BAB 2 TINJAUN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan patogenesisnya, Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008) membedakan kelainan kongenital sebagai berikut:

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

11/18/2008. Beberapa Tipe Penyakit Jantung Bawaan pada Anak. Katup-katup Jantung Terbuka

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit kardiovaskular yang terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

Nurcholid Umam Kurniawan

Bunyi Jantung I (BJ I)

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada pola penyakit. Beberapa penyakit non-infeksi, termasuk penyakit

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Nurcholid Umam Kurniawan

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktural jantung atau pembuluh

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

PENYAKIT KATUP JANTUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat mengatasi lagi. Operasi jantung digunakan untuk menangani penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

Gambar 1. Anatomi jantung normal (A) dan jantung dengan ASD (B)

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA JANTUNG BAWAAN

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran

Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh : BETTY ARNITASARI NABABAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Defek Sekat Ventrikel (Ventricular Septal Defect/VSD) merupakan kelainan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan

HASIL PENELITIAN PROFIL PASIEN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN Oleh: ANGGIA ANGGRAENI

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Gangguan Sistem Konduksi Jantung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1 Insidens

PENGARUH PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN NON SIANOTIK TERHADAP PERCEPATAN PERTUMBUHAN ANAK

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

PEMERIKSAAN JANTUNG. PERSIAPAN: 1. Stetoskop

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya

Editor : Yayan Akhyar Israr. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung

Dr RISTA D.SOETIKNO SpRad (K).Mkes

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1921 dilakukan studi pertama dengan melakukan transplantasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

STENOSIS AORTA. MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan kardiovaskuler Anak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TANDA GEJALA DAN PROSES TERJADINYA GANGGUAN KARDIOVASKULER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN EKOKARDIOGRAFI DALAM PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN PENILAIAN SEVERITAS STENOSIS MITRAL. Basuki Rahmat Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

DR dr Sri Endah Rahayuningsih SpAK

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG. Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

ECHO-GUIDED HEMODYNAMIC INTERVENTION. April Retno Susilo RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karsinoid, sistemik lupus erimatosus, reumatoid artritis, mukopolisakaridosis dan

Transposisi arteri besar (TAB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan jantung (aorta dan arteri pulmonalis) saling tertukar posisi. 1,2 Pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

STENOSIS MITRALIS. DEF; tidak membukanya katup mitral secara sempurna saat diastolik akibat perubahan struktur katup blok aliran darah

MENILAI DAN MEMPREDIKSI ADANYA KELAINAN (JANTUNG BAWAAN) PADA JANIN DALAM KANDUNGAN DENGAN ANALYSIS TEKNOLOGY. Muaningsih NPM: Abstrak

dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik dan sianotik yang masing masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda. (Webb, 2011). 2.2 Epidemiologi Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8 10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya telah memberikan gejala pada minggu minggu pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi bahkan pada usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi. Pada beberapa jenis PJB tertentu sangat diperlukan pengenalan dan diagnosis dini agar segera dapat diberikan pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat pelayanan kardiologi anak yang adekwat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang pertama kali berhadapan dengan pasien (PERKI, 2000). Penelitian di Taiwan menunjukkan prevalensi yang sedikit berbeda, yaitu sekitar 13,08 dari 1000 kelahiran hidup, dimana sekitar 12,05 pada bayi berjenis kelamin laki-laki dan 14,21 pada bayi perempuan. Penyakit Jantung Bawaan yang paling sering ditemukan adalah Ventricular Septal Defect (Wu, 2009).

Bayi baru lahir yang dipelajari di Indonesia adalah 3069 orang, 55,7% laki laki dan 44,3% perempuan, 28 (9,1 per 1000) bayi mempunyai PJB. Patent Ductus Arteriosus (PDA) ditemukan pada 12 orang bayi (42,9%), 6 diantaranya bayi prematur. Ventricular Septal Defect (VSD) ditemukan pada 8 bayi (28,6%), Atrial Septal Defct (ASD) pada 3 bayi (19,7%), Complete Atrio Ventricular Septal Defect (CAVSD) pada 3,6% bayi, dan kelainan katup jantung pada bayi yang mempunyai Penyakit Jantung Sianotik (10,7%), satu bayi Transposition of Great Arteries (TGA), dua lain dengan kelainan jantung kompleks sindrom sianotik. Ditemukan satu bayi dengan Sindrom Down dengan ASD, dengan ibu pengidap diabetes. Atrial fibrillation ditemukan di satu orang bayi. Dari 28 bayi dengan PJB, 4 mati (14,3%) selama 5 hari pengamatan. Data menunjukkan ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali resiko bayi dengan PJB. Merokok secara signifikan sebagai faktor resiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor resiko lain secara statistik tidak berhubungan (Harimurti, 1996). 2.3 Etiologi & Faktor Resiko Penyebab Penyakit Jantung Bawaan berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya PJB belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian PJB misalnya (Colleen, 2011) :- - Prenatal (riwayat kehamilan sebelumnya / umur ibu) - Genetik keluarga - Pendidikan orang tua - Suku - Lingkungan - Jenis kelamin bayi - Berat badan lahir, lingkar kepala dan panjang bayi

2.4 Klasifikasi 2.4.1 PJB Non Sianotik Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru (Roebiono, 2003). Kelompok dengan pirau kiri ke kanan adalah sebagai berikut : 1) Atrial Septal Defect (ASD) Artial Septal Defect (ASD) adalah anomali jantung kongenital yang ditandai dengan defek pada septum atrium akibat gagal fusi antara ostium sekundum, ostium primum dan bantalan endokardial. ASD dapat terjadi di bagian manapun dari septum atrium, tergantung dari struktur septum atrium yang gagal berkembang secara normal. (Bernstein, 2007). Karena pada awalnya tidak ditemukan simptom yang jelas pada pemeriksaan fisik, ASD bisa sulit dideteksi sehingga bertahun tahun. Kelainan yang kecil dengan penyimpangan yang minimal (ratio aliran pulmonal ke sistemik kurang dari 1,5) biasanya tidak menunjukkan simptom dan tidak memerlukan penutupan. Bila aliran darah pulmonal 1,5 kali lebih dari aliran sistemik, ASD perlu ditutup secara pembedahan untuk mengelakkan dari terjadinya disfungsi ventrikel kanan dan hipertensi pulmonal irreversibel. Simptom dari ASD yang besar meliputi disapnea dengan ekskresi, disritmia supra ventrikular, gagal jantung kanan, emboli paradosikal dan infeksi pulmonal berulang. Agen profilaksis terhadap endokarditis infektif adalah tidak disarankan pada pasien

dengan ASD melainkan terdapat kelainan valvular (mitral valve prolapse atau mitral valve cleft) (Marelli, 2011). 2) Ventricular Septal Defect (VSD) Ventricular Septal Defect (VSD) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan antara rongga ventrikel (Ramaswamy, et al. 20090. Defek ini dapat terlekat dimanapun pada sekat ventrikel, baik tunggal atau banyak, serta ukuran dan bentuk dapat bervariasi (Fyler, 1996). Pasien dengan defek ventrikular cacat mungkin tidak ada simptom. Namun, jika lubang besar, bayi sering memiliki gejala yang berhubungan dengan gagal jantung. Gejala yang paling umum meliputi: - Disapnea - Takipnea - Pucat - Takikardi - Berkeringat - Infeksi system repiratori Kesan signifikan fisiologi VSD tergantung kepada ukuran defek dan resisten relative dalam sirkulasi sistemik dan pulmonari. Jika defeknya besar, tekanan sistolik ventrikel akan menyamakan dan magnitud sirkulasi sistemik dan paru ditentukan oleh resisten relatif vaskular diantara dua sirkulasi ini (Webb, 2011). Murmur pada VSD sedang adalah holo-sistolik dan paling kuat kedengaran pada bagian bawah kiri batas sternum. EKG dan foto dada tetap normal pada VSD yang kecil. Bila VSD menjadi besar didapatkan bukti pembesaran atrium kiri dan ventrikel pada EKG. Jika hipertensi pulmonal terjadi, axis QRS berpindah ke kanan dan atrium kanan dan ventrikel membesar ditemukan pada EKG (Webb, 2011).

3) Patent Ductus Arteriosus (PDA) Patent Ductus Arteriosus (PDA) disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Jika duktus tetap terbuka setelah penurunan resistesi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri pulmonalis (Bernstein, 2007). Rata rata pasien dengan PDA adalah asimptomatik dan hanya sedikit dengan penyimpangan fisik rutin dimana karakteristik murmur sistolik dan diastolik berterusan kedengaran. Jika penyimpangan kiri ke kanan adalah besar, akan ada bukti hipertrofi ventrikel pada EKG dan radiografi dada. Jika hipertensi pulmonal terjadi, ventrikel kanan akan membesar. Kewujudan PDA meningkatkan resiko infeksi endocarditis. Ligasi pembedahan PDA berkaitan dengan kadar kematian yang rendah dan tidak memungkinkan untuk memerlukan bypass kardiopulmonal. Tanpa penutupan, kebanyakkan pasien tetap asimtomatik sehingga dewasa apabila hipertensi pulmonal dan gagal jantung kongestif terjadi. Apabila hipertensi pulmonal berat berlaku, penutupan adalah dikontra indikasikan (Webb, 2011). Kelompok tanpa pirau meliputi: 4) Stenosis Aorta (SA) Stenosis Aorta (SA) merupakan penyempitan aorta yang dapat terjadi pada tingkat subvalvular, valvular atau supravalvular. Kelainan mungkin tidak terdiagnosis pada masa anak anak karena katup berfungsi normal, hanya saja akan ditemukan bising sistolik yang lunak di daerah aorta dan baru diketahui pada masa dewasa sehingga terkadang sulit dibedakan apakah stenosis aorta tersebut merupakan Penyakit Jantung Bawaan atau didapat (Soeroso dan Sastrosoebroto, 1994).

Terdapat tiga gejala umum yang terkait dengan stenosis aorta yang biasanya terjadi adalah dispnea dan gagal jantung. Dispnea terjadi karena disfungsi diastolik dengan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri selama latihan, dan ketidakmampuan ventrikel kiri untuk meningkatkan output jantung karena aliran katup aorta kaku menghalangi. Gagal jantung terjadi lambat dan biasanya hanya pada pasien yang belum menerima perawatan medis. Seterusnya adalah pusing dan sinkop. Sinkop terjadi hasil dari ketidakmampuan untuk meningkatkan output jantung karena penyumbatan katup dan latihan vasodilatasi diinduksi. Terakhir adalah angina. Dada terasa tidak nyaman akibat iskemia miokard transien (Bonow, 2006). 5) Stenosis Pulmonal (SP) Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, baik dalam tubuh ventrikel kanan, pada katup pulmonalis, atau dalam arteri pulmonalis, diuraikan sebagai Stenosis Pulmonalis (Carabello, 2011). Gejala gejala SP mungkin menyerupai kondisi medis lain atau masalah jantung. Berikut adalah gejala yang paling umum dari SP. - Takikardi - Takipnea - Sesak napas - Kelelahan/kelemahan - Ektremitas pucat - Kardiomegali - Kongesti paru Pasien stenosis pulmonal biasanya asimtomatik, kecuali keluhan cepat capek karena curah jantung berkurang. Apabila SP cukup berat, disertai dengan defek septum atrium dan defek septum ventrikel, maka kelainan seperti itu dapat

memberikan gejala sianosis yang signifikan, yang disebabkan oleh terjadinya pirau aliran darah dari kanan ke kiri (Marelli, 2011). Pada SP yang sangat berat apa lagi disertai pirau dari kanan ke kiri, vaskularisasi paru bisa tampak oligemik. Hanya konus pulmonal tampak sangat menonjol, yang disebabkan oleh dilatasi pasca stenotik. Kadang kadang beberapa kelainan memberikan gejala yang mirip dengan SP, seperti straight back syndrome, dilatasi idiopatik arteri pulmonal dan sebagainya (Carabello, 2011). 6) Koarktasio Aorta (KoA) Koarktasio Aorta (KoA) adalah suatu obstruksi pada aorta desendens yang terletak hampir selalu pada insersinya duktus arteriosus (Flyer, 1996). Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul pada saat bayi, tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah. Gejalanya berupa : - Pusing - Pingsan - Kram tungkai pada saat melakukan aktivitas - Tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas) - Kaki atau tungkai teraba dingin - Perdarahan hidung - Sakit kepala berdenyut Pada usia beberapa hari sampai 2 minggu, setelah duktus arteriosus menutup, beberapa bayi mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan pernapasan yang berat, bayi tampak sangat pucat dan pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan asam di dalam darah (asidosis metabolic) (Fraser, 2007).

2.4.2 PJB Sianotik Sesuai dengan namanya manifestasi klinis yang selalu terdapat pada pasien dengan PJB sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah warna kebiruan pada mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya > 5 mg/dl hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi. Deteksi terdapatnya sianosis antara lain tergantung kepala kadar hemoglobin (Prasodo, 1994). 1) Tetralogi Fallot (TF) Tetralogi Fallot (TF) merupakan kombinasi 4 komponen, yaitu Defek Septum Ventrikel (DSV), over-riding aorta, Stenosis Pulmonalis (SP) serta hipertrofi ventrikel kanan. Komponen paling penting untuk menentukan derajat beratnya penyakit adalah SP yang bersifat progresif (Prasodo, 1994). Kebanyakkan pasien dengan tetralogi fallot mempunyai sianosis dari saat lahir atau bermula pada tahun pertama kelahiran. Penemuan askultasi didapatkan ejeksi murmur yang kedengaran sepanjang border sterna kiri yang dihasilkan dari aliran darah melalui katup pulmonal yang stenosis. Gagal jantung jarang terbentuk karena DSV besar membolehkan keseimbangan tekanan intraventrikuler dan kerja jantung. Radiografi dada menunjukkan tanda penurunan vaskularisasi paru dan jantung berbentuk seperti sepatu dengan apex terbalik kearah atas dan segmen arteri pulmonal berbentuk concave. EKG menunjukkan perubahan dalam deviasi axis kanan dan hipertrofi ventrikuler kanan. Desaturasi oksigen arterial muncul walau dalam 100% oksigen (PO2 sering kurang dari 50 mmhg). Eritropeosis kompensasi adalah proposional kepada magnitud hipoksemia arterial. PA CO2 dan ph arterial seringkali normal. Menjongkok adalah posisi yang paling sering didapatkan pada anak dengan TF. Ini adalah karena dengan menjongkok ia akan meningkatkan resistensi vaskular sistemik dengan cara menekan arteri di kawasan inguinal. Ini menyebabkan peningkatan resistensi vascular sistemik dan menurunkan magnitud penyimpangan kanan ke kiri yang mana mengarahkan ke peningkatan aliran darah pulmonal dan perbaikkan oksigenasi (Webb, 2011).

2) Transposisi Arteri Besar (TAB) Transposisi Arteri Besar (TAB) ditandai dengan aorta yang secara morfologi muncul dari ventrikel kanan dan aretri pulmonalis, muncul dari ventrikel kiri (Webb, 2011). Gejala gejala dapat berupa sianosis, penurunan toleransi olahraga, dan gangguan pertumbuhan fisik, mirip dengan gejala pada TF walaupun begitu, jantung tampak membesar (Bernstein, 2007). Sianosis biasanya terjadi segera setelah lahir dan dapat memburuk secara progresif. Gejala gagal jantung kongestif mulai tampak dalam 2 6 minggu. (Emmanouilides, et al. 1998). 2.5 Diagnosis Diagnosis penyakit jantung bawaan ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan. Pemeriksaan penunjang dasar yang penting untuk penyakit jantung bawaan adalah foto rontgen dada, elektrokardiografi dan pemeriksaan lab rutin. Pemeriksaan lanjutan mencakup ekokardiografi dan kateterisasi jantung. Kombinasi ke dua pemeriksaan lanjutan tersebut untuk visualisasi dan konfirmasi morfologi dan pato anatomi masing masing jenis penyakit jantung bawaan memungkinkan ketepatan diagnosis mendekati seratus persen. Kemajuan teknologi di bidang diagnostik kardiovaskular dalam dekade terakhir menyebabkan pergeseran persentase angka kejadian beberapa jenis penyakit jantung bawaan tertentu. Hal ini tampak jelas pada defek septum atrium dan transposisi arteri besar yang makin sering dideteksi lebih awal (Pediatri, 2000). Makin canggihnya alat ekokardiografi yang dilengkapi dengan Doppler berwarna, pemeriksaan tersebut dapat mengambil alih sebagian peran pemeriksaan kateterisasi dan angiokardiografi. Hal ini sangat dirasakan manfaatnya untuk bayi dengan PJB kompleks, yang sukar ditegakkan diagnosisnya hanya berdasarkan pemeriksaan dasar rutin dan sulitnya

pemeriksaan kateterisasi jantung pada bayi. Ekokardiografi dapat pula dipakai sebagai pemandu pada tindakan septostomi balon transeptal pada transposisi arteri besar. Di samping lebih murah, ekokardiografi mempunyai keunggulan lainnya yaitu mudah dikerjakan, tidak menyakitkan, akurat dan pasien terhindar dari pajanan sinar X. Bahkan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas pemeriksaan ekokardiografi, foto toraks sebagai pemeriksaan rutin pun mulai ditinggalkan. Namun demikian apabila di tangan seorang ahli tidak semua pertanyaan dapat dijawab dengan menggunakan sarana ini, pada keadaan demikian angiografi radionuklir dapat membantu. Pemeriksaan ini disamping untuk menilai secara akurat fungsi ventrikel kanan dan kiri, juga untuk menilai derasnya pirau kiri ke kanan. Pemeriksaan ini lebih murah daripada kateterisasi jantung, dan juga kurang traumatis (Pediatri, 2000). Tingginya akurasi pemeriksaan ekokardiografi, membuat pemeriksaan kateterisasi pada tahun 1980 menurun drastik. Sarana diagnostik lain terus berkembang, misalnya digital substraction angiocardiography, akokardiografi transesofageal, dan ekokardiografi intravascular. Sarana diagnostik utama yang baru adalah magnetic resonance imaging, dengan dilengkapi modus cine sarana pemeriksaan ini akan merupakan andalan di masa mendatang (Pediatri, 2000). 2.6 Penatalaksanaan Pada pasien PJB, dapat terjadi berbagai kelainan, baik pada otot jantung, paru, atau keduanya, yang apabila tidak dikoreksi kelainan yang terjadi dapat bersifat ireversibel. Karena itu, sebaiknya pasien PJB diperiksa secara menyeluruh dan dilakukan penatalaksanaan berupa pembedahan atau operasi pascabedah pada saat yang tepat. Terdapat 2 unsur yang diharapkan dalam tindakan pembedahan pada kasus PJB, yaitu tindakan bedah dengan risiko mortalitas yang rendah serta peningkatan harapan hidup layaknya orang normal lainnya. Bedah jantung merupakan bagian integral dalam pelayanan kardiologi anak. Kemajuan bedah jantung berlangsung sangat pesat dalam 2 dasawarsa terakhir. Perkembangan teknologi dalam mendeteksi kelainan jantung pada bayi baru lahir memudahkan

dalam aspek pembedahan jantung itu sendiri. Kemajuan teknologi dalam mendeteksi adanya kelainan jantung pada anak telah bergeser hingga ke arah neonatus (Rachmat, 1994).