HUBUNGAN FREKUENSI KEBERANGKATAN KAPAL 3 GT DENGAN JUMLAH LOGISTIK MELAUTNYA DI PPI DUMAI PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

KOMPARASI EFISIENSI WAKTU BONGKAR DAN WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN MELAUT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PPI DUMAI PROPINSI RIAU

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

ABSTRACT. Keywords: private port, purse seine, efficiency charging time supplies

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

BAB III BAHAN DAN METODE

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN (TPI) DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

Studi Kebutuhan Jenis dan Kapasitas Fasilitas Tempat Pendaratan Ikan Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS USAHA PENANGKAPAN RAWAI DAN PENGEMBANGANNYA DI KOTA DUMAI. Suliani 1), Irwandy Syofyan 2), T.Ersti Yulika Sari 2)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

EVALUATION UTILIZATION FACILITIES FISH LANDING BASE (PPI) DUMAI OF DUMAI CITY RIAU PROVINCE

STUDI PEMANFAATAN FASILITAS TEMPAT PENDARATAN IKAN DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

STUDY OF FISHING PORT FACILITIES REQUIREMENT S IN TERKUL VILLAGE DISTRICT OF RUPAT BENGKALIS REGENCY PROVINCE RIAU

Ester Desi Susanti 1), Jonny Zain 2), Syaifuddin 2)

3. METODOLOGI PENELITIAN

ESTIMASI PRODUKSI PERIKANAN DAN KUNJUNGAN KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

ANALISIS KEBUTUHAN PERBEKALAN KAPAL PENANGKAP IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TASIKAGUNG, REMBANG

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

URNAL kuppstudy on utilization of Tiku fishing port facilities, Agam Regency, West Sumatera Province. Abstract

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

THE EFFECT OF LONG FISHING TRIP, VESSEL SIZE, SIZE MACHINES AND AGE OF MACHINE TO THE AMOUNT OF FUEL CARRIED FISHING VESSEL SONDONG IN PPI DUMAI

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KOTA DUMAI DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN INTAN TANJUNG SARI

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

STUDY SELECTION OF FISHING PORT LOCATION IN TERKUL VILLAGE, IN RUPAT DISTRICT, BENGKALIS REGENCY OF RIAU PROVINCES ABSTRACT

JURNAL STUDI PEMANFAATAN FASILITAS FUNGSIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Management of Artisanal Fishing Port: a case study on Labuhanhaji fishing port, South Aceh Regency, Aceh Province. Abstract

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN GILLNET KAPAL MOTOR DAN MOTOR TEMPEL DI PPP TEGALSARI, KOTA TEGAL

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

6 KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN JUMLAH ES DI PPS CILACAP

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

PETA LOKASI PENELITIAN 105

Oleh Linois D Simarmata 1), Jonny Zain 2), Syaifuddin 2) Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University ABSTRACT

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

PS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ABSTRAK

3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALYSIS OF BOTTOM GILLNET FISHING AND DEVELOPMENT IN DUMAI CITY

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

BAB III BAHAN DAN METODE

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

STUDY ON FUNCTIONAL FACILITIES UTILIZATION OF BUNGUS FISHING PORT AT WEST SUMATERA PROVINCE ABSTRACT

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

KONDISI DAN ANALISIS KEMUNGKINAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) TERNATE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

ANALISA POLA PEMBIAYAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP JARING INSANG (GILL NET) NELAYAN BULAK KOTA SURABAYA

JOM. VOL 3. 2) Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 16 TAHUN 1964 TENTANG SISTEM BAGI HASIL PERIKANAN: PRAKTEK SISTEM BAGI HASIL PERIKANAN DI PPI MUARA ANGKE

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

The Productivity and Efficiency analysis of Folding fish pots and Bottom set gillnet to Crab (Portunus pelagicus) in Asemdoyong Waters Pemalang

ABSTRACT. Keyword : contribution, coal, income

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN

By: Rinova Hutabarat 1), Jonny Zain 2), Syaifuddin 2) ABSTRACT

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran

BAB III METODE PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN FREKUENSI KEBERANGKATAN KAPAL 3 GT DENGAN JUMLAH LOGISTIK MELAUTNYA DI PPI DUMAI PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR Jonny Zain 1), Syaifuddin 1) dan Khoiru Rohmatin 2) 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru 2) Alumni Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univeritas Riau, Pekanbaru Diterima : 4 Juli 2009 Disetujui : 28 Juli 2009 ABSTRAK This research was carried out on March to April 2010 at Dumai Fishing Port, with the purposes to know the relationship between departure of fishing vessel 3 GT frequencies with logistic amount on West and East season. This research activity used survey method. There are high correlation between West and East fishing operation season. Departure fishing vessel frequency was higher on West season than East season. This was illustrated at linear regression y = 142,0x + 51,37 (fuel), y = 318,5x + 11,48 (ice), y = 135,6x + 139,0 (fresh water) on West season and y = 159,3x + 23,53 (fuel), y = 403,8x + 45,82 (ice), y = 140,9x + 92,21 (fresh water) on East season. Keywords: Departure frequency, east seasons, fishing port, fishing vessel, west season. PENDAHULUAN Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Dumai merupakan tempat para nelayan melakukan aktivitas pendukung perikanan tangkap yang dimulai dari pengisian perbekalan melaut hingga pendaratan dan pemasaran ikan hasil tangkapan bagi nelayan Kota Dumai dan sekitarnya, termasuk Rupat. PPI ini terletak di Kelurahan Pangkalan Sesai Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau dan merupakan pelabuhan perikanan tipe D yang mulai beroperasi pada Bulan April 2004. Kapal atau armada yang digunakan oleh nelayan yang berpangkalan di PPI Dumai berukuran 2 GT hingga 4 GT dimana ukuran dominan yang digunakan adalah 3 GT. Kapal tersebut mengoperasikan alat tangkap gillnet, sondong, belat dan rawai. Frekuensi keberangkatan kapal merupakan jumlah kapal (banyaknya kapal) yang melakukan keberangkatan melaut setelah melakukan pengisian logistik berupa BBM, air tawar dan es serta keperluan lainnya dalam satuan waktu tertentu. Sedangkan jumlah logistik melaut merupakan total keseluruhan kebutuhan melaut yang dibutuhkan nelayan dalam sekali melaut pada satuan waktu tertentu. Jumlah armada penangkapan,

122 lamanya fishing trip dan jarak fishing ground serta musim berpengaruh terhadap frekuensi keberangkatan kapal dan jumlah logistik yang dibutuhkan nelayan untuk melaut. Ditinjau dari musim penangkapan yang ada, khususnya di perairan Selat Malaka dibedakan menjadi dua musim, yakni musim Barat (musim paceklik) yang terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari serta Musim Timur (musim banyak ikan) yang terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Dari hal tersebut di atas diduga terdapat hubungan antara frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah logistik melaut nelayan pada musim Barat dan musim Timur. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2010 di PPI Dumai Provinsi Riau.Objek yang diteliti adalah PPI Dumai. Sedangkan alat yang digunakan adalah kamera digital, kuisioner dan alat tulis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan informasi langsung ke lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara dengan nelayan, pedagang kebutuhan logistik dan pengelola PPI. Sedangkan data Sekunder diperoleh dari log book PPI Dumai berupa frekuensi keberangkatan kapal 3 GT dan jenis serta jumlah kebutuhan logistiknya dari tahun 2006 hingga 2009. Data frekuensi keberangkatan kapal 3 GT dengan jumlah logistik melaut nelayan setiap hari di PPI Dumai dikelompokkan berdasarkan musim penangkapan yaitu musim Barat dan musim Timur. Selanjutnya data tersebut di sajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk melihat hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah logistik melaut digunakan alat bantu statistik dengan analisis regresi linear (Masson dan Marchal, 2000) dengan model matematis sebagai berikut : Y = a + b X Dimana : Y = Jumlah kebutuhan logistik X = Frekuensi keberangkatan kapal a = Konstanta (Intersep) b = Koefisien Regresi Setelah didapat hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah logistik melaut pada musim Barat dan Timur, selanjutnya dibahas secara deskriptif dengan menggunakan data pendukung dan literatur yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah frekuensi keberangkatan kapal pada musim barat lebih kecil dibanding musim timur. Bila ditinjau dari jenis alat yang dioperasikan maka frekuensi keberangkatan kapal gillnet dan belat pada musim barat lebih kecil dibanding musim timur sedangkan pada alat tangkap sondong lebih besar pada musim barat dibanding

123 musim timur (Tabel 1). Hal ini disebabkan pada musim barat gelombang relatif lebih besar sehingga nelayan gillnet yang mempunyai fishing ground lebih jauh dari pantai akan jarang melaut karena mempunyai resiko kecelakaan yang lebih besar. Sebaliknya pada musim timur gillnet akan lebih sering dapat dioperasikan karena gangguan gelombang relatif jarang. Meningkatnya frekuensi keberangkatan kapal sondong pada musim barat dibanding musim timur diduga disebabkan sebagian nelayan gillnet beralih menggunakan alat tangkap sondong yang umumnya dioperasikan di perairan sekitar pantai yang relatif lebih tenang. Pada musim timur, nelayan ini kembali mengoperasikan alat tangkap gillnet. Sedangkan alat angkap rawai memiliki frekuensi keberangkatan yang kecil disebabkan nelayan ini hanya melakukan aktifitas di PPI Dumai secara insidentil dan diduga nelayan ini berasal dari daerah di luar Kota Dumai yang datang sesekali hanya untuk membeli kebutuhan logistik pada waktu-waktu tertentu. Tabel 1. Jumlah frekuensi keberangkatan kapal pada musim barat dan musim timur No Jenis kapal Frekuensi keberangkatan (unit) Musim Barat Musim Timur 1 Gillnet 396 684 2 Sondong 312 284 3 Belat 48 57 4 Rawai 4 4 Jumlah 760 1029 Rata-rata jumlah logistik yang dibawa nelayan berupa BBM dan Es pada pada musim barat relatif lebih kecil dibanding musim timur (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh rata-rata fishing trip pada musim barat juga relatif lebih kecil (Tabel 3) sehingga jumlah logistik yang dibawa juga relatif sedikit. Disamping itu diduga kebutuhan es pada musim barat relatif sedikit dibanding musim timur disebabkan oleh ikan hasil tangkapan nelayan juga sedikit pada musim tersebut. Hal ini diperkuat oleh Padli (2010) yang menyatakan bahwa frekuensi pendaratan dan jumlah ikan yang didaratkan di PPI Dumai pada musim timur lebih tinggi daripada musim barat sehingga kebutuhan logistik melaut berupa es akan lebih meningkat pula seiring dengan besarnya jumlah ikan hasil tangkapan yang didaratkan.

124 Tabel 2. Rata-rata jumlah logistik yang dibawa nelayan perunit alat tangkap pada musim barat dan musim timur No Jenis kapal Jenis logistik BBM (ltr) Es (kg) Air tawar (ltr) Musim Musim Musim Musim Musim Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur 1 Gillnet 143,7 152,6 175,1 377,6 284,7 152,0 2 Sondong 176,1 194,6 189,6 397,4 351,1 181,6 3 Belat 175,4 186,5 224,6 537,7 436,5 207,9 4 Rawai 167,5 90,0 170,0 225,0 237,5 95,0 Rata-rata jumlah logistik berupa air tawar yang dibawa pada musim barat relatif lebih besar dibanding musim timur. Hal ini disebabkan pada musim barat nelayan mempersiapkan air sebagai bahan kebutuhan pokok untuk mengantisipasi seandainya nelayan terpaksa singgah di tempat perlindungan akibat gelombang yang besar dan tidak bisa pulang ke pangkalan dengan segera, sehingga kebutuhan air tawar tetap terpenuhi. Tabel 3. Rata-rata fishing trip menurut jenis kapal pada musim barat dan musim timur No Jenis kapal Fishing trip (hari) Musim Barat Musim Timur 1 Gillnet 5,4 6 2 Sondong 6,3 6,6 3 Belat 6,2 6,8 4 Rawai 4,0 5,5 Hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah BBM yang dibawa pada musim barat dan musim timur terlihat pada garis linear pada Gambar 1. Hubungan tersebut terlihat pada persamaan y = 142,0x + 51,37, (R 2 = 0,756) pada musim barat dimana setiap perubahan satu satuan unit keberangkatan kapal akan berpengaruh terhadap jumlah BBM yang dibawa sebesar 142 liter. Sedangkan pada musim Timur y = 159,3x + 23,53 (R 2 = 0,830) yang berarti setiap perubahan satu satuan unit keberangkatan kapal akan mempengaruhi jumlah BBM yang dibawa sebesar 159,3 liter. Hal ini juga berarti bahwa rata-rata jumlah BBM yang dibawa oleh kapal untuk berangkat melaut lebih sedikit di musim barat dibanding musim timur, seperti garis persamaan yang ditunjukkan pada musim timur lebih menanjak dibanding musim barat pada gambar tersebut.

125 Musim Barat Musim Timur Gambar 1. Perbandingan hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah BBM yang dibawa pada musim Barat dan musim Timur Hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah es yang dibawa pada musim barat berupa persamaan y = 318,5x + 11,48 (R 2 = 0,857) yang berarti bahwa setiap perubahan satu satuan unit keberangkatan kapal akan berpengaruh terhadap jumlah es dibawa sebesar 318,5 kg. Sedangkan pada musim Timur memiliki regresi linier y = 403,8x + 45,82 (R 2 =0,771) yang berarti setiap perubahan satu satuan unit keberangkatan kapal mempengaruhi jumlah es dibawa sebesar 403,8 kg. Hal ini juga berarti bahwa rata-rata jumlah es yang dibawa oleh kapal untuk berangkat melaut lebih sedikit di musim barat dibanding musim timur, seperti garis persamaan yang ditunjukkan pada musim timur lebih menanjak dibanding musim barat pada gambar berikut. Musim Barat Musim Timur Gambar 2. Perbandingan hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah es dibawa pada musim Barat dan musim Timur

126 Hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah air tawar dibawa pada musim barat memiliki persamaan y = 135,6x + 139,0 (R 2 = 0,437) yang artinya setiap penambahan satu satuan unit keberangkatan kapal akan mempengaruhi jumlah air tawar yang dibawa sebesar 135,6 liter. Sedangkan pada musim timur memiliki persamaan y = 140,9x + 92,21(R 2 = 0,645) dimana setiap satu satuan unit keberangkatan kapal mempengaruhi jumlah air tawar dibawa sebesar 140,9 liter. Musim Barat Musim Timur Gambar 3. Perbandingan hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah air tawar dibawa pada musim barat dan musim timur Walaupun nilai koefisien regresi pada persamaan musim barat (135,6) lebih kecil dibanding musim timur (140,9), namun nilai intersep pada musim barat (139) lebih besar dibanding musim timur (92,92) sehingga membuat nilai Y pada musim barat akan lebih besar dibanding musim timur. Hal ini akan memberikan perhitungan kebutuhan jumlah air tawar yang lebih besar pada musim barat dibanding musim timur (dengan jumlah frekuensi keberangkatan yang sama). Hal tersebut diperkuat dengan data pada Tabel 2, dimana rata-rata jumlah air tawar yang dibawa setiap unit alat tangkap akan lebih besar pada musim barat dibandingkan musim timur. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata jumlah BBM dan es yang dibawa kapal perikanan 3 GT pada musim barat lebih kecil dibanding musim timur karena fishing tripnya juga lebih kecil dibanding musim timur. Namun rata-rata jumlah air tawar yang dibawa lebih besar pada musim barat dibanding musim timur, hal ini disebabkan oleh antisipasi nelayan terhadap kemungkinan keterlambatan kembali ke pangkalan karena pengaruh gelombang yang besar. Hubungan frekuensi keberangkatan kapal dengan jumlah logistik pada musim Barat lebih kecil dari pada musim Timur, ini terlihat dari

127 persamaan regresi linier yang diperoleh yakni y = 142,0x + 51,37 (BBM), y = 318,5x + 11,48 (es), y = 135,6x + 139,0 (air tawar) pada musim Barat dan y = 159,3x + 23,53 (BBM), y = 403,8x + 45,82 (es), y = 140,9x + 92,21 (air tawar) pada musim Timur. DAFTAR PUSTAKA Dirjen Perikanan. 1991. Standar Rencana Induk dan Pokok- Pokok Desain untuk Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan. PT. Inconeb. Jakarta. 169 hal. Masrikat,J.A.N 2003. Distribusi, Densitas ikan dan kondisi fisik Oseanografi di selat malaka. Makalah pribadi. Pengantar Falsafah Sains Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dikunjungi Tanggal 28 April 2009 April di http://www.ipb.co.id. Masson, R. D. and Marchal, W. G. 2000. Basic Statistics For Bussines And Economics. McGraw-Hill Book Co- Singapore. 519 ex. Padli, K. 2010. Hubungan Frekuensi Pendaratan dan Jumlah Ikan yang Didaratkan di PPI Kota Dumai Pada Musim Barat dan Musim Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 55 hal (tidak diterbitkan). Zain, J. 2009. Meningkatkan dayaguna fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai Propinsi Riau. Jurnal Penelitian Berkala Perikanan Terubuk 37 (1) : 103 111. http://www.dkp.go.id dikunjungi tanggal 11 feb 2010 jam 7.07 pm http://iinsolihin.wordpress.com/2008/ 10/08/jasa-pelabuhan-perikanan/ di kunjungi Hari Selasa tanggal 5 Mei 2009 http://statistik.dkp.go.id/index.php dikunjungi hari Minggu tanggal 14 Maret 2010 jam 14:47 WIB http://iinsolihin.wordpress.com/2008/ 04/03/pangkalan-pendaratan-ikan/ dikunjungi hari minggu tanggal 14 Maret 2010 jam 14:41 WIB Nurwasilah. 2009. Analisis Daerah Penangkapan Ikan (Fishing Ground) di Perairan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 49 hal (tidak diterbitkan).