KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA BALITA PUSKESMAS KETAHUN BENGKULU UTARA. Nurhasanah

dokumen-dokumen yang mirip
Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM USIA 1-3 TAHUN DI SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo,

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU DI RUMAH SAKIT JITRA BHAYANGKARA BENGKULU. Septi Andrianti

PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HA GAT DA KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PE URU A SUHU TUBUH PADA A AK DE GA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARA G

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DALAM MENANGANI HIPERTERMI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD MELATI DUSUN SLEKER DESA KOPENG KEC. GETASAN KAB.

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN. proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011).

Bartolomeus Maling*)., Ns. Sri Haryani S, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes (Biomed)***)

BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan. berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 1, Desember 2012

Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Pada Axilla dan Servikal (Leher) dalam Penurunan Demam Anak di RSU Kota Tangerang Selatan

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI AXILLA DAN DI FEMORAL TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD AMBARAWA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Keywords : diarrhea, zinc, diarrhea

Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Basah Dan Plester Kompres Terhadap Penuruan Suhu Tubuh Anak Demam Typhoid

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J

1. FAUZI DWI SEPTIAN I4B YULIA NUR CAHYANI I4B INTAN NURDIANA

Kusnanto*, Ika Yuni Widyawati*, Indah Sri Cahyanti*

ARTIKEL PERBEDAAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH KOMPRES DAUN LIDAH BUAYA DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG.

Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Anak Bronchopneumonia yang diberikan Kompres Hangat di Axilla dan Frontal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA

PERBEDAAN PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DENGAN TEPID SPONGE BATH PADA ANAK DEMAM

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS. Disusun oleh : BUDI PRAYUGO S.Kep A PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

PENGARUH AKUPRESUR PADA TITIK PERICARDIUM 6 TERHADAP MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI PUSKESMAS KERTEK I WONOSOBO KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL PERBEDAAN SUHU TUBUH SEBELUM DAN SETELAH PIJAT BAYI PADA BAYI PREMATUR DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Jurnal

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SUSILOWATI

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

e-journel Kperawatan (ekp). Volume 5, Nomor 2, November 2017

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN DEMAM PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI DESA BAKALAN BANJARSARI SURAKARTA

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

Rini Ernawati 1, Herlina Agustin 2 ABSTRACT

PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS ILIR TALO SELUMA. Susi Eryani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

Volume 5, Nomor 1 Juli 2017, 25-32

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KESEDIAAN PASIEN AKAN PELAYANAN RAWAT INAP DI POLIKLINIK 24 JAM PT. RUMAH SAKIT PELABUHAN SURABAYA CABANG SEMARANG

Tito Yunita Syltami Bardu**) **) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo 2014 ABSTRAK

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI POST STROKE DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Water Tepid Sponge melalui video Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Penanganan Anak Demam

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

BAB I PENDAHULUAN. ini sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demm diartikan

EFEKTIVITAS KOMPRES AIR SUHU BIASA DAN KOMPRES PLESTER TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD UNGARAN SEMARANG ABSTRAK

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BPS PIPIN HERIYANTI GEDONGKIWO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PRAKTIK IBU HAMIL DALAM UPAYA PENCEGAHAN KOMPLIKASI POST PARTUM

Transkripsi:

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA BALITA PUSKESMAS KETAHUN BENGKULU UTARA Nurhasanah Stikes Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736) 23422 Email : stikesbh03@gmail.com ABSTRACT Fever in babies and young children is one of those cases that can not be ignored. Handling of fever in children with non-pharmacological (physical therapy) can be done with warm compresses. The research problem is there are still many children who have not experienced a drop in body temperature. The purpose of this study was to determine the influence of a warm compress to decrease body temperature in febrile infants in the inpatient unit Ketahun Care Health Center in 2014. The research design used in this study is the Pre Exsperimental Design. The samples in this study were taken using total sampling with a sample of 17 children. Data were taken pre-test prior to warm compresses and post test taken after completion of warm compresses. The data obtained, processed and analyzed using univariate and bivariate analysis using T test The results showed that the mean temperature in febrile patients before a warm compress for 39,150C. The mean body temperature of febrile patients do warm compresses after 15 minutes of 37.280C and statistical tests show the value (p = 0.000), which means that there is the influence of a warm compress to decrease body temperature in febrile infants in the inpatient unit Ketahun Care Health Center in 2014. We hope this research can be input in an effort to improve service and management of health problems in patients with febrile particularly warm compresses make a standard operating procedure (SOP) in lowering the body temperature of a toddler. Keywords: Warm Compress, Febris PENDAHULUAN Menjaga kesehatan menjadi perhatian khusus, terlebih pada saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan maupun sebaliknya. Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk 8

meningkatkan suhu yang biasa disebut demam (febris) (Mohamad, 2012). Demam merupakan istilah umum apabila suhu tubuh sangat tinggi, ada beberapa beberapa istilah lain yang sering digunakan adalah pireksia atau febris. Demam diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh lebih dari 38 o C, pengukuran di rectal. Demam dikenal juga sebagai manifestasi penting terjadinya infeksi (Rudolph, 2006). Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai di ruang praktek dokter sampai ke unit gawat darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari jumlah kunjungan (Kania, 2007). Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau sistemik paling sering demam di berhubungan dengan infeksi kurang lebih 29-52% sedangkan diikuti penyakit vaskular kolagen 15%, neoplasma 7%, inflamasi usus besar 4%, dan penyakit lainnya 12%. Gejala demam dapat dipastikan dari pemeriksaan suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal. Dikatakan demam, apabila pada pengukuran suhu rektal >38 o C (100,4 o F) atau suhu oral >37,8 o C atau suhu aksila >37,2 o C (99 o F). Sedangkan pada bayi berumur kurang dari 3 bulan, dikatakan demam apabila suhu rektal > 38 o C dan pada bayi usia lebih dari 3 bulan apabila suhu aksila dan oral lebih dari 38,3 o C (Susanti, 2012). Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37 C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Tamsuri, 2007). Demam pada bayi dan anak balita merupakan salah satu kasus yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Peningkatan suhu tubuh pada balita dapat berpengaruh terhadap fisiologis organ tubuh lainya, karena peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga asupan gizi berkurang termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidupnya. Maka dari itu dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Perlakuan dan penanganan yang salah, lambat, dan tidak tepat akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita, bahkan dapat membahayakan keselamatan jiwanya (Rukiyah, 2012) 2

Secara definitif terdapat dua tindakan untuk menurunkan suhu tubuh pada klien dengan febris, yaitu dengan terapi farmakologis dan terapi fisik. Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam (Kania, 2010). Dalam penatalaksanaan demam pada anak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan farmakologis dan nonfarmakologis. Intervensi farmakologis yang paling efektif adalah penggunaan antipiretik untuk menurunkan set point. Antipiretik ini bekerja dengan mempengaruhi termoregulator pada sistem saraf pusat (SSP) dan dengan menghambat kerja prostaglandin secara perifer (Wong, 2008) Penanganan demam pada anak dengan nonfarmakologis (terapi fisik) dapat dilakukan dengan kompres hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh. Tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup efektif dalam menurunkan demam. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap keadaan demam (Mohamad, 2012). Pemberian kompres hangat pada aksila sebagai daerah dengan letak pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangasangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter dan Perry, 2005). Hasil penelitian Djuwariyah (2010), di Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas diketahui bahwa rata-rata penurunan suhu tubuh sebelum diberikan kompres air hangat adalah 38,39 terjadi penurunan setelah diberikan kompres air hangat yaitu menjadi 37,68 (dengan selisih sebesar 0,71). Selain itu juga bahwa rata-rata suhu tubuh anak sebelum diberikan kompres plester adalah 38,14, terjadi penurunan suhu sesudah diberikan kompres plester menjadi 38,01 (dengan selisih 0,13). Hasil ini menunjukkan bahwa penurunan suhu tubuh dengan menggunakan cara kompres hangat lebih efektif dibandingkan dengan kompres plester. Berdasarkan pengumpulan data awal penelitian di Puskesmas Perawatan Ketahun di dapatkan data penelitian bahwa jumlah pasien pada tahun 2011 sebanyak 359 orang dengan jumlah pasien febris balita sebanyak 122 balita, tahun 2012 sebanyak 496 orang dengan jumlah pasien febris balita sebanyak 144 balita dan pada tahun 2013 sebanyak 487 dengan jumlah pasien febris balita 3

sebanyak 198 balita (Medical Record Puskesmas Ketahun, 2014 ). Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas peneliti berkeinginan melakukan penelitian dengan judul Kompres Hangat Terhadap Penurunan Suhu Puskesmas Ketahun tahun 2014 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre Exsperimental Design dengan bentuk rancangan One Group Pretest-Postest. Dengan observasi dilakukan sebelum exsperimen (O1) disebut pre-test, dan observasi sesudah exsperimen (O2) disebut post-test (Hidayat, 2012). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di puskesmas perawatan ketahun kab bengkulu utara dan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada 13 juni s.d 13 juli 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien balita febris pada tahun 2013 sebanyak 198 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan jumlah pasien balita yang mengalami febris dengan minimal sampel diambil dari estimasi rata-rata jumlah responden setiap bulan pada tahun 2013 yaitu 17 balita. Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi nilai rata-rata pada kelompok sebelum dilakukan pelakuan kompres hangat dan sesudah dilakukan pelakuan kompres hangat. Analisis bivariat merupakan analisa data yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Pada analisa ini digunakan uji statistic uji T dikarenakan bahwa data berdistribusi normal (Sibagariang, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Tabel 1 Rata-rata perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan perawatan Variabel Mean Std. Devisiasi Std. Error Mean T Hitung df P. value Suhu Tubuh Pretes Suhu Tubuh Pergantian Kompres Hangat Selama 15 Menit 1.87 0.53 0.13 14.62 16 0.000 4

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui rata-rata penurunan suhu tubuh pasien febris setelah dilakukan kompres hangat selama 15 menit sebesar 1,87 0 C. Hasil analisis uji t didapatkan nilai p=0,000 lebih kecil dari pada nilai alpha 0,05 artinya kompres hangat efektif terhadap penurunan suhu tubuh pada balita febris. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata suhu tubuh pada pasien sebelum dilakukan kompres hangat sebesar 39,15, rata-rata suhu tubuh pasien setelah dilakukan kompres hangat 5 menit pertama sebesar 38,83, rata-rata suhu tubuh pasien febris stelah dilakukan kompres hangat 5 menit ke 2 sebesar 38.14 dan rata-rata suhu tubuh pasien febris stelah dilakukan kompres hangat 5 menit ke 3 sebesar 37.28. Hasil analisis univariat rata-rata suhu tubuh pada pasien febris sebelum dilakukan kompres hangat sebesar 39,15, rata-rata suhu tubuh pasien febris stelah dilakukan kompres hangat 5 menit pertama sebesar 38,83, ratarata suhu tubuh pasien febris stelah dilakukan kompres hangat 5 menit ke 2 sebesar 38.14 dan rata-rata suhu tubuh pasien febris stelah dilakukan kompres hangat 5 menit ke 3 sebesar 37.28. Berdasarkan analisis bivariat diketahuai bahwa rata-rata penurunan suhu tubuh pasien febris setelah pemberian kompres hangat pada 5 menit pertama mempunyai efektifitas menurunkan suhu tubuh sebesar 0,3 0 C, setelah dilakukan kompres hangat 10 menit mempunyai efektifitas menurunkan suhu tubuh sebesar 1 0 C dan setelah dilakukan kompres hangat selama 15 menit sebesar 1,87 0 C. Hasil analisis uji t didapatkan nilai p=0,000 lebih kecil dari pada nilai alpha 0,05 artinya kompres hangat efektif terhadap penurunan suhu tubuh pada balita febris. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mohamad tahun 2012 di Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang menunjukkan bahwa bahwa nilai rata-rata suhu tubuh responden sebelum perlakuan sebesar 38,4 ± 0,7 0 C. Sedangkan suhu tubuh responden setelah perlakuan sebesar 37,7 ± 1,0 0 C. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis di ruang G1(anak) Lt.2 RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widjaja (2007), di Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas diketahui bahwa rata-rata penurunan suhu tubuh sebelum diberikan kompres air hangat adalah 38,39 terjadi penurunan setelah diberikan kompres air hangat yaitu menjadi 37,68 (dengan selisih sebesar 0,71). Selain itu juga bahwa rata-rata suhu tubuh anak sebelum diberikan kompres plester adalah 38,14, terjadi penurunan suhu sesudah diberikan kompres plester menjadi 38,01 (dengan selisih 0,13). Hasil ini menunjukkan bahwa penurunan suhu tubuh dengan menggunakan cara 5

kompres hangat lebih efektif dibandingkan dengan kompres plester. Hasil penelitian sesuai teori yang dikemukakan oleh Potter dan Perry, (2005), yang mengatakan pemberian kompres hangat pada aksila sebagai daerah dengan letak pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangasangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Susanti, (2012) yang mengatakan bahwa kompres hangat pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa bahwa pemberian terapi demam kombinasi antara antipiretik dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik saja, selain itu juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan. Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang tidak berlawanan dalam menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu, pemakaian kombinasi keduanya dianjurkan pada tatalaksana demam. Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan suhu tubuh padaresponden, hal ini dapat terjadi karena kompres hangat menginduksi vasodilatasi perifer dan kelenjar keringat akan menyekresi keringat yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas sehingga dapat terjadi penurunan suhu tubuh dan tindakan kompres hangat ini juga merupakan bagian dari tindakan mandiri perawat yang termasuk aman dan tidak memiliki efek samping dalam penatalaksanaannya. Sehingga diharapkan kepada perawat dapat menerapkan tindakan mandirinya sebelum dilakukan tindakan kolaborasi dengan tim medis. Pada penelitian ini, responden yang dijadikan sampel yaitu pasien yang sudah mendapat terapi antipiretik sehingga efektifitas pemberian kompres hangat sehingga hasil penelitian ini dapat digambarkan sebagai suatu kolaborasi antara pemberian kompres hangat dengan pemberian antipertik. Pada penelitian ini peneliti tidak membandingkan antara efektifitas pemberian kompes hangat dengan pemberian antipiretik karena sangat sulit bagi peneliti menemukan responden yang dirawat tanpa pemberian antipiretik terlebih dahulu dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian antipiretik yang dibarengi dengan pemberian kompres hangat sangat efektif dalam menurunkan suhu tubuh. 6

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Pengaruh kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada balita febris di ruang rawat inap puskesmas perawatan ketahun tahun 2014 adalah ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada balita (p=0,000). SARAN Kepada pihak puskesmas, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan pelayanan dan penatalaksanaan masalah kesehatan pada pasien febris khususnya dengan menjadikan kompres hangat suatu standar operasional prosedur (SOP) dalam menurunkan suhu tubuh balita yang mengalami demam secara non farmakologis dan kepada perawat diharapkan dapat menerapkan pemberian kompres hangat kepada setiap pasien febris. selain itu, juga dapat memberikan pendidikan kesehatan serta leaflet kepada pasien tentang penanganan pertama pada anggota keluarga yang mengalami demam dirumah. Kepada pasien diharapkan dapat melakukan tindakan kompres hangat saat mengalami demam baik pada balitanya maupun keluarga yang lainya sebagai upaya penanganan pertama sebelum mendapat pengobatan medis. DAFTAR PUSTAKA Kania. 2010. Penatalaksanaan Demam Pada Anak Disampaikan pada acara Siang Klinik Penanganan Kejang Pada Anak : Bandung. Hidayat. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: EGC Djuwariyah. 2010. Kompres hangat dan penurunan suhu tubuh di RSUD Banyumas. Medical Record. Puskesmas Ketahun. 2012. Mohamad, 2012. Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Staf Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes: Gorontalo. Potter, & Perry 2005. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik. EGC: Jakarta Rudolph. 2006. Buku Ajar Pediatri. EGC. Jakarta Rukiyah. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Trans Info Media: Jakarta. Sibagariang dkk, 2010. Buku Saku Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Trans Info Media: Jakarta. Susanti, 2012. Efektifitas Kompres Dingin Dan Hangat Pada Penatalaksanaan Demam. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maliki Malang Tamsuri, A. 2007. Tanda-Tanda Vital: Suhu Tubuh. EGC: Jakarta. Widjaja. 2007. Mencegah dan mengatasi demam pada balita. Kawan Pustaka: Jakarta Wong, 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik. EGC : Jakarta 7