HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

dokumen-dokumen yang mirip
MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL DOKUMENTASI FORENSIK

MODUL-1 LUKA / TRAUMA

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

PEMERIKSAAN ORGAN DALAM

MODUL-1 LUKA / TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka

Abdul Gafar Parinduri Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam / FK UMSU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Prosedur Pemeriksaan Medis dan Pengumpulan Bukti Medis Kekerasan pada Perempuan. Seminar dan Workshop Penanganan Kekerasan SeksualTerhadap Perempuan

POLA LUKA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI BLU RSU PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

A. FORMAT LAPORAN DAN TANDA BUKTI TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS TANDA BUKTI LAPOR. Berdasarkan Laporan Polisi Nomor: LP /.. / /. /. 1. Nama :...

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNGPINANG NOMOR: 308/PID.B/2015/PN.TPG TENTANG KELALALAIAN YANG MENYEBABKAN LUKA BERAT

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK

Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. jalan yang cukup serius, menurut data dari Mabes Polri pada tahun 2008

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

PANDUAN MAHASISWA CLINICAL SKILL LAB (CSL) SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P U T U S A N. Nomor : 78/PID/2013/PT. BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA,

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN

P U T U S A N. Nomor 170/Pid/2015/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Geometri Serat Kertas

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997).

PANDUAN MAHASISWA CLINICAL SKILL LAB (CSL)

Nomor : 128/Pid.Sus/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL TRAUMA ABDOMEN DI BANGSAL IMC RSU ISLAM KUSTATI

VISUM ET REPERTUM. 1. Definisi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1. mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni

P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl.Lahir : 21 tahun / 25 November 1991.

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM

Disampaikan oleh: Nuryadin Eko Raharjo, M.Pd HP:

CEDERA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA MANADO

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Masalah lalu lintas melalui darat, laut, dan udara

JENIS KEKERASAN DAN POLA LUKA PADA KORBAN MATI KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH

PENGADILAN TINGGI MEDAN

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM

Kata kunci : Pola luka kecelakaan lalu lintas, DOA, rawat meninggal

DISKUSI TOPIK SEXUAL AB USE K E L O M P O K 1

KELENGKAPAN ADMINISTRASI STAF MEDIS KEDOKTERAN FORENSIK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG MENGHADAPI AKREDITASI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

Jessica R. Labora Erwin G. Kristanto James F. Siwu

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu

Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Forensik Dan Medikolegal Kelas A Ruang Kuliah LT. 5 Semester Akhir Tahun Ajaran 2016/2017

P U T U S A N NO : 19/PID.A/2013/PT.MDN.-

RUPTUR TENDO ACHILLES

BAB III DESKRIPSI PEMBUNUHAN ANAK CACAT MENTAL OLEH AYAH KANDUNG DALAM PUTUSAN NOMOR 223/PID.B/2016/PN.MJK

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Antropometri

HUBUNGAN KADAR LEMAK TUBUH DENGAN PERUBAHAN WARNA MEMAR YANG DILIHAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FOTOGRAFI FORENSIK

BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Forensik Dan Medikolegal Kelas B Ruang Kuliah GA. 310 Semester Akhir Tahun Ajaran 2016/2017

Pusat Hiperked dan KK

Transkripsi:

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL Laboratorium Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2012

Daftar Isi Sampul Handout Daftar Isi...1 Kata Pengantar...2 Pemeriksaan Luka (latar belakang teoritis)...3 Obyektif Pembelajaran...6 Strategi Pembelajaran...7 Sketsa Tubuh...8 Prosedur Pemeriksaan Luka...11 Evaluasi...15 Daftar Pustaka...

KATA PENGANTAR Setelah lulus kedokteran, dokter mungkin akan memeriksa seseorang yang telah terluka, terutama jika melibatkan korban. Kondisi luka mungkin sepele atau serius dan orang terluka mungkin masih hidup atau mati. Oleh karena itu, adalah paling penting bagi seorang dokter untuk memiliki kemampuan untuk melakukan identifikasi dan deskripsi luka, yang mungkin memiliki implikasi medikolegal yang serius pada tahap berikutnya. Karena itu, adalah penting bahwa berbagai jenis luka harus diteliti dengan benar dan diidentifikasi serta dijelaskan, dengan deskripsi lengkap yang dibuat dalam catatan dan foto-foto yang diambil pada saat pemeriksaan. Handout Keterampilan Klinis ini adalah di desain untuk mahasiswa kedokteran di Kedokteran Forensik dan Medikolegal Tujuan utama dari manual ini adalah supaya mahasiswa dapat menguasai keterampilan dalam menilai dan mendokumentasikan berbagai jenis luka dan kemudian melaporkannya dalam laporan Visum et Repertum. Kami ingin menghargai semua kontributor yang telah membantu dalam menyusun Pedoman Keterampilan Klinis ini. Makassar, 1 Oktober 2010 Koordinator Laboratorium Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

PEMERIKSAAN LUKA DALAM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL KLASIFIKASI LUKA Identifikasi dan deskripsi luka mungkin memiliki implikasi medikolegal yang serius pada tahap berikutnya, dan sering setelah beberapa waktu yang cukup telah berlalu sejak perlukaan tersebut berlaku. Oleh karena itu penting bahwa berbagai jenis luka dapat diidentifikasi dan dijelaskan dengan benar, dengan deskripsi lengkap yang dibuat dalam catatan yang diambil pada saat, atau segera setelah pemeriksaan ('catatan kontemporer'). Luka adalah istilah yang diberikan untuk kerusakan jaringan yang disebabkan oleh kekuatan mekanik (juga disebut cedera atau trauma). Ini termasuk luka akibat tusukan, trauma tumpul (ditinju, ditendang, dipukul dll), cekik, gigit, tembak, jatuh dari ketinggian, ditabrak oleh kendaraan, dan trauma ledakan dari bahan peledak. Deskripsi luka harus mencakup: - Sifat luka, yaitu apakah itu memar, abrasi atau laserasi dll. - Dimensi luka, misalnya panjang, lebar, kedalaman dll. Hal ini membantu untuk mengambil foto luka dengan indikasi dimensi (misalnya pita pengukur ditempatkan di samping luka), dan untuk pengukuran yang akan diambil dari luka seperti yang muncul pertama, dan kemudian dengan tepi luka ditarik bersama-sama (jika itu adalah laserasi dll). - Posisi luka dalam kaitannya dengan tanda anatomi yang tetap, misalnya jarak dari garis tengah, di bawah klavikula dll. - Ketinggian luka dari tumit (yaitu permukaan tanah) - ini sangat penting dalam kasus di mana pejalan kaki telah ditabral oleh kendaraan bermotor. Jenis-jenis utama luka yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk: - lecet - memar / kontusio - laserasi - luka gores - luka tusukan - fraktur - bekas gigitan

- luka pertahanan Lecet (abrasi) Sebuah abrasi adalah gundulan kulit yang disebabkan oleh gesekan. Sebuah luka dapat berupa dalam atau dangkal tergantung pada kekuatan dan kekasaran permukaan yang menyebabkan abrasi. Seseorang yang terseret di trotoar mungkin memiliki luka yang lebih dalam dan lebih kasar daripada orang yang terseret di karpet. Sesekali, arah daya dapat ditentukan. Jika salah satu ujung luka memiliki margin dengan kulit timbul, misalnya, daya berasal dari sisi berlawanan. Memar (kontusio) Memar adalah perubahan warna kulit yang disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan dari pembuluh darah yang pecah. Secara umum, semakin tua seseorang, semakin mudah pembuluh darah akan pecah. Tidak ada cara, namun, untuk menentukan dengan tepat berapa banyak daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan memar. Usia memar sulit untuk menentukan karena variabilitas besar reaksi tubuh terhadap trauma. Orang dengan kelainan darah dan penyakit hati dapat mengembangkan lebih kontusio parah daripada orang yang sehat.apabila terjadinya penyembuhan, luka memar berubah warna dari biru atau merah, merah-biru, hijau, coklat, dan akhirnya kuning. Perubahan warna ini, walaubagaimanapun, mungkin muncul tidak beraturan dan mungkin tumpang tindih. Tidak ada cara untuk mengetahui berapa lama setiap tahap warna akan berlangsung. Kadang-kadang luka memar baru-baru ini akan memiliki semburat coklat. Laserasi (Robek) Kulit robek dari trauma tumpul disebut laserasi. Banyak robekan terkait dengan kedua luka memar dan lecet. Sebagai contoh, sebuah pukulan ke kepala dengan palu dapat menyebabkan robeknya kulit kepala dengan lecet yang berdekatan. Jika darah keluar ke jaringan sekitarnya, kulit juga bisa memar. Laserasi harus dibedakan dari luka iris. Laserasi biasanya memiliki jembatan jaringan menghubungkan satu sisi luka yang lain. Luka iris dan insisi tidak memiliki jembatan jaringan karena benda tajam memotong luka bersih dari atas ke bawah luka. Kematian akibat trauma tumpul mungkin memiliki beberapa atau tidak ada tanda-tanda eksternal atas trauma. Hal ini terjadi terutama pada pukulan fatal di abdomen.

Trauma tumpul di kepala Trauma tumpul ke kepala dan wajah dapat menghasilkan memar, luka, dan lecet. Namun, mungkin tidak ada tanda-tanda eksternal dari trauma kepala jika seseorang memiliki kepala yang penuh rambut. Luka eksternal yang jelas tidak diperlukan untuk menentukan kematian disebabkan oleh trauma kepala. Kadang-kadang, senjata meninggalkan karakteristik pattern identifikasi pada kulit kepala. Sayangnya, ini adalah pengecualian daripada aturan. Tanda Battle - perubahan warna kebiruan pada kulit belakang telinga yang terjadi dari darah bocor di bawah kepala setelah patah tulang tengkorak. Perdarahan kacamata (mata rakun) - perubahan warna dari jaringan di sekitar mata biasanya karena fraktur tulang tengkorak. Para perdarahan ini mungkin melibatkan satu atau kedua mata dan dapat keliru ditafsirkan bahwa orang yg meninggal telah melanda sekitar wajah dan mata. Ketika seseorang menerima pukulan signifikan ke kepala akan ada perdarahan di bawah kepala bahkan dengan tidak ada luka eksternal. Tergantung pada jumlah daya, mungkin terjadi patah tulang tengkorak. Ada berbagai jenis patah tulang tengkorak, namun jenis tertentu tidak sepenting mengenali pola seperti fraktur sirkular disebabkan oleh palu.

OBYEKTIF PEMBELAJARAN Obyektif General Setelah melakukan keterampilan dalam manual ini, mahasiswa diharapkan mampu menguasai keterampilan dala, menilai dan mendokumentasikan berbagai jenis luka dan kemudian melaporkannya dalam laporan Visum et Repertum. Obyektif Spesifik Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan dalam manual ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan: 1. Pengamatan yang tepat dan keterampilan identifikasi 2. Menggambar lokasi luka sehubungan dengan penanda anatomi manusia dengan benar. 3. Mendokumentasikan / membuat catatan tentang karakteristik dan lokasi luka untuk rekonstruksi lebih lanjut. 4. Identifikasi yang benar obyek / senjata yang menyebabkan cedera menggunakan karakteristik luka. 5. Laporan tepat pada penilaian hasil

STRATEGI PEMBELAJARAN Instrumen dan Peralatan: - Manual CSL untuk luka - Handscoen / sarung tangan bedah - Standart pengukuran / Penguasa - Pita bedah - Status Pasien (sketsa tubuh), ballpoint - Audio-visual / Kamera Digital Metode Pembelajaran: 1. Demonstrasi mengikut manual 2. Diskusi 3. Partisipasi aktif (simulasi) 4. Evaluasi menggunakan check list

Sketsa Tubuh

Prosedur Pemeriksaan Luka untuk KORBAN HIDUP No Aktivitas 1 Periksa semua administrasi dan peralatan yang dibutuhkan: a. Surat permohonan pemeriksaan eksternal(spv) b. Informed consent yang telah ditandatangani c. Sketsa tubuh d. Label tubuh (besar dan kecil) e. Label Material (besar dan kecil) f. Pena g. Kamera digital h. Handscoen (sarung tangan) i. Pengukuran standart 2 Tuliskan informasi yang diperlukan dari surat permohonan pemeriksaan eksternal (SPV) untuk label tubuh dan sketsa tubuh: a. Nomor permintaan polisi b. Nama Korban / usia c. Nomor register kasus d. Nama pemeriksa e. Penguji nomor ID f. Tanggal pemeriksaan g. Waktu pemeriksaan 3 Kenakan sarung tangan bedah (handscoen) 4 Mendokumentasikan tubuh dengan cara fotografi I. Whole body mendokumentasikan kerusakan dan tidak adanya kerusakan - Diambil dengan berdiri (jika mungkin) korban di depan latar belakang layar biru dengan label besar tubuh yang melekat pada standart pengukuran di samping korban. - Foto mengandung seluruh tubuh dari kepala sampai kaki ([a] depan dan [b] kembali) - Kamera diposisikan sejajar dengan korban pada pusat gravitasi II. Regional mendokumentasikan kerusakan dengan jaringan sekitarnya - Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 50 cm dari tubuh - Gambar berisi penanda tubuh anatomi, tempat tujuan, label tubuh kecil dan standart pengukuran III. Close Up mendokumentasikan kerusakan - Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 25 cm dari tubuh - Gambar berisi tempat tujuan, label tubuh kecil dan standart pengukuran

5 Mendokumentasikan bahan bukti (baju robek, tempat darah, dll) - Keluarkan bahan bukti pada permukaan putih - Mengambil gambar seri semua material tersebut Seluruh material (label bahan besar, pengukuran standart) [a] depan [b] kembali Tempat tujuan (label bahan kecil, pengukuran standart) 6 Melokalisir luka (menentukan daerah anatomi dan menentukan kerusakan-luka pengukuran-luka absis dan ordinat) dan kemudian menggambar semua luka pada sketsa tubuh 7 Jelaskan luka dan menuliskannya pada grafik tubuh I. Jumlah luka II. Jenis luka III. Lokasi (wilayah anatomi) IV. Pengukuran luka (panjang dan lebar) V. Lokasi (absis and ordinat) VI. Karakteristik luka Batas Luka: bentuk luka, luka perbatasan - bahkan atau bergerigi, ujung luka - runcing atau tumpul Luas dalam batas luka: lereng interior - bahkan atau bergerigi, jenis jaringan, jaringan bridging, basis od luka Wilayah di sekitar perbatasan luka: memar, bekuan darah, jelaga, tattoage; dll

Prosedur Pemeriksaan Luka untuk KORBAN MATI No Aktivitas 1 Periksa semua administrasi dan peralatan yang dibutuhkan: a. Surat permohonan pemeriksaan / otopsi eksternal (SPV) b. Informed Consent yang telah ditandatangani(tidak wajib) c. Sketsa tubuh d. Label tubuh (besar dan kecil) e. Label Material (besar dan kecil) f. Pena g. Kamera digital h. Handscoen (sarung tangan) i. standar pengukuran 2 Tuliskan informasi yang diperlukan dari surat permohonan pemeriksaan eksternal (SPV) untuk label tubuh dan sketsa tubuh: a. Nomor permintaan polisi b. Nama Korban / usia c. Nomor register kasus d. nama pemeriksa e. Penguji nomor ID f. Tanggal pemeriksaan g. Waktu pemeriksaan 3 Kenakan handscoen 4 Mendokumentasikan tubuh dengan cara fotografi I. Whole body mendokumentasikan kerusakan dan tidak adanya kerusakan - Diambil dengan korban berbaring dengan label besar tubuh yang melekat pada standar pengukuran samping / pada korban. - Picture mengandung seluruh tubuh dari kepala sampai kaki ([a] depan dan [b] kembali) - Kamera diposisikan sejajar dengan korban pusat gravitasi, tegak lurus terhadap tubuh II. Regional mendokumentasikan kerusakan dengan jaringan sekitarnya - Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 50 cm dari tubuh - Gambar berisi penanda anatomi tubuh, tempat tujuan, label tubuh kecil dan standar pengukuran III. Close Up mendokumentasikan kerusakan - Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 25 cm dari tubuh - Gambar berisi tempat tujuan, label tubuh kecil dan standar pengukuran

5 Mendokumentasikan bahan bukti (baju robek, tempat darah, dll) - Meletakkan keluar bahan bukti pada permukaan putih - Mengambil gambar serial materi Bahan Material (label bahan besar, standar pengukuran) [a] depan [b] kembali Tempat tujuan (label bahan kecil, standar pengukuran) 6 Melokalisir luka (menentukan daerah anatomi dan menentukan kerusakan-luka pengukuran-luka absis dan ordinat) dan kemudian menggambarkannya pada grafik tubuh 7 Jelaskan luka dan menuliskannya pada grafik tubuh I. Jumlah luka II. Jenis luka III. Lokasi (wilayah anatomi) IV. Pengukuran luka (panjang dan lebar) V. Lokasi (absis and ordinat) VI. Karakteristik luka: Batas Luka: bentuk luka, luka perbatasan - bahkan atau bergerigi, ujung luka - runcing atau tumpul Luas dalam batas luka: lereng interior - bahkan atau bergerigi, jenis jaringan, jaringan bridging, basis od luka Wilayah di sekitar perbatasan luka: memar, bekuan darah, jelaga, tattoage; dll

Check List Latihan Keteranpilan Klinik Forensik dan Medikolegal untuk Pemeriksaan Luka pada KORBAN HIDUP No Aktivitas 0 1 2 1 Periksa semua administrasi dan peralatan yang dibutuhkan: a. Surat permohonan pemeriksaan eksternal (SPV) b. Informed Consent yang telah ditandatangani c. Sketsa tubuh d. Label tubuh (besar dan kecil) e. Label Material (besar dan kecil) f. pena g. kamera digital h. Handscoen (sarung tangan) i. pengukuran standart 2 Tuliskan informasi yang diperlukan dari surat permohonan pemeriksaan eksternal (SPV) untuk label tubuh dan sketsa tubuh: a. Nomor permintaan polisi b. Nama Korban / usia c. Nomor register kasus d. Nama pemeriksa e. Penguji nomor ID f. Tanggal pemeriksaan g. Waktu pemeriksaan 3 Kenakan handscoen 4 Mendokumentasikan tubuh dengan cara fotografi I. Whole body mendokumentasikan kerusakan dan tidak adanya kerusakan - Diambil dengan korban berdiri (jika mungkin) di depan layar biru dengan label besar tubuh melekat pada standart pengukuran di samping korban. - Foto mengandung seluruh tubuh dari kepala sampai kaki ([a] depan dan [b] kembali) Kamera diposisikan sejajar dengan korban pusat gravitasi II. Regional mendokumentasikan kerusakan dengan jaringan sekitarnya - Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 50 cm dari tubuh - Gambar berisi penanda tubuh anatomi, tempat tujuan, label tubuh kecil dan pengukuran standar III. Close Up mendokumentasikan kerusakan - Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 50 cm dari tubuh

- Gambar berisi penanda tubuh anatomi, tempat tujuan, label tubuh kecil dan pengukuran standar 5 Mendokumentasikan bahan bukti (baju robek, tempat darah, dll) - Meletakkan keluar bahan bukti pada permukaan putih - Mengambil gambar serial materi Bahan material (label bahan besar, pengukuran standart) [a] depan [b] kembali Tempat tujuan (label bahan kecil, pengukuran standart) 6 Melokalisir luka (menentukan daerah anatomi dan menentukan kerusakan-luka pengukuran-luka absis dan ordinat) dan kemudian menggambarkannya pada sketsa tubuh 7 Jelaskan luka dan menuliskannya pada sketsa tubuh I. Jumlah luka II. III. IV. Jenis luka Lokasi (wilayah anatomi) Pengukuran luka (panjang dan lebar) V. Lokasi (absis and ordinat) VI. TOTAL Karakteristik luka Batas Luka: bentuk luka, luka perbatasan - bahkan atau bergerigi, ujung luka - runcing atau tumpul Luas dalam batas luka: lereng interior - bahkan atau bergerigi, jenis jaringan, jaringan bridging, basis od luka Wilayah di sekitar perbatasan luka: memar, bekuan darah, jelaga, tattoage; dll 0: tidak dilakukan 1: dilakukan tetapi tidak lengkap / sempurna 2: sempurna dilakukan

Check List Latihan Keterampilan Klinik Forensik dan Medikolegal untuk Pemeriksaan Luka pada KORBAN MATI No Aktivitas 0 1 2 1 Periksa semua administrasi dan peralatan yang dibutuhkan: a. Surat permohonan pemeriksaan / otopsi eksternal (SPV) b. Informed Consent yang telah ditandatangani(tidak wajib) c. Sketsa tubuh d. Label tubuh (besar dan kecil) e. Label Material (besar dan kecil) f. pena g. kamera digital h. Handscoen (sarung tangan) i. standar pengukuran 2 Tuliskan informasi dari surat permohonan pemeriksaan eksternal / otopsi (SPV) untuk label tubuh dan sketsa tubuh: a. Nomor permintaan polisi b. Nama Korban / usia c. Nomor register kasus d. Nama pemeriksa e. Penguji nomor ID f. Tanggal pemeriksaan g. Waktu pemeriksaan 3 Kenakan handscoen 4 Mendokumentasikan tubuh dengan cara fotografi I. Whole body mendokumentasikan kerusakan dan tidak adanya kerusakan - Diambil dengan korban berbaring dengan label besar tubuh yang melekat pada standar pengukuran di samping korban. - Foto mengandung seluruh tubuh dari kepala sampai kaki ([a] depan dan [b] kembali) - Kamera diposisikan sejajar dengan korban pusat gravitasi, tegak lurus terhadap tubuh II. Regional mendokumentasikan kerusakan dengan jaringan sekitarnya - Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 50 cm dari tubuh - Gambar berisi penanda tubuh anatomi, tempat tujuan, label tubuh kecil dan pengukuran standard III. Close Up mendokumentasikan kerusakan - Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus

setidaknya 25 cm dari tubuh - Gambar berisi tempat tujuan, label tubuh kecil dan standar pengukuran 5 Mendokumentasikan bahan bukti (baju robek, tempat darah, dll) - Meletakkan keluar bahan bukti pada permukaan putih - Mengambil gambar serial materi Bahan Material (label bahan besar, standar pengukuran) [a] depan [b] kembali Tempat tujuan (label bahan kecil, standar pengukuran) 6 Melokalisir luka (menentukan daerah anatomi dan menentukan kerusakan-luka pengukuran-luka absis dan ordinat) dan kemudian menggambarkannya pada sketsa tubuh 7 Jelaskan luka dan menuliskannya pada grafik tubuh I. Jumlah luka II. III. IV. Jenis luka Lokasi (wilayah anatomi) Pengukuran luka (panjang dan lebar) V. Lokasi (absis and ordinat) VI. TOTAL Karakteristik luka: Batas Luka: bentuk luka, luka perbatasan - bahkan atau bergerigi, ujung luka - runcing atau tumpul Luas dalam batas luka: lereng interior - bahkan atau bergerigi, jenis jaringan, jaringan bridging, basis od luka Wilayah di sekitar perbatasan luka: memar, bekuan darah, jelaga, tattoage; dll 0: tidak dilakukan 1: dilakukan tetapi tidak lengkap / sempurna 2: sempurna dilakukan

Daftar Pustaka Dorland s Ilustrated Medical Dictionary E-Book 32nd edition. Elsevier Health Science. 2011. Dolinak D, Evan et al. Forensic Pathology Principle and Practice. Elsevier Academic Press. London. 2005 Skhrum, Micheal J, David A Ramasay et al. Forensic Pathologic of Trauma: Common Problem for the Pathologist. Human Press. New Jersey. 2007