BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

Geguritan Anggastya; Analisis Struktur Dan Fungsi

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. penelitian (Putra, 2010: 10). Novel Sentana Cucu Marep karya I Made Sugianto yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA:

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Budaya Timur dan Barat adalah dua budaya yang ada di dunia. Keberadaanya

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

Teks Geguritan Gitamahapurana Ki Patih Tambyak: Analisis Struktur dan Nilai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan karya sastra digunakan sebagai alat perekam. Hal yang direkam berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra Jawa UI, Universitas Indonesia Analisis amanat..., Dyah Ayu Sarah Sakinah, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian terhadap teks Geguritan Nyepi yang menganalisis struktur dan amanat tersebut, sepanjang pengetahuan belum pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembahasan struktur dan amanat sudah pernah dilakukan, antara lain : 1. Sutika (1992) dalam skripsinya berjudul: Geguritan Puyung Sugih, Kajian Penokohan dan Amanat. Dalam penelitian tersebut, Sutika melakukan kajian terhadap struktur Geguritan Puyung Sugih yang meliputi latar, insiden, alur, tema, dan gaya bahasa. Kemudian menjabarkan secara mendetail mengenai penokohan dan amanat yang terkandung dalam Geguritan Puyung Sugih. Dalam analisis amanat, Sutika membagi amanat itu menjadi dua, yaitu amanat umum dan amanat khusus (amanat tentang kesetiaan, karmaphala, tri kaya parisudha, kepasrahan diri, kekuatan magik, dan amanat tentang keserakahan). Tulisan tersebut memberikan inspirasi dalam analisis ini dikarenakan sama-sama menggunakan geguritan sebagai objek penelitian. Selain itu, tulisan Sutika memiliki relevansi dengan analisis yang dilakukan terutama mengenai amanat yang terkandung dalam karya sastra geguritan. 7

Perbedaannya, penelitian terhadap teks Geguritan Nyepi menyertakan struktur bentuknya (kode bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa), sebab untuk menemukan amanat yang terkandung dalam teks Geguritan Nyepi tidak bisa terlepas dari bentuk karya tersebut. 2. Ni Luh Made Suardhiyani (2011), dalam skripsinya yang berjudul "Geguritan Manusa Yadnya, Analisis Struktur dan Fungsi. Dalam penelitian ini Suardhiyani menggunakan teori struktural yang dikemukakan oleh Teeuw, Hawkes, dan Scholes. Struktur yang diungkap oleh Suardhiyani yaitu struktur bentuk dan struktur naratif. Struktur naratif meliputi upacara, upakara, tema dan amanat sedikit berbeda dengan struktur naratif yang terdapat dalam teks Geguritan Nyepi yaitu, insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan amanat. 3. Lestari (2007), dalam penelitiannya berjudul Geguritan Batur Taskara Analisis Struktur dan Nilai. Penelitian ini menggunakan teori struktur dan nilai. Analisis strukturnya menjelaskan struktur forma dan struktur naratif. Struktur forma meliputi kode bahasa dan sastra, gaya bahasa dan ragam bahasa, struktur naratifnya meliputi insiden, alur, tokoh/penokohan, latar, tema dan amanat. Analisis nilai menjelaskan tentang nilai (1) Agama yang meliputi nilai etika, filsafat dan upacara, (2) nilai kepemimpinan, (3) nilai manusiawi, dan (4) nilai magis. Digunakannya hasil penelitian tersebut sebagai pembanding, serta memiliki relevansi dengan penelitian ini, karena sama - sama menggunakan objek geguritan, dan penggunaan teori struktural untuk membedah struktur forma dan struktur naratifnya. Hasil penelitian 8

tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu media informasi untuk membantu proses penelitian yang dilakukan mengenai struktur dalam karya sastra geguritan. 4. Sukada, dkk (1985) dalam penelitiannya yang berjudul : Amanat Geguritan Purwa Sengara. Pada penelitian tersebut, Sukada mengungkapkan bahwa amanat yang terkandung dalam Geguritan Purwa Sengara terdiri dari pesan - pesan umum, dan pesan - pesan khusus. Adapun pesan - pesan yang dimaksud yaitu jangan mabuk, hormat kepada sang guru, pengendalian diri, kesetiaan, jangan sesumbar, jangan menyinggung perasaan orang lain, sifat dharma, dan yang lainnya. Penelitian yang dilakukan Sukada, memberikan inspirasi terhadap penelitian ini. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh Sukada hanya mengungkap unsur amanat saja tanpa mengungkapkan struktur bentuk, maupun unsur yang lain yang membangun Geguritan Purwa Sengara. Sedangkan dalam penelitian ini unsur amanat akan dikaji dalam hubungannya dengan unsur-unsur bentuk yang membangun teks Geguritan Nyepi. 2.2 Konsep Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang hal atau persoalan yang dirumuskan. Definisi istilah atau konsep berfungsi untuk menyederhanakan arti kata atau pemikiran tentang ide-ide, hal-hal dan kata-kata benda maupun gejala sosial yang digunakan (Mardalis, 1989 : 45-46). Dalam penelitian ini mengenai teks Geguritan Nyepi akan memakai konsep struktur. 9

2.2.1 Konsep Struktur Secara etimologis struktur berasal dari kata structura, bahasa Latin, yang berarti bentuk atau bangunan (Ratna, 2004: 88). Karya sastra sebagai sebuah struktur merupakan sebuah bangunan yang terdiri atas berbagai unsur, satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan disusun dengan pola-pola tertentu, berdasarkan konvensi yang mengikatnya. Struktur yang membangun teks Geguritan Nyepi meliputi struktur formal dan struktur naratif. 1. Struktur Formal Istilah formal yang dikemukakan oleh Ratna yang menyebutkan bahwa secara etimologis formal berasal dari bahasa latin, yaitu forma berarti bentuk atau wujud, dan berkaitan dengan pemakaian istilah tersebut maka penelitian ini menggunakan istilah "bentuk". Pengertian bentuk yang sesuai dengan geguritan, termasuk teks Geguritan Nyepi, adalah sistem atau susunan (2004 : 49). Tiap-tiap karya sastra khususnya karya sastra Bali tradisional memiliki bentuk yang berbeda-beda karena diikat oleh konvensi yang berbeda pula. Cara membedah sebuah karya sastra yakni melalui bentuk atau konvensi yang mengikatnya dan melalui isi dari karya sastra yang bersangkutan. Maka dalam hal ini, erat kaitannya dengan susunan pembungkus karya sastra geguritan yang dibentuk oleh pupuh-pupuh di dalamnya dengan konvensi tertentu untuk memenuhi padalingsa, bentuk mencakup kode bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah geguritan. Kode bahasa dan sastra merupakan sebuah metrum suatu karya sastra yang dalam hal ini geguritan dengan padalingsanya. Padalingsa sebagai sebuah pola 10

persajakan atau konvensi, merupakan suatu institusi yang mengikat konstruksi suatu geguritan, yang dapat dipahami melalui pemahaman masyarakat (sastra) pendukungnya. Institusi tersebut sebenarnya berfungsi sebagai konvensi suatu karya sastra, yang dalam hal ini adalah geguritan dengan padalingsa (Agastia, 1980 : 17). Gaya bahasa menurut pendapat Abrams adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa (dalam Nurgiyantoro, 1995 : 276). Sedangkan ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian dan penggunaannya. Ragam bahasa merupakan model penggunaan bahasa dalam teks (Jendra, 1991 : 49). 2. Struktur Naratif Menurut Luxemburg (1984 : 119) teks naratif ialah semua teks yang tidak bersifat dialog dan yang isinya merupakan suatu kisah sejarah, sebuah deretan peristiwa. Yang termasuk jenis teks naratif tidak hanya sastra, melainkan juga setiap bentuk warta berita, laporan dalam surat kabar atau lewat televisi, berita acara, sas-sus, dan sebagainya. Pada umumnya, struktur naratif sering diidentifikasikan dengan adanya unsur-unsur fiksi seperti insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat, tetapi sesungguhnya unsur-unsur yang menggerakkan isi cerita karya geguritan itulah yang disebut struktur naratif. 2.2.2 Konsep Amanat Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan melalui karyanya. Menurut Sudjiman (1988: 57) dari sebuah karya 11

sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang; itulah yang disebut amanat. 2.3 Landasan Teori Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah tentu harus dilandasi dengan teori tertentu. Teori adalah alat, yang melaluinya suatu penelitian dapat dilakukan secara lebih maksimal (Ratna, 2004: 6). Dalam analisis struktur dan amanat dari teks Geguritan Nyepi menggunakan teori struktural. Dalam ilmu sastra pengertian struktural sudah dipergunakan dengan berbagai cara, yang dimaksudkan dengan istilah struktur ialah kaitan-kaitan tetap antara kelompok-kelompok gejala. Kaitan-kaitan tersebut diadakan oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya (Luxemburg, 1984 : 36). Lebih lanjut Luxemburg (1984 : 116) menjelaskan bahwa pada umumnya, struktur naratif sering diidentifikasikan dengan adanya unsur-unsur fiksi seperti insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat, tetapi sesungguhnya unsur-unsur yang menggerakkan isi cerita karya geguritan itulah yang disebut struktur naratif. Menurut Sukada (1987 : 33) strukturalisme memasukkan gejala, kegiatan atau hasil kehidupan (termasuk sastra) ke dalam suatu kemasyarakatan, atau "sistem makna", yang terdiri dari struktur yang mandiri dan tentu dalam antar hubungan. Wellek dan Warren (1990 : 159) memberi batasan bahwa struktur dimasukkan ke dalam bentuk dan isi yang membangun estetik dari suatu karya sastra. Berdasarkan pandangan tersebut dapat dikatakan bahwa struktur dari 12

karya sastra terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk merupakan unsur-unsur yang dipakai oleh pengarang dalam menulis/membangun karya sastra, sedangkan isi merupakan gagasan yang diekspresikan oleh pengarang dalam karya sastranya. Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semenditel, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984 : 135). Dari kerangka acuan teori mengenai struktur yang tertuang dari pikiranpikiran para ahli sastra sebagaimana dikutip di atas sesungguhnya saling melengkapi. Sehubungan dengan itu dari pemikiran-pemikiran mereka akan diperhatikan agar penelitian teks Geguritan Nyepi ini dapat terlaksana dengan baik, jadi telaah struktur dalam kajian ini akan mengikuti pendapat Luxemburg dan Teeuw. Dengan demikian, dalam penelitian terhadap teks Geguritan Nyepi dengan teori struktural dapat menguraikan unsur-unsur yang membangun teks tersebut, meliputi struktur, dilanjutkan dengan mengungkapkan amanat yang terkandung dalam teks Geguritan Nyepi. Penggunaan teori struktural juga didukung pandangan Granoka (1981), mengenai analisis aspek paletan tembang yang termuat dalam makalahnya yang berjudul dasar-dasar analisis aspek bentuk sastra paletan tembang. Setelah melalui tahapan analisis struktur, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap amanat teks Geguritan Nyepi. Amanat merupakan barang sesuatu yang dipercayakan; dititipkan; pada orang lain; pesan; perintah (dari atas); 13

keterangan (dari pemerintah); wejangan (dari orang yang terkemuka); ling keseluruhan makna atau isi pembicaraan; konsep dan perasaan yang disampaikan pembaca untuk dimengerti dan diterima pendengar atau pembaca; sas gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar (Budiono, 2005: 35). Menurut Sudjiman (1988: 57) Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan melalui karyanya. Dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang; itulah yang disebut amanat. Dari semua rteori yang telah dipaparkan di atas memiliki keterkaitan dan menunjang penelitian ini, sehingga nantinya penelitian yang dilakukan lebih mudah dengan digunakannya teori sebagai acuan dalam me nganalisis sebuah karya sastra, terutama karya sastra teks Geguritan Nyepi. 14