BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN. Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti dan saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

c. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan d. Pendidikan : 1. SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SLTP 3. SLTA 4. PT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Limba B Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. melalui Sekretaris Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN LOW BACK PAIN DI POLI AKUPUNKTUR RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

LAMPIRAN 4 SKALA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN DAN PARTISIPAN. Kepada YTH: Bapak / Ibu Pasien Klinik Kitamura Pontianak Di Tempat

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) Bapak/Ibu diundang untuk berpartisipasi dalam studi hubungan dukungan

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum PKU

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fraktur around hip yang menjalani perawatan rutin.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

7. Penghasilan per bulan : a. < Rp b. > Rp PENGETAHUAN

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN BPJS DALAM HAL KEPUASAN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Responden dalam penelitian ini adalah pasien LBP yang sebagian besar berjenis kelamin wanita sebanyak 40 responden (57,1%). Menurut Andini (2015), bahwa prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Selain itu, wanita juga mengalami siklus menstruasi dan proses menopause yang dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2010), menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya LBP tergantung dari bagaimana cara menyikapi dan berperilaku sesuai dengan yang diharapkan untuk mengelola penyakitnya. Persentase kepatuhan pasien LBP untuk terapi akupunktur berdasarkan jenis kelamin tertinggi yaitu wanita dengan kategori patuh sebanyak 29 responden (58%). Salah satu faktor yang

mempengaruhi karena wanita memiliki banyak waktu luang untuk terapi dan wanita juga tidak bisa menahan rasa sakit yang dideritanya. b. Karakteristik responden berdasarkan umur Rata-rata umur responden yang sering mengalami LBP pada penelitian ini yaitu usia 50-59 tahun sebanyak 28 responden (40%). Seseorang yang berusia lebih dari 30 tahun akan mengalami degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP (Andini, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian Purwanto dkk (2012), dengan hasil uji statistik, didapatkan nilai p value (0,031) < (0,05), yang artinya menunjukkan ada hubungan antara umur dengan tingkat nyeri pasien LBP. Dalam penelitian ini umur responden yang sering datang untuk melakukan terapi yaitu usia 57 tahun sebanyak 5 responden. Hal ini dikarenakan banyak responden yang sudah pensiun sehingga mereka memiliki banyak waktu luang untuk datang ke rumah sakit ortopedi. c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Responden dalam penelitian ini sebagian besar merupakan tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 30 responden (42,9%) dan SMA 52

sebanyak 30 responden (42,9%). Menurut Sunaryo (2004), tidak ada perbedaan jumlah persentase antara pendidikan rendah dan tinggi dengan tingkat kepatuhan. Sedikitnya selisih pada persentase ini dikarenakan kepatuhan merupakan bentuk perilaku seseorang, sedangkan pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku. Pengetahuan tidak selalu sebanding dengan tingkat pendidikan, karena seseorang bisa tahu dengan mencari informasi baik melalui bertanya atau membaca. Hal ini sejalan dengan penelitian Purwanto dkk (2012), dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p-value (0,042) < (0,05), yang artinya menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat nyeri pasien LBP. Masa kerja dan aktivitas kerja yang tinggi dapat memicu timbulnya gejala LBP. Rata-rata pekerjaan responden adalah petugas kesehatan di RSO, pegawai negeri sipil dan wiraswasta. Ketiga pekerjaan tersebut memerlukan jam kerja yang tinggi sehingga dapat memicu timbulnya LBP. 2. Dukungan keluarga dan kepatuhan pasien LBP Dukungan keluarga meliputi dukungan emosional, penilaian, instrumental, informasi merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai (Ali, 2009). 53

a. Dukungan emosional Dari beberapa jenis dukungan keluarga dalam penelitian ini, sebagian besar responden mendapatkan dukungan emosional dalam bentuk mendukung untuk menjalani terapi akupunktur, dan mereka merasa nyaman berada didalam lingkungan keluarganya. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Mendapat dukungan keluarga dalam bentuk mendukung sehingga mereka patuh untuk menjalani terapi akupunktur. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional tertinggi dengan kategori baik sebanyak 47 responden (67,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memiliki dukungan keluarga diharapkan penderita LBP dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan dari suami atau istri akan menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri penderita (Agung, 2007). Dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada pasien akan mendorong pasien untuk dapat menjalani pengobatan secara teratur. Hal ini dikarenakan dukungan yang diberikan tersebut dijadikan sebagai energi penggerak bagi pasien dalam menjalankan suatu program terapi (Roslina, 2012). 54

b. Dukungan penilaian Dukungan penilaian yang biasa diterima pasien biasanya memberikan semangat, perhatian dan selalu mengingatkan penderita dengan jadwal terapi akupunktur secara teratur serta membantu dalam pengobatan. Semua pasien juga mengatakan memiliki semangat kembali untuk melakukan aktivitas sehari hari. Penderita akan melakukan pengobatan yang harus dijalani ketika keluarga memberikan perhatian. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan penilaian tertinggi dengan kategori baik sebanyak 48 responden (68,6%). Keadaan ini sudah cukup baik akan tetapi perlu ditingkatkan agar semua pasien mempunyai dukungan penilaian yang baik. Dukungan penilaian yang buruk salah satunya dapat dipengaruhi oleh kurangnya hak otonomi pasien dalam mengambil keputusan terkait pengobatannya karena pengambilan keputusan masih diatur oleh keluarga. Terpenuhinya dukungan ini berarti keluarga sudah menghargai usaha yang telah dilakukan pasien dalam menjaga kesehatannya. Selain itu, keluarga juga memberikan contoh yang baik untuk pasien dan memberikan kritik yang bersifat membangun sehingga pasien dapat termotivasi untuk lebih meningkatkan kesehatannya. Menurut Brunner dan Suddarth (2002), bahwa ketika tindakan seseorang mendapatkan pujian atau dorongan positif dari orang lain, maka orang tersebut cenderung akan mengulangi tindakan yang sama. Hasil penelitian ini 55

menunjukkan bahwa dukungan penilaian keluarga yang baik dapat memberikan dampak yang baik pula untuk kesembuhan penderita LBP dalam melakukan terapi akupunktur. c. Dukungan instrumental Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan instrumental tertinggi dengan kategori baik sebanyak 45 responden (64,3%). Dukungan instrumental dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang baik karena keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang dapat menimbulkan tingkat kesembuhan untuk penderita LBP. Dukungan instrumental yang biasa diterima oleh pasien LBP yaitu keluarga selalu menyediakan waktu, fasilitas, biaya dan makanan setiap kali terapi serta tingkat pengetahuan keluarga dengan cara selalu berperan aktif dalam setiap pengobatan dan selalu mendampingi penderita LBP untuk terapi akupunktur. d. Dukungan informasi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan informasi tertinggi dengan kategori baik sebanyak 41 responden (58,6%). Hal ini dapat dipengaruhi oleh intensitas keterpaparan keluarga dengan sumber-sumber dimana informasi itu dapat diperoleh seperti internet, koran, televisi, majalah, radio dan pengalaman tetangga. Jika keluarga jarang terpapar dengan sumber informasi diatas maka, keluarga hanya memperoleh sedikit informasi tentang kesehatan pasien. Selain itu, dengan memberikan informasi tentang akupunktur, 56

memberitahu perkembangan penderita, motivasi yang tinggi, nasihat dan saran untuk penderita LBP akan menimbulkan kepatuhan untuk melakukan terapi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pula hasil sebaliknya, dimana terdapat 29 responden (41,4%) memiliki dukungan informasi kategori buruk, dikarenakan motivasi dari keluarga yang rendah tapi patuh berobat. Hal ini dapat terjadi karena responden memiliki motivasi tinggi yang berasal dari dirinya sendiri sehingga menimbulkan kepatuhan berobat dan mengharapkan adanya kesembuhan dari perilaku patuh berobat yang mereka lakukan. e. Kepatuhan pasien LBP Dukungan keluarga mempunyai andil besar dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan adanya pengawasan dan pemberi dorongan kepada klien untuk memotivasi penderita agar patuh dalam berobat, memberi motivasi keberhasilan pengobatan serta mendapat perhatian dan kebutuhannya dapat dipenuhi oleh keluarga. Penderita dan keluarga menyadari akan pentingnya kepatuhan berobat dan keluarga diharapkan mampu mengurangi dan menekan kelalaian pengobatan karena keluarga dapat mengawasi penderita secara langsung dan kontinyu (Depkes, 2008). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan dengan kategori patuh sebanyak 50 responden (71,4%). Pasien dikatakan patuh yaitu pasien yang melakukan terapi akupunktur 57

minimal 6 kali kunjungan terapi sesuai dengan anjuran akupunktur terapis. Menurut Brunner dan Suddarth (2002), menyatakan bahwa kepatuhan yang buruk atau terapi yang tidak lengkap adalah faktor yang berperan terhadap resistensi individu. Dalam penelitian ini terdapat 20 responden (28,6%) dengan kategori tidak patuh dikarenakan kurangnya perhatian dari keluarga dimana sebagian dari mereka tidak tinggal bersama anggota keluarga lainnya, alasan pekerjaan, kurangnya pengetahuan keluarga dan responden tentang pengobatan LBP, serta kurangnya minat dari mereka untuk menjalani program pengobatan yang telah ditetapkan. Selain itu lamanya pengobatan yang harus mereka jalani sehingga menimbulkan ketidakpatuhan berobat. Hal ini sejalan dengan penelitian Roslina (2012), yang menyatakan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan terapi metadon merupakan variabel yang paling berhubungan (p-value = 0,001 ) dengan kepatuhan berobat ke Kinik PTRM Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Agung (2007) didapatkan perbedaan yang bermakna antara fungsi keluarga yang patuh dibanding dengan yang tidak patuh. 58

B. Analisis Bivariat Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien LBP Dalam Jadwal Terapi Akupunktur 1. Hubungan Antara Dukungan Emosional Dengan Kepatuhan Pasien LBP Berdasarkan hasil uji analisis statistik hubungan antara dukungan emosional dengan kepatuhan pasien LBP dengan nilai p-value = 0,001, PR = 41,5 dan 95%CI = 9,3-185,2 maka dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional keluarga yang buruk angka prevalensinya sebesar 41,5 kali responden menderita LBP dibandingkan dukungan emosional keluarga yang baik. Berdasarkan penelitian ini diperoleh nilai p-value (0,001) < 0,05 maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan pasien LBP dalam jadwal terapi akupunktur di rumah sakit ortopedi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien LBP yang mendapat dukungan emosional keluarga lebih patuh sebanyak 44 responden (93,6%) dalam menjalani terapi akupunktur minimal 6 kali kunjungan dalam 1 seri atau 12 kali kunjungan terapi dibandingkan pasien LBP yang tidak patuh sebanyak 17 responden (85%). Faktor lain yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien juga dikarenakan pelayanan rumah sakit yang terlalu lama di pendaftaran dan pasien yang akan dilakukan terapi akupunktur terkadang tidak sesuai dengan nomor antrian tetapi sesuai dengan cepat atau lambatnya dokumen rekam medis pasien tersebut sampai ke poli akupunktur sehingga dapat menimbulkan emosi pasien yang menyebabkan pasien jarang kembali lagi untuk terapi atau bahkan 59

beralih ke rumah sakit lain. Pelayanan cepat jika 10 menit dan tidak cepat jika > 10 menit (Depkes, 2006) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ain (2014), didapatkan hasil analisa data uji chi-square menunjukkan hasil p-value 0,001 yang berarti p-value < 0,05 yang artinya ada hubungan antara dukungan emosional dengan kepatuhan berobat penderita kusta di Puskesmas Jati Tahun 2012. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Nova (2003) didapatkan hasil 0,379 dengan p-value 0,001 sehingga ada hubungan antara kecepatan pelayanan pendaftaran dengan kualitas pelayanan. Dukungan emosional yang diperoleh responden yaitu kepercayaan, perhatian, mendengarkan atau didengarkan sehingga mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Sumber dukungan yang diperoleh responden ini berasal dari keluarga dan petugas kesehatan (Friedman, 2010). 2. Hubungan Antara Dukungan Penilaian Dengan Kepatuhan Pasien LBP Berdasarkan hasil uji analisis statistik hubungan antara dukungan penilaian dengan kepatuhan pasien LBP dengan nilai p-value = 0,001, PR = 103,5 dan 95%CI = 17,4-615,4 maka dapat disimpulkan bahwa dukungan penilaian keluarga yang buruk angka prevalensinya sebesar 103,5 kali responden menderita LBP dibandingkan dukungan penilaian keluarga yang baik sehingga diperoleh nilai p-value (0,001) < 0,05 maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan 60

antara dukungan penilaian keluarga dengan kepatuhan pasien LBP dalam jadwal terapi akupunktur. Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat tertinggi kategori baik dan patuh sebanyak 46 responden (95,8%) sedangkan kategori buruk dan tidak patuh sebanyak 18 responden (81,8%). Selain dukungan keluarga, pasien juga mendapatkan dukungan dari terapis yang selalu memberikan pujian apabila pasien mengalami kemajuan kesehatan. Terapis juga sebagai tempat berbagi masalah kesehatan sehingga pasien merasa selalu diperhatikan. Tetapi apabila banyak pasien yang datang berkunjung terkadang terapis jarang memperhatikan pasiennya dikarenakan kurangnya tenaga pelaksana dengan 2 orang terapis untuk 12 tempat tidur terapi sehingga masing-masing terapis memegang 6 pasien secara bersamaan. Menurut Saputra (2012), kebutuhan tenaga akupunktur terdiri dari: 1 dokter penanggung jawab, 2 terapis akupunktur dan 1 tenaga administrasi untuk 1 ruangan dengan 4 tempat tidur terapi. Oleh karena itu, kurangnya terapis juga dapat mempengaruhi jumlah kunjungan pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nova (2003) didapatkan hasil < tabel (14,59>12,59) maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara kedatangan konsumen dengan mutu pelayanan simpati. Didukung oleh penelitian Ain (2014), didapatkan hasil analisa data uji chi-square menunjukkan hasil p-value 0,001 yang berarti p-value < 0,05 yang artinya ada hubungan antara dukungan penilaian dengan kepatuhan berobat penderita kusta di Puskesmas Jati Tahun 2012. 61

Kepatuhan pasien adalah sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan (Niven, 2002). 3. Hubungan Antara Dukungan Instrumental Dengan Kepatuhan Pasien LBP Hubungan antara dukungan instrumental dengan kepatuhan pasien LBP dengan nilai p-value = 0,001, PR = 139,3 dan 95%CI = 15,7-1237,9 maka dapat disimpulkan bahwa dukungan instrumental keluarga yang buruk angka prevalensinya sebesar 139,3 kali responden menderita LBP dibandingkan dukungan instrumental keluarga yang baik sehingga diperoleh nilai p-value (0,001) < 0,05 maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental keluarga dengan kepatuhan pasien LBP dalam jadwal terapi akupunktur. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat tertinggi kategori baik dan patuh sebanyak 44 responden (97,8%) sedangkan kategori buruk dan tidak patuh sebanyak 19 responden (76%). Menurut hasil observasi, pelayanan rumah sakit juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien misalnya ketersediaan kursi roda yang kurang di pintu masuk rumah sakit sehingga keluarga pasien harus meminjam langsung ke poli akupunktur. Selain itu, biaya terapi akupunktur yang tidak dijamin oleh asuransi pemerintah maupun swasta sehingga pasien harus membayar sendiri biaya terapi akupunktur tersebut. Pasien yang kurang mampu pasti akan keberatan dengan biaya terapi akupunktur sekitar Rp 50.000,00 Rp 100.000,00 sesuai dengan kondisi penyakit pasien. Faktor lain yaitu poli akupunktur yang terletak di tengah- 62

tengah rumah sakit, jauh dari kantin dan antrian yang banyak membuat keluarga pasien sadar akan kebutuhan makan dan minum yang diperlukan selama terapi. Hal tersebut menjadi perhatian lebih bagi keluarga dan pasien untuk melakukan terapi akupunktur di rumah sakit ortopedi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nova (2003), didapatkan hasil < tabel (12,54>9,44) maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara kedatangan konsumen dengan pendapatan serta didapatkan hasil < tabel (17,88>9,44) maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara kedatangan konsumen dengan mutu jaminan. Didukung penelitian dari Ain (2014), didapatkan hasil analisa data uji chisquare menunjukkan hasil p-value 0,013 yang berarti p-value < 0,05 yang artinya ada hubungan antara dukungan instrumental dengan kepatuhan berobat penderita kusta di Puskesmas Jati Tahun 2012. Menurut Friedman (2010), menyatakan bahwa penyakit kronis biasanya menuntut pengorbanan ekonomi, sosial / keluarga, dan psikologis yang lebih besar. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Tamara (2014), yang menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan penderita DM dalam menjalankan pengobatan berada dalam kategori patuh (55%) karena responden selalu diingatkan dan diantar oleh keluarganya setiap jadwal berobat. 4. Hubungan Antara Dukungan Informasi Dengan Kepatuhan Pasien LBP Hubungan antara dukungan informasi dengan kepatuhan pasien LBP dengan nilai p-value = 0,001, PR = 76 dan 95%CI = 9-637,5 maka dapat disimpulkan bahwa dukungan informasi keluarga yang buruk angka 63

prevalensinya sebesar 76 kali responden menderita LBP dibandingkan dukungan informasi keluarga yang baik sehingga diperoleh nilai p-value (0,001) < 0,05 maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental keluarga dengan kepatuhan pasien LBP dalam jadwal terapi akupunktur. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat tertinggi kategori baik dan patuh sebanyak 40 responden (97,6%) sedangkan kategori buruk dan tidak patuh sebanyak 19 responden (65,5%). Dukungan keluarga dan peran dari petugas kesehatan merupakan faktor penting dalam kepatuhan pasien terhadap program-program medis. Petugas kesehatan yang ramah dan memiliki banyak pengetahuan akan sangat membantu pasien dalam memberikan informasi mengenai masalah kesehatan di masyarakat. Selain itu, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) juga berperan penting dalam proses pelayanan agar lebih cepat sehingga pasien tidak merasa bosan untuk menunggu antrian yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam terapi. Menurut Media Internal Resmi BPJS Kesehatan (2014), menyatakan bahwa teknologi informasi menjadi salah satu cara untuk mempercepat proses pelayanan dan mencapai kepuasan pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ain (2014), didapatkan hasil analisa data uji chi-square menunjukkan hasil p-value 0,001 yang berarti p-value < 0,05 yang artinya ada hubungan antara dukungan informasi dengan kepatuhan berobat penderita kusta di 64

Puskesmas Jati Tahun 2012. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Irnawati (2016) didapatkan dari 75 penderita TB, 65 diantaranya cenderung patuh menjalani pengobatan karena pasien memiliki motivasi yang besar untuk mematuhi aturan dalam pengobatan. Tingkat kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh motivasi dari keluarga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Palinggi (2013) yang menyatakan data responden dengan kategori dukungan keluarga tertinggi dan patuh berobat sebanyak 20 responden dan diperoleh nilai p-value (0,029) < 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien TB Paru rawat jalan di RSU A. Makkasau Parepare. Bagi keluarga, tujuan dukungan dan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu anggota keluarganya yang sedang menderita suatu penyakit, khususnya penderita LBP agar timbul keinginan dan kemauannya untuk dapat berperilaku patuh berobat, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan individu dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan dan agar anggota keluarganya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri serta penderita mampu berinteraksi dengan anggota keluarga lain dan masyarakat (Sunaryo, 2004). Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teoritis tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa pentingnya dukungan keluarga bagi penderita LBP supaya penderita tidak menghentikan terapinya apabila 65

gejala penyakit hilang atau berkurang padahal pengobatan belum selesai. Selain itu dibutuhkan kerja sama antara petugas kesehatan, pelayanan rumah sakit, penderita dan keluarga, dimana penderita dan keluarga perlu mendapatkan pengetahuan dan informasi berupa penyuluhan tentang penyakit dan pengobatan LBP dari petugas kesehatan. Hal ini yang perlu mendapat perhatian dari keluarga agar mampu memotivasi penderita senantiasa patuh dalam berobat serta petugas kesehatan agar mampu memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. 66