Analisis Teknis Pengaruh Suhu Ruang Mesin Kapal Kayu Terhadap Bambu Laminasi Dengan Variasi Lama Pemanasan

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

ANALISIS PENGARUH VARIASI UMUR BAMBU SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF PENGGANTI KAYU PADA PEMBUATAN KAPAL KAYU. Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, M.Sc.

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN LAMINASI BAMBU ORI DENGAN VARIASI UMUR UNTUK PEMBUATAN KAPAL KAYU Oleh : NUR FATKHUR ROHMAN

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

ANALISISTEKNISDAN EKONOMIS PEMBUATAN BAMBU LAMINASI IKAN TRADISIONAL

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji raw material, komposit sandwich untreatment dan komposit sandwich

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Studi Inovasi Peralatan Steam Wood untuk Membuat Gading Kapal Berbahan Laminasi Bambu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Rancang Bangun Peralatan untuk MeMbuat GadinG kapal BerBahan Laminasi BamBu

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

E(Pa) E(Pa) HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengujian Tarik Material Kayu. Spesimen uji tarik pada kayu dilakukan pada dua spesimen uji.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Analisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal

Analisa Data. Keterangan No. Uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

Studi Inovasi Peralatan Steam Wood untuk Membuat Gading Kapal Berbahan Laminasi Bambu

Analisis Kekuatan Kapal Bambu Laminasi dan Pengaruhnya Terhadap Ukuran Konstruksi dan Biaya Produksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil uji tarik serat tunggal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

Kekuatan Bending Material Komposit Laminasi Kayu Kamper dengan Bambu Betung untuk Kontruksi Kapal Kayu

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEGANGAN DAN REGANGAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) G 25

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

BAB 3 PENGUJIAN BAB 3 PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH DIMENSI BILAH TERHADAP KERUNTUHAN LENTUR BALOK LAMINASI BAMBU PETING

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC)

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

\ / BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan. Spesimen uji yang digunakan pada pengujian ini adalah kayu kamfer. 1. UjiTarik

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK LAMINASI KOMBINASI ANTARA KAYU SENGON DAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT LEM EPOXY

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

Uji Karakteristik Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Serat Acak Cieba Pentandra (Kapuk Randu) Dengan Fraksi Berat Serat 10%, 20% dan 30%

BAB III LANDASAN TEORI

SIFAT MEKANIS KOMPOSIT BERPENGUAT BILAH BAMBU DENGAN MATRIKS POLYESTER AKIBAT VARIASI SUSUNAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System

Tegangan Dalam Balok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Analisis Teknis Pengaruh Suhu Ruang Mesin Kapal Kayu Terhadap Bambu Laminasi Dengan Variasi Lama Pemanasan Ferdy Naranda 4109100005 Dosen Pembimbing: Ir. Heri Supomo M.sc

??? LATAR BELAKANG

PERUMUSAN MASALAH Bagaimanakah hasil kekuatan bambu laminasi yang telah dipanaskan pada variasi suhu yang telah ditentukan? Apakah bambu laminasi tetap kuat terhadap panas suhu ruang mesin kapal kayu? Bagaimanakah hasil perbandingan kekuatan pada bambu laminasi yang dipanaskan dengan bambu laminasi yang tidak mengalami perlakuan panas atau suhu normal

TUJUAN Mendapatkan hasil kekuatan bambu laminasi yang telah dipanaskan pada variasi suhu yang telah ditentukan. Menganalisa bambu laminasi tetap kuat atau tidak terhadap panas suhu ruang mesin kapal kayu. Mendapatkan perbandingan hasil kekuatan bambu laminasi yang dipanaskan dengan bambu laminasi yang tidak mengalami perlakuan panas atau suhu normal.

HIPOTESIS bambu laminasi yang dipanaskan menggunakan pemanas pada suhu maksimal 80 0 C dengan lama pemanasan 6 jam tidak mengalami perubahan kekuatan yang signifikan dibandingkan dengan bambu laminasi pada suhu ruang

BATASAN MASALAH Bambu yang digunakan adalah jenis bambu ori Ruas bambu yang digunakan adalah ruas 10-14 pada masing-masing variasi suhu Lem yang digunakan adalah lem epoxy marine use Jenis laminasi yang digunakan adalah tumpuk bata Bambu laminasi dipanaskan dengan menggunakan furnace Bambu laminasi diberi perlakuan panas dengan variasi lama pemanasan 2jam, 4 jam, dan 6 jam Bambu laminasi diberi perlakuan panas dengan variasi suhu sebagai berikut: 1. 60 0 C 2. 80 0 C 3. 100 0 C 4. 120 0 C Standar pengujian material menggunakan ASTM D3500 untuk uji tarik dan ASTM D3043 uji tekuk.

Panas mesin statndar umumnya pada saat dihidupkan mempunyai pada mesin 60 o C/140 o F dan pada saat berlayar memiliki suhu 55 o C/131 o F (Sumber;ttp://www.yanmarhelp.com/operate.htm) Nama Kapal : Kapal Ikan 1396 Gulley KE- Tipe Kapal : Kapal ikan Tahun : 1974 Material Kapal : oak /kayu Mesin : cummins 224 kw/305 hp Gross Tonnage : 29,74 Suhu pada mesin tetap diatur di suhu 80 o C- 90 o C dengan menggunakan thermostat yang berfungsi mendinginkan bila melebihi suhu 90 o C/180 o F pada mesin. Jadi suhu normal atau suhu maksimum pada mesin itu 90 o C tidak akan melebihin dari itu,jika melebihi dari itu terjadi overheating pada mesin dan mesin harus segera dihentikan atau di cek kondisi mesin tersebut.(sumber: http://www.boatfix.com/how/cooling.html).

METODOLOGI

METODOLOGI 2. Bilah yang telah terbentuk disusun dengan metode laminasi batu bata sebanyak 6 lapis, dengan dimensi sbb : 30 mm 30 mm 500 mm 3. Untuk spesiment uji Bending ukuran lebar dan tebal sama tetapi panjang berbeda.

METODOLOGI 4. Sedangkan untuk spesiment uji tarik 1 bilah hanya dapat dibuat 1 spesiment saja, dengan ketentuan dimensi seperti pada gambar : 5. Sebelum dilakukan pengujian spesimen dipanaskan dengan variasi suhu 60 c 80 c, 100 c dan 120 c menggunakan oven,holding time dengan variasi 2 jam, 4 jam, 6 jam.setelah itu dilakukan test uji tekuk menurut ASTM D3043 dan uji tarik menurut ASTM D3500.

PEMANASAN DENGAN VARIASI SUHU 60C,80C,100C,120C LAMA PEMANASAN 2 JAM,4 JAM,6JAM TOTAL SPESIMEN 48 UJI TARIK SPESIMEN 48 UJI TEKUK

Tahapan pengujian kuat tarik: Mempersiapkan benda uji dengan ketentuan ukuran dengan standar ASTM Memberikan nomor atau kode pengujian pada benda uji sebagai tanda. Memeriksa ukuran dan mencatat pada lembar pengujian. Memasang benda uji pada mesin uji. Memasang kertas grafik dan alat pemindai pada alat uji. Pemberian beban secara terus-menerus selama pengujian dengan laju crosshead konstan yang akan menyebabkan kegagalan benda uji. Selama proses, besarnya beban dan regangan akan tercatat dalam bentuk grafik. Pembebanan dilakukan sampai benda uji patah. Pengujian berlaku untuk semua benda uji tarik.

Mempersiapkan benda uji dengan ketentuan ukuran seperti standar ASTM Memberikan nomor atau kode pengujian pada benda uji sebagai tanda. Memeriksa ukuran dan mencatat pada lembar pengujian. Memasang benda uji pada mesin uji. Memasang kertas grafik dan alat pemindai pada alat uji. Pemberian beban secara terus-menerus selama pengujian dengan laju crosshead konstan yang akan menyebabkan kegagalan benda uji. Selama proses, besarnya beban dan regangan akan tercatat dalam bentuk grafik. Pembebanan dilakukan sampai benda uji gagal. Pengujian berlaku untuk semua benda uji tekuk.

ANALISA PERHITUNGAN UJI TARIK σ = p maks a σ = Kuat Tarik (N/mm 2 ) p maks = Beban Maksimum ( N ) a = Luas Penampang Spesimen yang Diuji Regangan digunakan rumus dibawah ini ε = l L 0 = Regangan l = Pertambahan Panjang (mm) L 0 = Panjang Awal (mm)

ANALISA PERHITUNGAN MODULUS ELASTISITAS UJI TARIK MOE = σ ε Dimana MOE = Modulus Elastisitas (Gpa) ε = Regangan σ = Tegangan (Mpa)

ANALISA PERHITUNGAN UJI TEKUK 3 p l MoR = 2 b d 3 Dimana : P = Beban maksimal (kn) l = jarak antar penumpu(mm) b = lebar (mm) d = tebal (mm)

ANALISA PERHITUNGAN MODULUS ELASTISITAS UJI TEKUK EI = ( L3 48 )(P ) EI = modulus elastisitas, psi(mpa)x momen inersia(mm 2) P = Beban maksimal (N) = Defleksi L = Panjang spesimen (mm) I = 1/12*b*h^3

Uji Tarik,perbandingan Tegangan jam Suhu 60 c 80 c 100 c 120 c 2 120,92 142,15 147,50 141,14 4 136,94 143,99 148,76 131,19 6 140,90 146,09 170,59 120,77

Grafik perbandingan tiap suhu 60 c 80 c 100 c 120 c 180,00 170,00 160,00 150,00 STRENGTH (MPA) 140,00 130,00 120,00 110,00 100,00 90,00 80,00 0 2 4 6 8 JAM

modulus elastisitas jam Suhu ( C) 60 80 100 120 2 11,83281 13,17101 12,58790116 12,64903146 4 10,89842 12,09188 13,4520779 11,32365646 6 10,17758 12,18044 13,59567339 12,37332843

Kuat Tekuk jam Suhu 60 c 80 c 100 c 120 c 2 92,50 112,18 113,16 130,87 4 98,40 112,18 126,94 128,90 6 104,30 114,14 152,52 109,22 60 c 80 c 100 c 120 c 160,00 150,00 140,00 TEGANGAN (MPA) 130,00 120,00 110,00 100,00 90,00 80,00 0 2 4 6 8 JAM

MoE Tekuk modulus elastisitas jam Suhu ( C) 60 80 100 120 2 11,15633 15,47845 17,13014 16,95001823 4 11,37448 15,46647 17,38165 20,53466524 6 12,67985 13,06535 22,17608 19,04706912

Analisa pada suhu 120 c Epoxy adhesives memiliki ketahanan panas dan ketahan kimia yang jauh lebih baik dari pada jenis adhesive yang lain. Jenis epoxy adhesive baru akan mengalami degradasi suhu 350 F (177 C). (Wikipedia, 2013) Dengan berkurangnya air, jaringan sel dan serat pada bambu akan menyatu/kokoh sehingga kekuatannya meningkat (Fangchun, 2000). (Fangchun, 2000) memperoleh hasil bambu yang dikeringkan sampai kering tanur (KA 0 %) malah dapat menurunkan kualitasnya karena bambu gampang pecah dan menjadi rapuh Penyebab utama penyusutan adalah jaringan serat dalam berkas pembuluh kehilangan air. Sebagai akibat, penyusutan makin tinggi dengan banyaknya air yang dikeluarkan dari dalam berkas pembuluh atau tingkat kekeringannya rendah(puslit Hasil Hutan BOGOR, 2009)

145,00 140,00 Tegangan (MPa) 135,00 130,00 125,00 120,00 Spesiment 115,00 110,00 105,00 100,00 Beban (N) Tegangan Tarik (MPa) 1 14400 129,73 2 15600 130,35 0 2 4 6 8 Lama Pemanasan(Jam) 3 14200 126,51 4 13400 122,71 Tanpa Pemanasan Rata-Rata 127,33 MoR (MPa) 135 130 125 120 115 110 105 100 95 90 85 80 0 2 4 6 8 Lama Pemanasan(Jam) Hasil Uji Tekuk Tanpa Pemanasan spesimen Defleksi (mm) MoR(Mpa) rata-rata MoR (Mpa) Wood Durability Mean Breaking Strengths Young Modulus Type Group Tension(n/mm2) Bending(n/mm2) El long (n/mm2) Teak(Jati) 1 115 100 13000 1 22 95,04 2 21 95,04 3 23 103,68 4 21 95,04 97,2

Variasi Suhu dan Jam Spesimen Tegangan Tarik(Mpa) rata-rata MoR (Mpa) Variasi Suhu dan Jam spesimen Mor (Mpa) rata-rata MoR (Mpa) 1 165,344 1 122,016 120 C 2 jam 120 C 4 jam 120 C 6 jam 2 135,089 3 125,220 4 138,889 1 132,548 2 114,548 3 154,660 4 123,016 1 101,650 2 133,157 3 118,846 4 129,422 141,136 131,193 120,769 120 C 2 jam 120 C 4 jam 120 C 6 jam 2 125,952 3 133,824 4 141,696 1 157,44 2 114,144 3 94,464 4 149,568 1 118,08 2 78,72 3 122,016 4 118,08 130,872 128,904 109,224 Wood Type Durability Group Mean Breaking Strengths Young Modulus Tension(n/mm2) Bending(n/mm2) El long (n/mm2) Teak(Jati) 1 115 100 13000

KESIMPULAN