PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMUKIM DI BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DI DKI JAKARTA PATIH MEGAWANDA GULAM

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kualitas

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping

Ciptakan lingkungan hijau dan bersih! Sehat akan menjadi sahabat kita.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

UMUM 1. Nama:.. 2. Tanggal Lahir:. 3. Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan 4. Kelas: 5. Sekolah: SDN Cibogo. Universitas Kristen Maranatha

Global Warming. Kelompok 10

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA DAFTAR LAMPIRAN

A. Latar Belakang Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut pun akan sedikit terganggu. Dalam melakukan suatu pekerjaan tentunya. hidup tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

A. LATAR BELAKANG MASALAH

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

Dampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB VIII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perilaku pemukim di bantaran sungai Jakarta merupakan perilaku yang merugikan dan memiliki sejumlah alasan kuat untuk dirubah karena berdampak buruk pada kerusakan lingkungan, yang terkait dengan kualitas bantaran sungai serta kesehatan pemukim. Bantaran sungai sebagai wilayah konservasi seharusnya berfungsi sebagai proses larian air (run off) menuju sungai. Beralihnya penggunaan lahan bantaran sungai sebagai tempat tinggal membuat bantaran sungai tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai penangkal banjir. Adapun pemicu kerusakan pada bantaran yang disebabkan perilaku pemukim ialah perilaku MCK (mandi, cuci, kakus), dan perilaku mendirikan bangunan. Kerusakan lain yang disebabkan perilaku pemukim adalah longsornya tanah bantaran akibat lemahnya struktur tanah dari bantaran sungai. Hal tersebut karena bantaran sungai merupakan flood plain zoning, yakni tempat yang tidak digunakan sebagai tempat tinggal dan masuk kedalam kelas tanah yang tidak dapat digunakan untuk produksi tanaman komersil (Manan 1976) dan penggunaannya dibatasi pada pengelolaan flora dan fauna serta persediaan air yang memiliki tujuan estetika guna menjadi wilayah konservasi. Oleh karena itu, perilaku bermukim seperti mendirikan bangunan dapat mengakibatkan beberapa kerugian seperti, kerusakan lahan pada bantaran, kerugian materil dan hilangnya nyawa seseorang. Longsornya bangunan di bantaran merupakan dampak lain dari semakin derasnya curah hujan. Air sungai yang bertambah akibat hujan berpengaruh pada derasnya aliran air, dengan kecepatan aliran tersebut maka tanah bantaran seharusnya menjadi struktur penahan yang sesuai sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada. Hal tersebut tidak dapat terjadi jika tanah bantaran dipergunakan sebagai penahan beban berdirinya bangunan. Berdirinya bangunan di bantaran sungai menimbulkan sejumlah aktivitas manusia. Interaksi mahluk hidup dengan lingkungan memiliki siklus yang jelas, dimulai dengan pencarian sumber daya, kemudian mengksploitasinya, dan yang terakhir adalah meninggalkannya dalam keadaan rusak. Sama halnya dengan

2 bantaran sungai, para pemukim yang sebagian besar pendatang di Jakarta memiliki harapan untuk mendapatkan keuntungan dengan bermukim di bantaran. Hal tersebut diwujudkan dalam jenis-jenis upaya bertahan hidup yang salah satunya dengan cara bermukim di fasilitas publik seperti bantaran sungai. Adaptasi para pemukim di bantaran sungai menyebabkan beberapa kerusakan yang diantaranya adalah pencemaran pada air sungai di bantaran. Pencemaran air di bantaran sungai telah menjadi bagian yang tidak terelakkan akibat dari banyaknya penduduk yang bermukim. Hal tersebut karena pemukim yang sebagian besar merupakan penduduk miskin sangat bergantung pada sumber daya alam di tempat mereka bermukim (ENDS dan Gomukh 2005). Kekurangan air terutama air bersih yang dialami oleh pemukim diperparah dengan adanya penyedotan air tanah yang berlebihan serta, pembuangan limbah yang seharusnya mengikuti prosedur pemrosesan limbah terlebih dahulu sebelum akhirnya dibuang. Ketiadaan akses pada air bersih yang memaksa pemukim untuk mengkonsumsi air sungai yang telah tercemar dengan berbagai macam sampah dan limbah. Salah satu penyebab penggunaan air sungai oleh pemukim, disebabkan pandangan bahwa, mengkonsumsi air sungai yang keruh tidak akan menimbulkan penyakit bagi para pemukim. Hal senada pernah dikemukakan oleh Adiwilaga (1982) pada pemukim di daerah Jawa Utara, penyesuaian diri pada kebutuhan konsumsi air minum kerap dilakukan dengan cara mengkonsumsi air sungai, disebutkan juga dalam penelitian tersebut bahwa pemukim memilih mengkonsumsi air sungai yang keruh daripada air sumur yang asin. Mewabahnya penyakit menular disebabkan karena pemukim tidak memperhatikan kebersihan tempat tinggalnya, contohnya, terdapat beberapa perilaku yang biasa dilakukan oleh pemukim mengenai sampah. (1) membakar sampah yang berdampak pada gangguan pernafasan, (2) sampah yang tidak dibakar tapi dibiarkan di udara terbuka dan berdampak pada pencemaran udara, (3) membuang sampah dengan cara dihanyutkan di sungai. Perilaku tersebut berdampak pada saat intensitas hujan yang semakin tinggi dan mengakibatkan bertambahnya populasi nyamuk jenis Aedes aegypty atau Annopheles yang merupakan pembawa penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan Malaria. Kondisi tersebut, menurut Mangunjaya (2006) karena karakter nyamuk pembawa

3 DBD adalah bertelur di tempat yang bersih dan tergenang, tapi karena intensitas hujan yang semakin tinggi tempat bertelur nyamuk tersebut dapat berpindah pada saluran air yang terhambat sampah dan tempat yang tergenang. Hal ini dapat dilihat pada tersendatnya saluran pembuangan akibat sampah (got dan parit) dan bentuk cekungan pada bantaran yang dapat menampung air. Jakarta sendiri pernah mencapai kondisi luar biasa (KLB) akibat besarnya korban DBD. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh perilaku bermukim yang lalai untuk melakukan metode tiga M (menutup, menguras, dan mengubur) sarang nyamuk. Rendahnya aspek kesadaran pada kebersihan dan bahaya untuk bermukim dibantaran sungai dipandang sebagai perilaku yang membahayakan dan semakin memperkuat alasan bagi para pemukim untuk mengubah perilaku bermukim mereka atau berpindah tempat dengan tidak lagi bermukim di bantaran sungai. Masalah Penelitian Para pemukim di bantaran sungai memiliki sejumlah alasan kuat untuk mengubah perilaku mereka yang berdampak pada rusaknya bantaran sungai. Perilaku bermukim seperti mendirikan bangunan di atas bantaran dapat membahayakan pemukim. Struktur tanah bantaran yang menjadi semakin lemah membuat lahan bantaran pada saat hujan rentan longsor dan mengalami banjir setiap tahunnya. Hal tersebut merupakan dampak yang terjadi akibat perilaku membuang sampah yang dilakukan oleh pemukim. Sampah yang dihanyutkan tersebut menghambat tidak hanya sungai sehingga menyebabkan banjir tahunan yang siklusnya menjadi semakin cepat tiap tahunnya. Tapi juga dampak lain dari perilaku tersebut adalah, perilaku yang dapat ditiru oleh para pemukim lain sehingga membuat meningkatnya volume sampah di sungai. Timbulnya penyakit seperti diare, DBD, dan malaria disebabkan juga karena perilaku bermukim seperti, perilaku MCK, dan perilaku membuang sampah. Padatnya pemukiman di bantaran merupakan sasaran pertumbuhan vektor pembawa penyakit, ditambah lagi dengan minimnya sanitasi di bantaran sungai, berdasarkan permasalahan tersebut alasan pemukim bertahan di bantaran

4 belum dapat dipahami secara utuh. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar hubungan karakteristik pemukim dengan persepsi pemukim tentang bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta? 2. Seberapa besar hubungan karakteristik pemukim dengan sikap mereka tentang bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta? 3. Seberapa besar hubungan karakteristik pemukim dengan perilaku bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta 4. Seberapa besar hubungan faktor faktor tersebut pada perilaku bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hubungan karakteristik pemukim dengan persepsi pemukim tentang bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta. 2. Menentukan hubungan karakteristik pemukim dengan sikap mereka tentang bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta. 3. Menentukan hubungan karakteristik pemukim dengan perilaku bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta 4. Menentukan seberapa besar faktor faktor tersebut berpengaruh pada perilaku bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta. Kegunaan Penelitian Diketahuinya faktor faktor yang berhubungan pada perilaku bermukim diharapkan dapat menjaga kelestarian bantaran sungai maupun kesadaran bagi pihak pihak terkait. Pemahaman mengenai perumusan kebijakan yang mengatur pemukiman diharapkan dapat terjawab dalam pemaparan mengenai akar permasalahan pemukim di bantaran sungai di Jakarta yang selama ini tidak menginginkan untuk berpindah tempat tinggal dari bantaran sungai ketempat lain. Pemaparan pada faktor-faktor mengenai perilaku bermukim diharapkan juga dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu

5 penyuluhan pembangunan dalam ranah perilaku sosial masyarakat perkotaan. Dengan demikian secara khusus penelitian ini berguna sebagai : 1. Memberikan informasi dan pengetahuan bagi para pemukim di bantaran sungai dan masyarakat pada umumnya mengenai perilaku pemukim di bantaran sungai 2. Memberi masukan pada pemerintah Jakarta khususnya Departemen Sosial dan Departemen Pekerjaan Umum mengenai pemberdayaan dan permasalahan di bantaran sungai di DKI Jakarta 3. Sebagai bahan acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan sosial dan lingkungan hidup di daerah perkotaan Definisi Istilah Definisi istilah dimaksudkan untuk memberikan suatu batasan tentang konsep yang digunakan pada peubah yang diteliti. Penelitian ini diarahkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan pada perilaku bermukim di bantaran sungai Ciliwung di DKI Jakarta. Untuk selanjutnya faktor-faktor tersebut didefinisikan sebagai berikut: X1 : X1.1: X1.2: X1.3: Karakteristik Pemukim adalah bagian dari individu pemukim yang melatarbelakangi perilakunya dan intensitasnya dalam bermukim di bantaran sungai yang meliputi, umur, motivasi, pendidikan formal, pekerjaan, pendapatan, aset total, jarak daerah asal, masa bermukim, perilaku bermukim kembali. Umur adalah jumlah tahun sejak awal kelahiran sampai ulang tahun terakhir saat dilakukan penelitian ini. Motivasi adalah alasan kuat kedatangan pemukim ke Jakarta dan bermukim di bantaran sungai. Adapun yang termasuk di dalamnya adalah kebutuhan untuk bertahan hidup, mendapatkan pekerjaan, mendapatkan penghasilan, dan pengakuan dari komunitas maupun kerabat yang mengenal atau dikenal pemukim. Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan terakhir, dan tahun kelulusan pemukim sampai dilakukan penelitian ini.

6 X1.4: Pekerjaan adalah curahan waktu yang dimanfaatkan oleh pemukim untuk bekerja dalam profesinya. X1.5: Pendapatan adalah penerimaan yang telah dikurangi dengan biayabiaya selama bermukim di bantaran sungai. X1.6: Aset total adalah sumber daya yang dimiliki oleh pemukim, dari daerah asal atau didapatkan setelah bermukim di bantaran. X1.7: Jarak daerah asal dengan bantaran sungai adalah jarak total daerah asal pemukim dengan tempat tinggal. X1.8 Masa bermukim adalah jumlah waktu bermukim yang dihitung sejak awal kedatangan pemukim di bantaran sungai. X1.9: Perilaku bermukim kembali adalah alasan kedatangan pemukim ke tempat semula atau bermukim di bantaran sungai lagi setelah upaya relokasi secara paksa maupun sukarela. X1.10: Jumlah pemukim dalam satu rumah adalah, jumlah pemukim total yang ada didalam suatu bangunan X2: Persepsi pemukim tentang bermukim di bantaran sungai adalah penilaian para pemukim tentang bermukim di bantaran sungai. Adapun faktor yang terdapat didalamnya adalah, penilaian sungai berada dalam kondisi optimal, yang berarti pengetahuan pemukim tentang bantaran sungai. Bantaran dalam kondisi optimal untuk dijadikan tempat bermukim, yang berarti terkait dengan pemahaman mereka tentang lingkungan bantaran sungai. Ketidakpedulian pemukim pada bantaran sungai, yang terkait dengan pengalaman mereka. X3: Sikap pemukim tentang bermukim di bantaran sungai adalah keyakinan yang dimiliki oleh pemukim mengenai bermukim di bantaran sungai. adapun faktor yang terkait di dalamnya berada pada aspek kognisi, afeksi dan konasi. Y : Upaya seseorang untuk mendapatkan tempat tinggal dan bertahan hidup melalui beberapa tahapan seperti, merencanakan, membangun, dan menghuni. Dengan cara menyesuaikan diri pada tempat dimana mereka bermukim melalui penggunaan sumber daya, baik dari diri

7 sendiri maupun lingkungan secara illegal maupun legal, yang digunakan sebagai penunjang kehidupan untuk diaplikasikan pada bentuk bangunan dan kondisi lingkungan ditempat mereka bermukim.