JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REMOVAL CEMARAN BOD, COD, PHOSPHAT (PO 4 ) DAN DETERGEN MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR SEBAGAI METODE CONSTRUCTED WETLAND DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Dosen Magister Ilmu Lingkungan dan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP Semarang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN Alisma plantago DALAM SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND)

Keywords : Constructed wetlands, cattail plants, subsurface flow system, free surface water, laundry waste References : 80 ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tembalang, Semarang

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN LAHAN BASAH BUATAN MENGGUNAKAN RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIOFOLIUS) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DARI IPAL INDUSTRI FARMASI DENGAN SISTEM

Keywords : constucted wetlands, domestic wastewater, phosphate, Echinodorus palaefolius

STUDI CONSTRUCTED WETLAND SEBAGAI SOLUSI PENCEMARAN DI SUB DAS TUKAD BADUNG KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

POTENSI DAN PENGARUH TANAMAN PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM CONSTRUCTED WETLAND

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

Keywords:Equisetum hyemale, SSF-Wetland, wastewater

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

APLIKASI WETLAND. Prayatni Soewondo PRODI TEKNIK LINGKUNGAN, FTSL, ITB

Keywords: Hospital Wastewater, COD, Echinodorus palaefolius, Actived Carbon

Model Fisik Sub Surface Flow Constructed Wetland Untuk Pengolahan Air Limbah Musala Al-Jazari Fakultas Teknik Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Uversitas Diponegoro

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

Kata kunci : Limbah Tambak Udang Vannamei, Eceng Gondok, COD, TSS, Amonia Terlarut

EFEKTIFITAS SISTEM RBC PADA IPAL PEKAPURAN RAYA PD.PAL BANJARMASIN TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution

PENGARUH JUMLAH TUMBUHAN

Dyah Puspito Rukmi et al., Efektivitas Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)...

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PERTUMBUHAN Typha angustifolia AKIBAT PENDEDAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENCEMARAN LINGKUNGAN BAGI SISWA SMA

PENGARUH PENGOLAHAN MULTY STAGE SYSTEM (MSS) TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH CAIR LAUNDRY DI BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN TANAMAN KAYU API (PISTIA STRATIOTES) UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARAFITOREMEDIASI ABSTRAK

Oleh: Hernayanti dan Elly Proklamasiningsih Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto (Diterima: 4 Oktober 2004, disetujui: 6 Nopember 2004)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

KEEFEKTIFAN METODE FITOREMIDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN ECENG GONDOK UNTUK MENURUNKAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) LIMBAH RUMAH SAKIT

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG MENGGUNAKAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN: PENYISIHAN MANGAN (Mn)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

Unit Aerasi, Sedimentasi, dan Biosand Filter Sebagai Pereduksi COD, TSS, Nitrat, dan Fosfat Air Limbah Artificial (Campuran Grey dan Black Water)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT

Suwondo, Sri Wulandari dan Syaiful Anshar Degradasi Limbah Cair Kelapa Sawit dengan Penambahan 55

PENGARUH TANAMAN RUMPUT BEBEK (Lemna minor) TERHADAP PENURUNAN BOD DAN COD LIMBAH CAIR DOMESTIK

BAB III METODOLOGI. Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur. Pembuatan Reaktor.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN TANAH GAMBUT DAN TANAMAN AIR DOMESTIC WASTEWATER TREATMENT USING PEAT SOIL AND WATER PLANTS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

PERBEDAAN EFEKTIVITAS FILTER ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU INDUSTRI RUMAH TANGGA

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

PENGOLAHAN LIMBAH KARET DENGAN FITOREMIDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN Typha angustifolia

Fitoremediasi Phospat dengan menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Limbah Cair Industri kecil Pencucian Pakaian (Laundry)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENURUNAN TSS DAN PHOSPAT AIR LIMBAH PUSKESMAS JANTI KOTA MALANG DENGAN WETLAND. Oleh : Desak Made S *) dan Sugito **)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TYPHA LATIFOLIA

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SAMPAH (LINDI) DARI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) MENGGUNAKAN METODA CONSTRUCTED WETLAND

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PENYISIHAN LOGAM PADA LINDI DENGAN SISTEM SUB-SURFACE CONSTRUCTED WETLAND

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-233

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

PENAMPILAN SARINGAN PASIR LAMBAT PIPA (SPL-P) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN (HEADLOSS) DALAM MEMISAHKAN POLUTAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

Transkripsi:

EFEKTIFITAS CONSTRUCTED WETLANDS TIPE SUBSURFACE FLOW SYSTEM DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN Cyperus rotundus UNTUK MENURUNKAN KADAR FOSFAT DAN COD PADA LIMBAH CAIR LAUNDRY Eucinda Erwin P., Tri Joko, Hanan Lanang D. Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: eucindaep@gmail.com Abstract : The increased number of laundry industries in urban areal inflicted increase amount of detergent usage. Laundry s liquid waste contains high phosphate and COD concentration that causing the water pollution. One of methods to reduce phosphate and COD is using constructed subsurface flow wetlands with Cyperus rotundus plant. The aim of this experiment is to determine the efectivity of retention time along 2, 4, 6, and 8 days to decreasing of phosphate and COD. The type of research is quasi experiment research with nonrandomized prestest posttest design, with amount of 48 samples. The samples were tested on Health Laboratory of Central Java Province. The results showed that the persentation to reduce phosphate with retention time of 2, 4, 6 and 8 days in a row are 76,06%, 82,24%, 64,39% dan 70,41%. The persentation to reduce COD with retention time of 2, 4, 6, and 8 days in a row are 88,84%, 94,79%, 83,98% dan 84,52%. The result of One Way Anova test showed that significance value of phosphate and COD in a row are (pvalue) = 0,224 (p>0,05) dan (p-value) = 0,001 (p<0,05). The most effective of retention time to reduce phosphate and COD is 4 days. It was concluded that COD was appropriate quality standards, while phosphate was not appropriate quality standards. The further experiments needed to do with the variation in plant weight and number of plants. Key words : Laundry s liquid waste, constructed wetland, Cyperus rotundus, phosphate and COD, retention time 444

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah utama yang harus dihadapi dunia berkaitan dengan masalah air adalah kecenderungan dimasa mendatang, dunia akan menghadapi krisis air yang berkepanjangan, meningkatnya masalah pencemaran yang memasuki badan air dan jumlah kebutuhan air akan semakin tinggi seiring pertumbuhan penduduk. 1 Air limbah juga merupakan bahan sisa yang merupakan kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum. 2 Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan urbanisasi penduduk di wilayah perkotaan, membawa perubahan bagi pola hidup masyarakat. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan masyarakat atas layanan jasa rumah tangga, salah satunya adalah industri pencucian pakaian (laundry). 3 Dengan meningkatnya jumlah usaha industri laundry yang menghasilkan limbah cair sisa penggunaan detergen, maka limbah cair laundry yang dihasilkan semakin banyak setiap harinya. Peningkatan jumlah limbah akibat pencucian pakaian yang dihasilkan ini memiliki dampak langsung kepada lingkungan apabila tidak dikelola dan diolah dengan baik karena limbah laundry ini dapat mencemari badan air dan tanah. 3 Air limbah laundry mengandung beberapa bahan kimia pada bahan baku detergen seperti fosfat, surfaktan, ammonia dan nitrogen serta kadar padatan terlarut, kekeruhan, BOD (Biologycal Oxygen Demands) dan COD (Chemical Oxygen Demands). 4 Fosfat dalam deterjen memiliki fungsi sebagai pencegah datangnya kotoran ke dalam pakaian yang sudah dicuci kembali. Penggunaan deterjen tersebut pada akhirnya akan mempertambah konsentrasi fosfat dalam badan air buangannya sehingga memicu pertumbuhan algae. 5 Sedangkan konsentrasi COD air limbah laundry yang berasal dari kegiatan rumah tangga memiliki konsentrasi antara 600-2.500 mg/l. Kadar COD dalam air limbah berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air limbah. Semakin tinggi nilai COD, berarti semakin tinggi pula zat organik di dalam limbah dan sebaliknya. 6 Constructed wetland atau rawa buatan memiliki kemampuan cukup tinggi dalam menghilangkan bahan pencemar. 7 Sistem Lahan Basah Aliran Bawah Permukaan (Sub Surface Flow -Wetlands) memiliki prinsip kerja sistem pengolahan limbah dengan memanfaatkan simbiosis antara tumbuhan air dengan mikroorganisme dalam media di sekitar sistem perakaran (Rhizosphere) tanaman tersebut. 8 Pengolahan limbah laundry dengan menggunakan metode wetland melalui tanaman rumput teki (Cyperus rotundus L.), menjadi pilihan dalam upaya pengolahan limbah cair dan fokus penelitian ini. Cyperus rotundus L. memiliki beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan tanaman ini antara lain; tanaman ini memiliki akar serabut yang banyak dan teki merupakan gulma yang memiliki kemampuan menyerap unsur hara yang besar dibandingkan dengan tanaman yang lain, selain itu teki dapat mudah tumbuh dimana saja, mudah perawatannya, dan tahan terhadap berbagai pengaruh luar. 9 445

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi experiment research dengan rancangan penelitian Nonrandomized Pretest Posttest Design. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian limbah cair yang diambil dari laundry Kurnia di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Setiap waktu tinggal 2,4,6 dan 8 hari dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali. Total sampel sebanyak 48 sampel terdiri dari 24 sampel pretest dan 24 sampel posttest. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Gambar 1. Desain Constructed Wetlands Tipe Subsurface Flow System menggunakan tanaman Cyperus rotundus dengan Resirkulasi Keterangan : A = Bak ekualisasi B = Keran inlet air limbah laundry C = Tanaman Cyperus rotundus D = Media berupa pasir G = Bak pengumpul Bak reaktor yang digunakan yaitu jirigen plastik dengan volume 20 liter berbentuk persegi panjang dengan panjang, lebar dan tinggi masing-masing yaitu 33,3 cm x 25 cm x 15 cm. Volume air limbah yang diolah dalam penelitian ini adalah 5 liter dan debit yang ditentukan adalah 1,25 liter/ jam dengan proses resirkulasi secara manual. Pengoperasian pengolahan dilakukan dengan sistem semi batch, yaitu air limbah hanya mengalir dari pukul 06.00-18.00 setiap harinya. Media tanam yang digunakan yaitu kerikil dan pasir. Kerikil yang digunakan yakni yang berukuran 2-3 cm. Sedangkan pasir yang digunakan yakni pasir halus. Tinggi tanaman Cyperus rotundus yang digunakan dalam pengolahan adalah 15-20 cm. Jarak tanaman dalam penelitian ini adalah jarak antar koloni tanaman yang berada di dalam bak reaktor. Masing-masing bak ditanami 30 koloni tanaman Cyperus rotundus dengan jumlah batang yang sama tiap koloninya (2 batang/ koloni). Tanaman Cyperus rotundus ditanam dan diberi jarak 5 cm antar koloni satu dengan koloni yang lainnya. Aklimatisasi ini dilakukan dengan cara memindahkan tanaman kedalam media tanam yang berada dalam constructed wetlands dan diberikan air sumur selama 3 hari untuk membiasakan tanaman dengan lingkungan baru. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan proses optimasi konsentrasi air limbah 25% selama 1 minggu, dan selanjutnya ditambahkan konsentrasi air limbah 50% selama 1 minggu. E = Media berupa kerikil berukuran 2-3 cm F = Keran outlet air limbah laundry 446

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Perbandingan Selisih Kadar Fosfat Antar Kelompok Perlakuan dengan Variasi Waktu Tinggal Kadar Fosfat (mg/l) pada Berbagai Variasi Waktu Tinggal 2 hari 4 hari 6 hari 8 hari Rata-rata 9,23 14,77 10,28 10 pretest Rata-rata 1,96 2,42 2,71 2,57 posttest Selisih 7,27 12,36 7,57 7,44 % 76,06 82,24 64,39 70,4 Pada tabel 1. menunjukkan kadar fosfat rata-rata kelompok variasi waktu tinggal 4 hari yaitu 12,36 mg/l merupakan penurunan kadar fosfat tertinggi (82,24%), sedangkan kadar fosfat rata-rata kelompok variasi dengan waktu tinggal 2 hari adalah 7,27 mg/l merupakan penurunan kadar fosfat terendah (76,06%). Menurut penelitian Ernastin (2015), pengolahan limbah cair laundry pada constructed wetlands tipe Subsurface Flow System menggunakan media kerikil selama 18 hari terjadi penurunan konsentrasi BOD, COD dan fosfat pada tanaman Typha latifolia masing-masing menjadi 6,19mg/l (turun 94%), 63,04mg/l (turun 76%) dan 1,10 mg/l (turun 91%), sedangkan tanaman Cyperus alternifolius masing-masing menjadi 4,16mg/l (turun 96%), 60,77mg/l (turun 77%) dan 3,588 mg/l (turun 72%). 10 Tabel 2. Perbandingan Kadar COD Antar Kelompok Perlakuan dengan Variasi Waktu Tinggal Kadar COD (mg/l) pada Berbagai Variasi Waktu Tinggal 2 hari 4 hari 6 hari 8 hari Rata-rata 374,17 688,5 259,33 374,17 pretest Rata-rata 42,17 36,17 35,33 51,67 posttest Selisih 332 652,33 224,33 322,5 % 88,84 94,79 83,98 84,52 Pada tabel 2. menunjukkan kadar COD rata-rata kelompok variasi waktu tinggal 4 hari yaitu 652,33 mg/l merupakan penurunan kadar COD tertinggi (94,79 %), sedangkan kadar COD rata-rata kelompok variasi waktu tinggal 6 hari yaitu 224,33 mg/l merupakan penurunan kadar COD terendah (83,98%). Berdasarkan penelitian Rininta Kurnia P, tanaman Cyperus rotundus dengan variasi waktu tinggal dan jumlah koloni tanaman menggunakan media pasir dapat menurunkan kadar COD pada lindi, dimana reaktor yang mengalami efisiensi terbesar adalah reaktor dengan jumlah rumput teki sebanyak 8 koloni pada hari ke-12 yakni 72,69% untuk COD dan 75,69% untuk BOD. Hal ini disebabkan Cyperus rotundus telah tumbuh dan menyebar secara baik karena telah dilakukan aklimatisasi yang cukup. 11 Tabel 3. Hasil Uji One Way Anova Fosfat df F Sig. Between 3 1.588.224 selisih fosfat Within 20 Total 23 Dari tabel 3. diketahui nilai p-value = 0,224 (>0,05) maka Ha ditolak, Ho diterima. Sehingga tidak ada perbedaan rata-rata penurunan kadar fosfat limbah cair laundry pengolahan constructed wetlands tipe Subsurface Flow System tanaman Cyperus rotundus dengan variasi waktu tinggal. Penurunan kandungan BOD, COD, fosfat (PO 4 ) dan deterjen membuktikan bahwa terjadi proses fisika, kimia dan biologi yang disebabkan oleh adanya interaksi antara tanaman, substrat dan mikroorganisme. Proses-proses tersebut terjadi karena tanaman berperan penting karena memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai media tumbuh 447

mikroorganisme dan juga menyediakan kebutuhan oksigen bagi akar dan daerah perkaran dengan proses fotosintesa, yang digunakan untuk pertanaman biologis bagi mikroorganisme yang berada di zona akar, dalam hal ini tanaman memiliki kemampuan memompa udara melalui sistem akar. Selain itu tanaman juga menjadi komponen penting dalam proses transformasi nutrient yang berlangsung secara fisik dan kimia mendukung proses pengendapan terhadap partikel tersuspensi. Terjadinya kematian pada akar disertai dengan pelepasan bahan organik yang mendukung terjadinya proses denitrifikasi dan proses filtrasi bahan solid. 12 Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova COD df F Sig. Between 3 15.211.000 selisih COD Within 20 Total 23 Dari tabel 4. diketahui nilai p-value = 0,001 (<0,05) maka Ha diterima, Ho ditolak. Sehingga ada perbedaan ratarata penurunan kadar COD limbah cair laundry pengolahan constructed wetlands tipe Subsurface Flow System tanaman Cyperus rotundus dengan variasi waktu tinggal. Dalam metode constructed wetlands penurunan COD diakibatkan karena adanya kerjasama antara tanaman dengan mikroorganisme yang terdapat disekitar akar tanamam, yang biasanya disebut dengan mikroorganisme rhizosfera. Oksigen yang berasal dari hasil fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan materi organik, sedangkan hasil dari penguraian materi organik tersebut diserap oleh tanaman, 448 demikian seterusnya siklus penguraian materi organik dan penyerapan unsur hara berputar. Melalui siklus simbiosis ini akan berdampak terhadap penurunan pencemaran dalam air limbah. 13 KESIMPULAN DAN SARAN Constructed wetlands tipe Subsurface Flow System menggunakan tanaman Cyperus rotundus dengan waktu tinggal 2 hari menurunkan kadar fosfat dan COD dengan rata-rata 7,27 mg/l dan 332 mg/l. Pada waktu tinggal 4 hari menurunkan kadar fosfat dan COD dengan rata-rata 12,36 mg/l dan 652,33 mg/l. Waktu tinggal 6 hari menurunkan kadar fosfat dan COD dengan rata-rata 7,57 mg/l dan 224,33 mg/l. Sedangkan pada waktu tinggal 8 hari menurunkan kadar fosfat dan COD dengan rata-rata 7,44 mg/l dan 322,5 mg/l. Tidak ada perbedaan rata-rata penurunan kadar fosfat limbah cair laundry pengolahan constructed wetlands tipe Subsurface Flow System tanaman Cyperus rotundus dengan variasi waktu tinggal. Sedangkan terdapat perbedaan rata-rata penurunan kadar COD limbah cair laundry pengolahan constructed wetlands tipe Subsurface Flow System tanaman Cyperus rotundus dengan variasi waktu tinggal. Penurunan kadar fosfat dan COD paling tinggi pada constructed wetlands tipe Subsurfce Flow System menggunakan tanaman Cyperus rotundus adalah dengan waktu tinggal 4 hari. Bagi pengusaha laundry disarankan untuk melakukan pengolahan terhadap air limbah sebelum dibuang ke badan air agar tidak menyebabkan pencemaran. Salah satunya dengan memanfaatkan tanaman Cyperus rotundus. Selain itu, diperlukan juga adanya kajian ulang mengenai penerapan constructed wetlands pada skala lapangan. Sedangkan saran bagi peneliti perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan

variasi berat tanaman dan jumlah tanaman sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Sabli, T.E. Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Medium Tanah dalam Sistem Lahan Basah. Universitas Diponegoro, Semarang; 2002. 2. Sugiharto. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI Press; 1987. 3. Rahmawati, I.D. Penurunan Kandungan Phospat Pada Limbah Cair Industri Pencucian Pakaian (Laundry) Menggunakan Karbon Aktif Dari Sampah Plastik Dengan Metode Batch Dan Kontinyu. Universitas Diponegoro, Semarang; 2008. 4. Ahmad JHE-D. Design of a Modified Low Cost Treatment System for the Recycling and Reuse of Laundry Waste Water. 2008; 52 (7) : 973 8. 5. Paytan, A; McLaughin K. Phosporus in Our Waters. Oceanography. 2007; 20 (2) : 200 8. 6. Nugroho, S. Y. Penurunan Kadar COD dan TSS pada Limbah Industri Pencucian Pakaian (Laundry) dengan Teknologi Biofilm Menggunakan Media Filter Serat Plastik dan Tembikar dengan Susunan Random. Universitas Diponegoro, Semarang; 2014. 7. Meutia, A. A. ASS. Wetlands Restoration: Constructeed Wetlands in General Consideration. Bogor: International Indonesia Programme, Netherlands Committee for IUCN; 2006. 8. Supradata. Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan ( SSF-Wetlands ). Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang; 2005. 9. Moenandir, J. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma-Buku 1). Jakarta: Citra Niaga Rajawali Press; 1993 10. Maria, E. Penyisihan Limbah Fosfat, BOD dan COD dari Detrejen Air Buangan Cucian dengan Fitoremediasi pada Wetland Artifisial. Yogyakarta; 2015. 11. Amalia, D. R. Pengaruh Jumlah Koloni Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) pada Media Tanah TPA terhadap Penurunan Konsentrasi BOD dan COD dalam Lindi (Studi Kasus TPA Jatibarang- Semarang). Semarang; 2014. 12. Prasetyaningtyas, D. Evaluasi Kinerja Sistem Subsurface Flow Constructed Wetland pada IPAL Domestik Tlogo 13. Khiatuddin, Sumber Mas, Malang. Daya Surabaya; M. Air Melestarikan 2003. Teknologi Yogyakarta: University; 2003. Rawa Gajah Dengan Buatan. Mada 449