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi return, dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko dan return. Markowitz (1952) dalam hal ini mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan actual returns menyimpang dari expected returnnya, semakin besar kemungkinan penyimpangannya semakin bebas 1

risikonya. Apabila tidak ada kemungkinan penyimpangannya maka investasi tersebut dinyatakan sebagai investasi yang bebas risiko. Capital Asset Pricing theory, diperkenalkan oleh [Sharpe (1964), Litner (1965), dan Mossin (1969)] dalam Capital asset pricing theory mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean variance dari portofolio yang optimal (Widyastuti, 2013), lebih lajut dalam Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang besar adalah pasar saham yang ideal, dan para investor merupakan price takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik. Selanjutnya teori yang diperkenalkan oleh Eugene Fama pada tahun 1970, yaitu Effisiency Market Hypothesis, dalam (Brigham, 2011) teori ini beranggapan bahwa pasar selalu dalam keadaan keseimbangan dan mustahil bagi investor untuk mengalahkan pasar dan secara konsisten mendapatkan return yang lebih tinggi dari risiko saham yang dijustifikasi, selain itu dalam (Husnan, 2005) suatu pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan dengan segera. berdasarkan atas jenis informasi yang relevan, maka efisiensi pasar dibagi menjadi kedalam tiga bentuk efisiensi yaitu : 2

1. Efisiensi bentuk lemah. Informasi yang relevan adalah perubahan harga di waktu yang lalu. 2. Efisiensi bentuk setengah kuat. Informasi yang relevan adalah informasi publik. 3. Efisiensi bentuk kuat. Informasi yang relevan adalah informasi publik dan informasi privat. Black dan Scholes (1973) merupakan orang yang memberikan pondasi fundamental dalam pembentukan harga opsi, di mana dalam (Husnan, 2005) opsi merupakan suatu kontrak yang memberikan hak kepada pemilik kontrak tersebut untuk (atau menjual) suatu asset dengan harga tertentu pada tanggal tertentu. Kontrak tipe ini disebut opsi tipe Eropa. Apabila hak tersebut dapat dilaksanakan pada tanggal tertentu atau sebelumnya maka opsi tersebut disebut opsi tipe Amerika Pada dasarnya semua teori manajemen investasi tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa investor akan selalu berpikir rasional dalam melakukan keputusan investasi. Namun pada kenyataannya, investor tidak selalu berpikir rasional sehingga muncul teori keprilakuan keuangan (behavioral finance). Menurut Shefrin dan Stratman (2000) behavior finance merupakan interaksi antara bidang psikologi dengan perilaku serta kinerja di bidang keuangan, sedangkan menurut Ricciardi dan Simon (2000) behavior finance berusaha menjelaskan dan meningkatkan pemahaman mengenai perilaku investor dengan melibatkan proses-proses emosional dan sejauh mana hal tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan dan dalam Hanafi (2008) menjelaskan bahwa sesungguhnya investor secara individual berperilaku 3

menyimpang dari rasionalitas yang dibayangkan oleh teori pasar efisien dan sehingga pendekatan dari teori keprilakuan keuangan (behavioral finance) dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena financial yang menganggap bahwa para investor tidak rasional. Salah satu fenomena yang hangat dan banyak dilakukan penelitian dibidang behavioral finance saat ini, salah satunya adalah hubungan antara risk dan return. Seperti yang diungkapkan Breadly dan Myers (2003) dalam penelitian bisnis administration, ekonomi dan keuangan mengatakan bahwa hubungan antara risk dan return dianggap berkorelasi positif. Hal ini digambar bagaimana seorang risk averse yaitu seorang investor tidak akan mendukung risiko yang tinggi untuk tingkat return yang sama atau mereka hanya akan menerima risiko yang besar jika mereka mendapat return yang besar pula (Nickel dan Rogriguez, 2001) namun dalam penelitian Bowman (1980), menemukan bahwa dalam sebagian besar industri, hubungan antara risk dan return berkorelasi negatif dan Bowman menyebut ini sebagai risk return paradox temuan Bowman tersebut kemudian dikaitkan dengan dua faktor utama yaitu pertama manajer yang baik secara simultan dapat meningkatkan return dan mengurangi risiko (yang menyebabkan hubungan risk dan return negatif). Keputusan seperti memilih lingkungan yang tepat, strategi yang tepat dan prosedur pelaksanaan yang tepat adalah mekanisme untuk menciptakan paradoks ini, kedua manajer bukan merupakan seorang yang risk averters seperti yang selama ini diasumsikan melainkan mereka merupakan seorang yang risk seeker. 4

Temuan dari Bowman (1980) akhirnya menarik perhatian beberapa peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan seperti, Fiegenbaum dan Thomas (1988), Fiegenbaum (1990), Jegers (1991), Sinha, T (1994), Chou, Chou dan Ko (2009) serta Kliger dan Tsur (2011) untuk melakukan suatu penelitian dan mengaitkannya dengan sebuah teori yang diperkenalkan oleh Kahmenan dan Tversky pada tahun 1979 yaitu prospect theory. Dimana, didalam prospect theory, di katakan bahwa seorang investor dianggap akan cenderung memberikan tanggapan yang berbeda terhadap sebuah informasi, tergantung apakah informasi itu memberikan nuansa keuntungan atau kerugian (Asri, 2003). Selain itu dijelaskan pula bahwa seseorang mau mengambil sebuah risiko yang lebih besar untuk menghindari kerugian dibandingkan risiko untuk mendapatkan keuntungan, artinya jika seseorang dihadapkan dengan keuntungan, orang tersebut akan cenderung bersifat risk averse, dan bersikap risk takers apabila orang tersebut dihadapkan dengan dengan kerugian. Selain itu dalam prospect theory dijelaskan bahwa individu menggunakan target atau titik referensi dalam mengevaluasi pilihan berisiko (Fiegenbaum,1990). Hal ini dijelaskan bagaimana seorang individu itu tidak seragam dalam risk averse, melainkan mengadopsi campuran yaitu mereka akan bersikap risk seeking ketika outcome mereka di bawah target level dan bersikap risk averting ketika outcome mereka di atas target level. Dalam Penelitian Fiegenbaum dan Thomas (1988) yang meneliti tentang hubungan antara risk dan return, Pada 60 industri di Amerika Serikat dengan periode waktu antara 1960-1979. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa adanya 5

hubungan yang negatif antara risk dan return untuk return perusahaan yang berada di bawah target level dan adanya hubungan yang positif untuk return perusahaan yang berada di atas target level, hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya organisasi adalah risk seekers apabila target return nya di bawah target level dan bersikap risk averters apabila target return nya di atas target level. Untuk mengukur risiko dalam hal ini Fiegenbaum dan Thomas (1988) menggunakan varians dari return on equity (ROE) dan untuk pengukuran return Fiegenbaum dan Thomas menggunakan return on equity (ROE). Selain itu dalam penelitian yang dilakukan Fiegenbaum (1990) dan Jegers (1991) yang juga meneliti tentang hubungan antara risk dan return dan dalam penelitian juga menemukan hal yang sama yaitu adanya hubungan yang negatif antara risk dan return untuk return perusahaan yang berada di bawah target level dan adanya hubungan positif untuk return perusahaan yang berada di atas target level dan selain itu, untuk melihat bungan antara risk dan return, dalam penelitian Jegers (1991) mencoba melihatnya dari sisi return on equity (ROE) maupun dari Return on asset (ROA). Namun lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Sinha (1994) di mana, dalam penelitian tersebut ditemukan adanya perbedaan hasil temuan dari penelitian yang dilakukan Fiegenbaum dan Thomas (1988), Fiegenbaum (1990) dan Jegers (1991). Di mana dalam penelitian yang dilakukan Sinha, T (1994) ditemukan adanya hubungan yang negatif antara risk dan return apabila return yang diperoleh berada di atas target level dan adanya hubungan yang positif untuk risk dan return apabila return yang diperoleh berada di bawah target level dan hasil dari penelitian ini sesuai 6

dengan temuan dari Bowman (1980) yang menyatakan bahwa hubungan antara risk dan return berkorelasi negatif dan sekaligus memperkuat argument bahwa sesungguhnya investor akan bersikap risk seekers apabila target return nya di atas target level dan bersikap risk averters apabila target return nya di bawah target level serta menjelaskan pentingnya target level dalam mengevaluasi pilihan risiko yang ditemukan di sebagian besar industri. Dalam beberapa penelitian [Fiegenbaum dan Thomas (1988), Fiegenbaum (1990), Jegers (1991), Sinha (1994), Chou, Chou, dan Ko (2009) serta Kliger dan Tsur (2011)] kebanyakan penelitian tersebut hanya melihat hubungan antara risk dan return secara keseluruhan, namun belum ada penelitian yang fokus untuk melihat bagaimana hubungan antara risk dan return untuk satu sektor industri, hal ini dirasakan penting karena masing-masing industri memiliki karakteristik yang unik, baik itu ditinjau dari segi ukuran, pendapatan, maupun peran dari industri tersebut dalam perekonomian dan tentunya hal itu diyakini akan mempengaruhi investor dalam memahami hubungan antara risk dan return untuk masing-masing industri. Salah satu industri yang memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan industri lainnya, khususnya di Indonesia adalah industri keuangan dimana salah satu karakteristik unik dari industri keuangan adalah memiliki regulasi atau undang-undang yang khusus mengatur segala kegiatan dan tata kelola dari perusahaan yang ada dalam industri tersebut, seperti undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, undang-undang No 2 tahun 1992 tentang asuransi. Selain itu di industri keuangan juga memiliki lembaga yang khusus mengawasi kinerja serta 7

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan diseluruh sektor di industri keuangan. Di Indonesia lembaga yang memiliki kewenangan itu antara lain, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, Selain itu pada industri keuangan dalam hal ini proses transfer asset (securitizations) seperti pemberian kredit, pinjaman dan leases kepada pihak ketiga diyakini dapat menjadi sumber pendapatan maupun risiko manajemen bagi industri di sektor keuangan sehingga hal tersebut dapat dijadikan faktor psikologis bagi investor dalam menilai hubungan antara risk dan return. Berdasarkan pada uraian di atas penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan untuk meneliti lebih lanjut, mengenai hubungan antara risk dan return pada Bursa Efek Indonesia (BEI) khususnya untuk sektor industri keuangan dengan menggunakan pendekatan prospect theory serta penjelasan analisis detail tradeoff antara risk dan return untuk dua domain yang berbeda yaitu di bawah target level dan di atas target level. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Apakah ada hubungan positif antara risk dan return untuk perusahaan yang menghadapi return di bawah target level. 2. Apakah ada hubungan yang negatif antara risk dan return untuk perusahaan yang menghadapi return di atas target level. 8

1.3. Tujuan penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji hubungan antara risk dan return untuk perusahaan yang menghadapi return di bawah target level. 2. Untuk menguji hubungan antara risk dan return untuk perusahaan yang menghadapi return di atas target level. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat menambah bukti empiris dalam bidang ekonomi dan akademisi mengenai hubungan antara risk dan return dalam memahami perilaku competitive perusahaan dengan menggunakan prospect theory 2. Dapat menjadi referensi praktis bagi para investor dalam memahami market behavior sehingga dapat membuat keputusan investasi optimal. 9