FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

dokumen-dokumen yang mirip
1) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan 2) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Peran Varietas Tahan dalam Menurunkan Populasi Wereng Coklat Biotipe 4 pada Tanaman Padi

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

HASIL DAN PEMBAHASAN

DINAMIKA WERENG COKLAT TANAMAN PADI DI WILAYAH INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI KETAHANAN GALUR-GALUR PADI TERHADAP PENYAKIT TUNGRO DI DAERAH ENDEMIK ABSTRAK PENDAHULUAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Resurjensi Wereng Batang Padi Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) (Hemiptera: Delphacidae) Setelah Aplikasi Insektisida Abamektin dan Deltametrin

III. METODE PENELITIAN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN

INTERAKSI POPULASI WERENG BATANG COKELAT

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

PENGKAJIAN INTENSIFIKASI PADI SAWAH IRIGASI MENDUKUNG IP PADI 400 DI SULAWESI SELATAN. Arafah, dkk. Ringkasan

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

III. BAHANDAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK BIJI MIMBA TERHADAP PENEKANAN SERANGAN WERENG BATANG PADI COKLAT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT. Keywords: BPMC insecticide, Natural enemy, Suren, Planthopper ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R

Karakterisasi Wereng Batang Coklat Populasi Lapang dengan Varietas Diferensial

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PADA EMPAT VARIETAS TANAMAN PADI

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

Claudya Siktiani Eva Gunawan, Gatot Mudjiono, Ludji Pantja Astuti

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

LAPORAN PENELITIAN. PENGUJIAN TINGKAT RESISTENSI IMIDAKLOPRID DAN BUPROFREZIN TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens) DI SUBANG

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN. Ir. Abdul Fattah, MP, dkk. Ringkasan

TAKSASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT OPT DESA LAMPOKO, KECAMATAN BALUSU, KABUPATEN BARRU, MT.2012

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

PERKEMBANGAN POPULASI WERENG HIJAU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SERANGAN WERENG BATANG COKLAT PADA PADI VARIETAS UNGGUL BARU LAHAN SAWAH IRIGASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

(HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

CICADELIDAE) DI KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

HASIL DAN PEMBAHASAN

DOMINASI HAMA PENYAKIT UTAMA PADA USAHATANI PADI DI JAWA TIMUR

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TERHADAP WERENG BATANG COKLAT NILAPARVATA LUGEN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

EXISTENCE OF BROWN PLANTHOPPER S NATURAL ENEMIES ON SOME RICE VARIETIES USING DIFFERENT CULTIVATION TECHNIQUES

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

PENINGKATAN SINERGITAS PENELITIAN ANTAR LEMBAGA Nur Amin 1 Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UNHAS

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

Transkripsi:

FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Fenomena resurjensi penggunaan insektisida berbahan aktif imidokloprid 350SC pada hama wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) yang dicobakan pada pengujian di Laboratorium, Loka Penelitian Penyakit Tungro, Lanrang Sidrap, Sulawesi Selatan yang dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Nopember 2007. menunjukkan bahwa insektisida Imidokloprid pada semua dosis tidak menimbulkan gejala resurjensi pada wereng coklat pada generasi pertama, kedua dan ketiga di laboratorium. Sedangkan pada pengujian efikasi dan resurjensi wereng coklat (nilaparvata lugens stal.) dan wereng punggung putih (sogotella furcifera horvath) oleh insektisida imidokloprid 350SC pada tanaman padi sawah menunjukkan bahwa insektisida Imidokloprid dosis 112,5 ml/ha dan 150 ml/ha tidak menimbulkan gejala resurjensi dan gejala kecenderungan resurjensi wereng coklat, dan wereng punggung putih, dengan wk-wp berkisar -99 sampai -825 untuk wereng coklat dan -63 sampai -437 untuk wereng punggung putih. Aplikasi insektisida imidokloprid semua dosis, tidak memperlihatkan pengaruh negatif terhadap musuh alami laba-laba Lycosa pseudoannula, Cythorinus lipidipennis dan Paederus tamulus. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa insektisida imidokloprid semua dosis tidak menimbulkan gejala fitotoksisitas pada tanaman padi. Kata kunci : Resurjensi, insektisida Imidokloprid, wereng coklat, laboratorium. PENDAHULUAN Sampai saat ini wereng coklat masih dianggap sebagai hama utama pada tanaman padi. Hama tersebut dapat mengakibatkan kerusakan langsung pada tanaman padi dengan cara mengisap cairan tanaman sehingga tanaman akan mengalami hopperburn. Lebih dari setengah juta ha tanaman padi dari tahun 1976-1987 telah terserang oleh hama ini dengan tingkat serangan yang cukup berat. Kehilangan hasil yang diakibatkan ditaksir setara dengan 350.000 ton beras (Ruchiyat dan Sukmaraganda, 1992). Hama wereng coklat mempunyai potensi untuk mengalami peledakan populasi sewaktu-waktu diakibatkan oleh banyaknya petani yang menanam varietas rentan terhadap serangga hama wereng coklat. Di samping itu serangga wereng coklat mempunyai kemampuan melakukan adaptasi yang cukup tinggi terhadap varietas-varietas yang di introduksikan. Di Sulawesi Selatan misalnya, proses adaptasi serangga dapat dipetahankan dengan melakukan pola pergiliran varietas berdasarkan tetua tahan.upayaupaya pengendalian wereng coklat telah banyak dilakukan, salah satunya dengan menggunakan varietas tahan (Syamsuddin, 2002). Pengendalian lain yang banyak digunakan yaitu dengan menggunakan insektisida. Agar supaya insektisida dapat digunakan oleh petani, maka perlu diteliti terlebih dahulu mengenai apakah tidak menimbulkan efek resurjensi. Efek resurjensi dari insektisida yang paling banyak diketahui pada tanaman padi adalah wereng coklat 383

Beberapa jenis insektisida antara lain Deltametrin dan Fentoat telah menimbulkan resurjensi terhadap wereng coklat (Bhudhasaman et al., 1992, Baco dan Yasin, 1983; Yasin dan Baco, 1996). Berdasarkan hal tersebut dan berbagai pertimbangan lainnya maka melalui Inpres No. 3, 1996 sebanyak 57 jenis insektisida dilarang digunakan pada tanaman padi. Kriteria suatu insektisida untuk dapat digunakan harus efektif terhadap hama sasaran dan aman terhadap lingkungan, seperti tidak menimbulkan resurjensi hama bukan sasaran atau tidak mempengaruhi musuh alami. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengujian lapangan efikasi dan resurjensi wereng coklat, Nilaparvata lugens Stal. dan wereng punggung putih Sogotella furcifera Horvath. oleh insektisida Imidokloprid 350 SC pada tanaman padi. ASPEK RESUGENSI YANG TERLIHAT DILAPANGAN Pengujian resurjensi wereng coklat (Nilaparvata lugens) akibat Insektisida Imidokloprid 350SC Hasil pengamatan terhadap perkembangan wereng coklat di laboratorium menunjukkan bahwa padat populasi generasi pertama pada pot yang diaplikasi insektisida imidokloprid dan insektisida pembanding confidor 5 WP dosis 400 g/ha lebih rendah dibandingkan padat populasi pada pot kontrol. Padat populasi pada pot yang diaplikasi insektisida imidokloprid dan insektisida pembanding confidor 5 WP berkisar 1680 ekor sampai 1819 ekor sedangkan pada pot kontrol mencapai 2105 ekor (Tabel 1). Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa perlakuan insektisida imidokloprid dosis 150 ml/ha sangat efektif mengendalikan wereng coklat. Pada perlakuan tersebut hanya mempunyai padat populasi 1680 ekor sedangkan pada kontrol mencapai 2105 ekor. Pada generasi kedua terlihat bahwa adanya kecenderungan penurunan populasi pada semua pot perlakuan baik pada pot yang diperlakukan insektisida imidokloprid 350 SC semua dosis maupun pada pot kontrol. Pada generasi kedua tampak juga bahwa perlakuan insektisida imidokloprid semua dosis tidak menimbulkan gejala resurjensi, hal ini terlihat dari padat populasi pada pot yang diaplikasi imidokloprid 350 SC semua dosis lebih rendah dan berbeda nyata pada taraf 10% dan 20% uji LSD. Keadaan populasi ini cenderung sama dengan keadaan populasi pada generasi ketiga. Tabel 1. Padat populasi wereng coklat generasi 1, 2, dan 3 pada pengujian resurjensi akibat insektisida imidokloprid 350SC, Sidrap, MT. 2007. Perlakuan Dosis Pengamatan ml/g/ha G1 G2 G3 Imidokloprid 37,5 1790b 1713a 1935a Imidokloprid 75 1744b 1640a 1580b Imidokloprid 112,5 1803b 1628b 1524b Imidokloprid 150 1680b 1583b 1420b Confidor 5 WP 400 1819b 1610b 1486b Kontrol - 2105a 1733a 1960a KK (%) - 6,10 5,10 6,40 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 10% uji LSD G1 = Generasi pertama wereng coklat G2 = Generasi kedua wereng coklat G3 = Generasi ketiga wereng coklat Sumber : Yasin dan Masmawati (2007a) 384

Tabel 2. Perubahan populasi wereng coklat (wp-wk) akibat perlakuan Imidokloprid 350SC terhadap wereng coklat, N. lugens generasi 1, 2 dan 3 padapengujian laboratorium, Lolit Tungro, Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan MT. 2007. Perlakuan Dosis Pengamatan Resurjensi ml/g/ha G1 G2 G3 LSD 10 LSD 20 Imidokloprid 37,5-310 - 20-25 TR TCR Imidokloprid 75-361 - 93-380 TR TCR Imidokloprid 112,5-302 -105-436 TR TCR Imidokloprid 150-402 -150-540 TR TCR Confidor 5 WP 400-286 -123-474 TR TCR Kontrol - - - - - - P = 0,10-95,32 29,76 91,67 - - P = 0,20-73,28 22,88 70,48 - - G1 = Generasi pertama G2 = Generasi kedua G3 = Generasi ketiga wk = Populasi wereng coklat pada pot perlakuan wp = Populasi wereng coklat pada pot kontrol TR = Tidak resurjensi TCR = Tidak cenderung resurjensi Sumber : Yasin dan Masmawati (2007a) Pada Tabel 2 terlihat perbedaan populasi antara populasi wereng coklat pada perlakuan insektisida Imidokloprid dengan populasi pada kontrol. Berdsarkan analisis diketahui bahwa pada generasi I, terlihat bahwa wereng coklat pada pot yang mendapat perlakuan Imidokloprid lebih rendah dibandingkan populasi wereng coklat pada kontrol. Perbedaan populasi yaitu berkisar - 286 sampai -402 dengan selisih tertinggi pada perlakuan insektisida Imidokloprid dosis 150 ml/ha. Pada generasi II terlihat juga bahwa perbedaan (selisih) antara populasi wereng coklat pada perlakuan insektisida Imidokloprid dengan kontrol, selisih tertinggi yaitu pada perlakuan Imidokloprid 150 ml/ha. Hal ini tidak berbeda nyata dengan keadaan populasi wereng coklat pada generasi ke II. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat diketahui bahwa insektisida Imidokloprid semua dosis tidak menimbulkan gejala kecenderungan resurjensi apalagi resurjensi. Dijelaskan bahwa apabila wp-wk > P = 0,10 berarti terjadi resurjensi dan apabila wp-wk > P = 0,20 tetapi < P = 0,10 berarti cenderung terjadi resurjensi. Pengujian Efikasi Dan Resurjensi Wereng Coklat (Nilaparvata Lugens Stal.) Dan Wereng Punggung Putih EFIKASI Wereng Coklat Pengamatan pendahuluan dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) menunjukkan bahwa telah ditemukan hama wereng coklat dan punggung putih pada petak pengujian. Aplikasi pertama insektisida Imidokloprid dilakukan 2 minggu setelah hama sasaran ditemukan, dan aplikasi insektisida I pada pengujian ini dilakukan pada 3 MST. Sebelum aplikasi pertama dilakukan pengamatan pendahuluan yang dilaksanakan pada 2 MST. Hasil pengamatan sebelum aplikasi pertama (2 MST) terlihat bahwa populasi hama wereng coklat mencapai 193 ekor/70 rumpun dan telah merata pada semua 385

petak pengujian. Pada pengamatan 3 MST terlihat bahwa pada petak kontrol terjadi peningkatan populasi akan tetapi pada petak-petak yang mendapat perlakuan insektisida Imidokloprid tidak terjadi peningkatan populasi, hal ini juga terjadi pada 4 MST. Pada pengamatan 5 MST terjadi peningkatan pada petak-petak yang diaplikasi insektisida dosis rendah, akan tetapi pada perlakuan Imidokloprid dengan dosis 112,5 ml/ha dan 150 ml/ha tidak terjadi peningkatan populasi wereng coklat. Keadaan populasi wereng coklat cenderung menurun pada perlakuan Imidokloprid dosisi 112,5 ml/ha dan 150 ml/ha saat tanaman berumur 6 MST, 7 MST sampai menjelang panen, sedangkan keadaan populasi pada petak kontrol terus meningkat dan mencapai puncaknya pada pengamatan 7 MST, dimana kepadatan populasi mencapai 958 ekor/70 rumpun (Tabel 3). Berdasarkan hasil pengamatan populasi wereng coklat mulai dari 1 MST sampai 12 MST terlihat bahwa penggunaan insektisida Imidokloprid dosis 112,5 ml/ha dan 150 ml/ha efektif mengendalikan wereng coklat. Wereng Punggung Putih Hasil pengamatan wereng punggung putih terlihat bahwa pada pengamatan 2 MST populasi wereng punggung putih mencapai 170 ekor/70 rumpun dan merata pada semua petak-petak penelitian. Aplikasi pertama insektisida dilakukan pada 3 MST. Hasil pengamatan setelah aplikasi pertama insektisida terlihat bahwa padat populasi wereng punggung putih pada petak yang diaplikasi Imidokloprid dosis 112,5 ml/ha dan 150 ml/ha yaitu 54 ekor/70 rumpun dan 129 ml/70 rumpun. Populasi ini jauh lebih rendah dibanding populasi pada petak kontrol yang mencapai 294 ekor/70 rumpun (Tabel 4). Pada pengamatan 4 MST juga terlihat bahwa populasi pada petak kontrol cukup tinggi yaitu mencapai 452 ekor/70 rumpun sedangkan pada petak yang diaplikasi Imidokloprid dosis 150 ml/ha hanya 151 ekor/70 rumpun. Keadaan populasi yang sama terjadi pada pengamatan-pengamatan selanjutnya sampai menjelang panen. RESURJENSI Wereng Coklat Pada Tabel 5 terlihat bahwa pada 3 MST, populasi wereng coklat pada petak yang mendapat perlakuan Imidokloprid semua dosis lebih rendah dibandingkan kontrol, hal ini menunjukkan bahwa insektisida tersebut tidak menimbulkan gejala resurjensi, bahkan dari data tersebut insektisida Imidokloprid efektif mengendalikan wereng coklat. Pada pengamatan 4 MST terlihat bahwa populasi pada kontrol jauh lebih tinggi dibandingkan populasi pada petak yang diperlakukan insektisida Imidokloprid semua dosis dan juga terlihat bahwa petak yang mendapat perlakuan Imidokloprid dosis 150 ml/ha, populasi wereng coklat lebih rendah dari perlakuan lain. Keadaan populasi wereng coklat pada pengamatan populasi 4 MST yaitu petak yang mendapat perlakuan Imidokloprid selalu lebih rendah dibandingkan kontrol. Dikatakan potensi suatu insektisida yang diuji menimbulkan resurjensi apabila terjadi populasi wereng coklat pada petak yang mendapat aplikasi insektisida lebih tinggi dari petak kontrol. Pada Tabel 6 terlihat perubahan populasi wereng coklat. Pada 3 MST diketahui selisih antara perlakuan Imidokloprid 359 SC dengan kontrol berkisar -139 sampai -173. Pada 4 MST nilai selisih antara perlakuan Imidokloprid kontrol mencapai -216. Dan keadaan populasi ini cenderung sama sampai menjelang panen (12 MST). Berdasarkan hasil tesebut maka dapat disimpulkan bahwa insektisida Imidokloprid 350 SC tidak menimbulkan gejala resurjensi dan kecenderungan resurjensi. 386

Wereng Punggung Putih Pada saat 3 MST, atau setelah aplikasi I insektisida terlihat pengaruh perlakuan insektisida Imidokloprid terhadap wereng punggung putih. Dari semua dosis insektisida Imidokloprid yang diuji tidak ada yang memperlihatkan kecenderungan resurjensi apalagi gejala resurjensi. Populasi wereng punggung putih pada petak yang diaplikasi insektisida Imidokloprid dosis 150 ml/ha berkisar 129 ekor/70 rumpun, sedangkan pada kontrol mencapai 294 ekor/70 rumpun, hal yang sama juga terjadi pada pengamatan 4 MST, 5 MST, 6 MST sampai 12 MST (Tabel 7) yaitu padat populasi pada petak yang diaplikasi insektisida Imidokloprid semua dosis lebih rendah dan berbeda nyata dengan padat populasi wereng punggung putih pada petak kontrol. Pada pengujian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa insektisida Imidokloprid 350 SC tidak menimbulkan gejala resurjensi. Suatu insektisida dikatakan menimbulkan gejala resurjensi apabila suatu insektisida yang diuji menimbulkan gejala perubahan populasi yang lebih tinggi setelah mendapat perlakuan insektisida. Pada Tabel 8 terlihat perbedaan populasi antara petak yang diaplikasi insektisida Imidokloprid dengan petak kontrol. Selisih perbedaan antara petak kontrol dengan petak yang mendapat perlakuan Imidokloprid yang mencapai -185 pada 3 MST. Pada 4 MST terdapat selisih sampai -301. Dan hal ini terjadi sampai pengamatan 12 MST. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diartikan bahwa insektisida Imidokloprid semua dosis tidak menimbulkan gejala resurjensi dan gejala kecenderungan resurjensi. 387

Tabel 3. Padat populasi wereng coklat/70 rumpun pada pengujian efikasi dan resurjensi wereng coklat Nilaparvata lugens Stal.dan wereng punggung putih Sogotella furcifera Harvath oleh insektisida Imidokloprid pada tanaman padi, Pinrang, Sulsel, MT. 2007. Perlakuan Dosis Pengamatan (MST) formulasi ml/g/ha 2 3* 4 5* 6 7* 8 9* 10 11 12 Imidokloprid 37,5 193tn 194b 198b 235b 487b 577b 467b 272b 210b 173b 159b Imidokloprid 75 190 192b 195b 225b 378b 366c 183c 167c 192c 165b 155b Imidokloprid 112,5 189 186b 180bc 210bc 106c 154d 140c 158c 149d 155d 131e Imidokloprid 150 192 160c 158d 157d 100c 133e 120e 90e 130d 96d 104d Confidor 5 WP 400 190 180b 170c 190c 110c 153d 138d 136d 136d 126c 131c Kontrol - 185 333a 374a 334a 627a 958a 884a 634a 460a 323a 309a KK (%) 5,90 6,70 6,30 9,20 17,6 0 12,5 0 13,6 0 13,1 0 19,20 6,10 5,10 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda Duncan taraf 5%. MST = Minggu setelah tanam tn = tidak nyata = Aplikasi Sumber : Yasin dan A.Rugaya (2007b) 388

Tabel 4. Padat populasi wereng punggung putih/70 rumpun pada pengujian efikasi dan resurjensi wereng coklat Nilaparvata lugens Stal. dan wereng punggung putih Sogotella furcifera Harvath oleh insektisida Imidokloprid pada tanaman padi, Pinrang, Sulsel, MT. 2007. Perlakuan Dosis formulas i ml/g/ha Pengamatan (MST) 2 3* 4 5* 6 7* 8 9* 10 11 12 Imidokloprid 37,5 156tn 161b 389b 475b 326b 163b 151b 143b 117b 113b 98b Imidokloprid 75 164 158b 181c 217c 225c 148b 117c 134b 108b 103b 100b Imidokloprid 112,5 160 154b 173c 183cd 186cd 134b 107c 127bc 105b 108b 99b Imidokloprid 150 158 129b 151c 131d 138d 120b 84c 118c 92b 90b 68c Confidor 5 WP 400 170 134b 158c 213c 159d 136b 96c 122bc 95b 97b 85b Kontrol - 166 294a 452a 568a 491a 298a 279a 270a 300a 264a 270a KK (%) 9,60 14,80 20,30 17,00 15,50 5,20 18,30 6,0 16,3 0 17,80 12,70 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda Duncan taraf 5%. MST = Minggu setelah tanam tn = tidak berbeda nyata * = Aplikasi Sumber : Yasin dan A.Rugaya (2007b) 389

Tabel 5. Padat populasi wereng coklat/70 rumpun pada pengujian efikasi dan resurjensi wereng coklat Nilaparvata lugens Stal. dan wereng punggung putih Sogotella furcifera Harvath oleh insektisida Imidokloprid pada tanaman padi, Pinrang, Sulsel, MT. 2007. Dosis Pengamatan (MST) Perlakuan formulasi ml/g/ha 3* 4 5* 6 7* 8 9* 10 11 12 Imidokloprid 37,5 194b 198b 235b 487b 577b 467b 272b 210b 173b 159b Imidokloprid 75 192b 195b 225b 378b 366c 183c 167c 192c 165b 155b Imidokloprid 112,5 186b 180b 210b 106c 154d 140d 158d 149b 155b 131c Imidokloprid 150 160b 158d 157d 100c 133e 120e 90f 130d 96c 104d Confidor 5 WP 400 180b 170c 190b 110c 153d 138d 136e 136d 126b 131c Kontrol - 333a 374a 334a 627a 958a 884a 634a 460a 323a 309a KK (%) 5,90 6,70 6,30 9,20 17,60 12,0 13,60 13,10 6,10 5,10 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata taraf 10% uji LSD. MST = Minggu setelah tanam * = Aplikasi Sumber : Yasin dan A.Rugaya (2007b) 390

Tabel 6. Perubahan populasi wereng coklat (wk-wp) pada pengujian efikasi dan resurjensi wereng coklat Nilaparvata lugens Stal. dan wereng punggung putih Sogotella furcifera Harvath oleh insektisida Imidokloprid pada tanaman padi, Pinrang, Sulsel, MT. 2007. Perlakuan Pengamatan (MST) Resurjensi 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 LSD LSD 20 10 Imidokloprid -139-176 -99-140 -381-417 -362-250 -150-150 TR TCR Imidokloprid -141-179 -109-249 -592-701 -465-264 -158-154 TR TCR Imidokloprid -147-194 -124-521 -804-744 -476-311 -168-178 TR TCR Imidokloprid -173-216 -177-521 -825-764 -544-330 -227-205 TR TCR Confidor 5 WP -153-204 -144-517 -805-746 -498-324 -197-178 TR TCR Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - P=0,10 10,22 10,66 16,77 39,22 7,07 8,53 5,96 32,97 8,96 7,24 - - P=0,20 7,85 8,20 13,00 30,16 5,44 6,56 4,60 25,36 689 5,57 - - P = 0,10 dan P = 0,20 uji LSD MST = Minggu setelah tanam TR = Tidak resurjensi TCR = Tidak cenderung resurjensi Sumber : Yasin dan A.Rugaya (2007b) 391

Tabel 7. Padat populasi wereng punggung putih/70 rumpun pada pengujian efikasi dan resurjensi wereng coklat Nilaparvata lugens Stal. dan wereng punggung putih Sogotella furcifera Harvath oleh insektisida Imidokloprid pada tanaman padi, Pinrang, Sulsel, MT. 2007. Dosis Pengamatan (MST) Perlakuan formulasi ml/g/ha 2 3* 4 5* 6 7* 8 9* 10 11 12 Imidokloprid 37,5 156tn 161b 389b 475b 326b 163b 151b 143b 117b 113b 98b Imidokloprid 75 164 158c 181c 217c 225c 148b 117c 134b 108b 103b 100b Imidokloprid 112,5 160 154b 173c 183c 186d 134b 107c 127b 105b 108b 99b Imidokloprid 150 158 129b 151c 131d 138e 120d 84d 118b 92b 90b 68b Confidor 5 400 170 134b 158c 213c 159e 136b 96b 122b 95b 97b 85b WP Kontrol - 166 294a 452a 568a 491a 298a 279a 270a 300a 264a 270a KK (%) 8,30 12,40 16,10 18,00 10,20 14,00 13,20 14,70 17,20 16,10 10,30 MST = Minggu setelah tanam tn = tidak berbeda nyata pada taraf 10% uji LSD. * = Aplikasi Sumber : Yasin dan A.Rugaya (2007b) 392

Tabel 8. Perubahan populasi wereng punggung putih/70 rumpun pada pengujian efikasi dan resurjensi wereng coklat Nilaparvata lugens Stal. dan wereng punggung putih Sogotella furcifera Harvath oleh insektisida Imidokloprid 350 SC pada tanaman padi, Pinrang, Sulsel, MT. 2007. Pengamatan (MST) Resurjensi Perlakuan 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 LSD 10 LSD 20 Imidokloprid 350-133 -63-95 -75-135 -128-127 -183-151 -172 TR TCR SC Imidokloprid 350 SC -136-271 -351-266 -150-162 -136-193 -161-170 TR TCR Imidokloprid 350-140 -279-385 -305-164 -172-143 -195-156 -171 TR TCR SC Imidokloprid 350-165 -301-437 -353-178 -195-152 -208-174 -202 TR TCR SC Confidor 5 WP -160-294 -355-332 -162-183 -148-205 -167-185 TR TCR Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - P=0,10 6,82 43,15 36,1 30,3 7,21 31,8 7,46 18,8 19,1 12,56 - - 4 4 0 4 P=0,20 5,27 33,19 27,7 8 23,38 5,54 24,4 9 5,74 14,4 6 14,8 2 9,67 - - P = 0,10 dan P = 0,20 uji LSD MST = Minggu setelah tanam TR = Tidak resurjensi TCR = Tidak cenderung resurjensi Sumber : Yasin dan A.Rugaya (2007b) 393

KESIMPULAN Insektisida Imidokloprid belum menimbulkan resurjensi pada wereng coklat sampai pada generasi ketiga. Insektisida Imidokloprid dosis 112,5 ml/ha dan 150 ml/ha efektif mengendalikan wereng coklat, punggung putih dan wereng hijau selama pengujian berlangsung. Insektisida Imidokloprid semua dosis tidak menimbulkan gejala resurjensi dan gejala kecenderungan resurjensi dengan nilai wp-wk bervariasi dari -99 sampai - 825 untuk wereng coklat dan -63 dampai -437 untuk wereng punggung putih. Hasil pengujian menunjukkan bahwa aplikasi insektisida Imidokloprid semua dosis tidak memperlihatkan pengaruh negatif terhadap musuh alami laba-laba Lycosa pseudoannulata, Cythorinus lipidepennis dan Paederus tamulus. Insektisida Imidokloprid semua dosis tidak menimbulkan gejala fitotoksisitas pada tanaman padi selama pengujian berlangsung. Produktivitas (t/ha) pada perlakuan Imidokloprid dosis 150 ml/ha mencapai 4,23 t/ha sedangkan pada kontrol hanya 0,85 t/ha. DAFTAR PUSTAKA Baco dan Yasin 1983. Biologi Wereng Coklat, Nilaparvata lugens Stal dan Wereng Punggung Putih Sogatella furcifera Horvath serta Intraksi antara Keduanya pada Tanaman Padi. Disertasi pada Fakultas Pascasarjana IPB. 150 pp. Baco, D dan M. Yasin. 1993. Pengaruh insektisida bensultaf terhadap wereng coklat Nilaparvata lugens Stal. dan musuh alaminya pada tanaman padi. Hasil Penelitian Padi No. 4. 1993. Balittan Maros. Budhasaman, P. Sitaposoru dan C. Showtip. Effect of foliar spray insecticides on brown plant hopper (BPH) resurqence in rice International Rice Research News Letter, No. 17 IRRI. Philippines pp. 2021. Ruchiyat dan Sukmaraganda, 1992. National Integrated Pest Management Indonesia, It s Success and Challangers. Proc. Conference on IPM in Asia Pacific Region Kuala Lumpur. Malaysia pp. 329-342. Syamsuddin, M. 2002. Bagaimana teknologi penelitian ketahanan varietas terhadap hama wereng coklat sepuluh tahun silam. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan tahun XV, PEI, PFI dan HPTI Cab. Makassar. Yasin, dan D. Baco. 1996. Efikasi dan resurjensi wereng coklat oleh insektisida Confidor 5 WP pada tanaman padi. Hasil Penelitian Hama dan penyakit Balittan Maros, Pp. 119-128. Yasin, M. dan A. Rugaya. 2003. Pengujian laboratorium insektisida Imidokloprid 50 SC terhadap Wereng Coklat Nilaparvata lugens pada Tanaman Padi.Laporan Hasil Pengujian Lapang Yasin, M dan Masmawati. 2007a. Pengujian Resurjensi Wereng Coklat (Nilaparvata Lugens Stal) Oleh Insektisida Imidokloprid 350sc (B.A: Imidokloprid 350 G/L) Di Laboratorium. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007 Yasin, M dan A. Rugaya. 2007b. Pengujian Efikasi Dan Resurjensi Wereng Coklat (Nilaparvata Lugens Stal.) Dan Wereng Punggung Putih (Sogotella Furcifera Horvath) Oleh Insektisida Imidokloprid 350 Sc (B.A:Imidokloprid 350 G/L) Pada Tanaman Padi Sawah. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007 394