BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BISNIS JEPANG. historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PENJUALAN FILM HIGH-DEFINITION VIA HARDISK INTERNAL-EXTERNAL

Bisnis Internet (E-Commerce)

TUGAS AKHIR PELUANG BISNIS LEWAT INTERNET

Business Process Analysis

di akses 5 Oktober 2012

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

TUGAS. Dunia Bisnis. Makalah diajukan guna memenuhi tugas. Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis. Disusun Oleh : Muhammad Iqbal Shaufi NIM :

MATERI 4 POLA INTERAKSI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan

TUGAS KARYA ILMIAH E-BISNISS

Peluang Bisnis Dalam Usaha Percetakan

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Komunikasi terbagi ke

PELUANG BISNIS DALAM BISNIS WARALABA (FRANCHISE) Erwandy S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

PROFIT ORIENTED VS BERKAH ORIENTED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Very Very Important Person (VVIP).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

HUBUNGAN DIADIK (RELATIONAL DYADIC) TUTOR DENGAN PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN. Asep Dion Nugraha. STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini sektor jasa mulai memegang peranan vital dalam. perekonomian dunia. Menurut Carlzon dalam Brown (1991) seperti yang

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

Pendahuluan. Dedi Mahardi 1

bekerja yang dimiliki seseorang atau golongan atau suatu bangsa (Tasmara 1995). Sinamo (2002) menata tiga elemen tesis Schumacher menjadi etos kerja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

Soal Jawab tentang Kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan teknologi yang sangat pesat, memaksa manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE. belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan

Peluang bisnis online sebagai sumber penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. dan menjaga mutu layanan yang dihasilkan oleh suatu instansi. Perkembangan teknologi juga semakin pesat, di samping

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DALAM DIRI MAHASISWA

Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia.

KUESIONER UJI COBA. Lampiran 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa kelak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

Wonderful Inspiration. Belajar dari Jepang. *Ringkasan dari Buku : RAHASIA BISNIS ORANG JEPANG : Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini Jepang adalah salah satu negara yang maju dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th.

METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Di Susun Oleh : : Andry Wicaksono Adi NIM :

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan, perubahan dan ketidakpastian akan semakin meramaikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) YANG PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Discrimination and Equality of Employment

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A Vision serves to create a sense of purpose that encourages people to change their actions Michael Fairbanks -

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BISNIS JEPANG 2.1 Pengertian Bisnis Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan untuk keuntungan. Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah,dan umum. Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis

(hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. 2.2 Bisnis Jepang Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang kondisi perekonomiannya menyamai perekonomian Amerika. Padahal, Jepang baru saja mengalami keterpurukan saat peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki 1945. Namun, Jepang cepat bangkit dan mengembangkan dirinya dari keadaan ekonomi yang terpuruk. Jepang sudah menjadi salah satu negara yang berpengaruh di dunia. Awal kebangkitannya, produk Jepang dianggap paling rendah. Sekarang, produk Jepang sudah bisa disejajarkan dengan produk-produk berkualitas buatan Eropa dan Amerika. Negara yang dikenal sebagai negara matahari terbit ini juga dikenal sebagai negara pengendali industri. Kemajuan negara Jepang dapat kita lihat dari tingginya pendapatan per-kapita dan taraf hidup negara ini yang menempati posisi kedua negara di dunia setelah Swiss. Jepang memiliki simpanan dana yang besar di luar negeri. Selain itu, Jepang juga tidak memiliki hutang luar negeri. Hal itu sangat berbeda dengan

negara Amerika yang kaya, tetapi juga memiliki hutang luar negeri yang cukup banyak. Sehingga menyebabkan terjadinya inflasi di negara Paman Sam itu. Kondisi perekonomian Jepang relatif stabil dibandingkan dangan negara-negara lainnya di dunia. Selain itu, angka pengangguran di Jepang sangat rendah. Hal itu disebabkan karena tingginya kualitas sumber daya manusia di Jepang. Bangsa Jepang sangat menghargai pendidikan dan kesehatan. Oleh sebab itu, negara Jepang dinobatkan sebagai pemenang dalam kategori pendidikan dan kesehatan. Kejayaaan yang diperoleh Jepang berkat usaha dan kerja keras dalam memulihkan harga diri dan martabat bangsa yang telah tercemar karena kekalahan dalam Perang Dunia ke II. Mereka ingin menunjukkan kepada dunia kalau mereka mampu bangkit. Itu semua diwujudkan dengan usaha yang pantang menyerah, disiplin keras, dan semangat kerja keras yang turun temurun. Bangsa Jepang tidak menyerah pada kesusahan. Malah kesusahan itu dianggap sebagai tantangan menuju suatu kesuksesan. Mereka sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat negaranya. Sehingga walaupun mangalami kegagalan, mereka gagal dengan penuh harga diri. Mereka akan menebus kekalahan mereka tersebut dengan kemenangan di bidang lain. Mereka tidak mau terhina. Mereka berprinsip lebih baik mati daripada menjadi bangsa yang terhina dan dihina. Hal ini dapat kita lihat dari pejuang Samurai yang rela mati bunuh diri karena kekalahannya dalam peperangan. Semangat dan disiplin para Samurai inilah yang masih dipertahankan masyarakat Jepang. Meskipun keadaan lingkungan tidak memungkinkan (SDA yang minimal, gempa dan topan) tetapi

nmereka tidak menyerah. Mereka cakap menggunakan sumber daya yang terbatas untuk menghasilkan sesuatu yang maksimal sehingga negara Jepang dapat disejajarkan dengan negara-negara maju lainnya. Tetapi, dibalik semua itu Jepang memiliki sumber daya manusia yang sangat berkualitas untuk membangun perusahaan yang bertaraf multinasional. 2.3 Konsep Dasar Kebudayaan Jepang dalam Bisnis Sebelum melakukan perundingan bisnis dengan orang Jepang, sebaiknya kita mengetahui dan mempertimbangkan beberapa konsep dasar kebudayaan yang sangat mendasar bagi orang Jepang. Konsep-konsep ini benar-benar mempengaruhi karakter orang Jepang, dalam cara hidup mereka sehari-hari dalam hal ini dalam berbisnis. Tanpa memahami konsep-konsep dasar yang berfungsi sebagai acuan dalam bertingkah laku, seseorang akan cenderung salah paham terhadap tandatanda dan akan menghadapi kesulitan untuk memutuskan tindakan atau reaksi yang tepat. Berikut adalah beberapa konsep dasar kebudayaan dalam berbisnis. a. Honne dan Tatemae (Esensi dan Bentuk) Hubungan antara Honne, yang umumnya diterjemahkan dengan substansi atau esensi, dan Tatemae atau bentuk, adalah seperti hubungan antara kebenaran yang nyata dengan kebenaran umum.

Seringkali ada saatnya dua kebenaran tidak ketemu dan sering pula perbedaan diantara keduannya muncul ke permukaan sebagai dua hal yang tidak sama. Hal ini merupaka suatu metode yang biasa diterima guna mempertahankan keharmonisan suasana. Contoh, anda bekerja sebagai wartawan di suatu surat kabar, namun secara bersamaan anda juga melakukan kerjaan sampingan yang nyata-nyata tidak bisa dibenarkan. Di sisi lain teman-teman sekerja anda mengetahuinya, tetapi mereka berpura-pura tidak mengetahui. Fakta bahwa anda mengetahui bahwa mereka mengetahui pekerjaan sampingan anda itu disebut Honne- sedangkan kepura-puraan mereka bahwa mereka tidak mengetahuinya adalah Tatemae. b. Amae (Ketergantungan yang Manis) Amae berasal dari akar kata yang sama, yakni amai yang berarti manis. Dalam bahasa Inggris tidak ada terjemahan langsung dari kata amae. Selama ini, kata tersebut disamakan dengan kebaikan, hasil perlindungan seorang ibu pada bayinya sekaligus ketergantungan si bayi pada ibunya. Amae dan ketergantungan ini sangat dianjurkan sampai pada tingkat di mana kebanyakan orang Jepang harus mempertahankan sejumlah bentuk hubungan semacam ini. Jepang adalah masyarakat vertikal, maka berbagai hubungan justru berlangsung antara kelompok atau individu superior dengan kelompok atau individu inferior, yang sangat berbeda dengan yang apa umumnya berlangsung di tengah-tengah masyarakat horizontal, dimana kebanyakann hubungan kental justru berlangsung antara orang-orang sederajat.

Hubungan seperti ini seringkali tersembunyi di balik tingkah laku manis yang dilakukan oleh orang-orang dewasa Jepang, meskipun kadang hal ini dinilai kekanak-kanakan bagi bangsa barat. Hal ini juga menggambarkan sikap ketidakpercayaan orang Jepang terhadap orang-orang asing, yakni orang dengan siapa mereka tidak akan pernah dapat menjalin hubungan amae. Hubungan semacam ini hampir selalu menyertai setiap orang yang bergabung di dalam salahsatu kelompok penting misalnya, keluarga, klub, perusahaan, sekolah dan lainlain. Tanpa dukungan hubungan yang sudah mapan ini, orang Jepang tidak dapat mempercayai orang lain untuk memahami segala kelemahannya dari ras malu atau kehilangan muka. Harus mempraktekkan pengendalian diri dan mengatasi semua rintangan untuk melindungi dirinya sendiri, karena tanpa hubungan amae, seorang dapat meramalkan bagaimana orang lain akan bertingkah laku.` c. Oyabun-Kobun (Guru-Murid) Hubungan Oyabun-Kobun adalah pola-pola peninggalan dari zaman feodal Jepang sekitar tahun 1185-1868. Istilah ini berasal dari kata oya yang secara harafiah berarti orangtua dan ko yang berarti anak, namun oyabun-kobun biasanya menggambarkan hubungan antara dosen dengan mahasiswa atau antara guru dan murid. Pada zaman feodal, bos seseorang memainkan peranan sebagai Tuan Besar atau Godfather, di mana majikan dan karyawan dihubungkan dalam pola-pola

hubungan amae yang meluas bahkan hingga pada anggota keluarga kedua belah pihak. Di dalam perusahaan dewasa ini, oyabun-kobun tidak lagi mengandung arti hubungan seperti itu (sekarang pengertiannya lebih umum merujuk pada hubungan antara pengikut dan pemimpin dalam sebuah organisasi). Namun hal itu masih tetap berlangsung dalam bayangan orang Jepang tentang suasana lingkungan perusahaan yang ideal, sebagai tempat karyawan dan keluarganya diikat secara paternalistik dengan juragan yang menyediakan segala kebutuhan anak buah atas prestasi kerja mereka terhadap perusahaan. d. Sempai-Kohai (Senior-Junior) Sempai (senior) dan Kohai (junior) adalah istilah-istilah yang menunjukkan bentuk hubungan vertikal lainnya di dalam adat dan tradisi Jepang. Sempai adalah seseorang yang senior, biasanya karena dia masuk ke instansi tertentu sebelum Kohai (junior) melakukannya. Hubungan tersebut membawa ikatan yang kuat terhadap kewajiban seumur hidup, walaupun sebenarnya hal itu merupakan tradisi perhimpunan perguruan Judo. Sempai sering bertindak sebagai seorang penasihat. Ini merupakan hubungan amae yaitu sempai menuruti kehendak Kohai yang masih belum berpengalaman sebagai imbalan bagi Kohai yang menutupi kelemahan-kelemahan sempai yang karena hubungan amae mereka, sempai tidak merasa keberatan mengungkapkan segala kelemahan yang dimilikinya. Seperti halnya dengan hubungan oyabun-kobun, ini merupakan bentuk hubungan di mana keberhasilan

ataupun kegagalan salah-satu pihak akan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pihak lain. e. Dengan dan Tanpa Kelompok Dalam kelompok di mana seorang Jepang menjadi anggotanya, terdapat seperangkat kaidah tingkah laku yang sangat kaku yang harus dipatuhi. Lingkaran yang terdekat adalah kawan atau keluarga, sedangkan lingkaran yang paling jauh adalah lingkaran persahabatan yang bertemu secara regular ataupun dijumpai hanya untuk suatu kegiatan khusus. Di luar lingkaran ini, ketentuan dan kaidah tingkah laku tidak digambarkan dengan jelas, dan di bawah kondisi seperti inilah etika orang Jepang nyaris tidak diterapkan. Hal ini mungkin sangat mengherankan bagi orang asing yang melihat orang Jepang yang biasanya bersifat formal dan santun, kini bertindak dalam tatacara yang sangat informal dan bersahaja. Misalnya, di tengah keramaian di mana berbeda dengan yang umumnya berlaku, orang bisa saling mendesak, mendorong dan karenanya cenderung melalaikan tata karma tradisi dan sopan santun. Ketidaksantunan ini bukan sengaja ditunjukkan kepada anda semata-mata karena anda orang asing, walaupun pada saat itu terasa demikian. Pada saat nanti kita akan melihat bahwa dorong- mendorong itu adalah hal yang lumrah dan tidak pandang bulu. Di dalam berbagai suasana seperti ini, seseorang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan orang lain, bahkan bisa saja tidak mempunyai kaitan apapun, seperti halnya hubungan yang terjadi secara kebetulan antara pelayan

toko dan pelanggannya dan karenanya tidak ada cara yang jelas untuk bertingkah laku.