BAB 3 PENGUJIAN BAB 3 PENGUJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 PENGUJIAN BAB 3 PENGUJIAN"

Transkripsi

1 BAB 3 PENGUJIAN 3.1 Umum Pada bab ini akan dibahas tentang detail pengujian meliputi metode pengujian yang digunakan yaitu uji tarik dan uji tekan baik untuk pengujian tiap-tiap bagian dari komposit sandwich maupun untuk pengujian dalam bentuk kesatuan sebagai struktur sandwich, cara membuat spesimen uji, prosedur dan peralatan pengujian serta data hasil pengujian. Pengujian tarik bertujuan untuk mencari sifat material face (serat kelapa dan rami) yang akan dibuat dan uji tekan untuk mengetahui sifat material core (serbuk kelapa) serta untuk mencari harga beban tekuk kritis kolom sandwich yang merupakan tujuan utama disusunnya tugas akhir ini. 3.2 Metode Pengujian Dalam pengujian buckling pada struktur sandwich dengan menggunakan material komposit alam masih jarang dilakukan dewasa ini. Oleh karena itu, sifat-sifat material pembentuknya belum banyak diketahui. Dengan demikian diperlukan pengujian awal berupa uji tarik dan tekan untuk mengetahui sifat-sifat dari face dan core yang akan digunakan sebagai pembentuk struktur sandwich yang akan diuji Uji Material Face dan Core Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa diperlukannya informasi awal mengenai beberapa sifat material dari bahan yang digunakan sebagai face dan core. Oleh karena itu dipelukan pengujian untuk memperoleh informasi tersebut yang terdiri dari uij tarik dan uji tekan Uji Tarik Perilaku mekanik dan sifat suatu material dapat ditentukan dengan pengujian tarik. Dengan dilakukannya pengujian tarik, maka akan didapatkan hubungan antara tegangan dan regangan. Hal yang penting adalah bahwa perilaku atau sifat suatu 18

2 material menunjukkan hubungan antara respon atau deformasi bahan terhadap pembebanan. Umumnya pengujian untuk mendapatkan sifat material adalah jenis pengujian yang bersifat destruktif. Dalam hal ini, pengujian dilakukan dengan mengambil spesimen dan mengujinya hingga spesimen tersebut patah. Beban yang diberikan pada uji tarik adalah beban statik yang meningkat secara gradual. Dalam hal ini, tegangan (engineering stress) dirumuskan dengan : F σ = (3.1) A 0 dimana : σ = Tegangan (MPa) F = Gaya (N) A 0 = Luas penampang awal (m 2 ) Sedangkan regangan dirumuskan dengan : l i l0 Δl ε = = (3.2) dimana : ε = Regangan l i l 0 l 0 l 0 = Panjang akhir (m) = Panjang awal (m) Setelah diperoleh data tegangan dan regangan hasil pengujian bahan, maka dapat dibuat kurva tegangan regangan (σ - ε). Dari kurva tersebut dapat diketahui beberapa sifat mekanik material diantaranya : σ u (ultimate strength) yaitu tegangan maksimum yang dapat terjadi pada bahan. σ ys (yield strength) yang merupakan tegangan dimana mulai terjadi deformasi plastis. E (modulus elastisitas) yaitu ukuran kekuatan material yang menghubungkan tegangan dan regangan dalam hubungan : σ E = ε Ductility (keuletan) yaitu derajat keuletan bahan yang menyatakan bahwa material tersebut getas atau ulet. Ductility dinyatakan dalam dua cara yaitu : 19

3 Percent Elongation l f l0 % EL = 100 (3.3) l0 Percent Area Reduction A0 Af % AR = 100 (3.4) A0 Namun dalam pengujian tarik ini, hanya harga modulus elastisitas (E) yang akan dicari. Harga E diperlukan sebagai informasi awal untuk mengetahui apakah material tersebut cukup kuat untuk dapat digunakan sebagai face dalam struktur sandwich yang akan dibuat Uji Tekan Pengujian tekan ditujukan selain untuk melakukan uji buckling, juga digunakan untuk mengetahui sifat dari core yang akan digunakan. Seperti halnya dengan uji tarik untuk mengetahui sifat material dari face, maka uji tarik ini juga menggunakan persamaan (3.1) dan (3.2) dan juga dapat dibuat kurva tegangan regangan (σ - ε) dimana dari kurva tersebut dapat diketahui beberapa sifat-sifat bahan antara lain σ u (ultimate strength), σ ys (yield strength), E (modulus elastisitas), dan Ductility (keuletan) sama halnya pada pengujian tarik Uji Tekan Beban Tekuk Kritis Selain hal tersebut diatas, pengujian tekan bertujuan untuk mengetahui harga beban kritis suatu material. Material yang diberi beban tekan aksial pada kedua ujungnya pada umumnya akan melendut yang dinamakan buckling dan beban tekan pada saat material mulai meledut inilah yang disebut dengan beban tekuk kritis (P cr ). Pada umumnya, buckling terjadi sebelum tegangan tekan mencapai tegangan luluh material. Pengujian tekan berhubungan erat dengan penggunaan tumpuan atau kondisi batas yang digunakan. Ada beberapa jenis tumpuan yang dapat digunakan, namun dalam pengujian kolom sandwich ini digunakan tumpuan berupa simply supported. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan beban tekuk kritis pada kolom adalah : a. Menentukan titik patahan pada kurva beban vs defleksi tekan 20

4 b. Menentukan titik patahan pada kurva beban vs defleksi transversal Pada pengujian ini yang akan dilakukan adalah pengukuran defleksi transversal sehingga penentuan beban tekuk kritis akan dilakukan sesuai dengan metoda b. Gambar 3.1. Beban Tekan Vs Defleksi Transversal pada Kolom Gambar 3.1. menunjukkan hubungan antara beban dengan defleksi transversal yang terjadi pada kolom. Pada kurva tersebut terlihat bahwa titik patahan tidak terlihat secara jelas. Oleh karena itu, maka dilakukan ekstrapolasi kurva sebelum dan sesudah terjadinya buckling. Beban yang menunjukkan titik perpotongan hasil ekstrapolasi ini yang dinyatakan sebagai beban tekuk kritis. Metode lain yang digunakan untuk menentukan beban tekuk kritis dari pengujian adalah metode southwell yang dapat digunakan untuk mencari beban kritis pada analisis buckling pada struktur kolom dengan tidak mengabaikan imperfeksi. Beban tekuk kritis diperoleh dari inverse slope dari garis lurus yang diperoleh dari data eksperimen dengan persamaan : 1 P = + slope cr P o Dengan : P cr = beban tekuk kritis Slope = gradien kemiringan kurva regresi linier P o = beban referensi awal (3.5) Untuk memperoleh harga beban tekuk kritis dari kurva beban vs defleksi, maka diperlukan penentuan range yang tepat terutama di daerah linier yang dekat dengan titik patahan pada kurva. Setelah menentukan range tersebut, maka harga 21

5 beban pada range yang bernilai minimum dijadikan sebagai beban referensi awal yang dinamakan p1. Dimana defleksi yang berhubungan dengan beban referensi awal tersebut dinamakan y1. Selanjutnya harga beban dan defleksi yang terdapat pada range yang telah ditentukan tersebut selanjutnya dinamakan p dan y. Sehingga dapat diambil hubungan antara y-y1 dan y-y1/p-p1. Selanjutnya regresi linier dapat dilakukan untuk memperoleh garis lurus dengan cara memplot defleksi (y-y1) sebagai sumbu x dan defleksi / beban (y-y1/p-p1) sebagai sumbu y. Grafik kurva southwell dapat dilihat pada gambar di bawah ini. P y-y1/p-p1 slope y y-y1 Gambar 3.2. Grafik Kurva Southwell Berdasarkan pada asumsi bahwa, kurva y vs P berbentuk seperti hiperbola, dengan garis horizontal P = P cr sebagai asimtot dimana dengan menggunakan metode yang dikenalkan oleh Southwell, maka dapat dibuat kurva (y-y1) vs (y-y1/p-p1) dimana p-p1 mengukur selisih beban, dan y-y1 mengukur selisih defleksi lateral. Bila asimtot horisontal dapat ditentukan, maka harga beban tekuk kritis dapat diketahui atau kemiringan dari kurva y-y1/p-p1 terhadap y-y1 ekivalen terhadap inverse beban kritis (1/P cr ). Regresi linier dapat dilakukan untuk memperoleh hasil yang baik. 3.3 Pembuatan Spesimen Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat batang sandwich mulai dari metode yang paling sederhana yaitu secara manual hingga dengan menggunakan mesin produksi yang sudah diotomatisasi. Beberapa macam cara untuk membuat batang sandwich antara lain : 22

6 Wet lay up Menggunakan alat bantu berupa kuas untuk melay-up lapisan adhesive agar merata ke seluruh bagian yang kemudian dikeringkan secara alami. Closed mold Cetakan dibuat sesuai dengan bentuk akhir yang diinginkan. Lapisan face dan core yang telah diberi lapisan adhesive diletakkan ke dalam cetakan. Lalu cetakan ditekan dengan benda lain yang lebih berat. Lamination press Lapisan face, adhesive, dan core yang telah disusun ditekan dengan pelat dari atas maupun dari bawah sambil diberi suhu tinggi. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses penyatuan dan pembekuan lapisan adhesive. Autoclave Lapisan face, adhesive, dan core yang telah disusun dimasukkan ke dalam cetakan tertutup yang diinginkan. Setelah itu cetakan tersebut dibuat dalam keadaan vacuum agar tekanan yang diberikan dapat merata ke segala arah. Cara yang akan digunakan untuk membuat spesimen uji ini adalah cara closed mold untuk core dan hand lay-up untuk pembuatan face. Lapisan muka (face) dan lapisan inti (core) dilekatkan dengan adhesive kemudian ditekan dengan benda lain yang lebih berat. Adapun peralatan yang digunakan untuk membuat bahan komposit dengan metode tersebut antara lain : Kuas ukuran sedang 1 buah gelas ukur 2 buah pelat besi yang telah dilubangi pada bagian pinggir untuk memasukkan mur baut untuk alas dan penekan bahan face Cetakan sesuai dengan ukuran core yang dibutuhkan Uji karakteristik material core : (3 x 3 x 3) cm Core untuk struktur sandwich : (20 x 5 x 3) cm Alat penekan dan pemberat Mangkuk plastik Mistar Amplas Pisau Cutter 23

7 Hand saw Timbangan elektronik Jangka sorong Kompor listrik Selain hal tersebut di atas, adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai core dan face pada struktur sandwich adalah : Bahan core : Matrik = Lem fox putih (lateks) Serat = Serbuk kelapa Bahan face : Matrik = epoxy Serat = serat rami (woven) / serat kelapa Pembuatan Core Material pembentuk core berupa serbuk kelapa dan latek (lem fox) sebagai matrik yang disatukan dengan panas sebagai katalisatornya. Proses dalam pembuatan core terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1. Menyediakan latek (lem fox) dan serbuk kelapa yang telah dipisahkan dari seratnya. 2. Menentukan perbandingan volume antara latek dan serbuk kelapa, perbandingan volume yang digunakan adalah 60% serbuk kelapa dan 40% latek. 3. Mengukur volume serbuk kelapa dan latek sesuai dengan perbandingan volume dan cetakan yang digunakan. 4. Serbuk kelapa dan latek yang telah diukur volumenya dicampurkan ke dalam wadah dan diaduk hingga merata. 5. Permukaan dalam cetakan diberi wax agar core yang telah terbentuk mudah dikeluarkan. 6. Kemudian bahan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan dan ditekan dengan alat penekan yang telah dibuat sebelumnya. 7. Cetakan yang telah diisi oleh bahan core tersebut diletakkan diatas pelat yang sebelumnya dipanaskan. 24

8 8. Diamkan beberapa waktu hingga core mengeras dan kemudian dikeluarkan dari cetakan Pembuatan Face Material pertama yang digunakan sebagai pembentuk face adalah serabut kelapa sebagai serat dan epoxy sebagai matrik. Proses dalam pembuatan face terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1. Menyediakan epoxy (50% epoxy : 50% katalis) dan serabut kelapa yang telah dipisahkan dari granulnya. 2. Menentukan perbandingan fraksi volume antara epoxy dan serabut kelapa, dimana perbandingan volume yang digunakan adalah 50% serabut kelapa dan 50% epoxy. 3. Mengukur volume serabut kelapa dan epoxy sesuai dengan perbandingan volume dan cetakan yang digunakan. 4. Serabut kelapa dimasukkan ke dalam cetakan yang telah diberi wax, kemudian epoxy dituangkan sedikit demi sedikit sambil ditekan menggunakan rolling sampai merata. 5. Cetakan ditutup dan dibaut sampai serabut kelapa benar-benar tertekan. 6. Face dikeluarkan dari cetakan setelah didiamkan beberapa waktu sehingga matrik sudah dapat mengeras. Untuk material kedua yang digunakan sebagai pembentuk face adalah serat rami sebagai serat dan epoxy sebagai matrik. Proses dalam pembuatan face terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1. Menyediakan epoxy (50% epoxy : 50% katalis) dan serat rami (woven). 2. Menentukan perbandingan fraksi volume antara epoxy dan serat rami (woven), dimana perbandingan volume yang digunakan adalah 50% serat rami dan 50% epoxy. 3. Mengukur ukuran serat rami (woven) dan volume epoxy sesuai dengan perbandingan fraksi volume dan cetakan yang digunakan. 4. Tuangkan campuran epoxy dan katalis tersebut ke atas pelat besi cetakan yang telah diberi wax secara merata dengan menggunakan bantuan kuas. Kemudian letakkan lembar pertama serat diatasnya. 25

9 5. Tuangkan kembali campuran epoxy dan katalis keatas lembar pertama sambil ditekan dengan bantuan kuas agar serat dan epoxy merata pada setiap bagian. 6. Ulangi langkah tersebut sampai lembar terakhir serat dan campuran epoxy habis dan kemudian tutup pelat besi tersebut dengan bagian atas pelat dan kemudian ditekan dengan cara mengencangkan mur baut di bagian yang berlubang dari cetakan. 7. Setelah komposit mengering, potong dan bentuk sesuai dengan dimensi yang dibutuhkan dengan menggunakan hand saw Pembuatan Struktur Sandwich Tahap awal pembuatan struktur sandwich adalah membuat lapisan face dan core sesuai dengan dimensi yang dibutuhkan dengan prosedur yang sama dengan sebelumnya. Setelah hal tersebut dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan kedua bagian tersebut dengan bantuan lem (adhesive). Pada eksperimen ini, digunakan jenis lem epoxy. Lem epoxy yang digunakan terdiri dari dua campuran yaitu campuran A dan B. Lem epoxy dibuat dari campuran tersebut dengan perbandingan 1 : 1. Adapun prosedur pembuatannya adalah sebagai berikut : 1. Campur lem epoxy dengan perbandingan 1 : 1 kedalam wadah, lalu diaduk sampai rata. 2. Siapkan lapisan face dan core yang akan dilem. 3. Oleskan lem secara merata dan setipis mungkin pada setiap lapisan agar pada saat penggabungan, tidak ada bagian sandwich yang tidak merata terkena lem maupun terlalu banyak terkena lem dimana hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya delaminasi. 4. Tempelkan kedua lapisan face dan core yang telah dilem. 5. Setelah itu, spesimen tersebut ditekan dengan pemberat selama 1 hari penuh agar kedua lapisan face dan core merekat dengan kuat. 6. Setelah benar-benar kering dan kuat, baru kemudian spesimen dibuat benar-benar persegi dan siku sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. 7. Untuk meratakan setiap sisi spesimen, dapat digunakan amplas. Sedangkan untuk mengetahui apakah spesimen benar-benar tegak lurus, digunakan besi siku untuk memeriksanya. 26

10 3.4 Prosedur dan Peralatan Pengujian Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pengujian dilakukan dengan melakukan pengujian tarik untuk menguji material face dan uji tekan untuk menguji material core serta pengujian buckling itu sendiri Pengujian Material Face dan Core Sebelum melaksanakan pengujian bahan sebagai satu kesatuan struktur sandwich, maka diperlukan pengetahuan mengenai sifat-sifat dari bahan lamina yang membentuk struktur tersebut sehingga dapat diketahui apakah bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari sandwich Pengujian Tarik Pengujian tarik dilakukan dengan menggunakan mesin uji serbaguna UTM Dartec berkapasitas 250 kn. Pembebanan dikendalikan dengan komputer yang juga berfungsi sebagai sistem akuisisi data. Selama pengujian, data berupa gaya (load) dan perpindahan (stroke atau extension) spesimen diambil dengan interval yang cukup kecil dan disimpan untuk pengolahan lebih lanjut. Spesimen uji tarik berukuran 25 x 5 x 0,22 cm yang berbentuk tulang. Gambar 3.3. dibawah ini menunjukkan dimensi spesimen uji tarik. Gambar 3.3. Spesimen Uji Tarik 27

11 Langkah-langkah pengujian adalah : 1. Ukur lebar, tebal dan panjang spesimen sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan. 2. Siapkan komputer pengendali mesin uji, gunakan perangkat lunak untuk mengendalikan mesin dan akuisisi data. 3. Pasang spesimen pada pemegang spesimen. Perhatikan agar spesimen terpasang tegak lurus. 4. Spesimen terlebih dahulu dijepit dengan pemegang bagian atas. 5. Selanjutnya cross head mesin diturunkan agar bagian bawah spesimen berada diantara pemegang bagian bawah untuk dapat pula dijepit. 6. Reset beban menjadi nol. 7. Pengujian dimulai dan lakukan hingga spesimen patah Pengujian Tekan Pengujian tekan dilakukan dengan menggunakan mesin uji serbaguna UTM Dartec berkapasitas 250 kn. Pembebanan dikendalikan dengan komputer yang juga berfungsi sebagai sistem akuisisi data. Selama pengujian, data berupa gaya (load) dan perpindahan (stroke atau extension) spesimen diambil dengan interval yang cukup kecil dan disimpan untuk pengolahan lebih lanjut. Spesimen uji tarik berukuran 3 x 3 x 3 cm. Gambar 3.4. dibawah ini menunjukkan dimensi spesimen uji tekan. Gambar 3.4. Spesimen Uji Tekan 28

12 Langkah-langkah pengujian adalah : 1. Ukur lebar, tebal dan panjang spesimen sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan. 2. Siapkan komputer pengendali mesin uji, gunakan perangkat lunak untuk mengendalikan mesin dan akuisisi data. 3. Letakkan spesimen diatas alat uji dengan sebelumnya pada bagian atas dan bawah spesimen diberi pelat besi sesuai dengan ukuran spesimen. 4. Gerakkan bagian atas alat uji sehingga spesimen tertekan pada kedua arah. 5. Reset beban menjadi nol. 6. Pengujian dimulai dan lakukan hingga spesimen rusak Alat Uji dan Prosedur Pengujian Buckling Pengujian dilakukan degan menggunakan alat uji tekan dengan kapasitas 800 kn dan penambahan beban dilakukan dengan interval 0.1 kn. Dimensi spesimen yang diuji sesuai dengan gambar 3.5. di bawah ini dan dengan bahan yang ditentukan setelah pengujian masing-masing komponen dari struktur sandwich dilakukan. Gambar 3.5. Spesimen Uji Tekan Buckling (a) Tampak Samping ; (b) Tampak Depan Alat uji yang digunakan pada pengujian buckling adalah: 1. Mesin uji tekan dengan kapasitas 800 kn. 2. Sebuah load cell dan power supply. 3. Dua buah Linear Variable Differrential Transducer (LVDT) dan dua buah signal conditioner untuk mengukur defleksi transversal. 4. Tiga buah voltmeter digital untuk menampilkan harga beda potensial yang kemudian dikonversikan menjadi defleksi. 29

13 Seluruh peralatan di atas disusun sesuai dengan skema instalasi pengujian pada gambar 3.6. dibawah ini : Gambar 3.6. Mesin Uji Tekan untuk Pengujian Buckling Keterangan gambar : 1 dan 2 adalah Digital Volt Meter (DVM) yang berfungsi untuk membaca tegangan DC yang diberikan oleh signal conditioner kepada LVDT. 5 dan 6 adalah signal conditioner yang berfungsi memberikan tegangan DC kepada LVDT. 3 adalah DVM yang berfungsi mengontrol tegangan DC yang diberikan kepada load cell. 4 adalah power supply yang berfungsi memberikan tegangan pada load cell. 7 adalah LVDT kiri, memberikan harga tegangan DC negatif bila LVDT tertekan. 8 adalah LVDT kanan, memberikan harga tegangan DC negatif bila LVDT tertekan. 9 adalah spesimen kolom sandwich yang diuji. 10 adalah load cell. 11 adalah meja bawah yang berfungsi sebagai aktuator. 12 adalah meja atas yang berfungsi untuk menahan beban tekan. Pembebanan yang dilakukan pada pengujian ini berupa control displacement. 30

14 Adapun Langkah-langkah pengujian buckling yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Kalibrasi pembacaan komputer dimana setara dengan beban sebenarnya yang diberikan oleh mesin uji. 2. Mengatur posisi meja atas dengan memutar baut pemegang meja atas sejajar dengan permukaan melintang benda uji sehingga diperoleh pembebanan yang merata. 3. Pemasangan LVDT dan kalibrasi DVM untuk pembacaan defleksi yang disensor oleh LVDT. 4. Melakukan pembacaan penambahan beban secara manual yang dapat dilihat dari komputer yang memiliki perangkat lunak untuk uji tekan tersebut. 5. Pengujian dilakukan sampai spesimen mengalami kerusakan, dengan cara menaikkan beban sebesar interval 0.1 kn. 6. Pembacaan data defleksi LVDT dilakukan secara manual melalui angka yang ditampilkan pada layar DVM. 7. Mengamati prilaku spesimen setiap kali menaikkan beban sehingga diketahui modus kegagalannya. 3.5 Data Hasil Pengujian Setelah melakukan pengujian baik tarik maupun tekan, maka dapat diperoleh kurva tegangan regangan yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai modulus elastisitas (E) yang selanjutnya dapat digunakan dalam proses numerik untuk uji tekan buckling. Dari hasil pengujian tarik dan tekan untuk material core dan face inilah dapat ditentukan material yang akan digunakan sebagai susunan struktur sandwich yang selanjutnya dapat dilakukan uji tekan untuk mengetahui beban tekuk kritisnya yang dapat diperoleh dari kurva defleksi transversal - pembebanan Data Hasil Pengujian Tarik (Face) Dari hasil pengujian tarik untuk material face yang terdiri dari serat kelapa dan serta rami dapat diperoleh harga modulus elastisitas bahan face seperti terlihat pada tabel 3.1. di bawah ini. 31

15 Spesimen Modulus Elastisitas, E (GPa) Serat Kelapa Serat Rami E rata-rata Tabel 3.1. Data Hasil Pengujian Tarik Material Face Dari hasil pengujian tarik yang dilakukan pada serat kelapa dan serat rami, maka untuk selanjutnya bahan face yang akan digunakan adalah serat rami (woven). Hal ini diambil berdasarkan nilai E yang diperoleh dimana untuk serat rami jauh lebih besar bila dibandingkan dengan serat kelapa. Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran Data Hasil Pengujian Tekan (Core) Dari hasil pengujian tekan untuk material core yang terbuat dari serbuk kelapa dapat diperoleh harga modulus elastisitas bahan core seperti terlihat pada tabel 3.2. di bawah ini. Spesimen Modulus Elastisitas, E (GPa) E rata-rata Tabel 3.2. Data Hasil Pengujian Tekan Material Core Pengujian dilakukan hingga spesimen mengalami rusak. Grafik hasil pengujian dan gambar spesimen setelah pengujian dapat dilihat pada lampiran. 32

16 3.5.3 Data Hasil Pengujian Tekan (Sandwich) Dari hasil pengujian tekan yang dilakukan, maka diperoleh data beban tekuk kritis dan beban rusak untuk model overall buckling. Tabel 3.3. di bawah ini menunjukkan data-data hasil pengujian untuk model overall buckling. Model Overall Buckling (h = 30 mm) Spesimen Southwell Ekstrapolasi Beban Rusak Method (N/mm) (N/mm) (N/mm) Rata-rata Tabel 3.3. Data Hasil Pengujian Model Overall Buckling Data hasil pengujian selengkapnya serta kurva hubungan antara beban vs defleksi dari setiap spesimen dapat dilihat pada lampiran. Dalam melakukan pengujian ini, dilakukan penambahan beban hingga spesimen rusak dan alat uji sudah tidak dapat memberikan tekanan lagi yang dikarenakan spesimen sudah tidak mampu menahan beban tekan yang diberikan oleh alat uji. 33

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL Pada pemodelan numerik (FEM) dibutuhkan input berupa sifat material dari bahan yang dimodelkan. Sedangkan pada tugas akhir ini digunakan material komposit alami

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA

BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA 4.1 Deskripsi Umum Struktur sandwich yang akan dimodelkan dalam tugas akhir ini berupa kolom yang terdiri dari dua jenis. Model pertama adalah kolom sandwich dengan face

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH Tugas Akhir TM091486 ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH Rifki Nugraha 2108 100 704 Dosen Pembimbing : Putu Suwarta, ST. M.Sc Latar Belakang Komposit Material

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Sriwijaya. B. Bahan yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

BAB 2. PENGUJIAN TARIK BAB 2. PENGUJIAN TARIK Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses pengujian tarik pada material logam. Sub Kompetensi : Menguasai dan mengetahui proses pengujian tarik pada baja karbon rendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pembuatan Jig BAB IV HASIL DAN ANALISA Untuk membantu pada saat proses penyambungan komponen (assembly) maka perlu untuk dibuat cetakan untuk sepeda sehingga sepeda dapat presisi dan nyaman untuk

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir (flow chart) Mulai Study Literatur dan Observasi Lapangan Persiapan Proses pembuatan spesien Komposit sandwich : a. Pemotongan serat (bambu) b. Perlakuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING Sandy Noviandra Putra 2108 100 053 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan komposit sebagai material pengganti logam dan kayu semakin banyak digunakan akhir-akhir ini, karena sifat-sifatnya yang unggul seperti ringan, kuat, kaku serta

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup :

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup : BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup : III.1. Studi Kasus Kasus yang ditinjau dalam perencanaan link ini adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat. 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Sifat Sifat Material

Sifat Sifat Material Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass. 1 LAMPIRAN 1. Perhitungan Komposisi Komposit Perhitungan komposit ini berdasarkan perhitungan volume total cetakan. Ukuran cetakan yang dipergunakan adalah 16,5 x 12 x 0,5.cm 3. Dengan fraksi volume serat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS Oleh : EDI ARIFIYANTO NRP. 2108 030 066 Dosen Pembimbing Ir.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Tarik Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, modulus elastisitas bahan dengan cara memberikan beban tarik secara berlahan sampai

Lebih terperinci

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 1 Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Heri Yudiono 1, Rusiyanto 2, dan Kiswadi 3 1,2 Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174

ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174 ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174 Ariansyah Pandu Surya 1, Lies Banowati 2 dan Devi M. Gunara 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Penerbangan, Universitas Nurtanio

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS 1.1.PENDAHULUAN Tujuan Pengujian Mekanis Untuk mengevaluasi sifat mekanis dasar untuk dipakai dalam disain Untuk memprediksi kerja material dibawah kondisi pembebanan Untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material dan Laboratorium Getaran Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2 Diagram Alir Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Mulai

BAB III METODOLOGI. Mulai BAB III METODOLOGI 3.1 DIAGRAM ALIR Mulai Study literatur persiapan alat dan bahan Identifikasi masaalah Pengambilan serat batang pohon pisang Perlakuan alkali 2,5 % terhadap serat selama 2 jam Proses

Lebih terperinci

Analisis Teknis Pengaruh Suhu Ruang Mesin Kapal Kayu Terhadap Bambu Laminasi Dengan Variasi Lama Pemanasan

Analisis Teknis Pengaruh Suhu Ruang Mesin Kapal Kayu Terhadap Bambu Laminasi Dengan Variasi Lama Pemanasan Analisis Teknis Pengaruh Suhu Ruang Mesin Kapal Kayu Terhadap Bambu Laminasi Dengan Variasi Lama Pemanasan Ferdy Naranda 4109100005 Dosen Pembimbing: Ir. Heri Supomo M.sc ??? LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut : a. Analisa struktur mikroskofis komposit (scanning electron microscope) di Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Dikeringkan, Dipotong sesuai cetakan Mixing Persentase dengan Rami 15,20,25,30,35 %V f Sampel Uji Tekan Sampel Uji Flexural Sampel Uji Impak Uji

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil uji tarik serat tunggal.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil uji tarik serat tunggal. BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Serat Tunggal Hasil pengujian serat tunggal kenaf menurut ASTM D 3379 dirangkum pada Tabel 10. Tabel ini menunjukan bahwa, nilai kuat tarik, regangan

Lebih terperinci

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penyiapan Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Alat uji impak Alat impak yang digunakan untuk melakukan pengujian

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL BEBAN TEKUK KRITIS KOLOM SANDWICH KOMPOSIT SERAT ALAM

UJI EKSPERIMENTAL BEBAN TEKUK KRITIS KOLOM SANDWICH KOMPOSIT SERAT ALAM UJI EKSPERIMENTAL BEBAN TEKUK KRITIS KOLOM SANDWICH KOMPOSIT SERAT ALAM TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana di Program Studi Teknik Penerbangan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 AlaT Penelitian Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan komposit : a. Alat yang digunakan untuk perlakuan serat Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konstruksi Baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Lentur Balok Mac. Gregor (1997) mengatakan tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diameter Serat Diameter serat adalah diameter serat ijuk yang diukur setelah mengalami perlakuan alkali, karena pada dasarnya serat alam memiliki dimensi bentuk

Lebih terperinci

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM PENGUJIAN BETON 4.1. Umum Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat menahan gaya desak, tetapi mempunyai kelebahan, yaitu kuat tariknya rendah hanya 9 15% dari kuat desaknya.

Lebih terperinci

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik ogam Oleh zhari Sastranegara Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. da empat jenis uji coba

Lebih terperinci

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan 3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI 3.1. Pendahuluan Analisa teoritis dan hasil eksperimen mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mekanika bahan (Gere dan Timoshenko, 1997). Teori digunakan untuk

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana alur kerja dan proses pembuatan material komposit sandwich serat alami serta proses pengujian material tersebut untuk karakteristik

Lebih terperinci

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3 BAB III UJI LABORATORIUM 3.1. Benda Uji Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3 dimensi, tiga lantai yaitu dinding penumpu yang menahan beban gempa dan dinding yang menahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium Metrologi Industri Teknik Mesin serta Laboratoium Kimia Teknik Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang meliputi parameter penelitian, alat dan bahan yang digunakan selama penelitian, serta tahapan-tahapan proses penelitian

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menampilkan hasil pengujian karakteristik material bata dan elemen dinding bata yang dilakukan di Laboratorium Rekayasa Struktur Pusat Rekayasa Industri ITB. 4.1. Uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Alat yang digunakan selama proses persiapan matriks (plastik) dan serat adalah : 1. Gelas becker Gelas becker diguakan untuk wadah serat pada saat

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR Rizfan Hermanto 1* 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida LOGO Sidang Tugas Akhir Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida Oleh : Tamara Ryan Septyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung. III.METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : 1. Pengujian diameter dan panjang serat ijuk serta pembuatan spesimen uji di Laboratorium

Lebih terperinci

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014 Pengukuran Tensile Strength, dan Modulus Elastisitas Benda Padat Novi Tri Nugraheni (081211333009), Maya Ardiati (081211331137), Diana Ega Rani (081211331138), Firdaus Eka Setiawan (081211331147), Ratna

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pelat Pelat beton (concrete slabs) merupakan elemen struktural yang menerima beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dari analisa uji sambungan balok kolom precast. Penelitian dilakukan dengan metode elemen hingga yang menggunakan program ABAQUS. memodelkan dua jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Serat kenaf.

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Serat kenaf. BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Serat kenaf Serat kenaf yang digunakan dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dinding Pengisi 2.1.1 Definisi Dinding pengisi yang umumnya difungsikan sebagai penyekat, dinding eksterior, dan dinding yang terdapat pada sekeliling tangga dan elevator secara

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE Harini Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 agustus 1945 Jakarta yos.nofendri@uta45jakarta.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : a) Timbangan digital Digunakan untuk menimbang serat dan polyester.

Lebih terperinci

KINERJA KOLOM KAYU HOLLOW LAMINASI PADA BERBAGAI VARIASI LUAS LUBANG Performance of Hollow Laminated Timber Columns at Various Opening Area

KINERJA KOLOM KAYU HOLLOW LAMINASI PADA BERBAGAI VARIASI LUAS LUBANG Performance of Hollow Laminated Timber Columns at Various Opening Area Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 190 Vol. 2, No. 2 : 190-203, September 2015 KINERJA KOLOM KAYU HOLLOW LAMINASI PADA BERBAGAI VARIASI LUAS LUBANG Performance of Hollow Laminated Timber Columns at Various

Lebih terperinci

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Serat Tunggal Pengujian serat tunggal digunakan untuk mengetahui kekuatan tarik serat kenaf. Serat yang digunakan adalah serat yang sudah di

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB 1 PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR PERSAMAAN...xiv INTISARI...xv ABSTRACT...xvi

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1 PEMBUATAN SAMPEL 4.1.1 Perhitungan berat komposit secara teori pada setiap cetakan Pada Bagian ini akan diberikan perhitungan berat secara teori dari sampel komposit pada

Lebih terperinci

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG Bobly Sadrach NRP : 9621081 NIRM : 41077011960360 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana di Kampus Bukit Jimbaran. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR Rizfan Hermanto 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Pascasarjana, Bandung ABSTRAK

Lebih terperinci

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis ISBN 978-979-3541-25-9 Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis Riawan Gunadi 1, Bambang Budiono 2, Iswandi Imran 2,

Lebih terperinci

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( ) Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA (3109 106 045) Dosen Pembimbing: BUDI SUSWANTO, ST.,MT.,PhD. Ir. R SOEWARDOJO, M.Sc PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Dalam suatu penelitian dibutuhkan alat dan bahan, demikian juga pada penelitian ini. Berikut adalah peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar

Lebih terperinci

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal V. BATANG TEKAN Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom. Perencanaan

Lebih terperinci

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Is This Stress? 1 Bukan, Ini adalah stress Beberapa hal yang menyebabkan stress Gaya luar Gravitasi Gaya sentrifugal Pemanasan

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS DAFTAR SIMBOL BJ : Berat Jenis ρ : Berat Jenis (kg/cm 3 ) m : Massa (kg) d : Diameter Kayu (cm) V : Volume (cm 3 ) EMC : Equilibrium Moisture Content σ : Stress (N) F : Gaya Tekan / Tarik (N) A : Luas

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK ANALISIS KAPASITAS BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN Yacob Yonadab Manuhua Steenie E. Wallah, Servie O. Dapas Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email : jacobmanuhua@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009. Tempat pembuatan dan pengujian glulam I-joist yaitu di Laboratorium Produk

Lebih terperinci

BAB IV Pembuatan dan Kalibrasi Alat Ukur Prestasi Turbojet

BAB IV Pembuatan dan Kalibrasi Alat Ukur Prestasi Turbojet BAB IV Pembuatan dan Kalibrasi Alat Ukur Prestasi Turbojet Pembuatan alat ukur dilakukan di laboratorium Teknik Penerbangan ITB. Proses pemesinan dilakukan menggunakan mesin bubut, mesin Frais, gerinda

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Impak dan Pembahasan Dari hasil pengujian impak yang telah didapat data yaitu energi yang terserap oleh spesimen uji untuk material komposit serat pelepah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan serangkaian tahapan proses agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai, penelitian di awali dengan kajian pustaka yang dapat mendukung dalam

Lebih terperinci